PENDAHULUAN
Ikan tawes merupakan salah satu ikan kosumsi yang mempunyai nilai
komoditas dibidang sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat.
Permintaan konsumsi ikan tawes dari tahun ke tahun terus meningkat. Salah satu
faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya perikanan adalah ketersediaan
kualitas dan kuantitas produksi perikanan salah satunya dapat dilakukan melalui
2004).
pakan diharapkan agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan secara
1
menurut kebiasaan, tanpa mengetahui tentang kebutuhan nutrisi masing-masing
ikan budidaya, baik itu kualitas, kuantitas dan waktu pemberian pakan yang
pertumbuhan yang optimal bagi ikan karena tidak sesuai dengan kebutuhan ikan.
harus tepat secara kualitas, kuantitas dan tepat waktu pemberiannya demi
pemberian pakan yakni berapa kali pakan diberikan dalam satu hari pada
lambung, suhu air, aktifitas dan kesehatan tubuh ikan. Wardhani dkk. (2011)
berpendapat bahwa pemilihan pakan untuk ikan air tawar tidak hanya melibatkan
kriteria nilai gizi dan efisiensi biaya saja namun juga harus mempertimbangkan
Pakan buatan adalah makanan yang kita ramu atau kita buat sendiri yang
terdiri dari bahan-bahan alami yang berupa bahan nabati dan hewani atau
dari beberapa macam bahan yang kemudian kita olah menjadi bentuk khusus
sebagaimana yang kita kehendaki. Fungsi dari pakan utama sendiri yaitu
(Herawati, 2005).
Pakan buatan adalah makanan ikan yang dibuat dari campuran bahan-
bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses
2
pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik
(merangsang) ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap (Djarijah, 1996).
stadia pada siklus hidup ikan dimana laju kurva pertumbuhan yang tinggi dan
Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
(Barbonymus gonionotus).
2. Manakah jenis pakan komersil yang baik terhadap laju pertumbuhan dan
1.3 Tujuan
(Barbonymus gonionotus).
1.4 Manfaat
3
Penulis mengetahui jenis pakan komensil yang terbaik untuk benih
(Kottelat et al, 1993). Ikan tawes termasuk salah satu ikan air tawar yang mampu
hidup di air payau dengan salinitas 7 ppt. Oleh karena itu, ikan air tawar dapat
dengan sistem jaring terapung dan keramba (Santoso dan Wikatma, 2001).
Phyllum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprininae
4
Gambar 1. Ikan tawes (Barbonymus gonionotus)
Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau
Jawa. Hal ini juga yang menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Barbonymus
berubah menjadi puntius javanicus. Ikan tawes memiliki nama lokal tawes
Ikan tawes termasuk ke dalam famili Cyprinidae seperti ikan mas dan ikan
nilem. Bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala
kecil, moncong meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat
kecil atau rudimenter. Di bawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½
buah di antara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Garis rusuknya sempurna
berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna keperakan agak gelap di bagian
punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, dan sirip ekor
bercagak dalam dengan lobus membulat, sirip dada berwarna kuning dan sirip
(Kottelat et al., 1993). Sisik dengan struktur beberapa jari-jari sejajar atau
melengkung ke ujung, sedikit atau tidak ada proyeksi jari-jari ke samping. Ada
tonjolan sangat kecil, memanjang dari tilang mata sampai ke moncong dan dari
dahi ke antara mata. Sirip dubur mempunyai 6½ jari-jari bercabang, 3-3½ sisik
antara gurat sisi dan awal sirip perut (Kotelat et al., 2003).
5
2.3. Ekologi dan Habitat Ikan Tawes
Tawes pertama ditemukan diperairan pulau Jawa oleh karena itu ikan Tawes
diberi nama latin Barbonymus gonionotus. Ikan Tawes mulai banyak ditemukan
tersebar di negara-negara Asia dan mulai membentuk strain atau ras. Pada
awalnya Ikan Tawes merupakan jenis ikan liar yang hidup di sungai-sungai yang
berarus deras. Kemudian lama kelamaan ikan ini mulai dibudidaya dan
Pakan buatan adalah makanan ikan yang dibuat dari campuran bahan-bahan
alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta
dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik (merangsang) ikan untuk
memakannya dengan mudah dan lahap (Djarijah, 1996). Pakan pelet komersial
diberikan pakan yang berkualitas tinggi, yang berarti bahwa pakan harus
memenuhi kebutuhan nutrisi atau kebutuhan gizi bagi ikan tersebut. Pakan
makanan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan serta
6
memenuhi syarat gizi dan pencernaan, maka perlu diberi makanan buatan. Untuk
mendapatkan pertumbuhan ikan yang baik harus terus menerus diberikan pakan
yang dapat dimakan oleh ikan baik pakan alami atau buatan.
