Anda di halaman 1dari 13

PAPER

Sistem Reproduksi Pada Ikan


Di Susun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata KuliahiFisiologi Reproduksi Hewan Air
Dosen iPengampu: Drs. Nurcahyo Kursistianto, M.Si.

Disusunioleh:
Andi Nor Riza NIM. 191280000136

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMAiJEPARA

i2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk
bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk
mempertahankan populasinya. Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan
bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad,
dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta
salurannya. Sementara beberapa kelenjar endokrin mempunyai peranan dalam mengatur
sistem reproduksi (Hoar & Randall, 1983).
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka
ragam dengan jumlah spesieslebih dari 27,000 di seluruh dunia. Untuk meneruskan
keturunan tentu saja ikan perlu bereproduksi.
Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki ukuran telur
sendiri, ada yang besar dan ada yang kecil. Ukuran telur akan menentukan jumlah telur
yang dimiliki oleh seekor induk. Ikan yang memiliki ukuran telur besar contohnya ikan
Nila dan Arwana, akan memiliki jumlah telur yang lebih sedikit disbanding dengan ikan
yang ukuran telurnya kecil seperti ikan Cupang dan Mas. Hal ini disebabkan oleh kapasitas
yang dimiliki si induk untuk menampung telur. Ukuran telur ikan banyak ditentukan oleh
ukuran kuning telurnya. Makin besar kuning telur makin besar pula peluang embrio untuk
bertahan hidup.
Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di
bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta
dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan
tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak
melalui vas deferens menuju celah/ lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang,
digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval
dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali
berlobus. Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian
anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang
disebut dutus deferen. Bahian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula
seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di
kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka
secara terpisah.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Menjelaskan peran system reproduksi pada ikan

2. Menjelaskan seksualitas pada ikan

3. Menjelaskan strategi reproduksi pada ikan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ovarium

Pada kelompok Teleost terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak.
Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Mereka tergantung pada
bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, di bawah atau di samping
gelembung renang (jika ada. Ukuran dan perkembangannya pada rongga tubuh bervariasi
dengan tingkat kematangannya. Pada keadaan matang ovarium bisa mencapai 70 % dari
berat tubuhnya. Sebagian besar pada waktu masih muda warna keputih-putihan dan
menjadi kekuning- kuningan pada saat matang. Pada chondrichtyes, oviduct (Mullerian
duct) dengan corong masuk (ostium tubes abdominalis) di ujung terletak di bagian depan
rongga tubuh.
Telur melewati oviduct menuju cloaca dan keluar melalui lubang genital. Pada
chondrichtyes yang ovipar, bagian depan jaringan oviduct dimodifikasi menjadi kelenjar
cangkang (shellgland); sedangkan pada ovivipar dan vivipar, bagian belakang oviduct
mmbesar menjadi suatu uterus temapt penyimpanan anak ikan selama perkembangan
embrioniknya. Keadaan yang demikian ditemukan pada ikan dipnoi, cipenceriformes dan
bowfin.Pada ovarium terdapat oosit pada berbagai stadia tergantung pada tipe
reproduksinya (Nagahama dalam Hoar, 1983).
Menurut Harder (1975) tipe reproduksi dibagi menjadi a) tipe sinkronisasi total
dimana oosit berkembang pada stadia yang sama. Tipe ini biasanya terdapat pada spesies
ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun; b) tipe sinkronisasi kelompok dengan dua
stadia, yaitu oosit besar yang matang, disamping itu ada oosit yang sangat kecil tanpa
kuning telur; dan c) tipe asinkronisasi dimana ovarium terdiri dari berbagai tingkat stadia
oosit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan
terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu,
sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan
alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada
saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat
merangsang ikan-ikan untuk berpijah.
Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding &
Reynaldo, 1993). Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan
gonadotropin baik dalam
bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang
cukup dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan.
Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam
tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan
mengalami atresia (Pitcher, 1995) Faktor lingkungan merupakan stimuli yang dapat
ditangkap oleh alat indera ikan seperti kulit, mata dan hidung. Informasi berasal dari
lingkungan sampai di otak melalui reseptor yang terdapat pada masing-masing organ
sensori. Selanjutnya melalui ujungujung saraf akan diteruskan ke hipotalamus untuk
mengeluarkan Gonadotropic releasing Hormon (GnRH) yang dapat merangsang kelenjar
hipofisa anterior untuk memproduksi hormone Gonadotropic (GtH). Hormon
Gonadotropic ini melalui aliran darah akan menuju ke gonad, kemudian akan merangsang
pertumbuhan gonad yang selain mendorong pertumbuhan oosit juga untuk memproduksi
hormone steroid yangmerupakan mediator langsung untuk pemijahan.
2.2 Testes

Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, pada umumnya
berpasangan. Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Pada chodrichtyhes,
seringkali gonad yang satu lebih besar dari pada yang lainnya. Testes ini bergantung pada
bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorchium, di bawah atau di samping
gelembung gas (jika ada). Mereka tersusun dari folikel-folikel tempat spermatozoa
berkembang. Ukuran dan warna gonad bervariasi tergantung pada tingkat kematangannya
dengan berat bisa mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testes
berwarna putih kekuningan dan halus. Sebelum sampai pada lubang pelepasan (urogenital
pore), spermatozoa yang berasal dari testes terlebih dahulu melewati vasa efferentia,
epididymis, vasa defferentia, seminal vesicle, urogenital sinus, dan urogenital papilla pada
Chondrichthyes. Pada sisi seminal vesicle dan atau kantung sperma hanya terdapat pada
beberapa ikan. Pembentukan spermatozoa dari spermatid di dalam testes disebut
spermatogenesis.
Proses ini meliputi poliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang
berulang dan tumbuh membentuk spermatocyte primer, kemudian melalui pembelahan
reduksi (meiosis) membentuk spermatocyte sekunder. Spermatocyte sekunder membelah
menjadi spermatid, yang mengadakan metamorfose menjadi gamet yang ``motile`` (dapat
bergerak)
dan punya potensi fungsional yang dinamakan spermatozoa. Proses metamorfose
spermatid sering dinamakan ``spermatogenesis``. (Hoar, 1969). Untuk menjamin
terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak sekali spermatozoa yang
ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes mani bisa ditemukan lebih kurang satu
juta spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis ikan yang berbeda, bukan saja
berbeda dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam bentuknya. Spermatozoa ditambah
sekresi dari saluran sperma membentuk air mani (milt) yang dikeluarkan pada waktu
memijah.
Spermatozoa yang tidak aktif dan tidak bergerak sampai sekresi sperma berjumpa
dengan sel telur dalam fertilisasi. Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung kepada
spesies dan kepada substrat tempat mereka diletakkan. Jika sperma diletakkan pada air,
maka jangka waktunya lebih pendek dari pada bila terletak dalam tubuh hewan betina.
Kemungkinan hidup sel sperma juga dipengaruhi oleh suhu, secara umum mereka hidup
lebih lama pada suhu yang rendah dari pada suhu tinggi.
2.3 SEKSUALITAS IKAN

Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan
betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan
betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-
ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual,
bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Namun,
penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus berhatihati karena secara keseluruhan
terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri,
protogini, hingga gonokorisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak berdiferensiasi.
2.3.1 Hermaproditisme

Ikan hermaprodit mempunyai jaringan ovarium maupun jaringan testis yang sering
dijumpai dalam beberapa famili ikan. Kedua jaringan tersebut terdapat dalam satu organ
dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal. Pada umumnya, ikan
hermaprodit hanya satu sex saja yang berfungsi pada suatu saat, meskipun ada beberapa
spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni. Berdasarkan perkembangan ovarium dan atau
testis yang terdapat dalam satu individu dapat menentukan jenis hermaproditismenya.
 Hermaprodit sinkroni/simultaneous
Apabila dalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan sel kelamin jantan yang
dapat masak bersama-sama dan siap untuk dikeluarkan. Ikan hermaprodit jenis ini ada
yang dapat mengadakan pembuahan sendiri dengan mengeluarkan telur terlebih dahulu
kemudian dibuahi oleh sperma dari individu yang sama, ada juga yang tidak dapat
mengadakan pembuahan sendiri. Ikan ini dalam satu kali pemijahan dapat berlaku sebagai
jantan dengan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur dari ikan yang lain, dapat pula
berlaku sebagai betina dengan mengeluarkan telur yang akan dibuahi sperma dari individu
lain. Contoh ikan hermaprodit sinkroni yaitu ikan-ikan dari Famili Serranidae.
 Hermaprodit protandri

