PENDAHULUAN
Selain menggunakan pakan buatan dari pabrik maupun pelet alami, peternak
lele juga menggunakan alternatif pakan lain untuk menghemat biaya produksi.
Menurut pendapat Gunawan (2016) pakan alternatif yang sering digunakan saat
ini banyak berasal dari limbah peternakan, limbah pemotongan hewan, ikan sisa
tangkapan nelayan, ikan rucah dan limbah sayuran. Untuk mendapatkan hasil
2
panen optimal, pakan lele harus diatur sedemikian rupa sehingga panen dapat
dilakukan sesuai waktu yang telah direncanakan. Berdasarkan hasil observasi dari
peternak ikan lele, dikatakan bahwa harga 1 kg pakan pabrik adalah Rp 21.000
dan dalam 3 bulan, sebanyak 1 kg ikan lele rata-rata membutuhkan pakan
sebanyak 5 kg. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk menggunakan
tepung bulu ayam sebagai bahan alternatif pakan ikan agar harga pakan buatan
pabrik dapat dikurangi dan keuntungan yang diperoleh para peternak lele lebih
besar lagi. Limbah bulu ayam biasanya terdiri dari beberapa jenis bulu ayam, dan
yang paling banyak dijumpai adalah limbah bulu ayam broiler dan ayam petelur.
Menurut Puastuti (2007) Bulu ayam merupakan limbah dari Rumah Pemotongan
Ayam (RPA) dengan jumlah berlimpah dan terus bertambah seiring meningkatnya
populasi ayam dan tingkat pemotongan sebagai akibat meningkatnya permintaan
daging ayam broiler. Bulu ayam sampai saat ini banyak dimanfaatkan sebagai
bahan untuk membuat kemoceng, pengisi jok, pupuk tanaman, kerajinan tangan /
hiasan dan shuttle cock. Kandungan nutrisi pada bulu ayam broiler menurut
Puastuti (2007) adalah sebagai berikut :
Nutrisi Kadar
Protein kasar 85%
Serat kasar 0,3% – 1,5%
Abu 0% - 3,5%
Kalsium 0,20% - 0,40%
Fosfor 0,20% - 0,65%
Garam 0,20% - 0,65%
Protein bulu ayam sebagian besar terdiri dari keratin yang digolongkan ke
dalam protein serat. Keratin adalah produk pengerasan jaringan epidermal dari
tubuh dan merupakan protein fibrous yang kaya akan sulfur dan banyak terdapat
pada rambut, kuku dan bulu (Puastuti, 2007). Menurut Gunawan (2016)
kebutuhan nutrisi yang diperlukan ikan lele adalah protein, lemak, karbohidrat,
dan serat. Berdasarkan pendapat tersebut, nutrisi terbesar yang dapat digunakan
untuk mendukung pertumbuhan ikan lele adalah protein. Kadar protein yang
3
cukup tinggi pada tepung bulu ayam broiler dapat dimanfaatkan sebagai pakan
alternatif untuk menekan biaya pakan ikan lele sehingga keuntungan yang
diperoleh peternak lele dapat lebih tinggi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Klasifikasi
Filum: Chrodata Kelas: Pisces Subkelas: Teleostei Ordo: Ostariophysi
Subordo: siluroidae Famili: Clariidae Genus: Clarias Spesies:Clarias gariepinus.
2.2.2 Morfologi
Ikan lele Mutiara (MUtu TIAda taRA) merupakan strain baru ikan lele
Afrika hasil pemuliaan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi yang
telah ditetapkan rilisnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 77 KEPMEN-KP/2015. Ikan lele Mutiara merupakan gabungan
persilangan dari strainikan lele Mesir, Paiton, Sangkuriang dan Dumbo melalui
seleksi individu pada karakter laju pertumbuhan selama tiga generasi, sehingga
memiliki keunggulan utama pertumbuhan yang cepat. Sebagai strain unggul yang
dibentuk melalui proses seleksi individu, selain unggul pada aspek pertumbuhan,
ikan lele Mutiara diharapkan juga memiliki keunggulan-keunggulan yang lain,
salah satunya adalah stabilitas karakteristik morfologisnya. Sebagai strain yang
baru dibentuk, ikan lele Mutiara masih memiliki keragaman genetis yang relatif
tinggi dengan tingkat inbreeding yang relatif rendah serta tidak menunjukkan
penurunan keragaman genetis selama proses seleksinya (Iswanto dkk, 2014).
