Anda di halaman 1dari 11

PAPER

" FISIOLOGIS REPRODUKSI IKAN "

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Uras Tantulo,M.Sc

Oleh:

Gideon Pratama Sembiring Kembaren

193020407016

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN
PRODI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi
secara fisik dan kimiawi. Istilah ini dibentuk dari kata Yunani Kuno physis, äsal-
usul”atau “hakikat”, dan logia, “kajian”. Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah
untuk mempelajari biomelekul, sel jaringan, organ, system organ dan organisme secara
keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan.
Fisiologi hewan air adalah ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja
dari organ, jarinan dan sel dari suatu organisme(ikan sebagai hewan air).termasuk dalam
fisiologis hewan air adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan (adaptasi),
metabolisme, peredaran darah, respirai , reproduksi dan pengambilan makanan (nutrisi).
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya
untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Reproduksi merupakan aspek biologis
yang terkait mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru. Pengetahuan
tentang ciri reproduksi yaitu mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan
kematangan guna untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan maupun yang
tidak melakukan reproduksi. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-
beda, tegantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi
tertentu setiap tahun. Jika keadaan menguntungkan dan sesuai maka reproduksi dapat
dilakukan dan tidak menutup kemu gkinan untuk berlangsung secara maksimal.
Ikan merupakan kelompok hewan air ovipar. Ikan tidak memiliki alat kelamin luar
sehingga ikan melakukan proses fertilisasi eksternal dimana sang ikan betina akan
mengeluarkan beribu-ribu sel ovum keluar melalui kloaka, biasanya dirimbunan
tumbuhan air dan ikan jantan akan mengeluarkan sejumlah besar testis keluar melalui
saluran urogenital untuk membuai sel ovum tersebut. Telur-telur yang dibuahi akan
,enetas dalam waktu 20-34 jam da bayinya akan langsung bias hidup sendiri.
B. TUJUAN

Untuk mempelajari mekanisme kerja fisiologis tubuh ikan dalam kajian reproduksinya

C. TINJAUAN PUSTAKA
Reproduksi merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan suatu sumber daya
perairan. Keberhasilan suatu spesies ikan dalam daur hidupnya ditentukan dari
kemampuan anggotanya untuk bereproduksi di lingkungan yang berfluktuasi dan
menjaga keberadaan populasinya (Moyle & Cech 2004). Beberapa aspek reproduksi
antara lain: Nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad,
fekunditas dan sebaran diameter telur merupakan mata rantai dalam siklus ikan yang
berhubungan dengan mata rantai lain untuk menjamin kelangsungan hidup spesies
tersebut (Nikolsky 1963).

Nisbah kelamin
Nisbah kelamin adalah perbandingan ikan jantan dan ikan betina dalam suatu populasi.
Untuk beberapa spesies ikan, perbedaan jenis kelamin dapat ditentukan melalui
perbedaan morfologi tubuh (dimorfisme seksual) (Tjakrawidjaja 2006 ; Satyani 2003)
atau perbedaan warna tubuh (dikromatisme seksual) antara ikan jantan dan betina. Nisbah
kelamin 1 : 1 merupakan kondisi yang ideal (Ball & Rao 1984). Tetapi di alam sering
terjadi penyimpangan dari kondisi yang ideal, hal ini disebabkan oleh adanya pola
tingkah laku bergerombol antara ikan jantan dan ikan betina, perbedaan laju mortalitas
dan pertumbuhan. Apabila dilihat dari segi laju pemijahan, bahwa perbandingan kelamin
dapat berubah menjelang dan selama proses pemijahan (Nikolsky 1963). Dalam ruaya
ikan untuk memijah terjadi perubahan nisbah kelamin secara teratur. Pada awalnya ikan
jantan dominan daripada ikan betina, kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1
diikuti dengan dominansi ikan betina. Perbandingan jenis kelamin dapat digunakan untuk
menduga keberhasilan pemijahan, yaitu dengan melihat imbangan jumlah ikan jantan dan
ikan betina di suatu perairan, juga berpengaruh terhadap produksi, rekruitmen, dan
konservasi sumberdaya ikan tersebut (Effendie 2002).
BAB II
PEMBAHASAN

