Anda di halaman 1dari 24

PARASIT DAN

PENYAKIT IKAN
(Argulus sp. Cyclops sp. dan Ergsilus sp)
Disusun oleh :
Kelompok 1 / Perikanan C
Agustina Fatimah Azhara 230110180126
Reggieta Aulia Dwi Oktaviani 230110180131
Fauziyyah Sausanti W.K  230110180134
Fikri Nashrullah 230110180135
Deni Rizki Rustiawan 230110180147
M.Hibban Al Fattah 230110180150
Nabila Qurrata A'yun 230110180154
Lingga Ananda Riyani 230110180164
Rahmatika Aulia 230110180166
Arifiyana Saefurahmat 230110180173
Alicia Dor Asih Ulina 230110180182

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2020
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................3
2.1 Argulus............................................................................................................3
2.1.1 Morfologi Argulus...................................................................................3
2.1.2 Siklus Hidup Argulus..............................................................................5
2.1.3 Penyakit yang ditimbulkan......................................................................6
2.1.4 Gejala klinis penyakit..............................................................................7
2.1.5 Cara Penanggulangan..............................................................................7
2.2 Cyclops...........................................................................................................9
2.2.1 Morfologi Cyclops...................................................................................9
2.2.2 Siklus Hidup Cyclops............................................................................10
2.2.3 Penyakit yang ditimbulkan....................................................................11
2.2.4 Gejala klinis penyakit............................................................................11
2.2.5 Cara Penanggulangan............................................................................12
2.3 Ergasilus........................................................................................................13
2.3.1 Morfologi Ergasilus...............................................................................13
2.3.2 Siklus Hidup Ergasilus..........................................................................15
2.3.3 Penyakit yang ditimbulkan Ergasilus....................................................15
2.3.4 Gejala Klinis Penyakit...........................................................................17
2.3.5 Cara Penanggulangan............................................................................18
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

i
ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Argulus sp..............................................................................................4


Gambar 2. Siklus Hidup Argulus sp........................................................................5
Gambar 3. Serangan Argulus Pada Kulit ikan.........................................................6
Gambar 4. Cyclops sp............................................................................................10
Gambar 5. Morfologi Cyclops sp...........................................................................10
Gambar 6. Ergasilus...............................................................................................13
Gambar 7. Morfologi Ergasilus.............................................................................14
Gambar 8. Penyakit yang ditimbulkan Ergasilus...................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuakultur merupakan salah satu sektor penting dalam kegiatan


perikanan. Dalam satu dekade terakhir, produksi perikanan dan sektor akuakultur
mengalami peningkatan, namun di setiap keberhasilan selalu ada kegagalan yang
mempengruhinya, diantaranya yaitu penyakit pada bidang akuakultur.

Penyakit dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan


atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa
penyebab, yaitu faktor internal diantaranya genetic, sistem imun, metabolic, dan
system saraf. Ada pun faktor eksternal diantaranya parasite, bakteri, virus, jamur,
dan lingkungan.

Penyakit parasitik merupakan salah satu infeksi yang sering menyerang


ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan parasit bisa mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan, juga produksi ikan yang dapat menyebabkan
kematian. Beberapa organisme parasit diantaranya, yaitu Argulus sp., Cyclops sp.,
dan Ergasilus sp.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui ciri morfologi parasit dari kelas Argulus, Cyclops,dan


Ergasilus
2. Mengetahui siklus hidup parasit dari kelas Argulus, Cyclops,dan Ergasilus
3. Mengetahui dampak kerugian bagi ikan
4. Mengetahui gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh parasit
5. Mengetahui cara penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh parasite

1
2

1.3 Manfaat
Makalah ini disusun sebagai sarana pembelajaran mengenai jenis jenis
parasit, akibat yang ditimbulkannya dan cara penanggulangannya. Sehingga
kegiatan akuakultur data berjalan maksimal dan menghasilkan kualitas ikan yang
lebih baik