Ikan lele mutiara memiliki bentuk tubuh yang memanjang, tidak bersisik
serta licin (penuh lendir). Matanya kecil dengan mulut di ujung moncong
berukuran cukup lebar, dimana pada daerah sekitar mulutnya terdapat empat
pasang baebel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai sensor untuk peka terhadap
lingkungan maupung mangsa. Pada ikan lele mutiara terdapat Arborescent, yakni
alat bantu pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah termodifikasi
sehingga memungkinkan ikan lele mutiara untuk dapat bertahan lebih lama pada
lingkungan tanpa air maupun di lumpur. Pada kedua sirip dada nya terdapat
sepasang duri (patil) yang tajam, dimana pada beberapa spesies ikan lele mutiara
patil tersebut mengandung racun ringan (Witjaksono, 2009).
Ikan lele dapat hidup di semua perairan air tawar, baik di sungai yang airnya
tidak terlalu deras seperti danau, waduk, rawa, maupun genangan kecil. Ikan lele
mempunyai alat pernafasan tambahan yang disebut labirin, terletak dibagian
depan rongga insang yang memungkinkan mengambil oksigen langsung dari
udara sehingga tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen
(Irmawan, 2016).
Ikan lele dapat digolongkan sebagai ikan yang bertelur pada substrat. Induk
jantan mempunyai sifat mengasuh anak, sedangkan ikan betina lebih banyak
keluyuran di luar sarang. Ikan lele akan berpijah selama musim penghujan
sedangkan di kolam peliharaan ikan ini dapat berpijah sepanjang tahun. Hal ini
dimungkinkan karena ikan lele dapat cepat matang kelamin kembali setelah
memijah. Pemijahan di alam terjadi dengan terlebih dulu membuat sarang berupa
lubang di bawah permukaan air. Lubang ini biasanya berdiameter 25 cm dengan
kedalaman mendatar 20 cm. lubang dibuat diantara rumput-rumput yang tumbuh
menjulur ke dalam air. Telur-telur dikeluarkan dan menempel diantara rerumputan
atau dasar lubang. Telur dijaga induk jantan dengan mengipaskan badan maupun
siripnya. Gerakan induk ini tentunya berpengaruh positif terhadap derajat
penetasan telur, karena oksigen bertambah (Susanto, 1988).
2.4 Pengelolaan Pakan
2.4.1 Kualitas pakan
Kualitas Pakan Menurut Wibowo (2016) pakan yang baik adalah pakan yang
berkualitas dengan kandungan nutrisi yang sesuai terhadap kebutuhan gizi lele.
7
Nilai (%)
Jenis
Benih Pembesaran Induk
Lemak 5-20 5 – 20 5 – 20
Karbohidrat 3-13 3 – 13 3 – 13
Protein 35-48 34 – 37 32 – 38
8
Tepung kedelai
Tepung kedelai adalah tepung yang terbuat dari kacang kedelai murni,
pembuatan tepung ini ialah dengan cara menggiling kacang kedelai yang telah
direndam dan dikeringkan. Kandungan isoflavon pada tepung kedelai lebih tinggi
dibanding dengan tahu atau tempe, sehingga bermanfaat untuk mencegah penyakit
tulang, menurunkan kolestrol jahat, pengobatan gejala menopouse dan mencegah
kanker. Kandungan protein tepung kedelai ialah 45 g.
