Anda di halaman 1dari 17

Praktikum ke : 5 Mata Kuliah : Fisiologi Reproduksi

Tanggal : 2 - 4 November 2018

EMBRIOGENESIS DAN PEMIJAHAN SEMI ALAMI PADA


IKAN LELE (Clarias sp.)

Teguh Riono
4443160003
Perikanan 5A

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
ABSTRAK
Reproduksi ikan lele merupakan aspek biologis yang terkait mulai dari
diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru. Pengetahuan tentang ciri
reproduksi yaitu mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan kematangan
gonad, Peranan Hormon dalam Reproduksi Ikan ada beberapa hormon yang terlibat
di dalam pengaturan reproduksi ikan. Praktikum Fisiologi Reproduksi tentang
Embriogenesis dan pemijahan semi alami pada Ikan Lele (Clarias sp.)
dilaksanakan pada hari Jumat 2 November 2018 sampai dengan 4 November 2018
bertempat di Laboraturium Budidaya Perairan (BDP) Jurusan Perikanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tujuan dari Praktikum
Embriogensis dan Pemijahan Semi Alami Pada Ikan Lele (Clarias sp.) yaitu
mempelajari cara memijahkan ikan secara alami, semi alami, maupun buatan serta
mengamati embriogenesis pada ikan. Hasil praktikum Berdasarkan pengamatan
dapat diketahui bahwa setiap beberapa jam sekali terjadi pembelahan dari
pembelahan 2 sel sampai terjadi pembelahan 32 sel. Tidak hanya itu, juga terjadi
proses embriogenesis dari morula, blastula, gastrula sampai terjadinya penetasan
Kata Kunci: , Embriogenesis, Hormon, Reproduksi.