Pakan buatan yang banyak dijual di Kabupaten Aceh Barat meliputi pelet P1
pertumbuhan dari larva hingga menjadi benih terlihat dalam kurva pertumbuhan
bobot dalam suatu waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi faktor internal dan
7
gonad, parasit dan penyakit. Faktor eksternal meliputi suhu, oksigen,
ikan melebihi batas kemampuan suatu wadah maka ikan akan kehilangan
berat. Selain itu persaingan dalam hal makanan sangat penting karena
kompetisi untuk memperoleh makanan lebih tinggi pada padat penebaran yang
lebih tinggi dibandingkan padat penebaran yang lebih rendah. Oleh karena itu,
pada padat penebaran lebih tinggi ukuran ikan lebih bervariasi sedangkan padat
penebaran yang lebih rendah relatif seragam dan ukurannya lebih besar
organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup
toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Dalam usaha budidaya, faktor
ikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor
dalam tubuh ikan yang mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan umur dan
dalam ruang gerak yang sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain adalah oleh kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit,
2010).
8
Dalam hal ini perlu upaya peningkatan kelangsungan hidup yang dapat
dilakukan dengan pengaturan padat tebar, kualitas air dan ketersediaan pakan
sesuai dengan kebutuhan ikan. Padat penebaran yang tepat akan menghasilkan
kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Ikan yang lebih kecil akan
rentan terhadap penyakit dan parasit. Kelangsungan hidup ikan disuatu perairan
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya kepadatan dan kualitas air.
kualitas air diukur menggunakan alat ukur kualitas air diantaranya suhu, DO, dan
pH. Sehingga menjadi data tambahan untuk rujukan pada keberhasilan. Air yang
digunakan sebagai media pemeliharaan dalam penelitian ini adalah air yang
berasal dari galian sumur bor yang ditampung dalam bak tandon dialirkan ke
Akuarium menggunakan selang melalui instalasi air yang terdapat dalam ruang
pembenihan.
9
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Maret
3.2.1. Alat
Alat Kegunaan
Kamera Dokumentasi
3.2.2.Bahan
10
Bahan Kegunaan
Benih Ikan Tawes Sebagai Ikan Uji (Ukuran 5-7 cm)
Pakan Buatan/Pellet Komensial Untuk pakan benih selama 45 hari
yang digunakan adalah : pemeliharaan
P1 = Pelet tipe PF1000
P2 = Pelet tipe PF 999
P3 = Pelet tipe PF 781
P4 = Pelet tipe FF 79-2
suplai oksigen dalam air. Air dalam Akuarium diisi setinggi 25 cm,
d. Pergantian air dilakukan tiap 5 hari sekali. Air yang diganti sebanyak 1/3-1/2
11
e. Ikan yang digunakan adalah benih tawes. Ikan tersebut berasal dari
tersebut berumur 1,5 bulan dengan bobot rata-rata ±3 gram dan panjang
f. Jumlah benih yang digunakan untuk tiap perlakuan dan ulangan adalah
g. Benih tawes diadaptasikan dalam Akuarium selama dua hari agar benih
45 hari.
i. Pakan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan
12
Pertumbuhan berat mutlak ikan uji dapat dihutung dengan mengunakan
Keterangan:
W = Pertumbuhan berat mutlak (gram)
Wt = Berat-rata-rata pada waktu t (gram)
Wo = Berat rata-rata pada waktu 0 (gram)
dan berat suatu organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan
berat dalam satuan waktu. Pertumbuhan berat larva ikan tawes yang diamati setiap
LnWt−LnWo
SGR = x 100 %
T
Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan harian
Wo = Berat ikan uji pada awal penelitian (g)
Wt = Berat ikan uji pada akhir penelitian (g)
T = Waktu penelitian (hari)
3. Kelangsungan Hidup
13
Kelangsungan hidup adalah dengan membedakan jumlah ikan yang hidup
pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu.