2.7 Jenis Pakan
1. Pakan utama
Pakan utama adalah pakan yan harus dipenuhi dan dibutuhkan oleh ternak
ikan biasanya menggunakan pakan pelet yang sudah diolah sehingga mengandung
berbagai macam jenis vitamin. Pakan ikan dalam bentuk pelet terdapat dua jenis,
yaitu pelet apung dan pelet tenggelam.
2. Pakan tambahan
Pakan tambahan adalah pakan yan digunakan sebagai sampingan atau
tambahan saja. Biasanya diberikan pada ikan budidaya pembesaran. Pakan jenis
tambahan ini sangat banyak dan bervariasi, ayam tiren, ikan rucah, sayuran dan
sebagainya. Pemberian diberikan tergantung jenis ikan yang dibudidayakan.
3. Pakan alami
Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam dan mengandung banyak
protein dan vitamin sehingga sangat baik untuk pertumbuhan ikan. Jenis pakan
alami yan diberikan, seperti cacing sutra, keong, plankton, kutu air atau
mikroorganisme lainnya.
4. Pakan buatan
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan diolah sesuai dengan kebutuhan
serta formulasi tertentu, baik secara nabati maupun hewani tergantung
pembuatnya. Pakan buatan biasanya dibuat oleh pabrik yan dijual secara kormesil
maupun bisa membuat sendiri. Biasanya pembuatan pakan buatan menggunakan
bahan nabati, yaitu dedak halus, tepun daun, tepung jagung dan tepun kedelai.
Sedangkan bahan hewan menggunakan bahan-bahan, yaitu minyak hati, minyak
ikan, tepung darah, tepung ikan dan sebagainya.
11
2. Kekerasan : Dapat diuji dengan memberi beban pada pelet sampat batas
beban tertentu pelet akan hancur. Pelet yang baik harus mempunyai
kekerasan yang tingi dan biasanya berasal dari bahan baku yang halus.
3. Daya tahan dalam air : Dapat dilakukan dengan cara mengambil pakan,
selanjutnya merendam pakan dalam air dingin. Waktu yang diperlukan
sampai pelet hancur merupakan ukuran daya tahan pelet tersebut.
4. Daya apung : Dapat dilakukan dengan menjatuhkan pelet kedalam air,
waktu yang diperlukan mulai saat pelet menyentuh permukaan air sampai
tenggelam didasar adalah merupakan ukuran daya apungnya.
b. Pengujian kimiawi
Setelah dilakukan pengujian secara fisik kemudian kita melakukan pengujian
secara kimiawi. Pengujian ini dimaksud untuk mengetahui kandunan izi dari
pakan tersebut, yaitu kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, serat dan kadar air.
Pengujian ini dapat dilakukan di laboratorium.
c. Pengujian Biologis
Setelah melakukan penusian secara fisik dan secara kimiawi perlu juga
dilakukan secara biologis. Pengujian biologis sangat pentin terutama untuk
melihat nilai Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio). Nilai ini sebenarnya tidak
merupakan angka mutlak, karena tidak hanya ditentukan oleh kualitas, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti jenis, ukuran ikan, kepadatan, dan
kualitas air.
15
METODOLOGI
Pertumbuhan
Pakan
Budidaya mudah,
rasanya enak, tidak Mudah ditemui Limbah bulu ayam
dipenuhi tulang kecil dan harga relatif yang melimpah
mahal kurang dimanfaatkan
dan harga lebih
murah
Mengandung
proteinyang
tinggi dan cocok Mengandung sumber
untuk pakan ikan karbohidrat, serat, abu,
lemak, protein
Hipotesis
Adapun hipotesis perlakuan yang digunakan yaitu :
H0 : tidak ada pengaruh pemberian tepung bulu ayam ke dalam pakan ikan
terhadap pertumbuhan ikan lele mutiara.
H1 : ada pengaruh pemberian tepung bulu ayam ke dalam pakan ikan terhadap
pertumbuhan ikan lele mutiara.