I. PENDAHULUAN
Reproduksi ikan lele merupakan aspek biologis yang terkait mulai dari
diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru. Pengetahuan tentang ciri
reproduksi yaitu mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan kematangan
gonad untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak melakukan
reproduksi. Sampai menghasilkan telur dan perkembangan embrio (Effendie 1997).
Dalam proses pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang
microphyle yang terdapat pada chorion. Tetapi spermatozoa mempunyai
kesempatan yang sama untuk membuahi satu telur. Telur dan sperma yang baru di
keluarkandari tubuh induk, mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses
pembuahan (Effendie 1997).
Setelah pembuahan kemudian mengalami Perkembangan embrio merupakan
suatu kelanjutan hasil fertilisasi dari hasil sel telur dan sel sperma yang kemudian
setelah dibuahi akan mengalami proses pembentukan pola-pola pembelahan telur
yang disebut cleavage. Sel telur membelah secara berturut-turut hingga mencapai
fase diferensiasi menjadi bentuk dewasa pada tahap organogenesis. Pertumbuhan
menjadi sistem organ yang kompleks dan saling tergantung merupakan suatu hal
yang terinci dalam sistem biologis yang semuanya akan termodifikasi secara
sempurna (Harvey 1979).
Perkembangan embrio pada Ikan Mas betina dimulai setelah telur dibuahi oleh
inti spermatozoon yang semua haploid, menjadi inti zigot yang diploid. Zigot inilah
yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pembelahan segmentasi melalui
proses mitosis yang cepat. Zigot yang tersegmen-segmen menjadi bagian yang kecil
(cleavage), bermula dari satu sel kemudian membelah menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16
sel, hingga 32 sel yang disebut fase morula (Djuhanda,1981). Sama halnya dengan
telur ikan lele (Harvey 1979).
Proses pembentukan blastula disebut blastulasi dimana kelompok sel-sel anak
hasil pembelahan berbentuk benda yang relatif bulat ditengahnya terdapat rongga
yang kosong disebut suloblastula (coeloblastula) sedangkan yang berongga massif
disebut steroblastula. Gastrulasi adalah proses pembentukan 3 daun kecambah
yakni ectoderm, mesoderm dan entoderm. Gastrulasi ini erat hubungannya dengan
pembentukan system syaraf (neurolasi) sehingga merupakan periode kritis dan
kemudian sampai pada organogenesis (Harvey 1979).
Tujuan dari Praktikum Embriogensis dan Pemijahan Semi Alami Pada Ikan
Lele (Clarias sp.) yaitu mempelajari cara memijahkan ikan secara alami, semi
alami, maupun buatan serta mengamati embriogenesis pada ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Praktikum Fisiologi Reproduksi tentang Pengamatan Embriogenesis ikan
Lele (Clarias sp.). Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) yaitu sebagai
berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari
dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele dicirikan
dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin. Ikan
Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin) berukuran
panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele memiliki
kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikan lele
berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari
daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang
berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki
alat pernapasan tambahan yang dinamakan Arborescent. Arborescent ini
merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah
termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa
tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil
ini mengandung racun ringan (Witjaksono 2009).
Peranan Hormon dalam Reproduksi Ikan ada beberapa hormon yang terlibat
di dalam pengaturan reproduksi ikan. Hormon-hormon tersebut dihasilkan oleh
kelenjar hypothalamus, hipofisa dan gonad. GnRh (Gonadotropin Releasing
Hormon), GnRH dihasilkan oleh kelenjar hypothalamus yang mana ada dua macam
hormon yaitu FSH-RH (Folikel Stimulating Hormon Releasing Hormon) dan LH-
RH (Luteinizing Hormon Releasing Hormon) (Zairin 2003).
FSH-RH berfungsi merangsang kelenjar hipofisa untuk menghasikan atau
melepaskan hormon FSH (Folikel Stimulating Hormon), sedangkan LH-RH
berfungsi merangsang kelenjar hipofisa untuk menghasilkan atau melepaskan
hormon LH (Lituinezing Hormon). GtH (Gonadotropin Hormon), hormon ini yang
terdiri dari FSH dan LH. Kedua hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisa.
FSH berfungsi merangsang proses spermatogenesis (pembentukan sperma) dan
proses oogenesis (pembentukan ovum atau sel telur). Sedangkan LH berfungsi
merangsang proses spermiasi spermatozoa dan merangsang sel-sel leydig pada
gonad ikan jantan untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada ikan betina
hormon LH berfungsi merangsang proses ovulasi dan pelepasan hormon estrogen
dan progesteron dari gonad ikan betina (Zairin 2003).
Estrogen, hormon ini dihasilkan oleh gonad ikan betina yang berfungsi
merangsang proses vitelogeneis pada telur dan merangsang tingkah laku ikan
memijah.Progesteron, Hormon progesteron juga dihasilkan oleh gonad ikan betina
yang berfungsi merangsang proses pematangan telur sehingga mencapai
kematangan tahap akhir atau GVBD (Germinal Vesicle Break Down). Telur yang
nantinya berada pada tahap GVBD ini siap untuk diovulasikan dan dibuahi oleh
sperma nantinya (Zairin 2003).
Testosteron, hormon ini dihasilkan oleh sel-sel leydig pada gonad ikan
jantan. Hormon testosteron ini berfungsi merangsang proses spermiasi spermatozoa
dan merangsang libido atau tingkah laku pemijahan pada ikan jantan. Pada ikan
betina hormon ini disintesis di lapisan teka pada oosit, dan di lapisan granulosa
testosteron akan diubah menjadi estradiol-17β oleh enzim aromatase. Estradiol 17β
akan merangsang hati mensintesis vitelogenin yang merupakan bakal kuning telur
(Zairin 2003).
Faktor Penentu Pematangan Gonad Terdapat beberapa faktor penentu
pematangan gonad ikan antara lain, umur dan ukuran ikan. Untuk spesies yang sama
saat pertama kali matang gonad umur dan ukuran terkadang tidak sama, perbedaan
tersebut diakibatkan adanya perbedaan kondisi ekologis perairan (Blay and
Evenson, 1980).
Pada spesies ikan yang sama, perkembangan oosit dalam ovarium
bergantung pada ukuran ikan, pada ikan yang berukuran lebih kecil banyak
ditemukan stadium oosit dini dari pada ikan yang lebih besar (Hardjamulia dkk.,
1990). Pada umumnya umur juga berpengaruh pada perkembangan gonad, pada
umumnya ikan jantan matang lebih dulu dibandingkan ikan betina. Ikan jantan 15
mulai matang pada umur 8 bulan sedangkan ikan betina matang gonad pada umur
1 tahun (Legendre et al., 2000). Selanjutnya pakan, pakan merupakan komponen
penting dalam proses pematangan gonad, khususnya ovarium, karana proses
vitelogenesis (akumulasi vitelogenin dalam telur) membutuhkan nutrien. Selain itu
pakan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap fekunditas dan kualitas telur.
Pertumbuhan dan pematangan gonad akan terjadi bila terdapat kelebihan energi
yang diperoleh dari makanan untuk pemeliharaan tubuh. Apabila kekurangan
energi dapat meningkatkan oosit atresia.
Halver dan Hardy (2002) mengemukakan bahwa metabolisme protein
berbeda pada ikan yang sedang berkembang gonadnya dibandingkan ikan yang
hanya sedang tumbuh. Pada tahap perkembangan gonad diperlukan banyak energi
dan asam amino. Banyak asam amino diperlukan untuk pematangan gonad diambil
dari cadangan yang ada di otot putih dan tersedia sebagai hasil degradasi protein.
Penggunaan hormon dalam pakan buatan telah dicoba pada beberapa ikan
antara lain ikan bandeng dan ikan kerapu, pakan yang digunakan adalah pakan
dalam bentuk pelet kolesterol, dimana pada pakan tersebut ditambahkan hormon
yang bertujuan untuk mempercepat tingkat pematangan gonad, hormon yang
digunakan adalah kombinasi antara 17α-metiltestoteron dan a-LHRH (Gusrina,
2008). Selain kedua hal diatas suhu juga tidak kalah penting, suhu air yang ideal
untuk kegiatan budidaya ikan lele adalah 220 -320C. Selain untuk membantu dalam
pertumbuhan juga sebagai laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta kadar
oksigen terlarut di dalam air (Khairuman dan Amri 2008).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Fisiologi Reproduksi tentang Embriogenesis dan pemijahan semi
alami pada Ikan Lele (Clarias sp.) dilaksanakan pada hari Jumat 2 November 2018
sampai dengan 4 November 2018 bertempat di Laboraturium Budidaya Perairan
(BDP) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Hewan Uji