A. OVARIUM
 
Pada kelompok Teleost terdapat sepasang ovarium yang memanjang dankompak.
Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Merekatergantung pada bagian
atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, di bawahatau di samping gelembung renang
(jika ada. Ukuran dan perkembangannya padarongga tubuh bervariasi dengan tingkat
kematangannya. Pada keadaan matangovarium bisa mencapai 70 % dari berat tubuhnya.
Sebagian besar pada waktumasih muda warna keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan
pada saatmatang. Pada chondrichtyes, oviduct (Mullerian duct) dengan corong masuk(ostium
tubes abdominalis) di ujung terletak di bagian depan rongga tubuh. Telur melewati oviduct
menuju cloaca dan keluar melalui lubang genital.Pada chondrichtyes yang ovipar, bagian depan
jaringan oviduct dimodifikasimenjadi kelenjar cangkang (shellgland); sedangkan pada ovivipar
dan vivipar, bagian belakang oviduct mmbesar menjadi suatu uterus temapt penyimpanan
anakikan selama perkembangan embrioniknya. Keadaan yang demikian
ditemukan pada ikan dipnoi, cipenceriformes dan bowfin.Pada ovarium terdapat oosit pada berba
gai stadia tergantung pada tipe reproduksinya (Nagahama dalam Hoar, 1983).
 
Menurut Harder (1975) tipe reproduksi dibagi menjadi a) tipe sinkronisasitotal
dimana oosit berkembang pada stadia yang sama. Tipe ini biasanya
terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun; 
b) tipe  sinkronisasikelompok dengan dua stadia, yaitu oosit besar yang matang, disamping itu
adaoosit yang sangat kecil tanpa kuning telur; dan c) tipe asinkronisasi dimanaovarium terdiri
dari berbagai tingkat stadia oosit.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri
dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar
matahari,tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami
akanmemijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saatitu akan
terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk
berpijah.
 Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding&
Reynaldo, 1993). Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dangonadotropin baik
dalam bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) danGonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang
cukup dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan.
Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidakmencukupi dalam tubuh maka
perkembangan oosit dalam ovarium
terganggu bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher, 1995) Faktor lingkungan
merupakan stimuli yang dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti kulit, matadan hidung.
Informasi berasal dari lingkungan sampai di otak melalui reseptoryang terdapat pada masing-
masing organ sensori. Selanjutnya melalui ujungujungsaraf akan diteruskan ke hipotalamus
untuk mengeluarkan Gonadotropic releasingHormon (GnRH) yang dapat merangsang kelenjar
hipofisa anterior untuk memproduksi hormone Gonadotropic (GtH). Hormon Gonadotropic ini
melaluialiran darah akan menuju ke gonad, kemudian akan merangsang pertumbuhangonad yang
selain mendorong pertumbuhan oosit juga untuk memproduksihormone steroid yangmerupakan
mediator langsung untuk pemijahan.
  

B. TESTES
  Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, padaumumnya
berpasangan. Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Padachodrichtyhes, seringkali gonad
yang satu lebih besar dari pada yang lainnya.Testes ini bergantung pada bagian atas rongga
tubuh dengan perantaraanmesorchium, di bawah atau di samping gelembung gas (jika ada).
Mereka tersusundari folikel-folikel tempat spermatozoa berkembang. Ukuran dan warna
gonad bervariasi tergantung pada tingkat kematangannya dengan berat bisa mencapai12% atau
lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testes berwarna putihkekuningan dan halus. Sebelum
sampai pada lubang pelepasan (urogenital pore),spermatozoa yang berasal dari testes terlebih
dahulu melewati vasa efferentia,epididymis, vasa defferentia, seminal vesicle, urogenital sinus,
dan
urogenital papilla pada Chondrichthyes. Pada sisi seminal vesicle dan atau kantung spermahanya
terdapat pada beberapa ikan. Pembentukan spermatozoa dari spermatid didalam testes disebut
spermatogenesis.
 
Proses ini meliputi poliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosisyang berulang
dan tumbuh membentuk spermatocyte primer, kemudian melalui pembelahan reduksi (meiosis)
membentuk spermatocyte sekunder. Spermatocyte sekunder membelah menjadi spermatid, yang
mengadakan metamorfose menjadi gamet yang ``motile`` (dapat bergerak) dan punya potensi
fungsional yang dinamakan spermatozoa. Proses metamorfose spermatid sering
dinamakan``spermatogenesis``. (Hoar, 1969). Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiapikan
jantan menghasilkan banyak sekali spermatozoa yang ukurannya begitu kecilsehingga dalam satu
tetes mani bisa ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa.Spermatozoa yang dihasilkan oleh
jenis ikan yang berbeda, bukan saja berbeda dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam
bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi dari saluran sperma membentukair mani (milt) yang
dikeluarkan pada waktu memijah. Spermatozoa yang tidak aktif dan tidak bergerak sampai
sekresi sperma berjumpa dengan sel telur dalam fertilisasi. Jangka waktu hidup spermatozoa
bergantung kepada spesies dan kepada substrat tempat mereka diletakkan. Jika sperma
diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih pendek dari pada bila terletak dalam tubuh
hewan betina.Kemungkinan hidup sel sperma juga dipengaruhi oleh suhu, secara umum
merekahidup lebih lama pada suhu yang rendah dari pada suhu tinggi.

C SEKSUALITAS IKAN

Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin
yaitu jantan dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasilsperma,
sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur.Suatu populasi terdiri
dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasitersebut disebut populasi
heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual
namun penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus berhati-hati karena secara keseluruhan
terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini,
hingga gonokorisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak berdiferensiasi.

1. Hermaproditisme

 Ikan hermaprodit mempunyai jaringan ovarium maupun jaringan testis yangsering dijumpai
dalam beberapa famili ikan. Kedua jaringan tersebut terdapatdalam satu organ dan letaknya
seperti letak gonad yang terdapat pada individunormal. Pada umumnya, ikan hermaprodit hanya
satu sex saja yang berfungsi padasuatu saat, meskipun ada beberapa spesies yang bersifat
hemaprodit sinkroni.Berdasarkan perkembangan ovarium dan atau testis yang terdapat dalam
satuindividu dapat menentukan jenis hermaproditismenya.

 
  Hermaprodit sinkroni/simultaneous
 
Apabila dalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan sel kelamin jantanyang
dapat masak bersama-sama dan siap untuk dikeluarkan. Ikan
hermaprodit jenis ini ada yang dapat mengadakan pembuahan sendiri dengan mengeluarkantelur
terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari individu yang sama,
ada juga yang tidak dapat mengadakan pembuahan sendiri. Ikan ini dalam satu kali pemijahan da
pat berlaku sebagai jantan dengan mengeluarkan sperma untukmembuahi telur dari ikan yang
lain, dapat pula berlaku sebagai betina denganmengeluarkan telur yang akan dibuahi sperma dari
individu lain. Contoh ikanhermaprodit sinkroni yaitu ikan-ikan dari Famili Serranidae.
 
 Hermaprodit protandri
  Ikan yan di dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan prosesdiferensiasi dari
fase jantan ke fase betina. Ketika ikan masih muda gonadnyamempunyai daerah ovarium dan
daerah testis, tetapi jaringan testis mengisisebagian besar gonad pada bagian lateroventral.
Setelah jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma, terjadi masa
transisi yaitu ovariumnyamembesar dan testis mengkerut. Pada ikan yang sudah tua, testis sudah
tereduksisekali sehingga sebagian besar dari gonad diisi oleh jaringan ovarium
yang berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi fase betina. Contoh ikan-ikan yangtermasuk
dalam golongan ini antara lain Sparus auratus, Sargus annularis, Latescalcarifer (ikan kakap).
 
