Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
Teknologi Produksi Benih Ikan Semester Genap
Disusun oleh :
Aqila Mutiara R.A 230110160078
Firman Setiawan 230110160100
Laili Salsabilla 230110160102
Yusi Fauziah 230110160114
Ayu Ajimatul M 230110160118
Alkahfi Dahlan 230110160148
Kelas :
Perikanan B / Kelompok 10
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena kami telah
menyelesaikan laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang berjudu
Pengaruh Penambahan Tepung Otak Sapi Terhadap Tingkat Kematangan
Gonad Ikan Komet (Carassius auratus). Tujuan Penulisan laporan ini adalah
memenuhi salah satu tugas laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan
semester genap tahun akademik 2018.
Laporan akhir praktikum ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Tim Dosen Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
2. Tim Asisten Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam kegiatan praktikum
3. Kelompok 10 Perikanan B atas kerjasamanya dalam kegiatan praktikum
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan laporan akhir
praktikum ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-sarannya agar
menjadi masukkan yang berguna bagi penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan akhir praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Kegunaan ................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Komet ................................................................................. 3
2.1.1 Morfologi Ikan Komet ............................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi Ikan Komet ............................................................... 4
2.1.3 Biologi Ikan Komet .................................................................... 4
2.1.4 Reproduksi Ikan Komet .............................................................. 5
2.2 Maturasi ...................................................................................... 5
2.3 Tepung Otak Sapi ....................................................................... 6
2.4 Kinerja Reproduksi ..................................................................... 7
2.4.1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad ..................................... 9
2.4.2 Diameter Telur ............................................................................ 10
2.4.3 Pergerakan Inti Telur .................................................................. 10
2.4.4 Tingkat Kematangan Telur ......................................................... 11
2.4.5 Indeks Kematangan Gonad ......................................................... 11
2.4.6 Fekunditas ................................................................................... 12
2.5 Kualitas Air ................................................................................. 14
iii
4.2 Pembahasan ................................................................................ 25
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 27
5.2 Saran ........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 28
LAMPIRAN .......................................................................................... 29
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah untuk
mengetahui efektivitas konsentrasi tepung otak sapi yang berbeda untuk
mempengaruhi tingkat kematangan telur ikan komet.
1.4 Kegunaan
Dapat menjadikan tepung otak sapi sebagai alternatif pengganti hormon
sintetik (buatan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
sirip punggung berseberangan dengan sirip perut. Gurat sisi pada ikan komet
tergolong lengkap berada di pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang
sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Partical Fish Keeping 2013).
Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam
akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta
membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak
ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga
berumur 7 hingga 12 tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish
Keeping 2013).
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.
Menjelang memijah, induk-induk ikan komet aktif mencari tempat yang rimbun,
seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah
yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus
membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan (Gursina 2008).
Sifat telur ikan komet adalah menempel pada substrat. Telur ikan komet
berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-
0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot
induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva.
Larva ikan Komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar
sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis
dalam waktu 2-4 hari.
2.2 Maturasi
Maturasi adalah peroses pematangan gonad, Kinerja reproduksi
merupakan suatu proses reproduksi pada ikan akibat adanya rangsangan dari luar
ataupun dari dalam tubuh ikan. Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan
hormonal ataupun rangsangan lingkungan .
6
oosit fase diplotein itu, yang menyebabkan peningkatan akumulasi kuning telur
dan diameter telur.
GI = Gonado Index
W = Berat gonad segar (gram)
L = Panjang ikan (mm)
2.4.6 Fekunditas
Fekunditas ikan adalah jumlah telur pada tingkat kematangan terakhir
yang terdapat dalam ovarium sebelum berlangsung pemijahan. Nikolsky (1963),
menamakan fekunditas yang menunjukkan jumlah telur yang dikandung individu
ikan sebagai “fekunditas mutlak”, sedangkan jumlah telur persatuan berat atau
panjang ikan disebut sebagai fekunditas relatif. Fekunditas menunjukkan
kemampuan induk ikan untuk menghasilkan anak ikan dalam suatu poemijaha.