Hewan uji yang digunakan dalam praktikum adalah ikan lele indukan
sebanyak 1 ekor jantan dan 1 ekor betina pada perlakuan pemijahan buatan dan
yang akan di suntikan ovaprim dan ikan lele indukan sebanyak 1 ekor jantan dan 1
ekor betina pada perlakuan pemijahan semi alami.

3.3 Pengamatan Telur dan Pengumpulan Data


Telur ikan lele di mati menggunakan mikroskop, pengamatan telur
dilakukan satu jam sekali selama 24 jam, data pengamatan di catat, screenshoot,
serta di simpan dalam file dari mikroskop ke dalam komputer, jumlah telur hasil
pemijahan semi alami dan buatan di ambil setelah pengamatan.

3.4 Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah akuarium, Suntikan,
Airator, Pipet tetes, Mikroskop, Komputer. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah ikan lele, Ovaprim, Cairan infus.

3.5 Prosedur Kerja


Praktikum Fisiologi Reproduksi tentang Embriogenesis dan Pemijahan
Semi Alami pada Ikan Lele (Clarias sp.) Pemijahan Semi Alami adalah Kedua
Induk (Jantan dan betina) yang akan dipijahkan ditimbang, penentuan dosis
penyuntikan berdasarkan bobot tubuh induk, pada ikan betina suntikan diberikan
dua kali, suntikan pertama diberikan sebanyak satu dosis dan delapan jam kemudian
diikuti suntikan kedua sebanyak dua dosis, setiap penyuntikan diberikan 0.5-0.7
mldan suntikan secara intramoscular, ikan jantan hanya di suntik sekali dengan
setengah dosis, waktunya bersamaan dengan suntikan kedua pada betina, ikan yang
telah di suntik di kembalikan ke wadah dan dibiarkan memijah secara alami,
pengamatan dilakukan setiap jam untuk melihat proses mating dan pemijahan
Berikut diagram alir Praktikum Fisiologi Reproduksi tentang
Embriogenesis dan Pemijahan Semi Alami pada Ikan Lele (Clarias sp.) :