  Hermaprodit protogini
 
Merupakan keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit protandri. Prosesdiferensiasi gonadnya
berjalan dari fase betina ke fase jantan. Pada beberapa ikanyang termasuk golongan ini sering
terjadi sesudah satu kali pemijahan, jaringanovariumnya mengkerut kemudian jaringan testisnya
berkembang. Salah satuspesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal termasuk ke dalam
golonganhermaprodit protogini ialah ikan belut sawah ( Monopterus albus) dan ikan
kerapuLumpur ( Epinephelus  tauvina). Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagaiikan betina
yang berfungsi, kemudian berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi.Urutan daur hidupnya
yaitu : masa juvenile yang hermaprodit, masa betina yang berfungsi, masa intersek dan masa
terakhir masa jantan yang berfungsi. Pada ikan-ikan yang termasuk ke dalam Famili Labridae,
misalnyaHalichieres sp
. terdapatdua macam jantan yang berbeda. Ikan jantan pertama terlihatnya seperti betinatetapi
tetap jantan selama hidupnya, sedangkan jantan yang kedua ialah jantanyang berasal dari
perubahan ikan betina. Pada ikan-ikan yang mempunyai dua fase.
2. Fisiologi reproduksi Ikan

2. 1 Komponen 1 (concerns) Menyangkut


 Pemupukan
 Perkembangan awal
 Diferensasi gonad
 Masa pubertas
 Gametogenesis
 Oogenesis
1. Vitellogenesis
2. Pematangan Oosit
3. Ovulasi

 Spermatogenesis
1. Fisiologi Gamet
 Siklus reproduksi
 Perilaku seksual

2. 2 Komponen 2 (interacts with otherfunctions Berinteraksi


dengan fungsi
lain
 Pertumbuhan, Osmoregulasi, Nutrisi, Stress
2. 3 Komponen 3 (contributes to) Kontribusi pada

 Biologi Reproduksi Vertebrata

2. 4 Komponen 4 (Importants for applications in) Penting untuk


diaplikasikan

 Pelestarian Sumberdaya Genetik, Domestik, Dan Menengah


 Budidaya
 Ikan akuarium
 Ekotoksikologi
 Manajemen Perikanan

3.5 Komponen 5 (is dependant on) Tergantung pada

 Strategi Produksi Khusus


 Faktor Eksternal Dan Internal

D.MEKANISME KERJA TIROID

Hormon tiroksin mempunyai reseptor didalam inti sel (hipofisa, hati, jantung danginjal). Di
dalam sel, tiroksin (T4) mengalami deiodinasi dan ditransformasimenjadi T3. Transformasi T3
berlangsung di dalam membran plasma danretikulum endoplasma, Setelah transformasi
berlangsung maka T3 migrasi ke selinti dan melakukan interaksi dengan reseptor yang terdapat
di inti. Akibatnyaproduksi nuclear RNA (nRNA) dan mocrosmional RNA (mRNA)
akanmeningkat. Efek dari T3 disamping untuk pertumbuhan, metamorfosis jugamampu bekerja
sama dengan hormon lain, seperti hormon gonadotropin. T3 jugabekerja sama dengan kortisol
untuk merangsang pembentukan hormon melaluimRNA yang terdapat dalam hipofisa. Hormon
tiroksin dapat dengan mudahmasuk ke dalam sel target melewati dinding sel (membran plasma)
dengan caratransport aktif. Hormon tiroid (T3 dan T4) yang masuk kedalam tubuh dibawa kesel
target oleh protein plasma. Ayson dan Lam (1993) menyatakan bahwa hormontiroksin dalam
sirkulasi induk betina dapat ditransfer ke dalam oosit, telur dankemudian ke dalam ovarium
(kantung kuning telur) sebelum ovulasi. Hormontiroid secara tidak langsung membantu dalam
proses penyerapan kuning telur.