Ikan yan di dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari
fase jantan ke fase betina. Ketika ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah ovarium
dan daerah testis, tetapi jaringan testis mengisi sebagian besar gonad pada bagian
lateroventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma, terjadi
masa transisi yaitu ovariumnya membesar dan testis mengkerut. Pada ikan yang sudah tua,
testis sudah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad diisi oleh jaringan
ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi fase betina. Contoh ikan-ikan
yang termasuk dalam golongan ini antara lain Sparus auratus, Sargus annularis, Lates
calcarifer (ikan kakap).
 Hermaprodit protogini

Merupakan keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit protandri. Proses


diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan. Pada beberapa ikan yang
termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan, jaringan ovariumnya
mengkerut kemudian jaringan testisnya berkembang. Salah satu spesies ikan di Indonesia
yang sudah dikenal termasuk ke dalam golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut
sawah (Monopterus albus) dan ikan kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). Ikan ini
memulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina yang berfungsi, kemudian berubah
menjadi ikan jantan yang berfungsi. Urutan daur hidupnya yaitu : masa juvenile yang
hermaprodit, masa betina yang berfungsi, masa intersek dan masa terakhir masa jantan
yang berfungsi. Pada ikan-ikan yang termasuk ke dalam Famili Labridae, misalnya
Halichieres sp. terdapat dua macam jantan yang berbeda. Ikan jantan pertama terlihatnya
seperti betina tetapi tetap jantan selama hidupnya, sedangkan jantan yang kedua ialah
jantan yang berasal dari perubahan ikan betina. Pada ikan-ikan yang mempunyai dua fase
dalam satu siklus hidupnya, pada tiap-tiap fasenya sering didapatkan ada
perbedaan baik dalam morfologi maupun warnanya. Keadaan demikian menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam mendeterminasi ikan itu menjadi dua nama, yang sebenarnya
spesies ikan itu sama.
Misalnya pada ikan Larbus ossifagus ada dua individu yang berwarna merah dan
ada yang berwarna biru. Ternyata ikan yang berwarna merah adalah ikan betina,
sedangkan yang berwarna biru adalah ikan jantan. Hermaprodit protandri dan hermaprodit
protogini sering disebut hermaprodit beriring. Pada waktu ikan itu masih muda
mempunyai gonad yang berorganisasi dua macam seks, yaitu terdapat jaringan testis dan
ovarium yang belum berkembang dengan baik. Proses suksesi kelamin dari satu populasi
hermaprodit protandri atau hermaprodit protogini terjadi pada individu yang berbeda baik
menurut ukuran atau umur, tetapi merupakan suatu proses yang beriring.
2.3.2 Gonokhorisme

Selain hermaproditisme, pada ikan terdapat juga gonokhorime, yaitu kondisi seksual
berganda yaitu pada ikan bertahap juvenil gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas
status jantan atau betinanya. Gonad tersebut kemudian berkembang menjadi semacam
ovarium, setelah itu setengah dari individu ikan-ikan itu gonadnya menjadi ovarium
(menjadi ikan betina) dan setengahnya lagi menjadi testis (menjadi ikan jantan).
Gonokhoris yang demikian dinamakan gonokhoris yang “tidak berdiferensiasi:, yaitu
keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi interseks yang spontan. Misalnya Anguilla
anguilla danSalmo gairdneri irideus adalah gonokhoris yang tidak berdiferensiasi. Ikan
gonokhorisme yang “berdiferensiasi” sejak dari mudanya sudah ada perbedaan antara
jantan dan betina yang sifatnya tetap sejak dari kecil sampai dewasa, sehingga tidak
terdapat spesies yang interseks.
2.4 SIFAT SEKSUAL PRIMER DAN SEKUNDER

Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung
berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina,
dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda
luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan
yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina
dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies
ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat
seksual dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan
lebih menarik dari pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
 Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim
pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan
telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim
pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada spesies tertentu
bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya ikan Nocomis
biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan.

 Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada
sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam
pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper
pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan
Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan
betinanya dan sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif
pada ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan),
bagian yang menjadi tanda seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina
tidak menunjukkan sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitan pada ikan
Amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila
ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang
dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder,
sedangkan tanda hitam pada
ikan Amiamenunjukkan bahwa hormone yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi
penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.
2.5 STRATEGI REPRODUKSI

