Anda di halaman 1dari 13

A.

JUDUL PROGRAM PEMBUATAN PANGAN TERNAK LELE ORGANIK BERBAHAN BAKU PROTEIN DARI BULU AYAM DENGAN METODE FERMENTASI BIO B.LATAR BELAKANG Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Lele adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar bagi lele. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat.

Tabel 1. Produksi Budidaya Lele Di Indonesia No 1 2 3 4 5 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Jumlah Produksi Dalam Ton 51.271 69.386 77.272 91.735 108.200 Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Lele) Dengan meningakatnnya budidaya lele di Indonesia makan perlunya binaan serta permintaan pangan lele disejumlah daerah budidaya pun pastinya meningkat, namun para peternak lele bingung dengan cara pemberian makan dengan nutrisi yang benar dan

ekonomis. Mahalnya harga pakan lele yang memenuhi standar nutrisi lele menjadi suatu kendala para peternak lele. Komponen biaya paling tinggi dalam industri peternakan ikan lele adalah pakan. Apabila peternakan menggunakan pakan buatan dari toko nilainya bisa mencapai 70% dari seluruh komponen biaya. Saat ini harga pakan buatan sudah sekitar Rp 10.000,- per kg. Karenanya, para peternak lele biasanya lebih memilih hingga margin yang diperoleh bisa lebih besar dibandingkan penggunaan pakan pabrik. Biasanya para peternak akan membuat pangan olahan dari dedak halus 20%, ampas tahu 20%, jagung giling 20%, dan ayam mati dengan potonga daging 35%, tepung tapioka 5%, dan vitamin C dan B kompleks. Dalam hal itu maka sangat diharapkannya ada pakan lele alternatif yang mampu dibuat sendiri oleh peternak dengan memanfaatkan bahan-bahan limbah yang sudah tidak terpakai, dalam pangan lele yang mencakup nutrisi lengkap yaitu meliputi Protein 40-60%, Lemak 23% dan Serat 18%. Salah satu bahan baku yang mengandung protein dengan 2354 kal/kg dan asam amino tersedia sebesar 65% dan menggunaannya sebesar 10% yaitu bulu ayam jadi dengan kadar protein kasar 85%. Bulu ayam mampu menggantikan salah satu bahan baku untuk pengolahan pangan lele yaitu tepung ikan karena bulu ayam jika di jadikan tepung mempunyai kandungan nutrisi sebagai berikut. Jadi dalam penelitian ini akan mencoba untuk membuat pangan lele alternatif memanfaatkan sumber protein yang tinggi dari bulu ayam dengan metode fermentasi BIO agar dapat menjadikan pangan ternak lele itu sendiri tahan lama dan mencapai tahap hirolisis sempurna. C.PERUMUSAN PROGRAM Bulu ayam merupakan limbah yang pemanfaatannya kurang optimal di negara Indonesia biasanya bulu ayam ditempat pemotongan akan dibuang atau dibakar begitu saja padahal bulu ayam sendiri dapat dijadikan bahan baku pangan lele karena mengandung kadar protein kasar mencapai 85%, permintaan pangan lele sendiri dari taun ke taun meningkat namun sesuai hukum inflasi bila permintaan meningkat maka harga naik dan para peternak lele sangat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan lelenya. Dari permasalahan diatas maka sudah seharusnya bulu ayam mampu diteliti secara optimal agar dapat dijadikan pangan lele dengan kadar protein tinggi serta daya tahan simpan yang lama dengan metode fermentasi BIO, disamping itu diharapkan limbah bulu ayam yang

tadinya dibuang begitu saja mampu menjadi pangan lele yang bersaing dipasaran dengan harga yang relatif murah atau dapat dibuat sendiri oleh para peternak lele agar mendapatkan keuntungan yang finansial. D.TUJUAN PROGRAM Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui variabel proses penambahan tepung bulu ayam dalam pengganti salah satu bahan pangan ternak lele yang paling baik untuk nutrisi lele. 2. Mengetahui variabel mana yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan lele. 3. Mengetahui kadar protein yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku bulu ayam serta metode fermentasi. 4. Membuat pangan lele alternatif yang kaya akan kadar protein tinggi dan mampu bertahan lama dalam proses penyimpanan.

E.LUARAN PROGRAM Pada penelitian ini diharapkan ditemukan suatu bahan baku alternatif yang memanfaatkan limbah bulu ayam serta metode dalam hal pembuatan pakan ikan lele dan menjadikan pakan yang dihasilkan sebagai pakan ternak lele berprotein tinggi. F.KEGUNAAN PROGRAM Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. 2. Memanfaatkan limbah bulu ayam sebagai bahan baku pengolahan pakan ternak lele. Memberikan inspirasi penelitian tentang pengolahan pakan lele dengan memanfaatkan limbah untuk industri pakan ternak. 3. Membantu para peternak ikan lele di Indonesia agar dapat membuat pakan ternak lelenya sendiri.

G.TINJAUAN PUSTAKA G.1 Bulu Ayam Bulu ayam mengandung protein kasar yang cukup tinggi, yakni 85% dari bahan kering (BK) melebihi kandungan protein kasar bungkil kedelai 42,5 % dan tepung ikan 66,2 % (Anonimus, 2003). Sayangnya kandungan protein kasar yang tinggi tersebut tidak diikuti dengan nilai biologis yang tinggi. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik bulu ayam secara in vitro masing-masing hanya 5,8 % dan 0,7 %. Nilai kecernaan yang rendah tersebut disebabkan bulu ayam sebagian besar terdiri atas keratin yang digolongkan ke dalam protein serat.

Gambar 1. Bulu Ayam Keratin merupakan protein yang kaya akan asam amino bersulfur, sistin.Ikatan disulfida yang dibentuk diantara asam amino sistin menyebabkan protein ini sulit dicerna, baik oleh mikroorganisme rumen maupun enzim proteolitik dalam saluranpencernaan pasca rumen. Keratin dapat dipecah melalui reaksi kimia dan enzim, sehinggab pada akhirnya dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam saluran pencernaan. Tabel 2. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Ayam No Nutrisi 1 2 3 4 5 6 Protein Kasar Serat Kasar Abu Kalsium Phospor Garam Kadar 85% 0,3-1,5% 0 3,5 0,20 0,40 0,20 0,65 0,20

(Sumber : Rasyaf, 1990)

G.2

Ikan Lele (Cat Fish) Ikan Lele (Clarias) adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini

mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang serta mimiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis (spesies). Sedikitnya terdapat 55 spesies (jenis) ikan lele di seluruh dunia. Ikan-ikan marga Clarias ini dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan siripanus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya Tabel 3. Klasifikasi Lele Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Species Scopoli, 1777 Gambar 2. Ikan Lele Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah padamusim penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika G.3 Pakan Lele Pisces Teleostei Ostareophyci Claridae Clarias Clarias sp.

Dalam alamnya, lele biasanya memakan zooplankton, larva, cacing, serangga air, dan fitoplankton. Lele juga sering mengonsumsi makanan busuk yang mengandung protein dan bahkan lele tidak jarang memakan kotoran yang berasal dari wc. Lele yang dipelihara di tambak maupun kolam-kolam kecil, dapat diberikan makanan tambahan berupa sisa makanan dari rumah tangga, daun kubis, tulang ikan maupun tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai hewan. Tapi selain makanan tersebut, pemilik lele tersebut biasanya memberi makanan tambahan lain berupa campuran dedak dan bangkai ikan kecil dengan perbandingan 9:1 atau juga bisa dengan campuran bekatul, jagung, dan siput (bekicot) dengan perbandingan 2:1:11. Tapi seringkali pemilik tambak maupun kolam lele, banyak yang memberi lele mereka pakan berupa pelet. Adapun kandungan pelet dapat dilihat dari tabel dibawah : Tabel 4. Komposisi pangan lele Bahan Ramuan Tepung Ikan Tepung Darah Tepung Kedelai Kaldu Dedak Halus Tepung Terigu Tepung Daun (Daun Turi) Garam Mineral (Premix Mineral) Premix Vitamin Sumber : Anonim, 2002 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kandungan gizi dalam pelet adalah protein yang terkandung dalam tepung ikan, tepung darah,tepung kedelai, dan dedak halus. Protein merupakan komponen gizi yang paling utama dalam pengembang biakan lele dikarenakan kandungan protein dalam pakan mampu membuat lele tumbuh lebih besar dan sehat. G.4 BIO STARTER Larutan bio starter adalah larutan yang akan digunakan dalam proses fermentasi pangan lele agar pangan lele yang dihasilkan dapat bertahan lama serta meningkatkan nafsu makan ikan lele itu sendiri. Bio starter sendiri banyak digunakan sebagai starter makannan Takaran 12% 10% 20% 8% 35% 10% 3,5% 1% 0,5%

ternak lain untuk metode fermentasi yang sangat menguntungkan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi, larutan bio starter merupakan campuran berbagai bahan yang meliputi: Tabel 5. Bahan untuk pembuatan bio starter Bahan Jamur Trichoderma sp Air bersih non kaporit Za, 1,5 kg TSP KCL Tepung Beras Mollasis/tetes Sumber : Anonim, 2008 G.5 NaOH Volume 1 liter 100 liter 6 ons 6 ons 1 kg 2 kg

Gambar 3. NaOH Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau Sodium

Hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Adapun sifat fisis yang dimiliki NaOH adalah sebagai berikut : Tabel 6. Sifat fisis NaOH Rumus molekul NaOH Massa molar Penampilan Densitas Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air 39.99711 g/mol mol putih solid, hidroskopis 2.13 g/cm3 318 C, 591 K, 604 F 1388 C, 1661 K, 2530 F 1110 g/L (20 C)

Kelarutan dalam etanol Kelarutan dalam methanol Keasaman (p K a)

139 g/L 238 g/L ~13 (Anonim, 2011)

NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. NaOH berbentuk lembab dan bereaksi spontan dengan CO2 yang ada di udara, sehingga seringkali Larutan Natrium Hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Sesuai dengan reaksi : CO2 (g) + NaOH (aq) ------> H2CO3 (aq) + NaHCO3 (aq) Bereaksinya NaOH dengan CO2, akan menghasilkan H2CO3 yang merupakan asam lemah. Itulah yang menimbulkan noda berwarna kuning. G.6 Autoclave

Gambar 4. Autoclave Autoclave adalah suatu alat yang berfungsi untuk mensterilkan atau membunuh kuman, bakteri, maupun mikroorganisme lain yang menempel di alat-alat laboratorium. Prinsip kerja autoclave ini menyerupai cara kerja kukusan, hanya saja dengan tekanan dan suhu yang lebih tinggi. Jadi sebelum memakai alat ini, pastikan air didalam autoclave cukup. Setelah itu masukkan alat dan bahan yang ingin disterilisasi, setelah itu tutup dan kencangkan klep pengaman pada autoclave, lalu nyalakan autoclavenya. Biasanya untuk mencapai suhu 121oC dibutuhkan waktu 15 menit. Setelah mencapai suhu dan tekanan yang diinginkan, matikan autoclave, tunggu sampai tekanan dan suhu turun, lalu buka tutupnya secara perlahan.

K. Lampiran K.1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA PELAKSANA 1. Ketua Pelaksana Nama NIM Tempat/tanggal lahir Alamat Rumah Alamat Email HP Waktu untuk kegiatan PKM : Azis Andre Dwi Alamsyah : 21030110060081 : Banyumas, 30 Januari 1992 : Tambak Sogra RT 002/005 Sumbang, Banyumas : azisandred@gmail.com : 085726443334 : 8 jam/minggu Ketua Pelaksana

2. Anggota Pelaksana Anggota 1 Nama NIM Tempat/tanggal lahir Alamat Asal : Joddy Christyawan : 21030111130063 : Bekasi, 14 April 1994 :Jl. Kenanga IX Blok K5/9 Perum. Duta Indah, Pondok Gede, Bekasi 14713 Alamat Semarang Alamat Email : Jl. Gondang Raya Timur 2 No. 15. Tembalang, Semarang : joddych@gmail.com

HP Waktu untuk kegiatan PKM

: 085710197951 : 8 jam/minggu Anggota Pelaksana I

Joddy Christyawan NIM 21030111130063 3. Anggota Pelaksana Anggota 2 Nama NIM Tempat/tanggal lahir Alamat Asal Alamat Email HP Waktu untuk kegiatan PKM : Agnes Priska Tiarasukma : 21030111130054 : Semarang, 17 Mei 1994 :Jl. Regosari 1 Gumuk A/11, Semarang : agnes.priska@yahoo.com : 085727169289 : 8 jam/minggu Anggota Pelaksana II

Agnes Priska Tiarasukma NIM 21030111130054

K.2 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DOSEN PEMBIMBING 1. DATA PRIBADI Nama Lengkap NIP Tempat dan tanggal lahir Jenis Kelamin Unit Kerja Alamat Rumah No. HP/Telp Email Penelitian No 1 Tahun 2009-2010 Judul Penelitian Microencapsulation of medium-chain triglycerides and d-limonene 2 2009 Effect of wall material and emulsifier on the d-limonene microencapsulated powder Anggota Ketua/Anggota Anggota Sumber Dana Monbukagakusho (Japanese Government) Monbukagakusho (Japanese Government) : Dr. Vita Paramita, ST, MM, M.Eng : 19810215 200501 2 002 : Semarang, 15 Februari 1981 : Perempuan : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Univ Diponegoro. : Jln. Taman Gedung Batu Selatan no. 20, Semarang : 0816652340 : vita_paramita@yahoo.co.id

PengalamanPengabdianKepadaMasyarakat No 1 Tahun 2012 Penyuluhan JudulPengabdian pembuatan selai kedondong di Ketua/Anggota Ketua

Kecamatan Tembalang, Kotamadya Semarang 2 2007 Penyuluhan pemurnian minyak daun cengkeh di Anggota

Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal

Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal (5 tahun terakhir) 1. Vita Paramita, Takeshi Furuta,Hidefumi Yoshii. 2012. High-Oil-Load Encapsulation of Medium-Chain Triglycerides and d-Limonene Mixture in Modified Starch by Spray Drying. Journal of Food Science 77(2), E38E44. (Internasional) 2. Vita Paramita, Takeshi Furuta, Hidefumi Yoshii. 2010. Microencapsulation efficacy of d-limonene by spray drying using various combinations of wall materials and emulsifiers. Food Science and Technology Research, 16(5), 365372. (National Japan) 3. Vita Paramita, Mohamad Endy Yulianto, Fahmi Arifan. 2005. Kajian model perpindahan massa fasa dispersi ekstraksi eugenol dari minyak cengkeh dengan NaOH berlebih dan pelarut n-HEKSAN. Media Komunikasi Rekayasa Proses dan Teknologi Tepat Guna (Metana) 2(1): 2227. Dosen Pendamping

Dr. Vita Paramita. ST, MM, M. Eng NIP. 19810215 200501 2 002

LOG BOOK (BUKU KERJA) DAN INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA PENDEK (IKJP) PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMBUATAN PANGAN TERNAK LELE ORGANIK BERBAHAN BAKU PROTEIN DARI BULU AYAM DENGAN METODE FERMENTASI BIO

Bidang Kegiatan: PKM Penelitian Disusun oleh:


AZIS ANDRE DWI ALAMSYAH JODDY CHRISTYAWAN AGNES PRISKA TIARASUKMA (21030110060013/Angkatan 2010) (210301111130063/Angkatan 2011) (21030111130054/ Angkatan 2011)

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

Anda mungkin juga menyukai