Tingkat keberhasilan suatu pemijahan ikan dapat dinilai dari prosentase anak ikan
yang dapat hidup terus terhadap fekunditas (Sumantadinata, 1981).
Menurut Feed Burner (2008), semua telur-telur yang akan dikeluarka pada
waktu pemijahan disebut dengan fekunditas. Dalam menentukan fekunditas itu
ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak
seragam dari populasi ikan termasuk waktu pemijahan yang berbeda dan lain-
lainnya. Bagenal (1978), membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur
matang yang dikeluarkan oleh induk. Dan menurut Hariati (1990), fekunditas
ialah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah.
Fekunditas mempunyai hubungan atau keterpautan dengan umur, panjang,
atau bobot tubuh dan spesies ikan. Pertumbuhan bobot dan panjang ikan
cenderung meningkatkan fekunditas secara linear (Bagenal, 1978 dalam Andy
Omar, 2004). Nikolsky (1963) menyatakan bahwa pada umumnya fekunditas
meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan betina. Semakin banyak makanan
13
c. Metode gravimetrik
Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan
cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.
Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukurberatnya dan jumlah telur dihitung.
Dengan bantuan rumus berikut ini :
F=G/g.n
Keterangan:
F : fekunditas jumlah total telur dalam gonad
G : bobot gonad setiap ekor ikan
g : bobot sebagian gonad (gonad contoh)
n : jumlah telur dari (gonad contoh)
Keterangan
F : Fekunditas
G : Berat gonad total
V : Volume pengenceran
X : Jumlah telur yang ada dalam 1 cc
Q : Berat telur contoh
15
16
18
19
yang melebur dan pecahnya folikel yang disebut proses Germinal Vesicle Break
Down (GVBD).
Meskipun tidak terdapat perbedaan yang nyata, namun apabila dilihat dari
rata-rata telur yang matang, perlakuan pemberian tepung otak sapi sebesar 60 mg
menghasilkan rata-rata paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu
sebesar 6, dan rata-rata terendah yaitu 30 mg (pakan tanpa pemberian tepung otak
sapi) sebesar 2.6667.
Pada perlakuan tepung otak sapi 60 mg, jumlah telur dengan TKT matang
dari terkecil ke terbesar secara berturut-turut adalah kelompok 4, 8 dan 12 sebesar
1, 3, dan 14. Rata-rata TKT matang yang besar pada perlakuan 60 mg dipengaruhi
oleh diameter telur, fekunditas dan IKG. Tetapi dari diameter telurnya, kelompok
4 memiliki diameter yang paling kecil diantara 2 kelompok lain dengan perlakuan
yang sama yaitu sebesar 26.44 µm, sedangkan diamtere telur yang paling besar
pada kelompok 12 sebesar 95.4 µm. Telur yang matang akan memiliki diameter
yang lebih kecil dikarenakan inti yang sudah melebur sehingga inti telur tidak
akan menekan dinding kearah luar yang membuat ukuran diameter semakin besar
(Yaron 1995).
Selain diameter telur, fekunditas juga berpengaruh terhadap banyaknya
telur yang memiliki TKT matang. Kelompok 12 memiliki fekunditas sebesar
1729, lebih sedikit jumlahnya dibandingkan 2 kelompok lainnya dengan
perlakuan sama yaitu kelompok 4 dan 8 yang memiliki fekunditas berturut-turut
4860 dan 11160. Pengaruh fekunditas terhadap TKT matang terletak pada
pemerataan nutrisi yang dibutuhkan telur. Semakin besar fekunditasnya, maka
penyerapan nutrisi pada ikan akan semakin tidak merata sehingga jumlah TKT
matang tidak banyak. Berbeda dengan fekunditas yang sedikit, nutrisi akan merata
dan dirasakan cukup oleh telur memenuhi kebutuhannya untuk proses
pematangan. Pada kasus perlakuan 30 mg yaitu kelompok 5 dan 9, tidak
terdapatnya TKT matang dikarenakan nilai fekunditasnya nol (tidak ada telur
sama sekali dalam gonad) atau karena telur yang sangat kecil sehingga tidak dapat
dihitung jumlahnya. Hal tersebut kemungkinan besar karena pada saat mulai
pemeliharaan, induk komet yang dipelihara sudah berada dalam TKG bunting,
20
tetapi karena tidak ada sperma yang dapat membuahi maka telur yang dihasilkan
diserap kembali oleh tubuh ikan untuk pertumbuhannya, Berbeda dengan induk
yang memiliki telur, nutrisi yang masuk kedalam tubuhnya akan difokuskan untuk
perkembangan telur sehingga bobot tubuhnya tidak terlalu besar. Pernyataan
tersebut didukung dengan data berat ikan yang diuji, induk komet kelompok 9
memiliki bobot sebesar 32.5 gram dan gonadnya hanya 1,. Berbeda dengan
kelompok 12, berat indukan hanya 30.54 gram tetapi bobot gonadnya 1.44 gram.
Terdapat kelompok yang seluruh sampel telur berada pada TKT matang
yaitu kelompok 11 dengan perlakuan tepung otak sapi 50 mg. Perlakuan 50 mg
memiliki rata-rata TKT matang terbanyak kedua setelah perlakuan 60 mg yaitu
sebesar 11. Faktor yang mendukung banyaknya TKT matang pada kelompok 11
adalah berdasarkan diameter dan fekunditasnya, karena nilai GSI kelompok 11
tergolong kecil yaitu 10.53%. Diameter telur kelompok 11 adalah 54.9 µm yang
menandakan bahwa memang inti telur telah benar-benar melebur. Fekunditas
kelompok 11 juga sedikit yaitu hanya 2491, sedikitnya fekunditas tersebut
membuat nutrisi yang difokuskan untuk perkembangan dan pematangan telur
merata dan dirasakan banyak oleh telur.
Fhitung sebesar 7.36 yang lebih besar dibandingkan dengan Ftabel dengan taraf
5% sebesar 4,07. Artinya, terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan terhadap
indeks kematangan gonad dalam proses maturasi.
Sangat jelas terdapat perbedaan nyata, cukup terlihat perbedaan antara
indeks kematangan gonad rata-rata ikan yang pakannya diberikan tambahan otak
tepung sapi dan yang tidak diberikan tepung otak sapi. Otak sapi terdiri atas
beberapa bagian diantaranya adalah hipotalamus. Hipotalamus akan mengirimkan
rangsangan ke hipofisa untuk mengeluarkan GnRH (Gonadothrophin Releasing
Hormone). Didalam GnRH terdapat FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH
(Lituienzing Hormone ). FSH berperan dalam pembentukan dan perkembanga n
ovum sedangkan LH berperan dalam pematangan telur . Hormon-hormon
tersebutlah yang mempengaruhi perkembangan gonad induk komet.
Kualitas pakan yang baik mengandung komposisi yang mendukung
keberhasilan proses pematangan gonad dan pemijahan seperti, kandungan vitamin
dan protein yang berkisar 28-40% serta hormon. Semakin tinggi jumlah
pemberian hormon sampai batas tertentu menghasilkan nilai GSI yang tinggi,
artinya perkembangan gonad lebih baik. Nilai rata-rata GSI terbesar diperoleh dari
perlakuan yang menambahkan tepung otak sapi yaitu 40 mg sebesar 23,40% dan
tidak berselisih jauh yaitu perlakuan 40 mg sebesar 21,20%. Sedangkan rata-rata
GSI terendah yaitu perlakuan 30 mg dengan nilai GSI hanya sebesar 1,00%.
Perlakuan 30 mg tidak memiliki nilai GSI yang besar karena sedikit pendukung
dalam perkembangan gonadnya yaitu hormon GnRH dari tepung otak sapi
sehingga perkembangan gonadnya rendah.
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya perbedaan pada perlakuan
pemberian tepung otak sapi terhadap nilai GSI, karena kandungan hormon yang
terkandung pada tepung otak sapi mempengaruhi perkembangan bobot gonad
terhadap proses penyerapan asam lemak dalam tubuh dan proses metabolisme
dalam tubuh semakin cepat, sehingga menghasilkan TKG dengan jumlah GSI
yang berbeda dibandingkan dengan tanpa pemberian tepung otak sapi.
22
Nilai Fhitung yang diperoleh adalah 1,019 sedangkan Ftabel pada taraf 5%
sebesar 0,476, yang berarti tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Hasil
perhitungan disajikan pula dalam tabel ANOVA (lampiran 4).
Rata-rata fekunditas terbesar adalah perlakuan 60 mg sebesar 5916,33
sedangkan rata-rata yang terkecil adalah perlakuan 30 mg yaitu 2059. Pada
perlakuan 60 mg, kelompok yang memiliki fekunditas terbesar adalah kelompok 8
yaitu sebesar 11160 dan yang terkecil adalah kelompok 3 dan 7 dengan fekunditas
0 (perlakuan 30 mg dan 50 mg). Hal yang menyebabkan perbedaan tersebut
adalah dikarenakan nilai GSI kelompok 8 lebih besar dibandingkan kelompok 3.
GSI kelompok 8 adalah 8,06% dan GSI kelompok 3 adalah 4,20%. Kematangan
gonad berpengaruh terhadap telur yang dihasilkan, sehingga semakin besar GSI
maka jumlah telur yang dihasilkan akan semakin banyak. Nilai fekunditas
berhubungan pula dengan nutrisi dari pakan yang diberikan terutama vitamin E.
Hubungan antara jumlah telur dengan vitamin E merupakan hubungan melalui
mediator asam lemak tak jenuh. Apabila rasio asam lemak Omega6 : Omega3
kurang atau berlebih didalam gonad akan menyebabkan jumlah telur rendah
(Yaron 1995).
masuk ke dalam sel telur yang berperan dalam mendorong inti sel telur untuk
bergerak, sehingga hormon yang berlebih akan terbuang dan menjadi produk
akhir metabolisme.
4.2 Hasil dan Pembahasan Kelompok
4.2.1 Indeks Kematangan Gonad (GSI)
Tabel 11. Indeks Kematangan Gonad (GSI) Kelompok
Berat ikan Bobot
Berat Ikan GSI
Kelompok Perlakuan yang dibedah gonad
(gram) (%)
(gram) (gram)
10 40 mg 30.5 32.5 3.8 23.40
dan 12 besar TKT matang secara berurutan adalah 11 dan 14. Tetapi kelompom
10 lebih besat TKT nya dibandingkan kelompok 9 yaitu 0 (perlakuan sama).
Banyaknya TKT matang pada induk komet betina kelompok 10 dikarenakan nilai
GSI-nya besar dibandingkan kelompok lain yaitu sebesar 23.40%. Nilai GSI
tersebut dipengaruhi oleh bobot gonad indukan, bobot gonad kelompok 10 adalah
3.8 (terbesar diantara 3 kelompok lain pada perlakuan sama). Fekunditas dan berat
ikan kelompok 10 juga paling besar dari pada 3 kelompok lain yang perlakuannya
sama.
Terdapatnya perbedaan TKT pada perlakuan yang sama dimungkinkan
karena faktor kuantitas pakan yang diberikan. Banyaknya pemberian pakan yang
diberikan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Apabila ikan tidak diberi pakan secara teratur dan dalam jumlah yang sesuai maka
nutrisi untuk pemenuhan pertumbuhan ikan akan terganggu sehingga pengaliran
nutrisi ke gonad juga tidak akan maksimal yang membuat proses pematangan
telur berjalan lebih lambat.
Selain itu, kondisi lingkungan induk juga dapat mempengaruhi pola
makannya, frekuensi pembersihan aquarium yang sedikit dan tidak teratur akan
membuat kualitas air di aquarium memburuk dan dapat menyebabkan ikan stress
dan nafsu makannya berkurang sehingga asupan nutrisi juga tidak dapat tercukupi
dengan baik. Dosis yang diberikan, akan mempengaruhi jumlah hormon yang
bekerja pada ikan. Hormon yang ada pada tepung otak sapi lebih tepatnya hormon
GnRH akan mempengaruhi perkembangan bobot gonad ikan yang langsung
mempengaruhi nilai indeks kematangan gonadnya. Nilai indeks tersebut
berpengaruh dalam merangsang hati menghasilkan kuning telur untuk proses
pematangan. Jumlah kuning telur tersebut berpengaruh dalam menentukan
diameter telur serta fekunditasnya.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan RAL yang dilakukan, ada
aspek memiliki nilai Fhitung yang lebih kecil daripada Ftabel, yang artinya dosis
tepung otak sapi pada pakan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap
tingkat kematangan telur (TKT). Akan tetapi, perlakuan otak sapi 60 mg lebih
banyak menghasilkan rata-rata TKT matang dibandingkan perlakuan lainnya. Jika
dilihat dari penambahan bobot gonad, fekunditas, dan diameter telur, perlakuan 50
mg menghasilkan data yang tidak jauh berbeda dan hasilnya dirasa lebih efektif
dibandingkan perlakuan 60 mg. Perbedaan hasil TKT matang pada perlakuan
yang sama disebabkan oleh faktor frekuensi pembersihan aquarium dan kuantitas
pakan yang diberikan.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan TKT matang yang lebih banyak, sebaiknya pakan
dicampurkan dengan tepung otak sapi sebanyak 60 mg. Kuantitas pemberian
pakan harus diperhatikan agar pola makan ikan tetap stabil dan pertumbuhannya
tidak terganggu karena jika pola makan ikan bermasalah, perkembangan gonad
juga akan bermasalah yang kedepannya akan mengganggu proses pematangan
telur. Selain itu, kualitas air juga harus terus dijaga agar ikan tidak stress sehingga
telur yang dihasilkan berkualitas baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Gilad O., Yun S., Zagmutt-Vegara FJ., Leutenegger CM., Bercovier H., Hedrick
RP. 2004. Consentrations of a Koi herpesvirus (KHV) in tissues of
experimentally infected Cyprinus carpio koi as assessed by realtime
Tagman PCR. Dis Aqua Org 60: 179-187.
Gray, W.L., Mullis, L., LaPatra, S.E. 2002. Detection of Koi Herpesvirus DNA in
Tissues of Infected Fish. Journal of Fish Diseases. 25 : 171 - 178.
Nuraini, N., Kania, W. Triastuti, R. 2013. Buku Panduan Pelatihan Konvensional
PCR. Disampaikan dalam Training Deteksi Virus Ikan. Jakarta : PT.
Genecraft Labs.
Republik Indonesia. 1992. Undang-undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Ikan. Lembaga Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Sambrook J., Fritsch E. F., and Maniatis T., 1989, Molecular Cloning a
laboratory Manual, Volume 1, 2nd edition, Cold Spring Harbor
Laboratory Press. New York. Page 14.2-14.5.
Sunarto, A. Rukyani, A., Cameron, A., Reantaso, M. dan Subasinghe, R. 2004.
Outbreak of Disease Causing Mass Moratlity in Koi and Common
Carp (Cyprinus carpio) in Indonesia. Paper presented in the
International Workshop on Koi Herpesvirus, 12 - 13 February 2004,
London, England.
Taukhid, A., Komarudin, O., Supriyadi, H. dan Bastiawan, D. 2005. Strategi
Pengendalian Penyakit pada Budidaya Ikan Air Tawar. Kumpulan
Makalah Strategi Pengelolaan dan Pengendalian Penyakit KHV. Pusat
Riset Perikanan Budidaya. Jakarta.
Yaron, Z. 1995. Endocryne control of gametogenesis and spawning induction in
the carp. Aquaculture, 129:49-73
Yuwono, T., 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
LAMPIRAN
29
30
𝐉𝐊𝐓 = 𝟔𝟕, 𝟔𝟕
F hitung (Fhit)
32
KTP
Fhit =
KTG
5,89
=
6,25
Fhit = 𝟎, 𝟗𝟒
Total 67.67 11
40 mg 0 2 2 4 1.333333 1.333333
50 mg 1 1 13 15 5 48
60 mg 1 2 9 12 4 19
(X)2
FK =
t. r
(31)2
=
4.3
961
=
12
FK = 80,083
Jumlah Kuadrat (JK)
1) Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT = [(A1 2 + A2 2 + A3 2 ) + (B1 2 + B2 2 + B3 2 +)
+ (C1 2 + C2 2 + C3 2 +) + (D1 2 + D2 2 + D3 2 +)] − FK
2 2 2 2
= [((0) + (0) + (0) + (0)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (1)2 + (13)
F hitung (Fhit)
KTP
Fhit =
KTG
16,08
=
17,08
Fhit = 𝟎, 𝟗𝟒
Total 184.9167 11
c) TKT Matang
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata Varians
1 2 3
30 mg 8 0 0 8 2.67 21.33
35
F hitung (Fhit)
KTP
Fhit =
KTG
6,31
=
26,75
37
Fhit = 𝟎, 𝟗𝟑
Total 232.91 11
16129
=
12
FK = 1344,083
JKP
KTP =
DB Perlakuan
318,88
=
3
𝐊𝐓𝐏 = 106,29
F hitung (Fhit)
KTP
Fhit =
KTG
106,29
=
14,40
Fhit = 𝟕, 𝟑𝟖
Total 0.0434 11
Lampiran 3. Hasil Perhitungan ANOVA Bobot Gonad per 5 gram Berat Ikan
Sampel
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata- Varians
40
1 2 3 rata
30 mg 2.91 2.34 0.26 5.51 1.836 1.946
40 mg 3.41 6.36 3.8 13.57 4.523 2.568
50 mg 1.22 2.4 3.07 6.69 2.23 0.877
60 mg 3.2 2.48 2.92 8.6 2.867 0.132
Total 10,74 13,58 10,05 34,37 11,456 5,523
Total 23.678 11
Lampiran 4. Hasil Perhitungan ANOVA Fekunditas per 5 gram berat ikan sampel
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata Varians
1 2 3
30 mg 1544 2574 0 4118 2059 530450
41
Total 82150588.1 9
Groups
Within Groups 3789.66 6 631.61
Total 3901.44 9
Putih telur disiapkan untuk merekatkan tepung otak sapi dengan pakan
Tepung otak sapi yang telah ditimbang dicampurkan kedalam putih telur dan diaduk
merata
Pakan komersil dimasukkan kedalam putih telur yang telah tercampur tepung otak sap
Induk komet diberi pakan harian sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali sehari
Sisa pakan dan sisa metabolisme ikan dibersihkan , serta dilakukan penggantian air
aquarium 2 hari sekali
44
3. Praktikum Gametogenesis
Gonad ikan dipotong dengan ketebalan tertentu pada bagian anterior, tengah dan posterior
Telur ditiap bagian gonad diambil sebagai sampel, diteteskan larutan sierra, kemudian
diamati TKT dan diameter telur menggunakan mikroskop