Berdasarkan organ tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya


pembuahan, terdapat tiga golongan ikan:
2.5.1 Ikan ovipar

Golongan ovipar yaitu ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan.
Sebagian besar jenis ikan tergolong ke dalam golongan ovipar. Beberapa contoh ikan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Ikan mas (Cyprynus carpio), mujair (Oreochromis
mosambicus), kakap (Lates calcarifer) dan tongkol (Euthynus spp.). Beberapa ikan
berpijah secara bersama- sama dan tanpa berpasangan. Sejumlah ikan jantan dan betina
megeluarkan sperma dan telur secara bersama dalam suatu lingkungan yang cocok. Jumlah
telur yang banyak dibiarkan hanyut dalam perairan terbuka, terbawa dan terapung oleh
turbulensi arus, kemudian menempel pad substrat. Spesiae lain memiliki kebiasaan
berpasangan dalam memijah setelah satu atau dari pasangan tersebut keduanya
menyiapkan tempat untuk meletakkan telur. Beberapa jenis ikan memendam telurnya di
krikil dan kemudian meninggalkannya, sedangkan jenis lain akan menjaga mengawal)
sarangnya. Ikan belanak (Liza spp, Mugil spp, valamugil sp) merupakan jenis ikan pantai
yang umumnya melakukan pemijahan di daerah pantai dengan salinitas yang agak tinggi.
Telur-telur dikeluarkan begitu saja dan terbawa arus sampai ke muara sungai. Anak-anak
belanak akan bergerak ke tambak dan bahkan ada yang masuk ke perairan tawar.
2.5.2 Ikan vivipar

Golongan vivipar merupakan ikan yang melahirkan anak dalam pola reproduksinya.
Anak ikan yang dilahirkan oleh golongan ikan vivipar hamper menyerupai individu
dewasa. Kandungan kuning telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh
hubungannya dengan placenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya.
Golongan ikan ini umumnya berfekunditas kecil, tidak seperti pada golongan ikan ovipar
yang memiliki fekunditas lebih besar. Meskipun demikian keturunannya mendapat
semacam jaminan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman.
Keadaan demikian menunjukkan bahwa ikan vivipar stuasinya lebih modern dari pada ikan
ovipar dalam mempertahankan eksistensi species dari keadaan lingkungan sekelilingnya
termasuk
dari serangan predator. Umumnya jenis ikan bertulang rawan (hiu dan pari) nerupakan
kelompok vivipar, meskipun demikian beberapa ikan bertulang sejati bisa dikategorikan
melahirkan anak, seperti family Poeciliidae, Goodidae, Anablepidae dan Yaminsiidae.
2.5.3 Ikan ovovivipar

Golongan ikan ovovipar ini melahirkan anak seperti halnya vivipar, namun
pekembangan anak di dalam kandungan induk mendapatkan makanan dari persediaan
kuning telur yang tersedia non placental. Dalam perkembangan yang demikian anak
mendapat keperluan material untuk pertumbuhannya dari induk melalui penyerapan zatzat
yang dikeluarkan oleh uterus. Zat tersebut disebut “Susu uterin“ atau embriotrophe.
Spesies ikan ovovivpar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada ikan vivipar. Pada embrio
ikan Squalus acanthias terdapat dua macam kantung telur yaitu kantung yang di luar tubuh
dan kantung didalam tubuh. Kantung kuning telur dalam tubuh sebagai hasil
perkembangan batang kantung kuning telur bagian luar yang tumbuh pada bagian dalam.
Butir-butir kuning telur dari kantung luar bergerak ke bagian kantung dalam terus ke usus
untuk dicerna.
Berbeda dengan golongan ikan vivipar dan ovovipar, maka ikan ovipar yang
merupakan mayoritas dari ikan yang ada pada waktu pemijahan membuahi telurnya di luar
tubuh. Telur yang dikeluarkan dari tubuh induk dibuahi oleh ikan jantan dengan berbagai
cara. Semua tingkah laku yang dilakukan oleh ikan tersebut pada waktu pemijahan
bertujuan agar semua telur yang dikeluarkan dapat dibuahi dengan baik. Ikanbertulang
rawan yang tergolong ke dalam ovovivipar memiliki masa mengandung yang berbeda-
beda. Ikan Myliobastis bovia masa mengandungnya empat bulan, Urolophus halleri tiga
bulan dan Squalus acanthias dua bulan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem
reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan
betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Pada
prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina.
Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina
adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Sifat seksual primer pada ikan ditandai
dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu
ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan
jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk
membedakan ikan jantan dan ikan betina.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, S. 1974. Ickthiologi Sistematika (Ichtyologi – I),
Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan tinggi, IPB
DDD. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.Ichthyology.
Second edition. John Wiley & Sons, New York
G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited,
New Delhi
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World, New York.

Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB

Anda mungkin juga menyukai