TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Lele
Ikan lele adalah salah satu ikan yang berasal dari Taiwan dan pertama kali
masuk ke Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuh perusahaan swasta di Jakarta
(Suryanto, 1986). Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan
yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat
fleksibel, dapat dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi, pertumbuhannya
sangat pesat, dan dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah.
2.3 Pertumbuhan
Pertumbuhan yaitu perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume
seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal
seperti umur dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk
memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal yang
meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi
kualitas dan kuantitas juga mempengaruhi pertumbuhan (Huet, 1971).
Ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk pertumbuhan.
Di sisi lain, bahan buangan metabolik akan mengganggu pertumbuhan ikan. Pada
kondisi kepadatan ikan yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akan
berkurang, sedangkan bahan buangan metabolik ikan tinggi (Hepher, 1978).
2.4 Pakan
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah frekuensi
pemberian pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging
ikan. Pakan alami ikan lele berupa jasad hewani yaitu krustasea kecil, larva serangga
(kutu air, jentik nyamuk), cacing, dan moluska (Susanto, 1988). Ketersedian pakan
alami merupakan faktor pembatas bagi kehidupan benih di kolam. Ukuran pakan
alami harus sesuai dengan bukaan mulut dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Selain
itu, pakan alami mempunyai gerakan yang lambat sehingga mudah dimakan ikan.
Sedangkan pakan buatan merupakan campuran dari berbagai bahan yang diolah
menurut keperluan untuk diberikan ke ikan sebagai sumber energi. Pemberian pakan
pada benih ikan umur 7 sampai 15 hari dalam bentuk tepung dan remah. Benih umur
15 sampai 30 hari dapat diberi pakan berupa pelet yang berdiameter ± 1 mm atau
disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan ini diberikan 3-5 kali sehari (Soetomo,
1987).
Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pemberian pakan per satuan waktu,
misalnya dalam satu hari pakan diberikan tiga kali. Pada ukuran larva frekuensi
pemberian pakan harus tinggi karena laju pengosongan lambungnya lebih cepat.
Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah
pakan menjadi daging sedangkan efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan
yang diperoleh per satuan berat kering pakan yang diberikan.
Nilai konversi pakan menunjukkan sejauh mana makanan efisien
dimanfaatkan oleh ikan peliharaan. Konversi pakan tergantung pada spesies ikan
(kebiasaan makan, tingkat tropik, ukuran/ stadia,), kualitas air meliputi kadar oksigen
dan amoniak serta suhu air, dan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas. Efisien
pakan berubah sejalan dengan tingkat pemberian pakan dan ukuran ikan. Menurut
Schmitou (1992) dalam Hasanah (2003) efisiensi pakan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan
kualitas air. Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk
menentukan efektifitas pakan (Watanabe, 1988).
II. BAHAN DAN METODE
3.3.5 Sampling
Selama praktikum pembenihan lele, praktikan Departemen ITK melakukan
sampling tiap minggu sampai menjelang panen. Sampling pertama dilakukan pada
saat benih akan ditebar ke dalam bak. Sampling kedua dilakukan pada saat seminggu
setelah benih telah ditebar. Dalam kegiatan sampling dilakukan beberapa
penghitungan sesuai dengan yang dibutuhkan seperti jumlah ikan, panjang ikan, dan
bobot ikan. Ikan yang akan di-sampling diambil dari kolam pembesaran
menggunakan jaring angkat kemudian ditempatkan dalam suatu baskom berisi air
sebanyak 30 ekor. Pengukuran panjang ikan diukur dari ujung kepala hingga ujung
ekor menggunakan penggaris. Kemudian dicari panjang rata-rata dengan
menjumlahkan semua panjang yang diperoleh dan dibagi 30 ekor. Sedangkan
pengukuran bobot ikan dilakukan dengan menimbang sampel per 10 ekor. Bobot
yang terhitung dibagi 10. Setelah 30 ekor ditimbang, bobot rata-rata ketiga
penimbangan dibagi dengan 3. Demikianlah diperoleh bobot rata-rata.
3.3.6 Pemanenan
Kegiatan pemanenan diawali dengan penyurutan air kolam sampai sekitar
ketinggian 20 cm kemudian menampung ikan dalam ember atau bak plastik besar
untuk memudahkan sortasi. Sortasi membagi lele yang telah dipanen menjadi ukuran
daging yaitu sesuai permintaan pasar (in size), big size dan bagian sortiran (under
size).
Keterangan :
SGR = Pertumbuhan spesifik (%)
Wt = Berat pada akhir penelitian (gram)
Wo = Berat pada awal penelitian (gram)
t = Waktu yang dibutuhkan dari berat awal hingga mencapai berat akhir (hari)
Wt−Wo
GR=
t
Keterangan:
GR = pertumbuhan mutlak (gr/hari)
Wt = berat rata-rata pada waktu tertentu (gram)
Wo = berat awal saat penebaran benih (gram)
t = waktu pemeliharaan (hari)
3.4.4 Pertumbuhan Panjang Harian
Pertumbuhan panjang harian ikan lele dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
∆P =
Keterangan :
∆P = Pertumbuhan panjang (cm)
Pi = Pertumbuhan panjang pada hari ke-i (cm)
Po = Pertumbuhan panjang pada hari ke-o (cm)
t = periode pengamatan (hari)
Pt
FCR=
Bt −Bo
Keterangan :
FCR = feed conversion rate/ konversi pakan
Pt = pakan total (kg)
Bt = bobot total (kg)
Bo = bobot awal penebaran benih (kg)
III. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Praktikum pembesaran ikan lele (Clarias sp) yang dilakukan praktikan mulai
dari pembesaran sampai pemanenan telah dilaksanakan dengan baik dan secara
berkelanjutan. Dapat disimpulkan dari hasil kegiatan pembesaran lele perlu persiapan
yang matang, mulai dari persiapan wadah sampai pada tahap pemanenan. Dengan
melakukan prosedur yang benar dalam pembesaran ikan lele, maka kita akan
mendapatkan hasil yang optimal. Faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembesaran ikan lele adalah pemberian pakan dan frekuensinya. Sedangkan untuk
kualitas air tidak begitu beRpengaruh, karena lele tahan terhadap kondisi ekstrem.
5.2 Saran
Kegiatan praktikum pembesaran lele ini memberi kesempatan bagi praktikan
untuk langsung mengaplikasikan teori yang telah didapat. Semakin banyak
pengetahuan praktikan tentang kegiatan pembesaran dan seluruh aspek-aspeknya,
maka tingkat keberhasilan dalam kegiatan pembesaran akan semakin besar. Hal-hal
tersebut memberikan manfaat dan pengalaman bagi praktikan di masa yang akan
datang. Beberapa hal yang harus diperbaiki ke depannya seperti keefektifan kelas dan
suasana kelas yang seharusnya dibuat lebih kondusif dalam pemberian teori.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Asrini Budi. 2003. Interaksi Pestisida dan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Skripsi. Departemen Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Effendi, Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. PT Penebar Swadaya. Jakarta
Khairuman dan Amri, Khairul, 2002. Budidaya Lele Dumbo secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Pillay, T. V. R. 1990. Aquaculture, Principles and Practices. Fishing News Books, Oxford,
London, Edinburgh, Cambridge, Victoria.
Rahardjo, MF dan Muniarti. 1984. Anatomi beberapa jenis Ikan ekonomis penting di
Indonesia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa Aksara.
Jakarta
Suyanto, S.R. 1986. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal.