Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

BIOLOGI PERIKANAN

Disusun oleh :
DEAR FRANS LYANDRE SIMANJORANG
230110150226
Perikanan C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
Tugas Mata Kuliah Biologi Perikanan Minggu ke-3

1. Gambarkan bagian-bagian telur ikan (Telur adhesive dan non adhesive), beri keterangan yang
jelas beserta fungsinya !
2. Gambarkan bentuk telur (5 spesies ikan yang hidup di laut, 5 spesies ikan yang hidup di air
tawar dan 3 spesies yang hidup di di estuari) !
3. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap fekunditas, waktu fertlilisasi (pembuahan), masa
pengeraman dan masa larva !
Jawaban

1. A. Telur adhesive

Setelah proses pengerasan cangkang, telur bersifat lengket sehingga akan mudah menempel
pada daun, akar dan sebagainya, contoh telur ikan mas (Cyprinus carpio).

2
B. Non Adhesive

Telur sedikit adhesive pada waktu pengerasan cangkangnya, namun kemudian setelah itu
telur sama sekali tidak menempel pada apapun juga, contoh telur ikan salmon.

2. A. Telur Ikan Laut

Chirocentrus dorab Ikan Layur (Trichiurus.sp) Belut Murai (Muraena.sp)

Tetraodon.sp

Ikan Gemi (echeneis naucrates)

B. Telur Ikan Tawar

Ikan Patin Ikan Lele Dumbo Ikan Mas

3
Ikan Buntal Air Tawar Ikan Gurame
C. Telur Ikan Estuari

Bandeng (Chanos chanos) Ikan Belanak Ikan Rainbow Trout

3. A. Faktor Fekunditas
Pada umumnya terdapat hubungan antara fekunditas dengan ukuran berat, panjang, umur,
dan cara penjagaan (parental care) serta ukuran butiran telur. Semakin berat dan panjang badan
ikan dan semakin tua umurnya maka fekunditas semakin tinggi. Ikan-ikan yang mempunyai
kebiasaan tidak sama sekali menjaga telurnya setelah memijah, biasanya mempunyai fekunditas
tinggi. Sebaliknya, ikan-ikan yang menjaga telurnya secara baik, fekunditasnya rendah.
Mengenai hubungan ukuran butiran telur dengan fekunditas, terdapat kecenderungan bahwa
semakin kecil ukuran butiran telur akan semakin tinggi fekunditasnya (Kordi dan Andi 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
itu, Nikolsky (1969) membuat kaidah utama sebagai berikut:
1. Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun lagi, fekunditas
relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas mutlaknya. Fekunditas relative
maksimum terjadi pada golongan ikan muda. Ikan-ikan tua kadang-kadang tidak memijah setiap
tahun. Individu yang tumbuh dan masak lebih cepat mempunyai tendensi mati lebih dahulu.
2. Fekunditas mutlak atau telatif sering menjadi kecil pada ikan-ikan atau kelas umur yang
jumlahnya banyak, terjadi untuk spesies yang mempunyai perbedaan makanan diantara
kelompok ukuran.
3. Pengaturan fekunditas terbanyak dalam berespon terhadap persediaan makanan berhubungan
dengan telur yang dihasilkan oleh ikan yang cepat pertumbuhannya, lebih gemuk dan lebih besar.
Mekanismenya berhubungan dengan pemasakan oosit dan pengisapan telur. Kenaikan fekunditas