Kelangsungan Hidup benih ikan tawes yang diamati setiap harinya yaitu dengan
Nt
SR = x 100 %
No
Keterangan :
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan data
14
4.1 Hasil Penelitian
Pertumbuhan mutlak dari benih ikan tawes yang diberi pakan komersil
yang berbeda pada awal penelitian berkisar rata-rata 48,80 gram dan setelah 45
hari berat ikan bertambah menjadi 61,47 gram. Hasil ANOVA menunjukkan
bahwa diantara perlakuan yang diterapkan tidak ada pengaruh perlakuan terhadap
Pertumbuhan Berat Mutlak (W) pada benih ikan tawes selama penelitian dari
ada pada perlakuan P2= Pelet tipe PF 999 yakni sebesar 19,4 gram disusul
perlakuan P4= Pelet tipe 79-2 sebesar 17,3 gram, kemudian P1= Pelet tipe PF
1000 sebesar 15,8 gram dan yang terendah perlakuan P3 = Pelet tipe PF 781
sebesar -1,7 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pakan PF 999 mampu memberi
tingkat pertambahan berat lebih tinggi bila dibandingkan dengan pakan PF 1000,
PF 79 -2 dan PF 781.
15
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa diantara perlakuan yang diterapkan
tidak ada pengaruh perlakuan terhadap SGR. Namun berdasarkan gambar 3. Laju
pertumbuhan bobot harian paling tinggi ada pada perlakuan P2= Pelet tipe PF
999 yakni sebesar 1,00 % disusul perlakuan P4= Pelet tipe 79 -2 sebesar 0,83 %,
kemudian P3 = Pelet tipe PF 781 sebesar 0,80 % dan yang terendah perlakuan
P1= Pelet tipe PF 1000 sebesar 0,63%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan PF 999
selama penelitian dari berbagai perlakuan dapat dilihat pada gambar grafik di
bawah ini :
1.00
0.80
0.60
1.00
0.40 0.80 0.83
0.63
0.20
0.00
P1 P2 P3 P4
16
Tingkat kelangsungan hidup selama 45 hari masa pemeliharaan benih ikan
perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan tawes (gambar 4).
P3 = Pelet tipe PF781 71%, sedangkan nilai SR tertinggi diperoleh pada perlakuan
P1= Pelet tipe PF 1000 100% , pada P2= Pelet tipe PF 999 89 % dan P4= Pelet
tipe 79 -2 93%.
pada benih ikan tawes selama penelitian dari berbagai perlakuan dapat dilihat
80% 71%
Ikan Tawes
60%
40%
20%
0%
P1 P2 P3 P4
17
Pengukuran parameter kualitas air pada penelitian ini dapat dilihat pada
(tabel 4) menunjukkan bahwa parameter kualitas airnya normal untuk kualitas air
ikan tawes. Manajemen Kualitas air dari hasil pengukuran kualitas air pada
penelitian ini meliputi Suhu dan pH menunjukkan bahwa kualitas air selama
benih ikan tawes. Data kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Waktu
NO Parameter
Awal Akhir
1 Suhu 270C 28 0C
2 pH 5 5
4.2 Pembahasan
Pertumbuhan mutlak dari benih ikan tawes yang diberi pakan komersil
yang berbeda berada pada kisaran 32,8 gram – 58,1 gram. Adanya perbedaan
asal pakan (merk) dan kandungan nutrisi dari pakan komersil yang digunakan
Namun dari data yang diperoleh, Pertumbuhan Mutlak dari Berat ikan
pada akhir penelitian yang tertinggi ada pada perlakuan P2= Pelet tipe PF 999
yakni sebesar 19,4 gram disusul perlakuan P4= Pelet tipe 79-2 sebesar 17,3 gram,
kemudian P1= Pelet tipe PF 1000 sebesar 15,8 gram dan yang terendah perlakuan
P3 = Pelet tipe PF 781 sebesar -1,7 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pakan PF
18
999 mampu memberi tingkat pertambahan berat lebih tinggi bila dibandingkan
Hasil Penelitian yang dilakukan pada ikan air tawar yaitu ikan tawes,
tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian pada ikan air payau. Menurut
memperoleh hasil tertinggi pada minggu ke sepuluh sebesar 0,81 dan hasil
terendah terdapat pada minggu ke dua sebesar 0,29, dan pada perlakuan
minggu ke enam sebesar 0,44 dan hasil terendah terdapat pada minggu ke dua
lebih baik dari pemberian pakan kandungan protein 16 %, hal ini menunjukkan
pada jumlah pakan yang dikonsumsikan, kualitas air dan faktor lain seperti
dikonsumsi harus lebih banyak dari pada jumlah yang digunakan untuk
pertumbuhannya. Jumlah pakan yang diberikan sangat penting karena bila terlalu
sedikit akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan akan terjadi persaingan
