Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan ikan merupakan faktor terpenting dalam pemeliharaan. Ikan
mampu mencapai tahap pertumbuhan optimum saat seluruh komponen sesuai
dengan kondisi habitat dimana ikan mampu untuk melakukan pertumbuhan secara
optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
ikan adalah pakan yang diberikan. Kebutuhan ikan terhadap pakan merupakan
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seutuhnya. Kebutuhan ini juga menjadi
kebutuhan mendasar yang akan mempengaruhi pertumbuhan ikan selama masa
pemeliharaan. Bagi semua makhluk hidup, pakan mempunyai peranan sangat
penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangbiakan. Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu,
misalnya untuk menghasilkan warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya
yaitu sebagai pengobatan, reproduksi, perbaikan dan metabolisme. Dalam usaha
budidaya ikan, pakan merupakan salah satu faktor penting. Oleh sebab itu pakan
harus berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan ikan untuk
pertumbuhannya, pemeliharaan tubuh dan reproduksi (Sunarto et al. 2009).
Pada dasarnya pertumbuhan ikan dari pemberian pakan dipengaruhi oleh
komposisi kandungan nutrisi yang ada dalam pakan. Dalam budidaya ikan,
pemberian makanan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas serta tidak
berlebihan merupakan faktor yang sangat menentukan, keadaan ini berkaitan
langsung dengan jumlah atau dosis makanan yang diberikan pada ikan, agar dapat
tumbuh dan berkembang secara maksimal dengan dosis pakan yang optimal.
Kebutuhan ikan terhadap pakan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi
seutuhnya. Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan
kandungan energinya. Sedangkan jumlah pemberian pakan selain dipengaruhi
oleh kandungan energi, juga dipengaruhi kapasitas saluran pencernaan ikan.
Ransum yang mempunyai keseimbangan energi-protein yang tepat dengan jumlah
1
pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan dan konversi pakan yang
terbaik. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh
nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat (Haetami et al. 2007).

Universitas Sriwijaya
2

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio energi-protein
pakan pada beberapa jenis ikan terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan dan
kelangsungan hidup ikan tersebut.

Universitas Sriwijaya
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius pangasius)


Klasifikasi ikan patin menurut (Cahyono, 2011) adalah sebagai berikut :
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Ostariophysi
famili : Pangasidae
genus : Pangasius
spisies : Pangasius pangasius
Ikan patin memiliki warna tubuh putih keperak-perakan dan punggung
kebiru-biruan, bentuk tubuh memanjang, kepala relatif kecil. Ujung kepala
terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang sungut pendek. Pada sirip punggung
memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi dan
besar disebelah belakangnya. Sirip ekor membentuk cagak dan bentuknya
simetris. Di bagian permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang
berukuran kecil (Cahyono, 2011).

2.2. Nutrisi Pakan


Nilai nutrisi suatu makanan pada umumnya tergantung pada kandungan
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, kadar air dan energi. Makanan yang
dimakan ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan apabila ada kelebihan
makanan maka dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Partikel makanan yang terlalu
besar tidak dapat dicerna, sedangkan terlalu kecil mengakibatkan aktivitas ikan
lebih banyak, sehingga sedikit energi yang tersedia dari makanan saja yang untuk
tumbuh. Makanan yang diberikan pada ikan minimal harus mengandung
karbohidrat, protein dan lemak. Zat-zat ini masing-masing akan diubah menjadi
energi yang sangat dibutuhkan, supaya dapat melakukan aktivitas (Hariati, 2010).
3
Kandungan nutrisi yang tidak tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan seperti
kurangnya protein yang menyebabkan ikan hanya menggunakan sumber protein
untuk kebutuhan dasar dan kekurangan untuk pertumbuhan. Kandungan protein

Universitas Sriwijaya
4

yang berlebih, menyebabkan protein akan terbuang dan menyebabkan


bertambahnya kandungan amoniak dalam perairan. Karbohidrat lebih mudah larut
dalam air dan dapat digunakan sebagai perekat untuk memperbaiki stabilitas
pakan. Kekurangan karbohidrat dan lemak dapat menyebabkan pertumbuhan
terhambat karena ikan menggunakan protein sebagai sumber energi lemak dan
karbohidrat yang seharusnya sebagaisumber energi. Kebutuhan karbohidrat yang
memiliki kecernaan tinggi dan aktitas enzim amilase pada ikan nila akan
mempengaruhi daya cerna karbohidrat yang meningkat (Pascual, 2009).

2.3. Ratio energi protein pakan


Kebutuhan ikan terhadap protein dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
jenis ikan, umur ikan, ukuran ikan, kualitas protein, pakan, kecernaan pakan dan
kondisi lingkungan. Kebutuhan protein harian untuk maintanance ikan patin
adalah 1 g/kg berat badan sedangkan untuk memperoleh retensi protein optimal
pada tubuhnya membutuhkan protein 12 g/kg berat badan. Protein yang
dibutuhkan dalam proses pertumbuhan adalah 7-8 g/berat badan/hari. Kandungan
nutrisi ikan patin yang baik untuk protein adalah 35-40%, kandungan lemak 3-
17%, dan karbohidrat 35-45% (Gandara, 2003).

2.4. Kualitas Air


Ikan patin dapat tumbuh dengan baik sesuai persyaratan kualitas air yang
baik. Ikan patin memiliki pertumbuhan yang baik pada suhu 28-310C. Kualitas air
sangat berhubungan erat dengan kelangsungan hidup ikan patin. Parameter
kualitas air yang baik untuk  dilakukannya budidaya ikan patin. Kandungan
oksigen terlarut 5,12-6,40 ppm, derajat keasaman (pH) 6,5-7, kemudian suhu 28-
310C, amoniak (NH3) yaitu 0,1-0,3 mg/liter, dan salinitas 0-0,5 (Kordi, 2005).

Universitas Sriwijaya
5

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Nutrisi Ikan dilaksanakan di Laboratorium Dasar Perikanan,
Program Studi Budidaya Perairan, jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya. Praktikum dilaksanakan pada Bulan Februari sampai
dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini sebagai berikut:
3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum tersaji pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan pada saat praktikum
No Nama Alat Jumlah Kegunaan
1 Pencetak pakan 2 Untuk mencetak pakan
2 Baskom 2 Untuk meletakkan pakan
3 Akuarium 1 Untuk tempat pemeliharaan
4 Timbangan 1 Untuk menimbang ikan
5 DO Meter 1 Untuk mengukur kadar oksigen
6 pH Meter 1 Untuk mengukur pH air
7 Termometer 1 Untuk mengukur suhu air
8 Seperangkat aerator 1 Untuk penambah oksigen
9 Ayakan 1 Untuk memisahkan ampas kasar
10 Termos 1 Untuk meletakkan air panas

3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum tersaji dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada saat praktikum
No Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1 Ikan patin 25 ekor Untuk ikan uji
2 Tepung ikan 100 g Untuk bahan pakan
3 Tepun udang 200 g Untuk bahan pakan
4 Tepung kedelai 300 g Untuk bahan pakan
5 Dedak padi 210 g 5 Untuk bahan pakan
6 Tepung tapioca 160 g Untuk bahan pakan
7 Minyak kelapa sawit 10 g Untuk pecampur agar bahan tidak
lengket saat digiling.
8 Vitamin mix 20 g Untuk penambah vitamin pada pakan

Universitas Sriwijaya
6

9 Air Secukupnya Untuk pencampur semua bahan


3.3. Formulasi Pakan
Formulasi pakan yang digunakan pada saat parktikum tersaji pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3. Formulasi pakan yang digunakan
%Bahan
Bahan
A B C
Tepung ikan 10 10 10
Tepun udang 20 20 20
Tepung kedelai 30 30 30
Dedak padi 21 20 18
Tepung tapioca 16 13 10
Minyak kelapa sawit 1 5 10
Vitamin miks 2 2 2
Jumlah 100 100 100
Protein (%) 30,1 30,0 29,7
GE (Kkal/100g) 377,2 399,7 427,5
GE/P (Kkal/g protein) 12,5 13,3 14,4

3.4. Cara Kerja


3.4.1. Pembuatan pakan
Timbang bahan pakan sesuai perlakuan. Aduk bahan dari komponen
terbesar hingga paling kecil. Tambahkan air sebanyak 200-400 ml/kg. Campurkan
hingga homogen. Lalu cetak pakan yang sudah di giling di dalam oven atau di
bawah sinar matahari hingga kering. Simpan pakan yang sudah kering ke wadah
tertutup. Simpan pakan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari
langsung.

