Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT

1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Menurut Richter (2007) dan Blackweel (2000) dalam Mulfizar et al.,(2012),


menyebutkan bahwa pengukuran panjang dan berat pada ikan bertujuan mengetahui
variasi berat dan panjang tertentu dari ikan. Pertumbuhan ikan pada umumnya bersifat
relatif yang berarti berubah seiring waktu. Pengukuran ini dapat dilakukan dalam lingkup
individu ikan atau kelompok–kelompok individu sebagai langkah pencarian petunjuk.
Petunjuk yang diperoleh dari pengukuran panjang dan berat yaitu mengenai
kegemukan, dan kesehatan pada ikan. Selain itu petunjuk lain yang diperoleh dari
pengukuran ini yaitu produktifitas dan kondisi fisiologis ikan yang didalamnya termasuk
perkembangan gonad.

Menurut Effendi (1997) dalam Sembiring et al., (2014) berat ikan dapat dianggap
sebagai suatu fungsi dari panjang dan biasanya mengikuti hukum kubik. Hukum kubik
menunjukkan bahwa berat ikan merupakan pangkat tiga dari panjangnya. Apabila
pertumbuhan ikan mengikuti hukum kubik dapat disebut pertumbuhan isometrik (b=3).
Apabila ikan yang diamati tidak mengikuti hukum kubik maka dapat disebut pertumbuhan
ikan bersifat alometrik (b tidak sama dengan 3). Apabila nilai b<3 artinya pertumbuhan
ikan bersifat alometrik negatif, artinya pertumbuhan panjangnya lebih cepat dari
pertumbuhan berat. Sedangkan apabila nilai b>3 artinya pertumbuhan ikan bersifat
alometrik positif yang artinya pertumbuhan bobotnya lebih cepat dari pertumbuhan
panjang.

Menurut Mulfizar, dkk (2012) dalam Wahyu (2013), menginformasikan bahwa pola
alometrik negatif tercatat untuk jenis Mugil cephalus di perairan mangrove Kuala Gigieng
Provinsi Aceh. Diduga jenis-jenis belanak berdasarkan sifatnya yang aktif memiliki pola
pertumbuhan alometrik negatif. Melihat perairan-perairan tersebut mempunyai daya
dukung lingkungan yang cocok. Selain itu pula kemampuan adaptasi belanak yang tinggi
di lokasi-lokasi tersebut. Seperti yang telah diduga sebelumnya terkait dengan
perbedaan sifat antara ikan aktif dan pasif akan berpengaruh terhadap alokasi energi
yang dikeluarkan untuk pergerakan dan pertumbuhan pada ikan.

PARAFRASE ISI SENDIRI YA

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari praktikum ini adalah mengetahui hubungan panjang dan berat untuk
menentukan pertumbuhan ikan dalam populasi alami.

Tujuan dari praktikum ini adalah mampu mendemonstrasikan teknik-teknik


pengukuran untuk menentukan pertumbuhan ikan.
1.3. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum biologi perikanan dilaksanakan pada Senin- Jumat, tanggal 16-20


November 2015 pukul 06.00-selesai.

Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium reproduksi ikan, pembenihan ikan dan


pemuliaan ikan yang berlokasi di gedung D lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KLASIFIKASI MORFOLOGI IKAN
2.1.1 IKAN NILA (ORECHROMIS NILATICUS)

Menurut Kordi dan Ghufron (2010). Klasifikasi dan morfologi ikan nila adalah sebagai
berikut: Klasifikasi Secara taksonomi, ikan nila dapat diklasifikasikan kedalam:

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Famili : Chiclidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Morfologi

Secara taksonomi,belut termasuk ke dalam kelas pisces.Namun,ciri fisiknha sedikit


berbeda denga kelas pisces lainnya.Tubuhnya hamper menyerupai ular,yaitu gilig (silindris)
memanjang>sirip duburnya telah mengalami perubahan bentuk menyerupai lipatan tanpa
adanya penyangga jari-jari keras atau lemah.Sementara itu,sirip dada dan sirip punggung
hanya berbentuk semacam guratan kulit yang halus.Bentuk ekkor pendek dan tirus,badan
lebih panjang daripada ekornya (Roy,2013)

2.1.2 UDANG GALAH (MACROBRANCHIUM ROSENBERGII)


Udang air tawar jenis Macrobrachium rosenbergii (udang galah) semakin
banyak dibudidaya baik sebagai industri rumah tangga juga sebagai pemenuhan
permintaan konsumen dengan meningkatnya harga udang galah dipasaran
internasional udang memiliki banyak ruas (segmen) diseluruh bagian tubuhnya.C
Bagian kepala terdiri dari 5 ruas, bagian dada 8 ruas dan bagian perut terdiri dari 6
ruas (Sugiarto 2010).