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Argulus
2.1.1 Morfologi Argulus
Argulus merupakan parasut yang biasanya menempel pada kulit atau sirip
ikan (Irawan, 2004). Dan termasuk parasite yang suka menyerang ikan gurami,
ikan mas dan ikan lele (Heru susanto, 2006). Argulus sp merupakan parasite yang
kasat mata atau dapat dilihat tanpa melalui mikroskop namun ukurannya kecil.
Parasite ini merupakan penyebab penyakit Argulosis, sifat parasite ini cendrum
temporer yaitu mencari inang secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada
tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya (Purwakusuma, 2007). Menurut
Prasetya dkk (2004) serangan parasite mudah terkena oleh ikan-ikan kecil karena
belum berkembang system pertahanan tubuhnya. Afrianto dan Liviawati (1995),
mengemukakan bahwa selain menginfeksi ikan, Argulus sp juga berperan sebagai
vector bagi virus atau bakteri yang menyebabkan penyakit pada ikan.

Klasifikasi Argulus sp menurut Poly (2008) adalah sebagai berikut :

Filum : Arthropoda

Class : Maxillopoda

Ordo : Arguloida

Famili : Argulidae

Genus : Argulus
Spesies : Argulus sp

Menurut Poly (2000), Argulus sp memiliki morfologi sebagai berikut:

a. Mempunyai tubuh yang tipis

3
4

b. Memiliki ukuran badan 5-10 mm

c. Memiliki perisai atau lempengan yang terlihat jelas yang merupakan carapaks
untuk melindungi separuh dari thorax

d. Memiliki empat pasang kaki renang

e. Pada bagian belakang perut


terdapat seperti ekor yang mengantung

Gambar 1. Argulus sp

Argulus memiliki tiga bagian tubuh yaitu cephalothorax, thorax dan abdomen.
Pada cephalothorax terdapat dua pasang maxilla, dimana maxilla pertama
termodifikasi menjadi sucker atau alat penghisap dan pada thorax terdapat 3
segmen yang membawa sepasang kaki untuk berenang. Sepasang kaki renang
yang keempat berada diantara abdomen dan thorax (Kabata, 1985).
Argulus sp berbentuk pipih dan pada bagian dorsal dilindungi oleh karapas
yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya. Bagian sisi karapas ini dapat
sedikit digerakkan ke atas dan ke bawah seperti sayap. Pada bagian anterior
terdapat dua pasang antena, sepasang mata majemuk, mulut, organ pengisap, dan
maxilla pada ujung-ujungnya terdapat pengkait berfungsi untuk mengaitkan diri
pada inangnya. Bagian posterior terdiri dari 3 segmen yang masing-masing

4
5

berhubungan dengan sepasang kaki renang. Bagian perut tidak terlihat jelas,
berbentuk seperti ekor.

Secara keseluruhan susunan tubuh Argulus sangat cocok untuk sifat hidupnya


sebagai parasit. Ia juga dapat menyesuaikan kekuatan cengkeramannya dengan
kecepatan gerak ikan. Makin cepat ikan berenang, makin kuat pula
cengkramannya sehingga ia tidak mudah lepas.

2.1.2 Siklus Hidup Argulus


Menurut Lingga dan Susanto (1987), Argulus berukuran cukup besar 6 - 7
mm yang betina dan 4 - 5 mm yang jantan. Dan menurut Mcllanb (1962) Argulus
yang jantan lebih kecil dan lebih transparan daripada betina. Menurut Sutjiati
(1990), Argulus sp berkembang biak dengan kopulasi, telur diletakkan pada

substrat keras seperti batu,kayu dan lain-lain di dasar perairan atau di tepi
perairan. Siklus hidupnya berlangsung selama 28 - 41 hari pada suhu 25 0C – 260C
dimana 12 – 25 hari diperlukan untuk dari telur sampai menetas, 13 – 16 hari
untuk berkembang menjadi dewasa. Larva yang baru menetas akan mati jika
dalam waktu 36 jam tidak menemukan inang. Dewasa yang akan mati apabila
dalam waktu lebih dari 9 hari tidak menemukan inang. Parasit dewasa akan
bertelur antara 20 – 250 buah, telur ini akan menetas dan berkembang menjadi
Gambar 2. Siklus Hidup Argulus sp

nauplius setelah 25 hari, nauplius menjadi dewasa setelah 13 hari dan menyerang
ikan.