3.4.2. Persiapan wadah


Siapkan akuarium yang akan digunakan. Cuci menggunakan sabun dan
bilas hingga bersih. Rendam akurium menggunakan kalium permangat selama 24
jam kemudian cuci dan bilas hingga bersih. Masukkan air dan diamkan salama 24
jam dengan sistem aerasi yang berjalan.

3.4.3. Penebaran dan Pemeliharaan ikan


Ikan yang akan dipelihara yaitu ikan patin dengan ukuran 5 cm sebanyak 25
ekor/m2. Timbang bobot dan panjang ikan untuk data awal. Berikan pakan
perlakuan sebanyak 3% dari bobot biomassa ikan selama 30 hari. Pemberian
pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB.
Timbang jumlah pakan yang tidak habis dalam setiap harinya. Penyiponan

Universitas Sriwijaya
7

dilakukan setiap sore sebelum memberi pakan ikan. Amati pertumbuhan ikan, jika
ada yang mati segera dicatat dan ditimbang bobotnya.

3.5. Parameter yang diamati


3.5.1. Pertumbuhan Bobot Mutlak
Data pertumbuhan bobot mutlak dihitung menggunakan rumus:
W = Wt – W0
Keterangan : W : Pertumbuhan biomassa mutlak (g)
Wt : Bobot ikan akhir (g)
W0 : Bobot ikan awal (g)

3.5.2. Pertumbuhan Panjang Mutlak


Data pertumbuhan panjang mutlak dihitung menggunakan rumus:
L = Lt – L0
Keterangan : L : Pertumbuhan panjang mutlak (g)
Lt : Panjang ikan akhir
L0 : Panjang ikan awal

3.5.4. Konversi Pakan (FCR)


Data Konversi pakan (FCR) dapat dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :
FCR : Food Convertion Ratio.
Wo : Berat hewan uji pada awal penelitian
Wt : Berat hewan uji pada akhir penelitian
D : Jumlah ikan yang mati
F : Jumlah pakan yang dikonsumsi

3.5.5. Kelangsungan Hidup (SR)


Survival Rate (SR) adalah persentase ikan yang hidup setelah dipelihara
dalam waktu tertentu terhadap jumlah awal pemeliharaan. Untuk menghitung SR
dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Universitas Sriwijaya
8

Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan yang hidup pada akhir percobaan (ekor)
No : Jumlah ikan pada awal percobaan (ekor).

3.5.6. Kualitas Air


Parameter Kualitas Air yang diamati yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut
dan pH, yang dilakukan di awal dan akhir pemeliharaan.

Universitas Sriwijaya
9

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapat dari praktikum ini sebagai berikut :
4.1.1. Pertumbuhan Panjang dan Bobot Mutlak Ikan Patin (Pangasius
pangasius)
Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan diperoleh data
pertumbuhan panjang dan bobot mutlak pada tabel 4. sebagai berikut,.
Tabel 4. Pertambahan panjang dan bobot mutlak ikan Patin (Pangasius pangasius)
Ulangan Rerata panjang Panjang mutlak Rerata bobot Bobot mutlak
(cm) (cm) (g) (g)
Awal Akhir Awal Akhir
U1 6,98 10 3,02 2,98 3,2 0,22
U2 1,608 156 154,3 0,248 4,70 4,45
U3 2,624 161 158,3 2,218 2,61 0,392