Kedua Induk (Jantan dan betina) yang akan


dipijahkan ditimbang

penentuan dosis penyuntikan berdasarkan bobot


tubuh induk

ikan betina dua kali suntikan, dan delapan jam


kemudian diikuti suntikan kedua

setiap penyuntikan diberikan 0.5-0.7 mldan suntikan


secara intramoscular

ikan jantan di suntik sekali dengan setengah dosis,


bersamaan dengan suntikan kedua pada betina

ikan jantan di suntik sekali dengan setengah dosis,


bersamaan dengan suntikan kedua pada betina

ikan yang telah di suntik di kembalikan ke wadah


dan dibiarkan memijah secara alami

Gambar 1. Diagram alir Praktikum Tingkat Metabolisme Ikan Lele (Clarias sp.)
Prosedur kerja praktikum Fisiologi Reproduksi tentang Pemijahan Semi
Alami pada Ikan Lele (Clarias sp.) adalah siapkan alat dan bahan, timbang indukan
lele jantan dan betina, tentukan dosis penyuntikan berdasarkan bobot tubuh. Lalu
lakukan penyuntikan pada ikan, ikan yang sudah disuntik dikembalikan kedalam
wadahnya dan biarkan memijah secara alami, setelah memijah kemudian hitung
jumlah telurnya.
Berikut diagram alir praktikum Fisiologi Reproduksi tentang Pemijahan
Semi Alami pada Ikan Lele (Clarias sp.) :
Siapkan alat dan bahan

Timbang ikan

Penentuan dosis penyuntikan

Penyuntikan

Hitung jumlah telur

Gambar 2. Diagram alir Praktikum Fisiologi Reproduksi tentang Pemijahan Semi


Alami pada Ikan Lele (Clarias sp.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari pengamatan pada Praktikum Fisiologi Reproduksi tentang
Embriogenesis dan Pemijahan Semi Alami pada Ikan Lele (Clarias sp.) Pemijahan
buatan hasil yang didapatkan sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Perkembangan telur ikan lele buatan (clarias sp.)
Waktu Pengamatan Gambar Keterangan
(Jam ke-)
Pengamatan 0 Pada fase ini, sel telur
(06.00) sudahmengalami
fertilisasi dengan
sperma.

Pengamatan 1 Pada ujung kutub


(07.00) animal terjadi
pembelahan 2 sel yang
terlihat menonjol
Pengamatan 2 Terjadi pembelahan 4
(08.00) sel pada kutub animal

Pengamatan 3 Terjadi pembelahan 8


(09.00) sel pada kutub animal

Pengamatan 4 Terjadi pembelahan 16


(10.00) sel pada kutub animal

Pengamatan 5 Sel pada fase ini sudah


(11.00) mulai memasuki tahap
pembelahan hingga 32
sel

Pengamatan 6 Pembelahan 32 sel


(12.00)
Pengamatan 7 Sel pada fase ini sudah
(13.00) mulai memasuki tahap
pembelahan hingga 64
sel

Pengamatan 8 Pembelahan sel pada


(14.00) fase ini di perkirakan
mencapai 128 sel
bahkan lebih. Pada
tahap ini terbentuk
rongga yang di sebut
blastocoels.

Pengamatan 9 Mulai terlihat sel-sel


(15.00) yang sudah terus
membelah akan
menjadi suatu lapisan
ectoderm (fase
morula)

Pengamatan 10 terlihat sel-sel yang


(16.00) sudah terus membelah
akan menjadi suatu
lapisan mesoderm

Pengamatan 11 sel-sel yang sudah


(17.00) terus membelah akan
menjadi suatu lapisan
endoderm
Pengamatan 12 Fase ini hampir sama
(18.00) dengan fase
sebelumnya, namun
bakal organ menjadi
semakin lebih jelas.

Pengamatan 13 terdapat zona bening


(19.00) yang melengkung
kedalam dan sudah
terdapat trophoblast.
(fase blastula)

Pengamatan 14 lekukan yang akan


(20.00) menjadi kepala dan
ekor

Pengamatan 15 Masih dalam lekukan


(21.00) yang terlihat kepala
dan ekor

Pengamatan 16 Pada fase ini sudah


(22.00) terlihat bentuk dan
organ-organ pada
embrio seperti mata.
Pengamatan 17 Didalam sel telur lava
(23.00) sudah menunjukan
pergerakannya dan
ekor sudah keluar dari
telurnya.

