oleh kelenjar endokrin, dimana kelenjar endokrin adalah
kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran (Zairin,2002). Beberapa hormon sangat berperan dalam proses reproduksi ikan , selain hormon primer dan sekunder yang terdapat dalam tubuh ikan adapula hormon luar (sintesis) yang dapat mempengaruhi proses pematangan gonad ikan. Hormon Luar adalah suatu senyawa sintetik yang berfungsi untuk menginduksi terjadinya ovulasi. Perangsangan pemijahan ikan secara hormonal dilakukan dengan menyuntikan hormon tertentu kedalam ke tubuih ikan. Hormon tersebut masuk ke dalam sistem sirkulasi darah ikan dan ketika mencapai organ target (Gonad) langsung berkerja dan mempengaruhi organ tersebut. Dengan demikian, perangsangan pemijahan secara hormonal ini merupakan upaya by pass cara kerja hormon dalam sistem reproduksi ikan. Reproduksi ikan dikendalikan oleh 3 kelenjar hormon : hipotalamus, hipofisis dan gonad Secara alami sistem kerja reproduksi ikan adalah dimulai dari keadaan lingkungan seperti suhu, cahaya, cuaca yang diterima oleh organ perasa yang meneruskan ke saraf. Proses perkembangan gonad membutuhkan ketersediaan gonadotropin hormon ( GTH) secara terus menerus. Oleh sebab itu penyediaan hormon dalam tubuh induk ikan dilakukan untuk mematangkan gonad. Penyediaan hormon dalam tubuh ikan dapat dilakukan dengan menyuntikkan berbagai hormon untuk merangsang keluarnya GTH. Hormon yang biasa digunakan adalah LHRH-a, estradiol - – methyltestoteron atau bahan sintetik yang mengandung unsur tersebut misalnya ovaprim. Ovaprim adalah zat perangsang pematangan gonad yang telah berhasil digunakan pada berbagai jenis ikan air tawar dengan hanya menyuntik sebanyak 0,5 ml/kg bobot badan untuk betina dan 0,10 – 0,20 ml/kg bobot badan untuk jantan ( Harker, 1992 ). Mekanisme kerja hormon GTH dalam mempercepat pematangan gonad adalah hypofisa akan mengeluarkan GTH I dan GTH II. GTH I bekerja pada sel-sel teca, dimana sel sel tersebut menghasilkan testoteron. Testoteron sebagian akan masuk ke aliran darah dan sebagian merembes kelapisan lebih dalam. Sel – sel granulosa kemudian oleh enzim aromatese dikonversi menjadi estradiol - 17 β. Estradiol - 17 β sebagian dibawa ke aliran darah menuju hati untuk merangsang sintesis vitelogenin. Selanjutnya vitelogenin kealiran darah kemudian diserap oleh sel telur secara pynositosis. Setelah itu telur berkembang menjadi semakin membesar sampai fase dorman menunggu sinyal lingkungan yang melepaskan GTH II. Sperma didefinisikan oleh Harvery dan Hoar (1979) sebagai larutan spermatozoa yang berada dalam larutan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testes, atau salah satu bagian dari alat reproduksi ikan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal (Partodihardjo, 1987). Soeparna (1980) mengemukakan bahwa spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama. Adapun kecepatan serta lamanya sperma bergerak bergantung kepada berbagai faktor, antara lain jenis serta konsentrasi unsur yang terkandung di dalamnya, suhu, pH dan metabolisme sel serta konsentrasi spermatozoa dalam cairan sperma(Scot dan Baynes, 1980). Taurin (1977), menerangkan bahwa semakin pendek umurnya kerena kecepatan pergerakan spermatozoa erat hubungannya dengan derajat pergerakan. Pergerakan sperma dipengaruhi pula oleh salinitas air. Umumnya pergerakan sperma ikan yang memijah dalam air laut lebih lama dibandingkan dengan dalam air tawar. Hal ini disebabkan karena air laut lebih banyak mengandung zat-zat yang terdapat dalam sperma (Harvey dan Hoar, 1979). Banyaknya sperma yang dapat dikeluarkan dari satu ekor jantan bergantung kepada umur, ukuran, dan frekwensi pengeluaran sperma (Kazakov, 1981). Clement dan Grant (1985) dalam Ginzburg (1972) menyebutkan bahwa volume sperma ikan mas yang dapat dikeluarkan per-ejakulasi adalah sebanyak 2.36 – 3.44 cc dengan rata-rata 2.90 cc. Jumlah spermatozoa per cc minimum 23.8 x 10 pangkat 9, maksimum 25.6 x 10 pangkat 9 dengan rata-rata 24.7 x 10 pangkat 9. Telur merupakan cikal bakal bagi suatu makhluk hidup. Proses pembentukan telur sudah mulai pada fase differensiasi dan oogenesis yaitu terjadinya vitelogenesis. Telur juga dipersiapkan untuk dapat menerima spermatozoa sebagai awal perkembangan embrio. Pada telur yang telah dibuahi, bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau khorion. Di bagian bawah khorion terdapat lagi selaput yang dinamakan selaput vitelin. Selaput yang megelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma. Ketiga selaput ini menempel satu sama lainnya sehingga tidak ada ruang di antaranya. Kuning telur pada ikan hampir mengisi seluruh volume sel. Kuning telur yang ada pada bagian tengahnya lebih padat dari pada kuning telur yag ada pada bagian pinggir karena adanya stoplasma. Khorion telur yang masih baru sangat lunak dan memiliki sebuah mikrofia yaitu lubang kecil tempat masuknya sperma kedalam telur pada waktu terjadi pembuahan. Mutu telur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal : umur induk, ukuran induk dan genetika. Faktor eksternal : pakan, suhu, cahaya, kepadatan dan populasi. Ikan yang menyebarkan telurnya ketika pemijahan memproduksi telur-telur kecil, sedangkan ikan yang menyembunyikan telurnya cenderung memiliki ukuran telur yang lebih besar Telur ikan ada yang mengapung di permukaan air, melayang dalam air atau ada di dasar air. Hal ini bergantung kepada berat jenis telur ikan.