Menurut Reichenbach dan Kinkle (1978) untuk menjadi dewasa spesies ini
tinggal dan menghisap darah ikan selama 5 – 6 minggu. Apabila sudah siap
bertelur Argulus sp akan meninggalkan inangnya. Kabata (1985) menyebutkan

5
6

bahwa Argulus sp menyimpan telurnya dibawah permukaan air pada tempat yang
cocok. Telur diproduksi secara berkelompok dan pada setiap kelompok terdiri dari
beberapa telur dengan barisan sejajar. Larva Argulus sp akan muncul pada stadia
copepodid atau disebut stadia larva 1 (stadia nauplius terjadi dalam telur). Pada
larva terdapat 6 stadia, terpisah oleh pergantian kulit dan penggolongannya
didasarkan pada perkembangan pelindung bagian punggung dan permukaan perut,
pembentukan maxilla penghisap dan perkembangan anggota tubuh secara
perlahan-lahan serta organ reproduksi. Ada beberapa sumber mengatakan bahwa
siklusnya berlansung selama 30 – 100 hari tergantung suhu perairan dan larva
akan mencari inang setelah menetas, apabila dalam waktu 4 hari tidak
menemukan inang, larva tersebut tidak akan bertahan hidup.

2.1.3 Penyakit yang ditimbulkan


Untuk mengdiagnosa
serangan dari Argulus sp, dapat
dilakukan pengamatan visual
secara lansung terhadap ikan yang
dibudidayakan dimana Argulus sp
akan menempel pada kulit ikan
yang terserang, hal ini disebabkan karena Argulus merupakan salat satu jenis
parasit yang memiliki ukuran tubuh yang cukup besar (5 – 10 mm). Oleh karena
itu keberadaan parasit jenis ini dapat diamati dengan mata normal. Selain secara
visual, keberadaan Argulus dalam suatu perairan dapat dilakukan dengan diamati
dari jenis luka yang terdapat pada ikan, dimana pada luka tersebut akan terjadi
pendarahan dan berwarna biru keabu-abuan.

Gambar 3. Serangan Argulus Pada Kulit ikan

6
7

Mulut Argulus sp mengalami reduksi dan penyerangannya menggunakan


organ yang merupakan modifikasi dari maxilla kedua menjadi dua alat penghisap
yang berbentuk piala dan dengan alat ini Argulus sp menempel pada inang.
Argulus sp juga memiliki semacam duri yang berada di bagian kepala dan dengan
duri tersebut Argulus sp menembus bagian kulit inang untuk mengambil darah
(Cheng, 1973).

Cara parasit ini menyerang ikan yaitu dengan menancapkan alat penusuk ke
dalam badan ikan, melepaskan sejenis enzim pencernaan kemudian menghisap
darah dan cairan makanan. Dengan bentuk badan yang pipih, parasit ini mudah
berpindah-pindah pada bagian tubuh ikan yang lain maupun ke ikan-ikan yang
lain dalam satu media pemeliharaan (Lingga dan Susanto,1987)

Argulus menyerang ikan dengan menggunakan dua alat penghisap (maxilla


utama). Pada bagian kepala terdapat organ seperti duri yang digunakan untuk
menembus kulit ikan dan melepaskan racun atau anti koagulasi, kemudian parasit
ini akan mengambil darah, lendir, dan jaringan. Selain itu juga parasit ini dapat
memindahkan penyakit seperti jamur dari satu ikan ke ikan yang lainnya (Poly,
2000).