Seperti udang lain pada umumnya, badan udang galah terdiri dari ruas-ruas
yang ditutup dengan kulit keras. Bagian kulit tersebut cukup keras, tidak elastis dan
terdiri dari zat chitin yang tidak dapat mengikuti pertumbuhan dagingnya. Badan
udang galah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kepala dan dada yang bersatu
membentuk satuan kepala-dada (cephalothorax), bagian badan (abdomen) dan bagian
ekor (uropoda). Bagian cephalothorax dibungkus oleh kulit keras yang disebut
karapas. Pada bagian depan kepala terdapat tonjolan karapas yang bergerigi
(rostrum). (Holthuis, 1950 dalam Hadie dan Hadie, 1991)

2.1.3 BELUT (MONOPTERUS ALBUS)

Klasifikasi belut sawah ( Warisno dan Dahana,2010)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterigii

Ordo : Synbranchiformes

Sub ordo : Synbranchoidei

Family : Synbranchidae

Genus : Monopterus

Ikan belut sawah mempunyai bentuk tubuh panjang dan bulat seperti ular,
tapi tidak bersisik dan memiliki mata yang kecil. Sirip dubur dan sirip punggung
berubah menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Belut tidak memiliki sirip
perut dan sirip dada. Kulitnya licin karena mengeluarkan lendir. Bagian dada pada
belut lebih panjang dari bagian ekor. Tinggi badan belut kurang lebih 1/20 kali
panjang tubuhnya. Belut memiliki punggung berwarna kehijauan dan bagian perut
kekuningan, lengkung insang terdiri dari tiga pasang, bibirnya berupa lipatan kulit
yang lebar di sekeliling mulut, dan gigi belut kecil runcing berbentuk kerucut.
Menurut Sundoro (2005) dalam Paramudhita (2012)

2.2. PENGERTIAN PERTUMBUHAN


Pertumbuhan adalah perubahan ikan, baik bobot maupun panjang, dalam
jangka waktu tertentu. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah
energi yang tersedia digunakan untuk metabolisme standar, untuk pencernaan serta
untuk aktifitas (Yandes et al., 2003)

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu ukuran
waktu, sedangkan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan merupakan proses
biologi yang kompleks. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut
seperti kualitas air, ukuran, umur, jenis kelamin, ketersediaan organisme-organisme makanan,
serta jumlah ikan yang memanfaatkan sumber makanan yang sama. Tidak semua makanan yang
dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan
untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Effendie 1997dalam sutrisna 2011)
2.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
Menurut Effendie (1997) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari ikan, seperti keturunan, sex, umur,
parasit, dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan antara
lain jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, dan faktor
kualitas air

Menurut Effendie (1997) dalam Sutrisna (2011), faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
meliputi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari ikan, seperti keturunan, sex, umur, parasit,
dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain jumlah dan
ukuran makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, dan faktor kualitas air. Pakan merupakan
factor yang sangat menentukan dalam proses pertumbuhan ikan. Peningkatan biomassa
merupakan tingkat pemberian pakan yan diubah menjadi biomassa ikan. Pemanfaatan pakan
dapat terindikasi dari biomassa total dan peningkatan jumlah pakan yang diberikan pada ikan yang
dipelihara. Dengan pemberian pakan menunjukkan pertambahan bobot rata-rata individu ikan
pada setiap perlakuan.

2.4. PERTUMBUHAN ALLOMETRIK DAN ISOMETRIK

Kisaran panjang total dan bobot total ikan betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Hal
ini diduga karena adanya perbedaan pola pertumbuhan, lingkungan, ketersediaan makanan dan
perbedaan ukuran pertama kali matang gonad. Apabila pada suatu perairan terdapat perbedaan
ukuran dan jumlah dari salah satu jenis kelamin, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pola
pertumbuhan, perbedaan ukuran pertama kali matang gonad, perbedaan masa hidup, dan adanya
pemasukan jenis ikan / spesies baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan
hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan yang
terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat). Bila b ≠ 3
maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, yaitu bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk
adalah allometrik positif yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang,
menunjukkan keadaan ikan tersebut montok. Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik
negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat, menunjukkan keadaan
ikan yang kurus(Suwarni, 2009 dan Jabarsyah, dkk., 2011 dalam permana 2015).

Sifat pertumbuhan allometrik positif memberi arti bahwa, indikasi pertumbuhan panjang lebih
lambat dibandingkan pertumbuhan bobot ikan. Pertumbuhan allometrik negatif ditemui pada ikan
Betok, kelebere dan Kendia, dengan nilai (b < 3) artinya, pertumbuhan ikan Betok, Kelebere dan
kendia cenderung pertumbuhan bobotnya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan panjang,
sedangkan untuk pertumbuhan isometrik ditemui pada ikan puyau mata merah, sehingga dapat
dinyatakan kalo pertumbuhan panjang sebanding dengan pertumbuhan bobotnya. Perbedaan ini
diduga dipengaruhi oleh perbedaan kelompok ukuran yang disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan (Sparre & Venema 1999 dalam syahrir 2013).

2.5. HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT


Hubungan panjang–berat ikan merupakan salah satu informasi pelengkap
yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya
dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan–ikan yang tertangkap hanya yang
berukuran layak tangkap (Vanichkul & Hongskul dalam Merta, 1993). Richter (2007)
& Blackweel (2000), menyebutkan bahwa pengukuran panjang–berat ikan bertujuan
untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau
kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan,
produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan
panjang–berat juga dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan
index of plumpness, yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk
membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau individu
tertentu (Everhart & Youngs, 1981).

Hubungan panjang-bobot telah diterapkan sebagai dasar utuk penilaian stock


dan populasi ikan. Hubungan panjang –bobot juga membantu untuk mengetahui
kondisi, sejarah reproduksi, sejarah kehidupan, dan kesehatan spesies ikan (Nikolsky,
1963). Hubungan panjang-bobot ikan bervariasi tergantung pada kondisi kehidupan
di lingkungan perairan. Panjang dan bobot dari spesies ikan tertentu berkaitan erat
satu sama lain (Patel et al., 2014).

Anda mungkin juga menyukai