4
populasi dapat disebabkan ole kematangan gonad yang lebih awal dari individu yang tumbuh
lebih cepat.
4. Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad lebih awal serta fekunditasnya tinggi
mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan predator dalam jumlah besar.
5. Perbedaan fekunditas diantara populasi spesoes yang hidup pada kondisi lingkungan yang
berbeda-beda, bentuk migran fekunditasnya lebih besar.
6. Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolism yang mengadakan reaksi terhadap
perubahan persediaan makanan dan menghasilkan perubahan dalam pertumbuhan, seperti ukuran
pada umur tertentu demikian juga ukuran dan jumlah telur atau jumlah siklus pemijahan dalam
satu tahun.
7. Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan makanan melalui
kematangan gonad yang terjadi lebih awal, menambah kematangan individu pada individu yang
lebih gemuk dan mengurangi antara siklus pemijahan.
8. Kualitas telur terutama isi kuning telur bergantung kepada umur dan persediaan makanan dan
dapat berbeda dari satu populsi ke populasi yang lain.
B. Waktu Fertilisasi
Dalam proses pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang micropyle
yang terdapat pada chorion. Tiap spermatozoa mempunyai kesempatan yang sama untuk
membuahi satu telur. Akan tetapi karena ruang tempat terjadinya pembuahan yaitu pertemuan
telur dengan spermatozoa pada ikan ovipar sangat besar, maka kesempatan spermatozoa itu
untuk bertemu dengan telur sebenarnya sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut agar
pembuahan berhasil, spermatozoa yang dikeluarkan jumlahnya sangat besar dibandingkan
dengan jumlah telur yang akan dibuahi. Dalam kondisi yang optimum spermatozoa ikan yang
baru dikeluarkan dari tubuh mempunyai kekuatan untuk bergerak dalam air selama 1 2 menit.

C. Pengeraman
Lama masa pengeraman ikan tidak sama bergantung kepada spesies ikannya dan
beberapa faktor luar. Faktor luar yang terutama mempengaruhi pengeraman ialah suhu perairan
(Robert 2004). Dalam bidang kultur ikan, sehubungan dengan masa pengeraman dikenal dengan
istilah derajat hari , yaitu hasil perkalian derajat suhu perairan dengan lama pengeraman. Faktor
luar yang yang berpengaruh terhadap penetasan telur ikan adalah suhu, oksigen terlarut, pH,
salinitas dan intensitas cahaya (Robert 2004).

D. Masa Larva

5
Larva ikan memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi masa hidupnya. Menurut Effendi
(2002) faktor faktornya adalah:
PH air
Suhu air
Oksigen didalam air
Pakan yang diberi
Jangan sering mengganti air karena bisa membuat larva ikan mati, dan jangan memberi
pakan yang banyak membuat air keruh bisa larva mati Telah lama diketahui bahwa masa kritis
dalam daur hidup ikan terdapat dalam tahap larva. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan
mortalitas alami ini, selain dari predator dan penyakit juga faktor biotik yang berhubungan
dengan larva itu sendiri. Pergerakan larva atau tingkah laku larva untuk mendapatkan makanan
juga kepadatan persediaan pakan yang baik merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
hidup larva (Effendi 2002). Saat kuning telur belum habis dihisap adakalanya larva melakukan
pergerakan. Pergerakan ini memerlukan energi. Pengambilan energi terjadi dalam proses
katabolisme, yaitu penghisapan kembali jaringan tubuh yang sudah dibentuk bertepatan dengan
pergerakan yang dilakukan oleh larva itu. Ketika kuning telur hampir habis dihisap, terjadi
pencampuran makanan, yaitu dengan dimulainya mengambil pakan dari luar (Effendi 2002).

Daftar Pustaka

Akhmad, Daniel R. 2009. STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SENGGIRINGAN (Puntius


johorensis) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MUSI, SUMATERA SELATAN.
Skripsi. INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Bogor.
Dharyati, E., A.D. Utomo., S. Adjie., Asyari., D. Wijaya., G. Subroto., B. Waro., D. Ismeywati.,
E.D. Harmilia., R. Ridho., D. Putranto & S. Sukimin. 2010. Bio-ekologi dan potensi

6
sumberdaya perikanan di waduk Kedung Ombo dan Gajah Mungkur Jawa Tengah.
Laporan Akhir. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Palembang. 145 hal.
Effendi, M. Ichsan. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Kordi, M. Ghufran H., dan Andi Tamsil. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara Buata.
Lily Publisher: Yogyakarta.
Nikolsky, G. V. 1969. Theory of Fish Populatio Dynamic, as the Biological Background of
Rational Exploitation and the Management of Fishery Resources, translates by Bradley.
Oliver and Boyd. 323 hlm.
Robert, Jason Scott. 2004. Embryology, Epigenesis and Evolution. Cambridge University Press.
Cambridge UK

Anda mungkin juga menyukai