Penyerangan Argulus sp menimbulkan lubang kecil sehingga dapat


menimbulkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Pada tahap
selanjutnya dapat menyebabkan patah sirip atau penyakit cacar. Ikan yang
terserang akan menjadi kurus dan dapat berakibat kematian (Irawan, 2000)

2.1.4 Gejala klinis penyakit

Tanda-tanda ikan yang terserang Argulus sp adalah tampak jelas adanya


organisme tersebut yang menempel di kulit ikan, terutama di daerah kepala. Selain
itu ikan akan menjadi kurus dan pucat. Ikan yang pernah terserang biasanya
bertubuh lebih gelap dan menjadi tidak menarik terutama pada ikan hias (Lesmana
dan Dermawan, 2001)

7
8

Ikan yang terserang sering menunjukkan gejala tingkah laku menggosokkan


tubuh pada benda-benda dalam air. Kebanyakan kerusakan jaringan kulit yang
disebabkan oleh aktivitas parasit tersebut dalam mengambil sari makanan pada
inangnya (Zonneveld, Huisman dan Boon, 1991).

Berat badan ikan menurun apabila terserang parasit ini, dan menimbulkan
luka-luka berdarah yang akibatnya dapat menimbulkan infeksi sekunder yaitu oleh
jamur seperti Achlya dan Saprolegnia, dan bakteri seperti Aeromonas sp dan
Pseudomonas sp (Lingga dan Susanto, 1987).

2.1.5 Cara Penanggulangan


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terserang Argulus sp pada
ikan yang dibudidayakan :
- Memindahkan ikan yang telah terinfeksi (karantina) ;
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi serangan yang lebih parah
terhadap ikan yang diperlihara dan memudahkan proses pengobatan
terhadap ikan yang sakit
- Melakukan penjemuran kolam sampai beberapa hari dan pengapuran ;
Hal ini bertujuan untuk memutus siklus patogen pada kolam yang
dipakai untuk usaha budidaya
- Menjaga kebersihan peralatan dan bahan yang digunakan ;
Penggunaan peralatan harus dikontrol dengan baik khususnya segi
kebersihannya dan untuk peralatan yang kecil bisa dibersihkan dengan
larutan PK (3 – 20 ppm) selama 30 menitIkan yang terinfeksi Argulus,
direndam dengan NaCl (garam dapur) dengan dosis 50 ppm selama 10-
15 menit ; Pemberian garam diharapkan sebagai disinfektan.
- Menjaga kualitas dan sirkulasi air, kebersihan benih, kolam dan
perlengkapan sehingga tidak terjadi infeksi sekunder

8
9

2.2 Cyclops
2.2.1 Morfologi Cyclops
Copepoda yang bersifat planktonik pada umumnya suspension feeders
(Lavens dan Sorgeloos, 1996). Cyclops adalah salah satu yang paling umum dari
air tawar copepoda, terdiri lebih dari 400 spesies. Nama Cyclops berasal dari
Cyclops dari mitologi Yunani yang saham kualitas memiliki mata yang besar,
yang mungkin baik merah atau hitam di Cyclops. Nauplius larva dari Cyclops.

Klasifikasi Cyclops sp adalah sebagai berikut :

Filum : Arthrpoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Copepoda

Famili : Cyclopoidea

Genus : Cyclops

Spesies :Cyclops sp

Umumnya berukuran berkisar panjang dari 5 ½ mm dan jelas dibagi


menjadi dua bagian. Bagian depan bagian oval luas terdiri dari kepala dan dada
lima pertama segmen. Bagian belakang jauh lebih ramping dan terdiri dari segmen
toraks keenam dan empat segmen pleonic tak berkaki. Cyclops memiliki lima
pasang kaki Memiliki 2 antenna dimana antenna pertama digunakan oleh jantan
untuk mengcengkram betina. Dua pelengkap ekor proyek dari belakang. Bentuk
mulut dimodifikasi untuk menghisap darah (Untergasser, 1989). Ukuran betina
lebih besar daripada jantan.

9
10

Gambar 4. Cyclops sp

Gambar 5. Morfologi Cyclops sp

2.2.2 Siklus Hidup Cyclops

Siklus Hidup Copepoda jantan pada umumnya lebih kecil dibandingkan


copepoda betina. Selama melakukan reproduksi atau kopulasi, organ jantan
berhubungan dengan betina dengan adanya peranan antenna, dan meletakkan
spermatopora pada bukaan seminal, yang dilekatkan oleh lem semen khusus.
Telur-telur umumnya lebih dekat ke bagian kantung telur. Telur-telur ditetaskan
sebagai nauplii dan setelah melewati 5-6 fase nauplii (molting), larva akan
menjadi copepodit. Setelah copepodit kelima, akan molting lagi menjadi lebih
dewasa. Perkembangan ini membutuhkan waktu tidak kurang dari satu minggu
hingga satu tahun, dan kehidupan copepoda berlangsung selama enam bulan
sampai satu tahun (Lavens dan Sorgeloos, 1996).

10
11

Reproduksi dan perkembangan Copepoda Dioecious. Betina mempunyai


sebuiah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle. Copepod jantan
yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk
spermatofora. Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang betina
dengan antenna pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk
capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal
receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13
kelompok telur. Cyclops mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari,
maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius.

2.2.3 Penyakit yang ditimbulkan

Cyclops menyerang ikan pada bagaian saluran otot melalui mulut. Jika
cyclops sebagai hewan pembawa 1 larva berkembang menjadi stadium II, jika
cyplops dimakan oleh Hewan Pembawa 2 (ikan, katak atau ular) maka larva
stadium II akan berkembang menjadi larva stadium III. Jika Hewan Pembawa 2
dimakan oleh Inang Defenitif maka larva berkembang menjadi dewasa. Manusia
dapat terinfeksi maka Hewan Pembawa 2 yang kurang masak atau minum air
yang terkontaminasi cyclops (Hewan Pembawa 1) yang mengandung larva
stadium II (Sudaryanto, MPd Ked Bagian Parasitologi FK Undip, 2019).

Dampak dari parasit Cyclclops salah satunya bisa terjadi pada budidaya
ikan bawal, benih ikan bawal paling banyak mengalami serangan parasit .
Berdasarkan pengamatan di kolam pemeliharaan ikan bawal menunjukan bahwa
sebagian terbesar kasus-kasus serangan terjadi pada saat awal pemeliharaan atau
pada fase perkembangan benih ikan. Musuh alami fase benih ukuran kecil adalah
cyclop pemakan daging (carnivorus cyclopodis). Serangan parasit terhadap benih
ikan sangat cepat dan mematikan.

2.2.4 Gejala klinis penyakit

Penyakit yang disebabkan parasit ini dapat membuat ikan bawal terkena

11
12

penyakit bintik putih (white spot) ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada
permukaan tubuh ikan. Infeksi parasit ini ditularkan melalui kontak (hubungan)
langsung antara ikan yang terinfeksi dan ikan yang sehat atau pentrasi air kolam
yang tercemar oleh bibit atau induk parasit. (Abbas,2001)
2.2.5 Cara Penanggulangan

Upaya pencegahan yang dapat kita lakukan adalah menjaga kualitas air
agar tetap baik, memberikan pakan yang cukup kepada ikan. Bila ikan telah
diserang oleh penyakit ini, maka obatnya adalah dengan merendam ikan dalam
larutan formalin 25 ml/m³ air yang dicampur dengan malachite green oxalate 0,15
g/m³ selama 24 jam.

12
13

2.3 Ergasilus
2.3.1 Morfologi Ergasilus
Morfologi genus Ergasilus yaitu tubuhnya memiliki cephalotorax yang
tidak berlapis dengan lebar 2 kali panjangnya, dorsoventralnya pipih, anteriornya
pendek, posteriornya berbentuk truncate, memiliki 1 pasang mata dekat anterior
dan juga memiliki 2 pasang antena, sepasang antena kedua memiliki ukuran yang
panjang dan berfungsi seperti tangan, ada 4 segmen. Abdomennya terdiri dari 3
segmen. Memiliki ukuran dengan panjang 1.3-1.7 mm dan lebar 0.4-0.7 mm.
Ergasilus versicolor adalah ergasilid yang berbentuk relatif ramping. Telur
diletakkan didalam kantung telur, telur yang sudah menetas menjadi nauplius
yang hidup bebas, nauplius berbentuk oval dengan 6 kaki, dan bersifat sebagai
plankton.

Gambar 6. Ergasilus

13
14

Gambar 7. Morfologi Ergasilus


(1) entire, dorsal;

(2) antenna; (3) serrate seta; (4) mouthparts; (5) leg 1; (6) legs 2 and 3; (7) leg 4; (8) antennule; (9) genital
segment and abdomen.

Scales: 1 = 200 µm; 2 = 100 µm; 3 = 25 µm; 4-9 = 50 µm.

Spesies dari genus Ergasilus antara lain Ergasilus versicolor, Ergasilus


trygonophilus dan Ergasilus salmini. Hanya betina dari genus tersebut yang akan
menjadi parasit, dengan menyerang insang bagian dalam dan menyebabkan luka,
sebab Ergasilus jantan hanya hidup bebas di air dan akan mati ketika bertemu
betina yang berenang bebas setelah melakukan kopulasi. Ergasilus betina
menemukan ikan sebagai inang dan menginfestasi insang hingga memproduksi
telur. Ergasilidae sedikit mengalami modifikasi dari Copepoda yang hidup bebas
yaitu meskipun Ergasilus betina telah menempel pada insang ikan namun kadang
kadang masih dapat berenang meninggalkan inang (Kismiyati dan Mahasri,
2014).

14
15

2.3.2 Siklus Hidup Ergasilus


Ergasillus sp betina dewasa biasanya bersifat parasit, sedangkan
Ergasillus sp jantan tidak bersifat parasit. Siklus hidup Ergasilus sp melibatkan 6
tahap naupil, 5 tahap copepodid dan 1 tahap dewasa (Kabata 1985; Abdelhalim et
al., 1991). Pada tahap ini, Ergasillus sp hidup dengan bebas, dan hanya betina
dewasa yang hidup sebagai parasit. Ergasillus sp jantan dewasa berenang bebas
dan setelah kawin dengan betina, maka Ergasillus sp jantan akan mati.

Tingkat penetasan telur tergantung pada suhu, dan dapat bereproduksi


setiap musim hingga tiga generasi. Saat betina dan jantan kawin pada musim
dingin, betina mulai bertelur ketika suhu meningkat pada bulan Maret, dan
berlanjut sepanjang musim panas hingga awal musim gugur. Tingkat serangan
terhadap ikan tertinggi terjadi pada akhir musim panas / awal musim gugur.

2.3.3 Penyakit yang ditimbulkan Ergasilus


Parasit ini dapat mengakibatkan penyakit pada insang. Selain terdapat
pada insang parasit ini juga dijumpai di kulit dan disirip ikan. Spesies dai genus
Ergasilus yang biasa menyerang insang ikan adalah Ergasilus sieboldii, Ergasilus
briani, Ergasilus boettgeri, dan Ergasilus minor. M.Ghufran H dan Kordi K,
(2004) menyatakan bahwa ikan yang terserang parasit ini akan menunjukkan
pendarahan di insang dan menyebabkan ikan kesulitan bernafas

Cengkraman parasit Ergasillus sp. dapat menimbulkan kerusakan pada


lembaran insang. Kerusakan pada lembaran insang ditandai dengan adanya
nekrosis atau luka. Kabata (1985) dalam buku Metode Standar Pemeriksaan HPIK
(2007) menyatakan bahwa ikan yang terinfeksi Ergasillus sp akan mengalami
kesulitan dalam menyerap zat asam dan dapat menimbulkan anemia, hal tersebut
dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ikan.

15
16

Gambar 8. Penyakit yang ditimbulkan Ergasilus

Nourina dan Martiadi, (2002) menyatakan bahwa ikan yang terinfeksi


oleh parasit Ergasilus sp. akan mengalami kesulitan dalam menyerap zat asam
dan dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gusriyanti et al (2016), Ergasilus sp., menyerang
bagian lendir ikan kerapu sunu dengan nilai Intensitas serangan parasit (I = 1
ind/ekor), serangan parasit tersebut masih digolongkan ringan karena memiliki
nilai intensitas yang rendah. Penelitian tersebut tidak ditemukan serangan pada
bagian tubuh lainnya. Selain itu, Ergasilus sp., juga dapat berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lainnya dan dapat bertahan hidup beberapa hari tanpa
inang.