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai September di Balai Riset
Budidaya Air Tawar (BRBAT) Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga yang terletak di
Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
3.3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada
tabel di bawah ini (lampiran 3) :
Tabel 5. Bahan Penelitian
Jenis bahan Jumlah Kegunaan
Tepung bulu ayam 6000g Bahan baku utama sumber protein
Dedak 3000g Bahan tambahan sumber abu
Tepung jagung 3000g Bahan tambahan sumber karbohidrat
Tepung kedelai 1500g Bahan tambahan sumber kelarutan
Tepung tapioka 750g Bahan tambahan sebagai perekat
Vitamin 750g Penambah nafsu makan
Benih ikan lele Mutiara 250 ekor Sebagai sampel uji
Pelet pabrik merk FF-999 5000g Sebagai perlakuan kontrol positif
Air hangat - Sebagai bahan pencampur adonan
Keterangan:
Xij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum
σi = pengaruh perlakuan ke- i
ɛij = Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-i dan ulangan ke- j
Jika berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda nyata
Terkecil (BNT) dengan formula sebagai beriku:
BNT0.05=t0.005 x√
Setiap perlakuan uji menggunakan benih ikan lele ukuran 3-5 cm sebanyak 20
ekor pada setiap kolam. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi pemberian
pelet alternatif (tepung bulu ayam) pada ikan lele. Adapun jenis perlakuan
antara lain:
P0 : Pelet pabrik sebagai kontrol +
P1 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 30%
P2 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 40%
P3 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 50%
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bobot dan panjang mutlak ikan
pada setiap kali pengukuran sampai dengan akhir percobaan.
3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pelet pabrik yang berbeda
terhadap pertumbuhan intensitas pemberian pakan.
yang terkumpul dicuci hingga bersih dengan air mengalir. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memisahkan bulu ayam dari sisa-sisa darah maupun kotoran
lainnya yang menempel. Bulu ayam yang sudah bersih dikeringkan pada sinar
matahari kering. Bulu ayam kemudian di oven sampai bulu ayam benar-benar
kering. Bulu ayam yang sudah di oven kemudian digiling menggunakan mesin
giling. Hasil yang diperoleh dari penggilingan berupa tepung bulu ayam.
3.6.2 Prosedur Pembuatan Pakan
Pelet alternatif yang siap digunakan harus dibuat terlebih dahulu dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut (lampiran 4) :
a. Bahan-bahan untuk membuat pelet disiapkan terlebih dahulu, meliputi :
Tepung bulu ayam, tepung kedelai, tepung jagung, dedak, tepung tapioka,
vitamin mix dan air.
b. Bahan-bahan tersebut ditimbang sesuai dengan analisis bahan dalam 5000
g pelet dan dicampur menjadi satu. Formulasi bahan-bahan yan digunakan
dalam pembuatan pakan dapat dilihat pada tebale di bawah ini yaitu :
Tabel 6. Formulasi Bahan Pembuatan Pakan Ikan
Formulasi bahan (%)
Tepung
Perlakuan Tepung Tepung Tepung
Bulu Dedak Vitamin
Jagung Kedelai Tapioka
Ayam
P1 30% 20% 30% 10% 5% 5%
P2 40% 20% 20% 10% 5% 5%
P3 50% 20% 10% 10% 5% 5%
P0 Pelet pabrik sebagai kontrol +
c. Setelah semua bahan adonan yang sudah ditimbang tercampur rata, adonan
lalu di cetak dengan penggiling pakan sehingga dihasilkan pelet basah
yang panjang seperti mie.
d. Pelet basah yang sudah terbentuk kemudian dijemur di bawah sinar
matahari selama 2 hari (sampai kering). Pelet yang sudah kering kemudian
ditimbang dan siap digunakan sebagai pakan ikan lele.
21
Keterangan :
W : Pertumbuhan bobot Mutlak (g)
Wt : Bobot akhir (g)
Wo: Bobot ikan awal (g)
3.7.4 Hubungan Panjang dan Bobot Ikan
Hubungan panjang berat dapat di analisa menggunakan Linear Allomtric
Modal (LAM) (Fuadi et al. 2016) sebagai berikut:
W = (aLb)
Dimana W adalah berat ikan (g), L adalah panjang ikan (cm), a adalah
intercept regresi linear, b adalah koefisien regresi. Nilai b dari hasil perhitungan
ini dapat mencerminkan pola pertumbuhan ikan. Jika nilai b=3, maka pola
pertumbuhan bersifat isometrik atau pertambahan bobot setara dengan
pertumbuhan panjang ikan dan jika nilai b≠3, maka pola pertumbuhannya bersifat
alometrik. Pola pertumbuhan alometrik terbagi menjadi dua, yaitu alometrik
positif dan alometrik negatif. Jika nilai b di bawah 3 disebut alometrik negatif
(pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot), dan
bila nilai b di atas 3 disebut alometrik positif (pertambahan bobot lebih cepat
dibandingkan dengan pertambahan panjang).
3.7.5 Kualitas Air
Pengukuran kualitas air perlu dilakukan untuk menjaga kondisi media
selama pembesaran ikan. Adapun penukuran kualitas air meliputi pH air kolam
dan suhu diukur setiap 2 minggu sekali. Langkah pengukuran pH dan suhu air
kolam dilakukan dengan cara sebagai berikut :
23
1. pH
Dalam mengukur pH diunakan alat ukur pH meter dikalibrasi
menggunakan standar pH 7,0. Kemudian dicelupkan ujung pH meter pada air di
masing-masing kolam sampai angka yang ditunjukkan.
2. Suhu
Dalam pengukuran suhu digunakan termometer air. Langkah yang
dilakukan yaitu dengan cara memasukkan termometer ke dalam air kolam yang
akan diukur selama beberapa menit.
24
yang ada di Balai Riset Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga, dapat dilihat sebagai
mana disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Sarana pokok Di Balai Riset Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga
Kegunaan
No. Jenis Kolam Jumlah
PM PD PS KI
1 Beton 16 unit 6 6 - 4
2 Fiber bulat 16 unit 6 10 - -
3 Fiber petak 8 unit 4 4 - -
4 Kolam tanah 17 unit - - 8 5
5 Tandon 2 unit Tempat penampungan air
Ruang
6 Tempat penyimpanan alat-alat pembenihan
peralatan
Ruangan
7 Tempat penetasan telur
inkubasi
8 Mess Tempat penginapan
Sumber: Data primer 2021 PM: Pemijahan PD: Pendederan PS: Pembesaran KI: Kolam
Induk
Di Balai Riset Air Tawar Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga, juga sudah
mempunyai jenis-jenis ikan air tawar antara lain :
Tabel 8. Jenis-jenis ikan di Balai Riset Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga
No Ikan Konsumsi Ikan Hias
1 Ikan Lele Ikan Mas Koki
2 Ikan Nila Ikan Mas Koi
3 Ikan Mas Ikan Cupang
4 Ikan Bawal Ikan Aligator
5 Ikan Patin Ikan Oscar
6 Ikan Gurame Ikan Mas Pedang
Ikan Manfish
Ikan Platy
Ikan Guppy
Ikan Komet
4.2 Prosedur
4.2.1 Bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan adalah bulu ayam yang dibuat menjadi
tepung bulu ayam. Bahan baku tambahan meliputi dedak, tepung jagung, tepung
kedelai, tepung tapioka dan vitamin dengan tambahan mineral. Muttaqin dan
Murwono (2012) membuat pakan untuk budidaya ikan lele dari bahan-bahan
seperti tepung ikan, dedak halus, dan tapioka. Abidin et al. (2015) melaporkan
pembuatan pakan ikan lele (Clarias sp.) menggunakan bahan baku tepung ikan,
tepung jagung, tepung dedak, dan minyak ikan. Adapun alat selanjutnya yang
digunakan untuk mengaplikasikan pelet ialah kolam terpal dengan ukuran panjang
x lebar x tinggi (130 cm x 50 cm x 50 cm) sebanyak 12 kolam.