Pengamatan 18 Ekor sudah keluar dari


(00.00) telurnya begitu juga
bagian kepala

Pengamatan 19 Perkembangan sirip


(01.00) kaudal (fase grastula)

Pengamatan 20 Masih dalam


(02.00) perkembangan sirip
kaudal

Pengamatan 21 Perkembangan Mata


(03.00)
Pengamatan 22 Pada fase ini semua
(04.00) organ sudah terlihat
jelas

Pengamatan 23 Mata, kepala, saluran


(05.00) respirasi dan calon sirip
sudah terlihat

Pengamatan 24 Dan seluruh badan


(06.00) sudah terlihat
sempurna tapi masih
terdapat yolk pada
bagian bawah kepala
yang berfungsi sebagai
cadangan makanan

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa setiap beberapa jam


sekali terjadi pembelahan dari pembelahan 2 sel sampai terjadi pembelahan 32 sel.
Tidak hanya itu, juga terjadi proses embrogenesis dari morula, blastula, gastrula
sampai terjadinya penetasan.
Tahap Perkembangan Embrio Perkembangan embrio diawali saat proses
impregnasi, dimana sel telur (ovum) dimasuki sel jantan (spermatozoa). Proses
pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni hanya satu spermatozoa yang
akan melewati mikropil dan membuahi sel telur. Pada pembuahan ini terjadi
pencampuran inti sel telur dengan inti sel jantan (Hariandi 2010)
Cleavage yaitu fase pembelahan sel zigot pada ikan umumnya adalah tipe
meroblastik (parsial) walaupun ada juga holoblastik (total). Pada tipe meroblastik
yang membelah hanya inti sel dan sitoplasmanya saja, sedang pada holoblastik
kuning telur pun turut membelah diri. Kedua tipe pembelahan sel tersebut
ditentukan oleh banyaknya kuning telur dan penyebarannya (Hariandi 2010)
Blastulasi proses pembentukan blastula disebut blastulasi dimana kelompok
sel-sel anak hasil pembelahan berbentuk benda yang relatif bulat ditengahnya
terdapat rongga yang kosong disebut suloblastula (coeloblastula) sedangkan yang
berongga massif disebut steroblastula. Suloblastula terdapat pada Amphioxus dan
kodok, steroblastula terdapat pada ikan dan amphibi yang tidak berkaki
(gymmophonia) (Khairuman dan Amri 2008).
Gastrulasi adalah proses pembentukan 3 daun kecambah yakni ectoderm,
mesoderm dan entoderm. Gastrulasi ini erat hubungannya dengan pembentukan
system syaraf (neurolasi) sehingga merupakan periode kritis. Pada proses ini terjadi
perpindahan daerah ectoderm, mesoderm, entoderm dan notokorda menuju tempat
definitive (Khairuman dan Amri 2008).
Organogenesis, yakni proses pembentukan alat-alat tubuh makhluk yang
sedang berkembang. System organ-organ tubuh berasal dari 3 buah daun kecambah,
yakni ectoderm, entoderm dan mesoderm. Dari ectoderm akan terbentuk organ-
organ susunan (system) syaraf dan epidermis kulit (Hariandi 2010)
Partenogenesis merupakan proses reproduksi aseksual dimana sel telur
berkembang menjadi embrio tanpa adanya proses fertilisasi oleh sel sperma.
Partenogeneis memiliki kelebihan yaitu kemurnian materi genetik dari induk dapat
terpelihara, selain itu genom yang terdapat pada individu partenogenesis
mempunyai tingkat kemiripan dengan induk maternal sehingga sifat unggul dari
induk terpelihara (Hariandi 2010)
Gynogenesis adalah perkembangan sebuah ovum setelah terpenetrasi oleh
sperma tanpa peleburan dari gamet-gametnya. Dengan kata lain telur yang matang
dipenetrasi oleh sebuah sperma, dimana nukleus sperma tidak ikut masuk ke dalam
nukleus telur, meskipun demikian telur dirangsang untuk tumbuh
organogenesis, pada tahap ini terbentuk lima tabung bagian pembentuk
organ dasar yang berhubungan dengan notochord axial yaitu epidermis, neural,
endodermal, dan dua mesodermal. Tabung ektodermal menjadi penutup tubuh
(epidermis) dan derivatnya. Tabung mesodermal akan bersegregasi menjadi bagian
dorsal, intermediet dan lateral, dimana mesodermal dorsal telah lebih dahulu terbagi
menjadi somit. Pada tahap somit akan terbentuk sirip pektoral, notochord,
pembuluh darah dan insang. Proses penetasan embrio terjadi apabila adanya
pelunakan korion akan menurun menjelang penetasan (Hariandi 2010)