Heckman (2003) menyatakan bahwa Ergasilus sp. dapat bertahan hidup


selama beberapa hari di luar tubuh ikan. Semakin menurunnya sistem kekebalan
tubuh dari ikan tersebut mengakibatkan semakin besar pula peluang parasit untuk
menyerang organisme. Yuasa (2003) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang
buruk mengakibatkan ikan menjadi stress sehingga daya tahan tubuhnya lemah
dan memudahkan patogen menyerang ikan.

Prayitno dkk. (1996) menyatakan bahwa parasit akan mengakibatkan


rusaknya insang ditambah dengan produksi lendir yang berlebihan dan akan
mengganggu pertukaran gas oksigen. Parasit akan lebih mudah masuk ke dalam
insang pada saat proses respirasi terjadi, hal tersebut disebabkan karena insang
memiliki banyak nutrien yang dibutuhkan oleh parasit tersebut sehingga parasit
ini banyak ditemukan pada bagian insang. Hal tersebut didukung oleh Nourina

16
17

dan Martiadi (2002) yang menyatakan bahwa terinfeksinya insang oleh parasit
diakibatkan karena insang banyak mengandung nutrien yang sangat dibutuhkan
parasit dalam perkembangannya. Selanjutnya Wawunx (2008) menyatakan bahwa
letak insang, struktur dan mekanisme hubungan langsung dengan lingkungan luar
menjadikan insang sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan serta
menjadi tempat yang tepat untuk terjadinya infeksi organisme patogen penyebab
penyakit seperti parasit.

2.3.4 Gejala Klinis Penyakit


Ergasiliosis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh ektoparasit
Crustacea genus Ergasilus. Ikan yang terserang parasit genus ini biasanya
memiliki ciri khusus, yaitu operkulumnya membuka dan tidak menutup secara
sempurna. Proses masuknya parasit kedalam kolam budidaya dapat melalui ikan
yang terinfeksi, sedangkan larvanya masuk melalui air. Meskipun parasit ini
merupakan parasit insang, akan tetapi dapat menyerang organ lain seperti sirip
dan jaringan dekat mata.

Parasit ini menyebabkan terjadinya kelainan bentuk insang, penyempitan


pembuluh darah, darah diisap, kematian jaringan insang dan jaringan tubuh,
produksi lendir berlebihan dan kematian biasanya sangat tinggi. Mobilitas parasit
yang sangat tinggi menyebabkan areal yang terinfeksi menjadi semakin lebar.
Insang merupakan organ target, sebagian besar arealnya tidak dapat berfungsi,
insang tererosi, jaringannya mati dan ikan akan kesulitan melakukan respirasi.

Selain itu, tanda klinis lain yang ditunjukkan oleh ikan terserang antara lain
hyperplasia sel epitel, anemia, dan haemorrhage. Sementara tingkah laku ikan
yang terserang biasanya menunjukkan gejala lemah, berenang gasping, dan
operculum terbuka. Kondisi lingkungan buruk dan bahan organik tinggi menjadi
penyebab serangan yang didukung oleh meningkatnya suhu di dalam air.

17
18

2.3.5 Cara Penanggulangan


Perubahan lingkungan serta ketersedian makanan diduga salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya serang parasit. Nobel dan Nobel (1989)
menyatakan bahwa distribusi parasit dipengaruhi oleh media sekelilingnya dan
juga persediaan makanan pada tubuh inang. Selanjutnya Munajad dan Budiana
(2003) menyatakan tingkat serangan parasit dipengaruhi oleh jenis dan jumlah
mikroorganisme yang menyerang ikan, kondisi lingkungan dan daya tahan tubuh
ikan juga turut memicu cepat tidaknya penyakit itu menyerang ikan.

