Anda di halaman 1dari 8

Nama : Zunnur rahmi

Nim : 1605123296

Kelas : Bio VI A

FERMENTASI AMPAS TAHU DENGAN PROBIOTIK SEBAGAI SALAH SATU


ALTERNATIF PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang mempunyai
keunggulan antara lain laju pertumbuhan cepat, tahan terhadap penyakit, toleransi
yang tinggi, nilai ekonomis yang tinggi (Charraborty Banerjee, 2009 dalam Endah
2017). Pertumbuhan ikan yang optimum memerlukan tersedianya pakan yang bergizi
tinggi dalam jumlah yang cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kuantitas
suatu pakan biasanya ditentukan oleh kandungan proteinnya, yang akan digunakan
untuk pertumbuhan, mengganti sel atau jaringan yang rusak serta untuk perawatan
tubuh. Selain protein, nutrisi yang diperlukan adalah lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya ikan. Biaya
terbesar dalam suatu operasi budidaya ikan adalah biaya pakan, dapat mencapai
kisaran 40-60% biaya produksi (INFOFISH, 1998 dalam Arif. 2012). Pakan dengan
kualitas rendah akan menyebabkan pertumbuhan ikan yang lambat, sehingga hasil
panen menurun yang pada akhirnya pendapatan juga kecil (Landaw, 1992. dalam
Arif. 2012). Ikan Nila merah (Oreochromis niloticus) termasuk ikan omnivora yang
mengonsumsi segala jenis pakan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan
(Zonneveld et al., 1991 dalam Arif. 2012).
Penerapan probiotik dalam usaha budidaya terbukti dapat meningkatkan
resistensi biota yang dibudidayakan (udang/ ikan) terhadap infeksi, karena
penggunaan probiotik merupakan salah satu cara preventif yang dapat mengatasi
penyakit. Probiotik (bakteri pengurai) adalah mikroorganisme hidup yang sengaja
dimasukkan ke dalam tambak untuk memberi efek menguntungkan bagi kesehatan
udang/ikan (Mulyadi, dkk, 2002 dalam Endah (2017).
Tujuan probiotik, memperbaiki dan mempertahankan lingkungan, menekan
bakteri merugikan, menghasilkan enzim yang dapat membantu sistem pencernaan,
menghasilkan nutrisi yang bermanfaat serta meningkatkan kekebalan udang/ ikan
(Irianto, 2003 dalam Endah (2017)). Kandungan gizi ampas tahu protein 26,6 gr,
kalori 414 kilo kalori, karbohidrat 41,3 gr, lemak, 18,39 gr, ca 19 mg, F 29 mg, Fe 4
mg, Vit A 0,14μVit B1 0,2 mg, dari 100 gr ampas tahu Kementrian Kesehatan RI.
dalam Endah (2017). Alternatif fermentasi pakan tahu dengan probiotik sebagai
pakan tambahan diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan yang tinggi dikarenakan
ampas tahu adalah limbah harganya murah, mudah diolah, fermentasi dengan
probiotik akan dapat membantu daya cerna ikan (Handajani, 2006 dalam Endah
(2017). Kemampuan daya cerna ikan terhadap pakan dilakukan dengan penambahan
probiotik yang mempunyai pengaruh menguntungkan yaitu mendegradasi bahan yang
tidak tercerna dan memecah komponen yang tidak tercerna dalam pakan dengan
enzim yang mampu melakukan lisis terhadap amylase dan protease (Irianto dan
Austin, 2002 dalam Endah (2017).
Selain itu sisa ampas tahu yang ada di perairan akan terurai menjadi zat yang
sederhana menjadi pakan plankton di perairan sehingga mengurangi pakan komersial,
mengingat nila adalah bersifat filter feelder (penyaring plankton) (Gustiano dan