Peranan Hormon Tiroid dalam Reproduksi Ikan

Hormon tiroid termasuk dalam golongan hormon reproduksi sekunder. Hormon-hormon


reproduksi sekunder merupakan zat-zat endokrin yang dengan aktivitas metabolik yang
mempertahankan fungsi fisiologi tubuh dan memungkinkan berlangsungnya proses-proses
reproduksi. Kelancaran sekresi tiroksin oleh kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat untuk
kelangsungan reproduksi secara normal. Hipotiroidisme menyebabkan kekerdilan (cretinismus)
dengan kegagalan perkembangan gonad dan sistem saluran reproduksi. Kadar tiroksin yang
tinggi dapat merusak gonad. Pada hewan dewasa, tiroid mempengaruhi peningkatan respon hCG
(human chorionic gonadotropin) dalam merangsang ovulasi (Frandson 1986), berperan dalam
pematangan folikel pada tikus betina dewasa dan peningkatan konsentrasi testosterone pada tikus
jantan. Pada manusia tiroid mempengaruhi beberapa aspek reproduksi, seperti metabolisme
estrogen, kematangan seksual, ovulasi, kesuburan dan kemampuan menghasilkan anak. Pada
ikan hormon tiroid juga memainkan peran dalam fungsi dan perkembangan sistem reproduksi.

GAMBAR REPRODUKSI IKAN


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian pustaka dan diskusi kelompok, kesimpulan yangdiperoleh mengenai
fisiologi reproduksi pada ikan adalah sebagai berikut: 1. Hormon yang berperan dalam
reproduksi ikan yaitu, hormon adrenocorticotropic (ACTH), hormon pelepas tiroid (TSH, thyroid
stimulating hormone), hormon pertumbuhan (GH, growth hormone), dan gonadotropin (FSH;
follicle stimulating hormone, LH; luithenizing hormone). Sistem endokrin dalam
mengintegrasikan organisme selalu bekerja sama dengan sistem syaraf (neuroendokrin). Kedua
sistem ini mampu mensintesis dan melepaskan zat–zat kimia khusus dan hormon– hormon
tertentu yang mampu menyebar ke seluruh tubuh organisme.

2. Dalam sistem biologi, seperti hormon memiliki faktor kontrol yang dapata menghambat
jalannya stimulus. Mekanisme pengahambatan kinerja sel gonadotropin pada ikan sebagian besar
diakibatkan oleh adanya dopamine. Dopamine merupakan jenis neurohormone yang berkaitan
erat dengan norepinephrine dan epinephrine, dimana hormone-hormon tersebut konsentrasinya
ditemukan pada ujung saraf yang ada di hipotalamus. Fungsi dopamine umumnya pada hewan
vertebrata belum diketahui secara menyeluruh, namun peneliti menemukan bahwa zat kimia
sederhana ini dapat menghambat pelepasan kerja sel-sel gonadotropin untuk menghhasilkan
gonadotropin. Jika konsentrasi dopamine meningkat maka dopamine akan
menginduksi/menstimulisasi sel gonadotropin untuk tidak menghasil gonadotropin.

3. Fisiologi reproduksi pada ikan dipengaruhi oleh kelenjar hipofisa. Kelenjar hipofisa adalah
kelenjar yang menghasilkan berbagai hormon, antara hormon yang bekerja terhadap kelenjar
kelamin jantan (testes) maupun kelenjar kelamin betina (kantong telur). Kelenjar hipofisa ini
terletak disebelah bawah bagian depan otak besar sehingga jika bagian otak ini diangkat maka
kelenjar ini akan tertinggal. Dengan demikian, Fisiologi Reproduksi Ikan untuk mengambil
kelenjar hipofisa maka tulang tengkorak harus diangkatterlebih dahulu. Fisiologi Reproduksi
Ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Bernier JN, Kraak GVD, Farerell AP, Brauner CJ. 2009. Fish endocrinology. Elsevier Academic
Press. Amisterdam, Netherlands.Cooke S. Paul. 2005. Reproductive effect of thyroid hormone
signaling disruption. Department of Veterinary Biosciences, 61 : 217-230.Harvey, Brian J. & J.
Carolsfeld. 1993. Induced Breeding in Tropical Fish Culture. Cornel University: International
Development Research. iv

Anda mungkin juga menyukai