pakan yang mengakibatkan variasi ukuran ikan dan dihasilkan sebaliknya apabila
pakan terlalu banyak akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan tidak efisien
19
4.2.2 Pertumbuhan Bobot Spesifik ( SGR)
pemberian pakan yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang
berbeda- beda, Laju pertumbuhan bobot harian paling tinggi ada pada perlakuan
P2= Pelet tipe PF 999 yakni sebesar 1,00 % disusul perlakuan P4= Pelet tipe 79 -2
sebesar 0,83 %, kemudian P3 = Pelet tipe PF 781 sebesar 0,80 % dan yang
terendah perlakuan P1= Pelet tipe PF 1000 sebesar 0,63%. Hal ini menunjukkan
bahwa pakan PF 999 mampu memberi tingkat pertambahan berat lebih tinggi bila
pertambahan berat lebih tinggi bila dibandingkan dengan pakan PF 1000, PF 781
dan PF 79 -2. Pertumbuhan benih ikan tawes dari pemberian pakan komersil yang
berbeda berupa P1 = Pelet tipe PF 1000, P2 = Pelet tipe PF 999, P3 = Pelet tipe
PF 781, dan P4= Pelet tipe 79-2 memberikan hasil yang berbeda. Perbedaan
pertumbuhan dari empat pakan tersebut disebabkan oleh kandungan gizi pakan
yang berbeda. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arisman (2004) dalam Kitri
ruang gerak. Juga dinyatakan bahwa pertumbuhan ikan akan terjadi jika jumlah
kebutuhannya.
20
Namun demikian, hasil penelitian ini masih lebih rendah dibanding hasil
penelitian Rachmawati et al. (2002) terhadap ikan nila gift, yang diberi
penyuplemenan lesitin dalam pakan, yang memberikan nilai SGR 0,614- 0,621%.
Pada hasil penelitian Hariyadi et al. (2002) pada ikan patin memberikan nilai SGR
sebesar 0,327 – 0,600 %. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing jenis ikan
mempunyai nilai SGR tertentu, yang tergantung pada kualitas dan intake
pakan berkadar protein 30%, 40%, 50% tidak berbeda nyata. Penelitian James et
al. 1998 dalam Suwirya, et al., 2001 mendapatkan pertumbuhan spesifik ikan
kerapu macan diperoleh nilai sebesar 5,19 ± 2,94% / hari dengan berat awal 0,76-
2,22 g dalam pemeliharaan 135 hari. Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA
(Gambar 3) dapat diketahui bahwa nilai Fhitung< F tabel. dengan demikian perlakuan
pemberian pakan komersil yang berbeda pada benih ikan tawes( Barbonymus
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pellet tipe PF999 dengan protein
35 % lebih baik dibandingkan dengan pellet tipe PF 1000 dengan protein 35-40
21
protein energi, mineral, dan lainnya. zat gizi tersebut digunakan untuk proses
zat nutrisi yang dikandung oleh setiap makanan tersebut sangat berbeda-beda.
faktor lain juga seperti faktor lingkungan dan kondisi air sehingga setiap
ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Proses pemberian pakan pada
untuk penyediaan pakan secara berlebih agar tidak kekurangan pakan sehingga
kematian yang merupakan masalah utama dalam budidaya ikan dapat dicagah.
tertinggi diperoleh pada perlakuan P1= Pelet tipe PF 1000 100% , pada P2= Pelet
22
hasil analisis statistik Anova (lampiran 2) dapat diketahui bahwa nilai Fhitung< F
tabel. Dengan demikian perlakuan pemberian pakan komersil yang berbeda pada
yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kualitas air dan padat tebar.
ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara lain padat tebar,
kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit. Selain itu menurut Mudjiman
(2000) pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam
Aspek kualitas air merupakan salah satu parameter yang sangat penting
dalam kegiatan budidaya perairan. Terdapat dua faktor yang berperan dalam
menurunkan kualitas air, yaitu faktor eksternal dan internal. kedua faktor tersebut
sangat berkaitan dan berhubungan erat, karena bila air yang dimasukkan kedalam
23
kolam adalah air yang telah tercemar atau kualitas airnya buruk maka
Nilai kualitas air menunjukkan bahwa parameter ini masih dalam batas
kelayakan untuk kehidupan ikan tawes. Hasil pengukuran suhu selama penelitian
ini berkisar antara 27-28 oC (Tabel). Menurut Santoso (1996) dalam Siti et al
(2009) menyatakan kisaran kelayakan temperatur air bagi ikan tawes adalah 14-
28oC.