4.2.2 Metode Pembuatan
Pembuatan pakan terbagi menjadi beberapa tahapan meliputi penyusunan
formulasi, penimbangan, pencampuran adonan, pencetakan, penjemuran,
pengepakan, dan penyimpanan pakan. Afrianto dan Liviawaty (2005) menyatakan
proses pembuatan pakan ikan meliputi tahapan keiatan pengecilan ukuran,
premixing, pencampuran, pencetakan, penjemuran atau pengeringan, penemasan
dan penyimpanan. Proses-proses tersebut bertujuan untuk meningkatkan nilai
nutrisional, memudahkan konsumen dan memperpanjang umur simpan.
Formulasi Pakan
Pembuatan pakan alternatif benih ikan lele diperlukan bahan-bahan yang
mendukung kebutuhan protein untuk peningkatan pertumbuhan benih ikan lele.
Maka dilakukan perhitungan formulasi dengan Trial and Error pada komposisi
bahan di setiap perlakuan. Asumsi kebutuhan protein dalam pakan adalah 30%.
Lovell (2014) menyatakan nutrisi yang dibutuhkan oleh lele dumbo yaitu
protein 32%, energi 300 kka. Ghufran (2007) menyatakan kebutuhan nutrisi ikan
lele dumbo (C. gariepinus) yaitu: protein 35-40%, lemak 9,5-10%, karbohidrat
10-20%, vitamin 0,25-0,40%, dan mineral 1,0%. Pakan yang dibuat sebanyak
5000g dari masing-masing perlakuan Jumlah protein pada setiap perlakuan ialah:
P1 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 30%
P2 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 40%
P3 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 50%
27
Penimbangan
Langkah selanjutnya yakni melakukan penimbangan bahan. Timbangan
yang digunakan ada dua yaitu timbangan digital dan timbangan biasa.
Penimbangan bahan baku utama dan tambahan yang digunakan untuk pembuatan
pakan ikan lele sesuai dengan perhitungan formulasi pakan.
Pembuatan Adonan
Pencampuran bahan baku dilakukan secara manual, dimulai dari bahan
yang jumlahnya paling sedikit hingga yang paling banyak sampai semua bahan
tercampur merata dan homogen. Setelah semua bahan tercampur rata,
ditambahkan air hangat (50-60ºC) sedikit demi sedikit sampai adonan menjadi
kalis. Tujuan penambahan air hangat agar adonan berbentuk pasta dan mudah
untuk dicetak (Mulia et all. 2017). Adapun binder atau bahan perekat dalam
pakan adalah tepung tapioka. Binder atau bahan perekat adalah bahan tambahan
yang sengaja ditambahkan ke dalam formula pakan untuk menyatukan
semua bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan (Saade dan Aslamyah
2009). (Wulansari et all. 2016) menambahkan penggunaan bahan perekat akan
mempengaruhi kualitas pakan, dan bentuk pelet secara fisik. Bahan perekat
diperlukan untuk mengikat komponen-komponen bahan pakan agar mempunyai
struktur yang kompak sehingga tidak mudah hancur dan mudah dibentuk pada
proses pembuatannya.
28
Pencetakan
Adonan pakan yang sudah kalis kemudian dibentuk menjadi bulatan-
bulatan kecil guna untuk memudahkan saat pengilingan. Kemudian bulatan-
bulatan itu dimasukkan ke dalam mesin penggiling dan dicetak. Kemudian
ditampung pada wadah yang telah disediakan.
Penjemuran/Pengeringan
Selanjutnya pelet dijemur di bawah sinar matahari selama 2 – 3 hari.
Rahayoe (2017) menjelaskan tujuan dari penjempuran pellet menggunakan sinar
matahari adalah untuk mengurangi kandunan air bahan sampai batas tertentu
sehingga aman disimpan sampai pemanfaatan yan lebih lanjut. Setelah pakan
kering, masing-masing pakan uji dipisahkan kemudian dimasukkan ke dalam
wadah dan diberi label sesuai perlakuan masing-masing.
Pengepakan
Pelet yang sudah kering tidak langsung dikemas, karena pellet masih
panas dikhawatirkan apabila langsung dikemas akan menimbulkan uap air di
dalam plastik sehingga pellet menjadi basah dan dengan mudah akan
menimbulkan jamur. Setelah dijemur pellet didiamkan terlebih dahulu sampai
dingin ±30-60 menit kemudian dikemas menggunakan plastik. Selanjutnya
ditambahkan silika gel. Tujuan penambahan silika gel adalah mempertahankan
kadar air. Yusrin et al. (2014) menjelaskan bahwa silika gel telah banyak
digunakan sebagai adsorben pada proses adsorpsi karena adanya suatu gugus
aktif silanol (≡Si-OH) dan siloksan (≡Si-O-Si≡). Prastiyanto et al. (2005)
menambahkan silika gel dalam aplikasi sehari-hari digunakan sebagai adsorben
pada makanan, karena memiliki kemampuan menyerap kelembaban sehingga
mencegah kerusakan makanan selama penyimpanan. Fungsi dari silika gel adalah
mencegah terbentuknya kelembapan yang berlebihan sebelum terjadi dan
menyerap lembab tanpa merubah kondisi zatnya. Karena pakan bersifat
higroskopis (kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari
lingkungannya).
29
Penyimpanan
Pelet yang sudah dikemas, harus disimpan ke dalam ruangan yang tidak
terkena sinar matahari langsung. Lantai ruangan diberi kayu/falet agar tidak
bersentuhan langsung dengan lantai.
P1 P2 P3
Keterangan:
P1 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 30%
P2 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 40%
P3 : Pelet alternatif (limbah bulu ayam) 50%
rusak. Prihadi (2007) menambahkan pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah
makanan melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya.
Panjang Mutlak
16.000 14.033a
14.000
12.000
9.467b
10.000
cm
8.000 6.133c
6.000 3.767d
4.000
2.000
0.000
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
bulu ayam 50%) dengan rata-rata sebesar 14,17 g, sedangkan berat bobot mutlak
terendah terdapat pada perlakuan ke-1 (dengan penambahan bulu ayam 30%)
dengan rata- rata 4,1 g. Perlakuan kontrol menggunakan pelet pabrik dan memiliki
rata-rata panjang mutlak 1,3 g. Kordi (2009) kekurangan protein berpengaruh
negatif terhadap konsumsi pakan, konsekuensinya terjadi penurunan pertumbuhan
bobot. Menurut Kordi, (2009) kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan
penimbunan lemak, nafsu makan ikan berkurang.
Bobot Mutlak
16 14.17
14
12
10
8.5
8
g
6 4.1
4 1.3
2
0
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
2
Bobot (gr)
1.5
Series1
1
Linear (Series1)
0.5
0
6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2 7.4
Panjang (mm)
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan ke-3 (dengan
penambahan tepung bulu ayam 50%) dengan rata-rata sebesar 14,033 cm.
Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan ke-3 (dengan
penambahan tepung bulu ayam 50%) dengan rata-rata sebesar 14,17 g.
2. Analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung bulu ayam dalam
pakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak
benih ikan lele mutiara. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung (3.348) lebih
kecil dari pada F tabel (4.066), dan nilai determinan (55.665). Maka tidak dapat
dilakukan uji lanjut.
5.2 Saran
Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran
sebagai berikut :
1. Disarankan kepada pembudidaya atau petani ikan untuk memakai limbah bulu
ayam selain memiliki protein kasar yang sangat tinggi penggunaan limbah bulu
ayam juga dapat mengurani pencemaran linkungan.
2. Perlu diadakan penelitian lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT)
dengan selang kepercayaan 95%.
36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
39
NILAI
Galat 8 0.300 0.037 55.665
DETERMIAN
Total 11 0.677
41