Tabel 2 . Hasil Perhitungan Jumlah telur ikan lele semi alami (clarias sp.)
Spesies Perlakuan Jumlah Telur
Semi Alami 4000
Ikan Lele (Clarias sp.)
Buatan 21800

Berdasarkan tabel di atas jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan lele (Clarias
sp.) jauh berbeda pada tiap perlakuan, dimana Semi alami hanya menghasilkan
jumlah telur sebanyak 4000 sementara pada perlakuan buatan jumlah telur yang di
hasilkan adalah 21800, ini membuktikan bahwa pemberian ovaprim dan striping
sangat mempengaruhi telur yang dihasilkan.
Menurut (Hariandi 2010) cleavage yaitu tahapan proses pembelahan sel.
Proses ini berjalan teratur dan berakhir hingga mencapai balastulasi. Bisa juga
dikatakan proses pembelahan sel yang terus menerus hingga terbentuk bulatan,
seperti bola yang di dalamnya berisi rongga. Gastrulasi merupakan proses
kelanjutan blastulasi. Hasil proses ini adalah terbentuknya tiga lapisan, yaitu
ektoderrm, modeterm dan entoderm. Organogenesis adalah tahapan dimana terjadi
pembentukan organ-organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm, metoderm
dan entoderm. Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm
membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran. Mesoderm
membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati dan tulang. Sedangkan
entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar endokrin

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Secara umum tahap embriogenesis ikan meliputi, cleavage, blastulasi,
gastrulasi, neurulasi, dan oranogenesis. Faktor-faktor yang mempengaruhi
embriogenesis diantaranya suhu,dan cahaya. Tipe pembelahan yang terjadi pada
ikan mas yaitu diskoidal meroblastik dan jenis telurnya yaitu adhesiv, dimana telur
menempel pada substrat. Telur yang mati pada praktikum ini terwarnai putih susu
berbeda dengan telur ikan mas yang hidup.
Pada pengamatan yang dilakukan mahasiswa kurang mengetahui fase-fase
yang harus di ambil gambarnya, dan pada pengambilan telur harus lebih berhati-
hati agar mendapat telur yang hidup saat di amati

DAFTAR PUSTAKA

Blay J, KN Evenson. 1980. Observation on the reproductive biology of shad,


Ethmalosa Fibriata in the coastal water of the cape coast. Ghana, Journal
of Fish Biology, 21: 485 - 496

Effendie. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Hardjamulia, A. 1978. Budidaya Ikan Introduksi. Departemen Pertanian . Balai


Latihan Pendidikan dan Penyuluhan. SUPM Bogor. 49 hal.

Harvey, David. 1979. Modern Analitycal Chemistry. The McGraw-Hill


Companies. USA.

Khairuman., K. Amri, dan T. Sihombing. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam


Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok

Sanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Bandung: Bina Cipta.
245 hlm.

Witjaksono. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp.


Melalui Penerapan Teknologi Ketinggian Media Air 15 Cm, 20 Cm, 25
Cm, dan 30 Cm. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Zairin, M.J. 2003. Endokrinologi dan perannya bagi masa depan perikanan
Indonesia. Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Fisiolog
Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB. Bogor.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 3. Penimbangan ikan Gambar 4. Ovaprim

Gambar 5. Larutan fisiologis Gambar 6. Penyuntikan ikan

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Ovaprim dan Larutan Fisiologis

Hormon ovaprim jantan Hormon ovaprim betina


814 x 0,3 = 0,2442 mL/gr 1331 x 0,3 = 0,3993 mL/gr
1000 1000

Larutan fisiologis jantan Larutan fisiologis betina


814 x 0,2 = 0,1628 mL/gr 1331 x 0,2 = 0,2442 mL/gr
1000 1000
Gambar 5. Pengambilan data

Anda mungkin juga menyukai