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan air tawar dibatasi oleh
Ikan tawes dapat hidup pada suhu air antara 18 – 30 oC Huet (1971) dalam
suhu 10 oC ikan tawes akan berhenti makan dan terhambat pertumbuhannya jika
Menurut Evi (2001) pH air untuk budidaya tawes berkisar antara 6,7 sampai 8,6,
pH air selama masa penelitian ini masih dalam batas kisaran pH optimum untuk
budidaya tawes. Dari pH yang masih optimum tersebut, dapat diketahui bahwa
buruk terhadap kualitas air. Derajad keasaman (pH) merupakan salah satu
24
indikator kualitas lingkungan air. Air yang mendekati basa dapat lebih cepat
nitrat dan phosfat. Garam mineral tersebut akan diserap oleh tumbuh-tumbuhan
dalam air, yang menjadi makanan alami bagi ikan. Pada umumnya perairan yang
basa lebih produktif dari perairan yang asam (Soeseno, 1983). Jadi apabila dilihat
pada kisaran pH, perairan yang digunakan untuk penelitian ini termasuk produktif.
Hal ini karena pH pada air kolam yang digunakan untuk penelitian mendekati
basa.
5.1 Simpulan
25
1. Pemberian pakan komersil yang berbeda tidak berpengaruh terhadap laju
gonionotus).
gonionotus).
5.2 Saran
tawes. Disarankan menggunakan Pellet yang terbaik dan termurah adalah Pellet
tipe PF 999 dengan harga Rp.16000 dibandingkan Pellet lain yang protein 40 %
DAFTAR PUSTAKA
26
7 (1): 48-55.Amri., Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan
konsumsi. Agromedia. Jakarta.
Cahyono, B. 2011. Untung Berlipat Budi Daya Tawes Sebagai Bahan Baku
Keripik. Lili Publisher, Yogyakarta. 110 hal.
27
Herawati,V.E.2005. Manajemen Pemberian Pakan Ikan. Laporan Pengembangan
Program Mata Kuliah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Diponegoro
Huet, M. 1971. Text book of fish culture breeding and cultivation of fish. Fishing
New Books, Ltd., England
Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 192
hal.
28
Gracilaria Sp Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng Pada Budidaya.
Soeseno, S. 1983. Budidaya Ikan dan Bandeng dalam Tambak. Jakarta: Penerbit
Gramedia.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1980. Principles and procedures of statistics.
McGraw Hill, New York, USA. 481p.
LAMPIRAN GAMBAR
29
Pellet PF 1000 Pellet PF 781 Pellet PF 79-2
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 1728,96 3 576,322475 3,050886894 0,092037408 4,066180557
7
Within Groups 1511,22 8 188,9032583
6
Total 3240,19 11
3
30
F Hitung < F Tabel
Berarti tidak ada pengaruh perlakuan terhadap SGR ikan sehingga tidak perlu uji
lanjut
Total 1,848025 11
Total 3388,25 11
W = Wt - Wo
Keterangan:
W = Pertumbuhan berat mutlak (gram)
Wt = Berat-rata-rata pada waktu t (gram)
Wo = Berat rata-rata pada waktu 0 (gram)
Perlakuan Ulangan Bobot rata-rata (Gram)
Bobot Awal Bobot Akhir Wt-Wo
31
P1 1 47,29 64,11 16,82
LnWt−LnWo
SGR = x 100 %
T
Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan harian
Wo = Berat ikan uji pada awal penelitian (g)
Wt = Berat ikan uji pada akhir penelitian (g)
T = Waktu penelitian (hari)
Perlakuan Ulangan Bobot rata-rata (Gram)
Bobot awal Bobot akhir rata2 Rata2 LN Wt-LN LNwt,Ln X SGR
32
Wo Wt Wo wo /45 100
33
Perlakuan Ulangan Jumlah Ikan (Ekor) SR(%)
Awal Akhir
P1 1 15 15 100
2 15 15 100
3 15 15 100
P2 1 15 15 100
2 15 11 73
3 15 14 93
P3 1 15 6 40
2 15 12 80
3 15 14 93
P4 1 15 15 100
2 15 14 93,3
3 15 13 87
34