Arifin, 2010 dalam Endah (2017). Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan penelitian
tentang penggunaan ampas tahu yang difermentasi dengan probiotik sebagai bahan
tambahan terhadap pertumbuhan nila (Oreochromis niloticus).
Industri tahu merupakan salah satu industri yang memiliki perkembangan
pesat. Terdapat 84 ribu unit industri tahu di Indonesia dengan kapasitas
produksi mencapai 2,56 juta ton per tahun (Sadzali, 2010). Ampas tahu yang
terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan (Kaswinarni, 2007). Ampas tahu dapat dijadikan sebagai bahan pakan
ikan karena mengandung karbohidrat cukup tinggi sekitar 67,5%, protein kasar
sekitar 17,4% (Suprapti, 2005) dan kandungan zat nutrien lain adalah lemak
4,93% dan serat kasar 22,65%. Pemanfaatan ampas tahu sebagai bahan baku
pakan ikan, selain meningkatkan nilai ekonomis dan kualitas ampas tahu serta
mengurangi biaya produksi budidaya, juga dapat membantu masalah ekologi,
karena dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran karena limbah industri.
Pada umumnya limbah tahu yang melimpah ini dapat dimanfaatkan
langsung sebagai pakan ternak tetapi asam amino yang rendah seperti
kandungan protein dan serat kasar yang tinggi biasanya menjadi faktor pembatas
dalam Penggunaannyasebagai pakan terutama untuk pertumbuhan serta
kelangsungan hidup ikan. Penggunaan serat kasar yang tinggi, selain dapat
menurunkan komponen yang mudah dicerna juga menyebabkan penurunan aktivitas
enzim pemecah zat-zat makanan, seperti enzim yang membantu pencernaan
karbohidrat, protein dan lemak (Parrakasi, 1995).
Upaya untuk menurunkan serat kasar pada limbah ampas tahu
dibutuhkan suatu proses yang dapat mencakup proses fisik, kimiawi, maupun
biologis antara lain dengan cara teknologi fermentasi (Effendi, 2009). Selain itu
proses fermentasi merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas gizi,
mengurangi, atau menghilangkan pengaruh negatif dari bahan pakan tertentu dapat
dilakukan dengan penggunaan mikroorganisme. Hasil penelitian Ningrum
(2005) menunjukkan bahwa pemanfaatan ampas tahu yang difermentasikan
sebagai pakan ikan, menunjukkan adanya pertambahan berat pada tubuh ikan yang
diberi pakan ampas tahu hasil fermentasi selama satu minggu. Hasil fermentasi
diharapkan terjadi peningkatan terhadap kualitas bahan pakan yang akan
digunakan sebagai campuran pakan ikan dan mampu meningkatkan
pertumbuhan ikan (Widiastuti, 2007). Hal ini karena daya cerna ikan yang
tinggi karena serat kasar pada ampas tahu menurun akibat proses fermentasi
dengan mikroorganisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah apakah pengaruh pemberian pakan fermentasi ampas tahu terhadap
pertumbuhan ikan nila?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan fermentasi ampas tahu terhadap
pertumbuhan ikan nila.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan keilmuan bagi peneliti dan dapat mengetahui
pengaruh pemberian pakan fermentasi ampas tahu terhadap pertumbuhan ikan
nila.
2. Bagi masyarakat
Melalui penelitian ini diaharap fermentasi pakan tahu dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif pakan bagi ikan nila.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang mempunyai keunggulan


antara lain laju pertumbuhan cepat, tahan terhadap penyakit, toleransi yang tinggi, nilai
ekonomis yang tinggi (Charraborty Banerjee, 2009 dalam Endah 2017).
Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman atau
kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini
telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah
yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai oleh
berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah
(Sumantadinata, 1981).
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
- Morfologi ikan nila
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968), mempunyai ciri-ciri
bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin)
ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan
Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor
untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung
badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data
(pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor.
Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang
hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu
buah dengan bentuk bulat.
- Habitat Dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila
Habitat Dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum
hidup di perairan tawar, terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin
(payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran
salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang
dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif
pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena
ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu
di bawah 21 ° C (Harrysu, 2012). Menurut Mudjiman (2001), Ikan Nila (oreochormis
niloticus) adalah termasuk campuran ikan pemakan campuran(omnivora). Ikan nila
mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38°C dengan suhu
optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada
suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C ikan nila
akan mengalami kematian. Kandungan oksigen yang baik bagi 4 pertumbuhan ikan nila
minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman
(pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003). Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhan nila
yaitu antara 7-8 dan warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi lingkungan hidupnya. Bila
dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam) warna ikan lebih hitam atau gelap
dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan di kolam (perairan dangkal). Pada perairan
alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi karbondioksida diperlukan untuk
proses fotosintesis oleh tanaman air. Nilai CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan suhu.
Jumlah CO2 di dalam perairan yang bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan
menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi
stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran nila sebaiknya kurang dari 15
mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005).
- Laju Pertumbuhan Spesifik / Spesific Growth Rate (SGR)
Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006), pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai
pertumbuhan ukuran berupa panjang dan berat pada waktu tertentu atau perubahan kalori
yang tersimpan menjadi jaringan somatik dan reproduksi. Pada proses pertumbuhan laju
anabolisme akan melebihi laju katabolisme. Menurut Effendie (2002), pertumbuhan
merupakan proses biologis yang kompleks yang akan dipengaruhi berbagai faktor dimana 5
pertumbuhan akan menunjukkan adanya pertambahan panjang, berat dalam suatu satuan
waktu. Ikan nila memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit, tahan terhadap
lingkungan air yang kurang baik. Kelangsungan hidup ikan dapat dilakukan dengan cara
yaitu: pemilihan pakan/pelet jenis terapung dan Pemberian pakan menyebar, tidak
terkonsentrasi pada area tertentu (Suyanto, 2004). Menurut Lagler, Bardac, and Miller
(1962), pertumbuhan dipengaruhi 2 faktor yaitu:
1. Faktor Internal Adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh sukar dikontrol,
diantaranya ialah keturunan, sex, dan umur.
2. Faktor Eksternal Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan,
jumlah populasi, parasit, penyakit, dan parameter kualitas lingkungan perairan.
Laju Pertumbuhan Spesifik / Spesific Growth Rate (SGR) dapat diketahui dengan
perhitungan melalui rumus (Asmawi, 1983) :
SGR = (LnWt-LnWo)/t x 100%
Keterangan:
SGR = Laju Pertumbuhan Spesifik
Wo = Berat hari ke 0 (g)
Wt = Berat hari ke t (g)
t = Lama Pemeliharaan (hari)
- Pakan Ikan
Pakan yang dimakan ikan berasal alam (disebut pakan alami) dan dari buatan manusia
(disebut pakan buatan). Dalam praktiknya, pakan alami sudah terdapat secara alami dalam
perairan kolam tempat pemeliharan ikan. Pakan alami sangat bagus diberikan pada ikan yang
masih dalam stadia benih. Sedangkan pakan buatan diramu dari beberapa bahan baku yang
memiliki kandungan nutrisi spesifik. Bahan baku diolah secara sederhana atau diolah di
pabrik secara masal dan menghasilkan pakan buatan berbentuk pellet, tepung, remeh atau
crumble dan pasta (Sutanmuda, 2008). Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1999), Ketersediaan
pakan alami merupakan faktor pembatas bagi kehidupan benih ikan di kolam. Di dalam unit
pembenihan, jasad pakan harus dipasok secara kontinyu. Keistimewaan pakan alami bila
dibandingkan dengan pakan buatan adalah kelebihan pemberian pakan alami sampai batas
tertentu tidak menyebabkan penurunan kualitas air. Selain makanan alami yang tersedia di
kolam, diberikan juga makanan tambahan pakan (pelet) dengan kandungan protein minimal
25%, dengan frekuensi pemberian pakan 2 – 3 kali sehari yaitu : pagi, siang dan sore hari.
Jumlah pakan yang diberikan 3% dari berat biomas ikan perhari. Kualitas pakan baik secara
fisik, kimia dan biologi sangat menentukan peforma pakan. Kualitas tersebut antara lain
bentuk pakan, respon ikan terhadap aroma, rasa dan tekstur pakan sehingga pakan itu bisa
diterima oleh ikan, kecernaaan, dan ketersediaan nutrien serta energi dalam pakan (Sunarno
dan widiyati, 2010). Setiap ikan membutuhkan kadar protein yang berbedabeda untuk
pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur/ukuran ikan, namun pada umumnya ikan