Pertumbuhan panjang mutlak ikan patin selama pemeliharaan diukur


menggunakan rumus rata-rata panjang ikan patin akhir pemeliharaan dikurang
dengan rata-rata panjang ikan patin awal pemeliharaan. Rata-rata panjang ikan
patin awal pemeliharaan yaitu 6,98 cm dan rata-rata panjang ikan patin akhir
pemeliharaan yaitu 10 cm, didapatkan hasil pertumbuhan panjang mutlak ikan
patin selama pemeliharaan sebesar 3,02 cm.
Sedangkan pertambahan bobot mutlak ikan patin selama pemeliharaan
diukur menggunakan rumus rata-rata bobot ikan patin akhir pemeliharaan
dikurang dengan rata-rata bobot ikan patin awal pemeliharaan. Rata-rata bobot
ikan patin awal pemeliharaan 2,98 g dan rata-rata bobot ikan patin akhir
pemeliharaan yaitu 3,2 g, didapatkan hasil pertumbuhan bobot mutlak ikan patin
selama pemeliharaan sebesar 0,22 g.
Pertumbuhan merupakan suatu proses biologi yang kompleks dan banyak
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
suatu organisme yaitu faktor dalam antara lain keturunan, jenis kelamin dan
umur. Faktor lingkungan abiotik seperti9suhu, salinitas, pH, dan biotik seperti
pakan, kepadatan organisme, parasit dan penyakit. Kebutuhan energi untuk

Universitas Sriwijaya
10

maintenance harus terpenuhi terlebih dahulu dan apabila berlebihan maka


kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan.

4.1.2. Kelangsungan Hidup Patin (Pangasius pangasius)


Kelangsungan hidup ikan patin dihitung dengan menjumlahkan ikan patin
yang hidup pada akhir pemeliharaan dibagi dengan jumlah penebaran ikan patin
pada awal pemeliharaan. Jumlah ikan patin pada kelompok 7 yang ditebar pada
awal pemeliharaan sebanyak 25 ekor dan ikan patin bertahan hidup hingga kurang
lebih dua minggu. sehingga didapatkan tingkat kelangsungan hidupnya 8%.
Sedangkan pada kelompok 8 jumlah penebaran ikan patin sama dengan kelompok
7 dan mendapatkan tingkat kelangsungan hidupnya 20%, dan pada kelompok 9
dengan penebaran ikan yang jumlahnya sama dengan kelompok 7 dan 8 tingkat
kelangsungan hidupnya 15%.
Kandungan nutrisi dari pakan sangat mempengaruhi tingkat kelulus
hidupan. Budidaya intensif yang menggunakan pakan buatan akan
mengakibatkan terjadinya penambahan unsur-unsur seperti fosfor, nitrogen,
karbon serta bahan organik yang dihasilkan oleh pakan yang terbuang dan
kotoran ikan (feses) yang dapat mempengaruhi kualitas air.

4.1.3. FCR Patin (Pangasius pangasius)


Cara menghitung FCR dari ikan patin yang telah dipelihara adalah :
FCR = Total Pakan a
17Jumlah Total Panen0

= 42,465 a
170 74,5

= 0,57

Konversi pakan yang diberikan pada ikan patin sehari yang dilakukan tiga
kali yaitu pagi, siang dan sore adalah sebesar 0,57 g. FCR pada ikan patin
kelompok 7 tidak memberikan nutrisi pada ikan tersebut yang menyebabkan
tingkat kelangsungan hidupnya rendah. Ikan patin mempunyai kebiasaan makan
di dasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, ikan
patin digolongkan sebagai ikan yang bersifat omnivora (pemakan segala).

Universitas Sriwijaya
11

Namun, pada fase larva, ikan patin cenderung bersifat karnivora. Pada
saat larva, ikan patin bersifat kanibalisme atau bersifat sebagai pemangsa. Oleh
karena itu, ketika masih dalam tahap larva, pemberian pakan tidak boleh
terlambat dan pakan harus mengandung nutrisi yang sesuai bagi ikan
(Mahyuddin, 2010). Protein yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan adalah
7-8 g/berat badan/hari. Kandungan nutrisi pada ikan patin yang baik untuk
protein adalah 35-40% kandungan lemak 3-17%, dan karbohidrat 35-45%
(Gandara, 2003).

