Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT FOULING DISEASE PADA UDANG

MAKALAH
PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN
SEMESTER III

Oleh :

FAISAL FAHRUDDIN
NIT. 18.3.02.042

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-

nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Penyakit

Fouling Disease Pada Udang” ini tepat pada waktunya. Terimakasih juga penulis

ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam

penyusunan makalah ini sehingga dapat disusun dengan baik. Penulis menyadari

bahwa makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan

makalah ini.

Sidoarjo, 05 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................iv

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Fouling Disease ...................................................................... 2
2.2 Penyebab Utama Fouling Disease ....................................................... 2
2.2.1 Gejala klinis ................................................................................ 3
2.2.2 Diagnosa..................................................................................... 4
2.3 Spesies Udang yang Rentan Terkena Fouling Disease ........................ 4
2.4 Pencegahan dan pengendalian ............................................................ 5

III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 6
3.2 Saran .................................................................................................... 6

IV. DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Organisme Penyebab Fouling Disease ............................................................ 2

2. Gejala Klinis Fouling Disease .......................................................................... 3

3. Tingkat Kesehatan Udang Berdasarkan Keberadaan fouling Disease ............. 4

4. Udang dewasa yang Terserang Fouling Disease ............................................. 5

iv
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya Udang merupakan salah satu usaha budidaya yang telah

mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Budidaya udang sangat menarik

minat para petambak, karena tidak hanya dapat dibudidayakan dalam skala

besar, tetapi budidaya udang juga memberikan keuntungan yang besar pula

apabila usaha yang dilakukan berjalan dengan baik. Dengan meningkatnya

usaha budidaya udang mulai dari tahap pembenihan hingga pembesaran,

diperlukan indukan udang untuk usaha pembenihan ataupun benur untuk usaha

pembesaran yang memiliki standar SPF (Specific Patogen Free).

Namun, tidak semua spesies udang yang dibudidayakan oleh para

petambak memiliki standar tersebut. Oleh karena itu, banyak usaha budidaya

udang dikalangan para petambak yang mangalami kegagalan disebabkan

terserang penyakit. Salah satu jenis penyakit yang menyerang udang baik pada

tahap pembenihan ataupun pembesaran yaitu “ Fouling Disease”. Dimana

penyakit ini disebakkan oleh protozoa ataupun bakteri yang menyerang bagian

kulit, insang, dan seluruh jenis udang penaeid dapat terserang penyakit tersebut.

Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian terhadap penyakit tersebut

guna meminimalisir kegagalan dalam usaha budidaya udang.


2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Fouling Disease

Fouling disease dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit dimana tampilan


udang menjadi tidak menarik disebabkan adanya lumut yang berkerak pada tubuh
udang, serta insang yang berwarna hitam. Fouling disease merupakan penyakit
komensal yang dapat menyerang berbagai udang penaeid. Namun setiap wilayah
memiliki strain tertentu sehingga hal ini harus mendapatkan perhatian lebih
terutama pada importasi dan perkarantinaan. Fouling disease dapat ditularkan
secara horizontal. Beberapa bakteri merupakan flora normal seperti jenis
Leucothrix mucor.

2.2 Penyebab Utama Fouling Disease

Penyakit fouling disease disebakan oleh organisme epibiont atau


epikomensal golongan alga dan protozoa, seperti alga hijau biru yang berfilamen
dan protozoa Zoothamnium penaei, Vorticella sp, disamping itu penyakit fouling
disease juga dapat disebabkan oleh baktri berfilamen (Leucothrix mucor dan
genus lainnya) dan bakteri batang (beberapa genus gram negative). Faktor
pendukung terserang penyakit fouling disease terjadi ketika adanya peningkatan
populasi berupa peningkatan bahan organic dan peningkatan detritus melayang
dalam air. Adapun jenis alga, bakteri, dan protozoa yang menyebabkan penyakit
fouling disease dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Organisme penyebab fouling disease.


3

2.2.1 Gejala klinis

Udang yang terserang fouling disease terlihat diselimuti Zothamnium sp.


yang berwarna hijau lumut atau keputihan, insang berwarna kemerahan atau
kecoklatan, menyababkan udang menjadi lemah dan sulit bernafas, nafsu makan
menurun sehingga menyebabkan kematian. Pada tubuh terdpat nekrosa
menyebabkan warna tubuh menjadi buram, proses ganti kulit menjadi terhambat
dan timbul peradangan pada kulit. Udang yang terserang fouling disease
mengalami gangguan fungsi pernafasan, makan dan pergerakan. Pada udang
stadia juvenile dan dewasa, bagian yang paling rentan terserang fouling disease
terdapat pada filamen insang

Secara tampilan udang yang teserang fouling disease tampak normal namun
dapat mati seketika bila dilakukan handling atau terjadi oksigen rendah. Pada larva
fouling disease lebih banyak menyerang bagian kaki, mata, dan mulut sehingga
mengganggu pergerakan dan makan. Akibatnya udang tidak mau makan dan
terjadi penurunan pertumbuhan. Udang yang terinfestasi berat akan berada di
permukaan/tepian dan menunjukkan gejala letargi dan kehilangan opasitas.
Gejala klinis fouling disease dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Gejala klinis fouling disease.


4

2.2.2 Diagnosa

Diagnosa dapt dilakukan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala
klinis. Pengamatan mikroskopis dengan preparat ulas dari organ kulit, sirip, insang
baik pada juvenile maupun udang dewasa. Pada udang yang dibudidayakan
secara intesif pemerilsaan secara reguler harus dilakukan. Secara histopatologi
organisme fouling disease dapat teramati secara asidofilik dengan nucleus
berbentuk U biru, akan tetapi karena ukurannya sangat kecil sangat jarang terlihat
secara utuh. Keberadaan organisme fouling disease dapat menajdi indicator
kualitas air dan status kesehatan dari udang Adapun tingkat kesehatan udang
bedasarkan keberadaan fouling disease dapat dilihat pada gambar 3.

Gamabar 3. Tingkat kesehatan udang berdasaarkan keberadaan fouling


disease.

2.3 Spesies Udang yang Rentan Terkena Fouling disease

Penyakit fouling disease biasanya menyerang pada udang dalam kondisi


gagal moulting dan memiliki pertumbuhan yang terhambat. Seluruh stadia udan
rentan terkena fouling disease. Keleompok bakteri batang paling sering
menyerang pada larva, sedangkan bakteri berfilamen dan protozoa mendominasi
juvenile dan udang dewasa. Dan semua jenis penaeid dapat terkena fouling
disease. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
5

Gambar 4. Udang dewasa yang terserang Fouling Disease

2.4 Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan fouling disese dapat dilakukan dengan pengelolaan media


budidaya dengan baik, seperti disinfeksi petakan, perbaikan kualitas air,
pemberian immunostimulant, stimulasi moulting. Pengendalian fouling disease
dilakukan dengan meningkatkan dan mengganti air, memperbaiki sirkulasi air
dalam tambak. Menurunkan kepadatan, biomassa atau bahan organic, serta
menyediakan nutrisi yang seimbang. Penggunaan probiotik dapat menjadi
alternatif, pemupukan bertujuan untuk menjaga dari blooming fitoplamkton. Pada
hatchery dapat digunakan 10ppm neomycine dengan perendaman 24 jam,
sedangkan pada kolam pembesaran dapat menggunakan formaline 50-100ppm
selama 1 jam atau formaline 10-20ppm selama 5-10 hari atau cuprisulfat 0,2-
,05ppm selama 4 jam.
6

III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Fouling disease merupakan suatu penyakit dimana tampilan udang
menjadi tidak menarik disebabkan adanya lumut yang berkerak pada
tubuh udang.
2. Penyebab utama penyalit fouling disease adalah organisme epibiont atau
epikomensal dari golongan alga dan protozoa, serta didukung dengan
adanya akumulasi bahan organik dan detritus melayang dalam air.
3. Penyakit fouling disease dapat dicegah dan dikendalikan dengan cara
memperbaiki kualitas air media budidaya, seperti pemberian desinfektan,
immunostimulant, perbaikan sirkulasi air, serta dilakukan pergantian air
media budidaya.
3.2 Saran

Sebaiknya kegiatan kontrol terhadap media budidaya, khususnya parameter


kualitas air, lebih ditingkatkan sesuai standar operasional (SOP), serta lebih
mengoptimalkan penggunaan bahan alami seperti probiotik dan meminimalisir
penggunaan bahan kimia seperti antibiotik.
7

IV. DAFTAR PUSTAKA

Akbaidar, G.A. 2013. Penerapan Kesehatan Budidaya Udang Vannamei di Sentra


Budidaya Udang Desa Sidodadi dan Desa Gebang Kabupaten Pesawaran.
Skripsi. Unila.

DPSMK. 2013. Teknik Pembenihan Krustacea. Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Jakarta.

Yuliati, E. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang


Vaname (Litopenaeus vannamei). Skripsi. IPB

Hendrajat, A.E., Markus, M., dan Hidayat, S. 2007. Budidaya Udang Vannamei
Pola Tradisional Plus di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Media
Akuakultur. 2 (2): 67 – 70.

Anda mungkin juga menyukai