membutuhkan protein sekitar 35 – 50% dalam pakannya (Hepher, 1990). Ikan–ikan omnivora
seperti ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran juvenil membutuhkan protein 35%.
Menurut NRC (1983) mengemukakan bahwa kekurangan asam amino dapat mengakibatkan
penurunan pertumbuhan. Protein dalam pakan dengan nilai biologis tinggi akan memacu
penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding dengan protein yang bernilai biologis
rendah.
Peningkatan kelebihan energi dari pakan yang dikonsumsi menyebabkan jumlah total
protein yang ditimbun menurun, akan tetapi bagian energi yang diretensi akibat
meningkatnya energi yang dikonsumsi menyebabkan terjadinya penimbunan lemak tubuh.
Atas dasar ini maka pemberian protein pada pakan ikan harus berada pada batas tertentu agar
dapat memberikan pertumbuhan maksimum bagi ikan dan efisiensi pakan yang tinggi.
Ketersediaan pakan yang baik bagi pertumbuhan ikan nila harus mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi ikan.
Aspek kebutuhan gizi pada ikan sama dengan makhluk lain, yang berperan dalam proses
fisiologis dan biokimia aktivitas harian, mencakup (O-fish, 2007).
a. Protein diperlukan ikan dalam memelihara sel-sel tubuh, mengganti jaringan tubuh yang
rusak, pembentukan jaringan, dan dapat dijadikan sebagai sumber energi cadangan.
b. Lemak merupakan sumber energi utama dalam metabolisme, memelihara bentuk dan
fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tertentu, membantu dalam proses
penyerapan vitamin, mempertahankan daya apung tubuh, dan sebagai antioksidan. Lemak
pada pakan mempunyai peranan penting bagi ikan, karena berfungsi sebagai sumber energi
dan asam lemak esensial.
c. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, kekurangan energi dapat berakibat negatif
bagi pertumbuhan ikan.
d. Vitamin dalam pakan untuk pertumbuhan yang normal, perawatan tubuh, dan reproduksi.
Vitamin adalah senyawa organik kompleks, biasanya ukuran molekulnya kecil. Vitamin
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit sehingga keberadaannya dalam pakan
dalam jumlah yang sedikit pula (1–4% dari total komponen pakan).
e. Mineral Fungsi utama mineral dalam tubuh ikan adalah untuk pembentukan struktur
rangka, memelihara sistem koloid (tekanan osmosis, viskositas, difusi), dan regulasi
keseimbangan asam basa.
Ampas tahu yang merupakan limbah industri tahu memiliki kelebihan, yaitu
kandungan protein yang cukup tinggi. Ampas tahu memiliki kelemahan sebagai
bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi. Kandungan serat kasar
yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk dicerna itik dan kandungan
air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya menjadi lebih pendek (Mahfudz,
2000). Ampas tahu adalah sisa barang yang telah diambil sarinya atau patinya atau
limbah industri pangan yang telah diambil sarinya melalui proses pengolahan secara
basah seperti ampas kecap, ampas tahu, ampas bir, dan ampas ubi kayu.
Fermentasi merupakan suatu proses yang melibatkan reaksi oksidasi reduksi
sehingga terjadi perombakan kimia terhadap suatu senyawa kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana oleh makhluk hidup. Senyawa kompleks yang berupa
karbohidrat, protein, dan lemak akan diubah menjadi glukosa, asam amino, asam lemak,
dan gliserol, menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna,
menghilangkan daya racun yang terdapat pada bahan mentah, dan menghasilkan warna
yang diinginkan. Proses fermentasi dapat diterapkan dalam pembuatan pakan ikan.
Setelah fermentasi, bahan yang sebagian besar komponennya sudah berupa senyawa
sederhana dapat diberikan sebagai pakan ikan sehingga ikan tidak perlu mencerna lagi,
melainkan sudah dapat langsung menyerapnya. Organ pada ikan dapat memanfaatkan
karbohidrat hasil fermentasi secara lebih baik sebagai sumber energi. Pada prinsipnya
fermentasi dapat mengaktifkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme yang
dibutuhkan sehingga membentuk produk yang berbeda dengan bahan bakunya
(Winarno dan Fardiaz, 1992).
Fermentasi ampas tahu dapat meningkatkan pprosentase protein dan
menurunkan karbohidrat. Makanan yang telah difermentasikan memiliki nilai gizi yang
lebih tinggi dan menjadi lunak, daya cerna tinggi sehingga memungkinkan diserap
oleh tubuh lebih banyak dan energi yang tersedia pada tubuh ikan akan lebih tinggi, dan
memiliki bau yang khas (Suwarsito dan Cahyo P, 2005). Keuntungan dari fermentasi
ampas tahu adalah dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang beracun di dalam
makanan. Bahan makanan yang difermentasi memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari
pada bahan asalnya. Hal tersebut disebabkan karena mikroba bersifat katabolik yaitu
memecah komponen-komponen yaitu kompleks menjadi zat-zat yang sederhana
sehingga mudah dicerna. Selain itu, mikroba dapat mensintesa vitamin yang kompleks dan
faktor pertumbuhan bahan lainnya seperti riboflavin, vitamin B12, dan provitamin A.
melalui fermentasi dapat juga terjadi pemecahan bahan-bahan yang sulit dicerna misalnya
selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana dan turunannya (Suwarsito dan Cahyo P,
2005)
Probiotik merupakan feed additive (bahan tambahan) yang mengandung sejumlah
bakteri (mikroba) yang memberikan efek yang menguntungkan kesehatan ikan karena dapat
memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal, sehingga dapat memberikan keuntungan
perlindungan, proteksi penyakit dan perbaikan daya cerna pakan. Selain itu probiotik juga
dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit pathogen
tertentu (Prangdimurti, 2001). Probiotik berkembang dalam usus dan dapat menguntungkan
inangnya baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya (Kompiang,
2009). Bakteri yang terkandung pada probiotik dapat mengubah mikroekologi usus
sedemikian rupa sehingga mikroba yang menguntungkan dapat berkembang dengan baik
(Raja dan Arunachalam, 2011). Enzim yang dihasilkan oleh mikroba yang terdapat dalam
probiotik yaitu enzim amilase, protease dan selulose (Wang et al., 2008). Enzim tersebut
menghidrolisis molekul kompleks seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi
molekul yang lebih sederhana sehingga mempermudah proses pencernaan dan penyerapan
nutrien dalam saluran pencernaan ikan (Putra, 2010).

Anda mungkin juga menyukai