4.1.4. Kualitas Air Patin (Pangasius pangasius)


Hasil data kualitas air pada pemeliharaan ikan Patin (Pangasius pangasius)
yang didapatkan selama pemeliharaan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Kualitas air pada pemeliharaan ikan Patin (Pangasius pangasius)
DO (mg/l) Suhu (ºC) pH
6,20 30,20-34,10 5-6

Universitas Sriwijaya
12

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum nutrisi ikan ini adalah
sebagai berikut:
1. Kelangsungan hidup ikan patin dihitung dengan menjumlahkan ikan patin yang
hidup pada akhir pemeliharaan dibagi dengan jumlah penebaran ikan patin
pada awal pemeliharaan.
2. Kandungan nutrisi pada ikan patin yang baik untuk protein adalah 35-40%
sedangkan pada pakan yang diberikan protein yan terkandung adalah 30,1%.
3. memberikan nutrisi yang sedikit pada kelompok 7 pada ikan tersebut yang
menyebabkan tingkat kelangsungan hidupnya rendah
4. Ketersediaan dan keseimbangan nutrient mempengaruhi pertumbuhan ikan.
5. Pertambahan bobot yang sangat kecil karena waktu pemelihraan yang singkat.

5.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih kondusif saat melakukan praktikum karena
mengganggu jalannya praktikum. Sebaiknya sistem materi untuk praktikum
selanjutnya dengan banyaknya tanya jawab agar materi dapat di pahami dengan
jelas dan saat praktikum lebih asik karena dekatnya jarak interaksi antara
praktikan dengan asisten.

12

Universitas Sriwijaya
13

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B,S., 2011. Budidaya Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Kanisius.


Gandara, E., 2003. Pengaruh Penambahan probiotik (Bacillus sp,) pada Pakan
Komersil Terhadap Konversi dan Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius
hypothalamus). Skripsi. Fakultas Perikanan. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Haetami, Kiki., Susangka, I dan Andriani, Y., 2007. Kebutuhan dan Pola makan
Ikan Jambal Siam dari Berbagai Tingkat Pemberian Energi Protein Pakan
dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dengan Efisiensi. Laporan
Penelitian. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Hariati., 2010. Pakan Ikan Dan Perkembangannya. Jakarta: Kanisius
Kordi, M. G. H., 2005. Budidaya Ikan Patin: Biologi, Pembenihan dan
Pembesaran. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama,
Mahyuddin. 2010. Kebiasaan Makan Ikan Patin. Makassar : Universitas
Hassanudin.
Pascual, S., 2009. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold, p.11-91,
New York.
Sunarto dan Sabariah., 2009. Pemberian Pakan Buatan Dengan Dosis Berbeda
Terhadap Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan Benih Ikan Semah (Tor
douronensis) Dalam Upaya Domestikasi. Jurnal Akuakultur Indonesia.
VIII (1), 67-76.

Universitas Sriwijaya
14

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM NUTRISI IKAN

PENGARUH RASIO ENERGI-PROTEIN PAKAN TERHADAP


PERTUMBUHAN, EFISIENSI PAKAN DAN KELANGSUNGAN
HIDUP IKAN PATIN
(Pangasius pangasius)

THE EFFECT OF THE ENERGY-PROTEIN RATIO OF FEED


ON GROWTH, FEED EFFICIENCY AND SURVIVAL PF
CATFISH (Pangasius pangansius)

Kelompok 7

Raka Ivanda P 05051281823019


Elydia Rossanty 05051281823024
Yunita Fitriyani 05051281823027
Isti Humaidah 05051281823029
M. Iqbal Saputra 05051281823054
Aprilia Saufi 05051281823060

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN

Universitas Sriwijaya
15

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
LAMPIRAN

1.1 Lampiran Perhitungan

FR = (∑ m total x 3%)/3
= (74,5 x 3%)/3
= 2,483 g / 3
= 0,745 g

FCR = Total Pakan a


7Jumlah Total Panen0

= 42,465 a
170 74,5

= 0,57

= 2 a
22 25
= 0,8 x 100%
= 8%

Universitas Sriwijaya
16

1.2 Lampiran Gambar

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai