Anda di halaman 1dari 11

DEDAUNAN YANG TINGGI PROTEIN DAN DISUKAI IKAN NILA

SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF DITENGAH HARGA PELET YANG


SEMAKIN TINGGI

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi UTS mata kuliah


Metodologi Riset dan Penulisan ilmiah

MOCH NAUFAL IKMALUDIN


230110210088

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya ikan tawar merupakan salah satu bidang usaha yang banyak digemari
masyarakat Indonesia, menurut data statistik Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) jumlah
pembudidaya ikan air tawar pada tahun 2021 menembus angka 1.392.326 orang, dan juga
masyarakat Indonesia gemar memakan ikan air tawar khususnya ikan Nila, menurut data statistik
Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) nilai produksi ikan Nila di Indonesia mencapai angka
32.350.599.441, yang berarti ikan Nila menjadi salah satu ikan yang bernilai ekonomis tinggi di
indonesia. Menurut E. Nugroho (2011), ikan Nila (Oreochromis niloticus) atau disebut
Tilapia,merupakan salah satu komoditi perikanan budidaya air tawar yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup penting di beberapa daerah di Asia, termasuk Indonesia.

Seiring dengan meningkatnya bidang usaha budidaya air tawar, maka kebutuhan pakan
ikan pabrikan atau pelet ikan semakin tinggi juga untuk memenuhui kebutuhan para
pembudidaya, yang menjadi masalah bagi para pembudidaya ketika terjadinya kenaikan harga
pelet dan akan menambah cost produksi untuk pembesaran ikan sampai ukuran siap panen.
Disini penulis akan memaparkan beberapa dedaunan yang memiliki protein tinggi, harga yang
murah, mudah didapatkan dan tentunya disukai ikan Nila, sebagai pakan alternatif disaat terjadi
kenaikan pakan ikan pabrikan atau pelet ikan.

Penelitian ini sangat penting dikarenakan pakan merupakan aspek penting dalam
budidaya dan akan menentukan hasil akhir dari proses budidaya yang sudah dijalani, apakah ikan
memiliki kualitas tinggi dan apakah hasil panen mencapai target yang sudah ditentukan dari
awal? Penulis berusaha memaparkan dan berbagi pengetahuan agar para pembudidaya ikan Nila
tidak kebingungan dan tidak menjadi masalah yang besar pada saat terjadinya kenaikan harga
pakan ikan pabrikan atau pelet ikan.

1.2 Rumusan Masalah

Kenaikan harga pakan ikan pabrikan atau pelet sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan budidaya ikan Nila. Sehingga, para pembudidaya menjadi bingung memikirkan
cost produksi yang semakin tinggi. Dan lebih parahnya lagi bisa menimbulkan kerugian dalam
berbudidaya sehingga tidak sesuai dengan perencanaan awal budidaya. Masalah ini memicu
sebuah pertanyaan yang penting untuk dijawab, yakni:

 Bagaimana para pembudidaya ikan Nila bisa tetap menjalani budidaya disaat kenaikan
harga pakan ikan pabrikan atau pelet?
 Apa saja dedaunan yang bisa menjadi pakan alternatif untuk ikan Nila?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

 Tujuan penelitian ini adalah menjelsaskan solusi bagi para pembudidaya ikan Nila agar
bisa tetap menjalani budidaya disaat kenaikan harga pakan ikan pabrikan atau pelet
terjadi.
 Penelitian ini ingin mengetahui jenis-jenis dedaunan yang bisa menjadi pakan alternatif
untuk ikan Nila.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Hasil penelitian ini diharapkan memberi pengetahuan baru tentang jenis jenis dedaunan
yang bisa dijadikan sebagai pakan alternatif.
 Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi untuk peneltian selanjutnya.
 Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti mengenai pakan
alternatif ikan Nila.
 Penelitian ini menambah referensi terkait pakan alternatif untuk ikan Nila.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi ikan Nila (Oreochromis niloticus) menurut Fauzi (1996) adalah sebagai
berikut:

Philum : Chordata

Subphilum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Subkelas : Achantopterigii

Ordo : Perciformes

SubOrdo : Percoidei

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus.

Gambar 1. Ikan Nila

Nama Nilotika diambil dari tempat ikan ini berasal, yaitu sungai Nil di Benua Afrika.
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok
tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan Nila memiliki panjang tepi berwarna putih, memiliki
gurat-gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah badan, tetapi letaknya lebih kebawah
dari pada letak garis yang memanjang diatas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya
34 buah. Sirip punggung berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir
sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam
(Khairuman dan Khairul, 2003).

Sejarah masuknya ikan Nila ke Indonesia pertama kali pada tahun 1969, menurut
Nugroho (2013), ikan Nila (Oreochromis niloticus) pertama kali masuk ke Indonesia sebagai
ikan introduksi pada tahun 1969 dan tersebar di Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Perkembangan
budidaya ikan Nila sebagai salah satu komoditas perikanan air tawar mulai menjadi kegiatan
agribisnis yang cukup menjanjikan. Hal itu mulai berkembang dengan baik sejak tahun 1990- an.
Sejak itu, ikan Nila sudah mulai marak dikenalkan kepada masyarakat dan mulai banyak yang
membudidayakanya. Salah satu budidaya kegiatan agribisnis ikan nila adalah Jawa Barat
(Nugroho, 2013).

2.2 Pakan Alternatif

Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam usaha budidaya perikanan, karena
pakan merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan yang akan dibudidayakan, pakan juga harus memiliki kualitas yang
baik dari kandungan yang terdapat didalamnya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan seperti
karbohidrat, protein dan lemak serta beberapa mineral. Pakan memberikan kontribusi terbesar
yaitu mencapai 60 sampai 70% dari total biaya produksi (Handajani, 2010). Dikarenakan cost
produksi dari pakan sangat tinggi, salah satu upaya untuk mengurangi biaya pakan yaitu dengan
pemberian pakan alternatif.

Pakan alternatif ikan air tawar biasanya didapatkan dari berbagai tanaman atau limbah
yang kandungan nutrisinya masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Limbah dari pertanian
umumnya menpunyai kandungan protein yang rendah tetapi kandungan seratnya tinggi
(Rokhmani, 2008). Para pembudidaya ikan air tawar biasanya memberikan tambahan pakan
alternatif dari tanaman sekitar yang mudah didapatkan dan memiliki harga murah seperti talas,
daun papaya, daun singkong, daun kelor, daun ubi jalar, kangkung dan yang lainya.

2.3 Dedaunan Berprotein Tinggi

Protein menjadi sumber energi utama dibandingkan karbohidrat pada pertumbuhan ikan,
sehingga dalam pemberian pakan ikan, hal utama yang harus diperhatikan yaitu kandungan
proteinya. Menurut Handajani et al., (2014), kebutuhan protein dalam pakan antara spesies ikan
sangat berbeda dan pada umumnya berkisar antara 20%-60%. Beberapa jenis dedaunan yang
memiliki protein dan biasa digunakan para pembudidaya ikan air tawar yaitu sebagai berikut:

2.3.1 Daun Singkong

Daun singkong merupakan salah satu bahan pakan alternatif yang dapat dijadikan sebagai
bahan pakan ikan karena mudah didapatkan dan harganya terjangkau pada kalangan masyarakat.
Daun singkong juga memiliki protein tinggi berkisar antara 23,42%, serat kasar 15,80%, lemak
6,31% (Rahmadani et al., 2020). Selain itu daun singkong juga memiliki kandungan vitamin A,
B1 dan C yang cukup tinggi serta mengandung kalsium, fosfor, dan zat besi (Mulyasari, 2011).

Dilihat dari tingginya kandungan protein kasar, daun singkong termasuk pakan sumber
protein (Askar, 1996), sehingga daun singkong bisa dijadikan sebagai sumber protein alternatif.
Akan tetapi, daun singkong mengandung serat kasar yang cukup tinggi, sehingga dalam
penggunaanya perlu dilakukan usaha untuk menurunkanya, menurut Santoso dan Aryani (2007),
fermentasi dengan menggunakan EM4 diduga mampu menurunkan kandungan serat kasar dan
meningkatkan palatabilitas pakan.

2.3.2 Daun Kelor

Salah satu bahan pakan lokal dengan kandungan nutrisi yang tinggi dan dapat
dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ikan yaitu daun kelor. Kandungan serbuk daun kelor per
100 gram mengandung protein sebesar 27,1 gram, karbohidrat 38,2 gram, lemak 2,3 gram, serat
19,2 gram, kandungan air 7,5 %, dan kalori 205,0 cal, serta berbagai vitamin dan mineral penting
lainnya. Mengandung pula 10 macam asam amino 3, 6 dan 9 (Basir B dan Nursyahran, 2018).

Akan tetapi daun kelor memiliki zat-anti nutrisi seperti tannin, saponin, asam phitat dan
total phenol. Zat anti-nutrisi merupakan inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan
(Sitompul, 2004). Zat anti-nutrisi yang terkandung di dalam daun kelor adalah senyawa yang
sangat kompleks sehingga sulit dicerna oleh ikan (Richter et al. 2003). Maka dari itu, perlu
adanya teknik khusus agar zat tersebut dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Salah satu teknik
yang digunakan untuk mengubah zat anti-nutrisi menjadi senyawa yang lebih sederhana adalah
dengan teknik fermentasi menggunakan EM4. Menurut Ahmadi (2012), probiotik merupakan
mikroba baik yang menghasilkan enzim pencernaan seperti amilase, protease, dan lipase untuk
mempermudah proses pencernaan pakan dalam usus ikan.

2.3.3 Daun Pepaya

Daun papaya merupakan salah satu pakan alternatif ikan yang mudah didapatkan,
memiliki harga yang murah dan tentunya kaya akan zat gizi yang bermanfaat sebagai bahan
pakan ikan untuk meningkatkan kandungan protein pada daging ikan. Daun papaya juga
memiliki kandungan nutrisi seperti protein 30,12%, air 10,20%, serat kasar 5,60% dan abu
8,45% (Santoso dan Fenita, 2015). Daun papaya mengandung enzim papain merupakan enzim
kelompok protease yang berfungsi sebagai agen proteolitik dalam memecah protein pada ikan
menjadi peptide atau asam amino sehingga mudah diserap kedalam tubuh ikan.

2.3.4 Daun Ubi Jalar

Dedaunan selanjutnya yang dapat dijadikan pakan alternatif ikan dan memiliki
kandungan protein tinggi yaitu daun ubi jalar, menurut Hong (2003), daun ubi jalar dapat
dijadikan bahan pakan sumber protein karena mengandung protein kasar hingga mencapai 25-
29%. Komposisi kimia daun ubi jalar berdasarkan bahan kering (BK) 88,46%, protein kasar (PK)
22,51%, abu 14,22%, serat kasar (SK) 24,29%, lemak kasar (LK) 1,15%, dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) 34,70%, kalsium (Ca) 0,79% dan phosfor (P) 0,38% (Nursiam, 2008).
Didalam kandungan daun ubi jalar zat anti-nutrisi seperti sianida, saponin, tanin, asam oksalat,
dan fitat. Terutama oksalat yang merupakan salah satu komponen nonpolisakarida dari dinding
sel tumbuhan yang dapat mengikat mineral seperti kalsium, magnesium, sodium dan potasium.
Selain itu daun ubi jalar juga kaya akan protein, vitamin dan mineral (Woolfe, 1992). Daun ubi
jalar sudah digunakan di daerah tropis sebagai sumber protein yang murah untuk bahan pakan
ternak ruminansia (Ekenyem dan Madubuike, 2006).

2.4 Kenaikan Harga Pelet

Pakan buatan adalah pakan yang diproduksi untuk ikan budidaya dan juga harus
memenuhi kebutuhan gizi ikan. Pakan buatan dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan
bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan, serta dibuat dalam bentuk tertentu,
sehingga memiliki daya tarik yang dapat merangsang ikan untuk memakannya dengan mudah
dan lahap (Anggraeni dan Abdulgani, 2013). Sedangkan pelet adalah bentuk pakan buatan yang
dibuat dari beberapa macam bahan yang diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak
sehingga merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil dengan ukuran tertentu. Jadi pelet tidak
berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak berupa larutan (Setyono, 2012).

Kandungan pakan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah protein,
yang berfungsi dalam pembentukan jaringan tubuh dan terlibat aktif dalam metabolism vital
seperti enzim, hormon, antibody dan lain sebagainya. Dibeberapa negara berkembang, sumber
protein untuk formula pakan umumnya bertumpu pada protein hewani dan nabati, seperti bungkil
kedelai, tepung ikan, tepung darah atau tanaman leguminosa. Akan tetapi, protein merupakan
komponen pakan paling mahal dibandingkan dengan yang lainnya. Akibatnya, secara ekonomi,
pemenuhan sumber protein cukup membebani biaya produksi (Wardhana, 2016).

Pakan merupakan salah satu biaya pengeluaran terbesar dalam usaha budidaya.
Tingginya harga pakan terkait dengan bahan baku utama pembuatan pakan yaitu tepung ikan
yang masih mengandalkan import (Pasaribu, 2007). Adanya harga pakan pabrik yang tinggi dan
tersedianya bahan-bahan yang dapat digunakan untuk pakan ikan, maka pengembangan
pakan alternatif menjadi sangat perlu untuk dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi H, Iskandar, Nia K. 2012. Pemberian probiotik dalam pakan terhadap pertumbuhan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus) pada pendederan II. J. Perikanan dan Kelautan. 3(4): 99-
107.

Anggraeni, N.M., dan Abdulgani, N. (2013). Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan
Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) pada Skala
Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2(1), 197-201.

Askar, S. 1996. Daun Singkong dan Pemanfaatannya Sebagai Pakan Tambahan. Balai
Penelitian Ternak. Bogor. 5 (1): 21 – 25

Basir B, dan, Nursyahran. 2018. Efektivitas Penggunaan Daun Kelor Sebagai Bahan Baku Pakan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan
Balik Diwa Makassar. Vol 7. No 2

Data statistik KKP tentang jumlah pembudidaya ikan air tawar pada tahun 2021.
https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=nelayan&i=6#panel-footer-kpda

Data statistik KKP tentang nilai produksi ikan Nila tahun 2021.
https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=prod_ikan_prov&i=2#panel-footer

Ekenyem, B.U, and F.N. Madubuike. 2006. An Assessment of Ipomoea ascarifolia Leaf Meal as
Feed Ingredient in Broiler Chick Production.Pak J Nutr, 5: 46-50.

Fauzi. 1996. Kumpulan Istilah Perikanan. Lembaga Pelayanan Informasi dan Kajian ( LPIK).
Pekanbaru. 203 halaman.

Handajani, H dan W. Wahju. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang. hal 57-78.

Handajani, 2014. Peningkatan Nilai Nutrisi Tepung Azolla Melalui Fermentasi. Naskah
Publikasi. Universitas Muhamadiyah Malang. Malang.
Hong T.T.T. 2003. Evaluation of sweet potato leaves as a protein source for growing pigs in
Central Vietnam. MSc Thesis Departmen of Animal Nutrition and Management, SLU,
Uppsala.

Iriyanti, N. 2012. Hasil Analisa Proksimat Daun Singkong. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Khairuman at el., 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Mulyasari. 2011. Potensi Daun Ketela Pohon sebagai Salah Satu Sumber Bahan Baku Pakan
Ikan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Tawar. Bogor. 4 hlm

Nugroho, E. (2011). Kajian Lapang Budidaya Keramba Jaring Apung Ikan Nila “Mandiri” Di
Waduk Cirata Dan Jatiluhur. Media Akuakultur, 6(1), 54.
https://doi.org/10.15578/ma.6.1.2011.54-58

Nugroho, E. 2013. Nila Unggul#1- Cet.1. Penebar Swadaya. Jakarta

Nursiam, I. 2008. Pemanfaatan Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas) sebagai Pakan Ternak. Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Pasaribu, 2007. Produk Fermentasi Limbah Pertanian Sebagai Bahan Pakan Unggas Di
Indonesia. Wartazoa 17: (3) 1-10.

Richter N, Siddhuraju P & Becker. 2003. Evaluation of Nutritional Quality of Moringa (Moringa
oleifera Lam.) Leaves as an Alternative Protein Source for Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus L.). Department of Aquaculture Systems and Animal Nutrition. (217): 399-611.

Rokhmani, S. 2008. Peningkatan Nilai Gizi Bahan dari Limbah Pertanian Melalui Fermentasi
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci. Balai
Penelitian Ternak. Bogor. hal 15.

Santoso, U., dan Y. Fenita. 2015. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Pepaya (Carica papaya)
terhadap Kadar Protein dan Lemak pada Telur Puyuh. Jurnal Sains Peternakan Indonesia
Vol. 10 (2): 71-76. https://media.neliti. com/media/publications/226026- pengaruh-
pemberian-tepung-daunpepaya-ca7877bb92.pdf. diakses pada 20 Oktober 2023.
Setyono, B. (2012). Pembuatan Pakan Buatan, Malang: Unit Pengelola Air Tawar

Sitompul S. 2014. Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai. Buletin
Teknik Pertanian (9):33-37 hlm.

Wardhana, A. H. 2016. Black soldier fly (Hermetia illucens) sebagai sumber protein alternatif
untuk pakan ternak. Wartazoa: Buletin Ilmu Peternakan Dan Kesehatan Hewan
Indonesia, 26(2), 69–78. https://doi.org/10.14334/wartazoa.v26i2.1327

Woolfe, J.A. 1992. Sweeet Potato: an Untapped Food Resource. Cambridge University Press.
Cambridge, United Kingdom.

Anda mungkin juga menyukai