Salah satu cara pencegahannya adalah pemberian pakan yang optimal


dapat. Astuti (2012) menyatakan bahwa pada usus banyak terdapat media
pembawa parasit contohnya pakan, kemudian diantara ketiga organ tersebut usus
merupakan organ yang pergerakannnya kurang aktif sehingga akan lebih dominan
terinfeksi. Salah satu penyebab minimnya dampak serangan tersebut adalah
kegagalan parasit itu sendiri dalam usaha menginfeksi suatu inang. Hal ini
didukung oleh pernyataan Olsen (1974) yang manyatakan bahwa inang akan
melakukan respon jika mendapat serangan dari parasit, jika parasit tidak mampu
melawan respon tersebut maka parasit tidak bisa menempel ke tubuh inang dan
tidak akan terjadi serangan.

18
BAB III
KESIMPULAN

1. Argulus menyerang ikan yaitu dengan menancapkan alat penusuk ke


dalam badan ikan, melepaskan sejenis enzim pencernaan kemudian
menghisap darah dan cairan makanan. Dengan bentuk badan yang pipih,
parasit ini mudah berpindah-pindah pada bagian tubuh ikan yang lain
maupun ke ikan-ikan yang lain dalam satu media pemeliharaan.
Penyerangan Argulus sp menimbulkan lubang kecil sehingga dapat
menimbulkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Pada tahap
selanjutnya dapat menyebabkan patah sirip atau penyakit cacar. Ikan yang
terserang akan menjadi kurus dan dapat berakibat kematian. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu memindahkan ikan yang telah
terinfeksi, melakukan penjemuran kolam sampai beberapa hari dan
pengapuran, ikan yang terinfeksi Argulus, direndam dengan NaCl (garam
dapur) dengan dosis 50 ppm selama 10-15 menit, dan menjaga kualitas
dan sirkulasi air, kebersihan benih, kolam dan perlengkapan sehingga
tidak terjadi infeksi sekunder.
2. Cyclops menyerang ikan pada bagaian saluran otot melalui mulut. Contoh
dampak dari parasit Cyclclops salah satunya bisa terjadi pada budidaya
ikan bawal, terutama pada benih ikan bawal. Parasit ini dapat membuat
ikan bawal terkena penyakit bintik putih (white spot) ditandai dengan
adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh ikan. Upaya pencegahan
yang dilakukan adalah menjaga kualitas air agar tetap baik dan
memberikan pakan yang cukup kepada ikan. Bila ikan telah diserang oleh
penyakit ini, maka obatnya adalah dengan merendam ikan dalam larutan
formalin 25 ml/m³ air yang dicampur dengan malachite green oxalate 0,15
g/m³ selama 24 jam.
3. Ergasilus betina dari spesies Ergasilus versicolor, Ergasilus trygonophilus
dan Ergasilus salmin yang akan menjadi parasit, dengan menyerang

19
20

insang bagian dalam dan menyebabkan luka. Selain terdapat pada insang
parasit ini juga dijumpai di kulit dan disirip ikan. Ikan yang terserang
parasit ini akan menunjukkan pendarahan di insang dan menyebabkan ikan
kesulitan bernafas. Selain itu parasit ini juga dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan pada ikan. Gejala dari penyakit yang
ditimbulkan yaitu operkulum ikan membuka dan tidak menutup secara
sempurna, kelainan bentuk insang, penyempitan pembuluh darah, darah
diisap, kematian jaringan insang dan jaringan tubuh, produksi lendir
berlebihan dan kematian biasanya sangat tinggi. Salah satu cara
pencegahannya adalah pemberian pakan yang optimal dapat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cheng, T. C. 1973. General Parasitology. Academic Press. New York. html page
Djajrijah, AS. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Yogyakarta: Kanisius
Ghuffran H. dan Kordi K. 2004. Penanggulangan Hama dan Pnyakit Ikan. Pt.Asdi
Mahasatya. Jakarta.
Irawan, Agus. 2000. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan. CV. Aneka. Solo.
82 hal
Kabata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Cultured in The Tropics. Taylor &
Francis. London and Philadelphia. 318 p
Kismiyati, dan G. Mahasri. 2014. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan 1 (Ilmu
Penyakit Arthropoda Pada Ikan). FPK UNAIR. Surabaya. 52 hal.

Lavens & Sorgeloos. 1996. Manual on the production and use of live food for
aquaculture. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Artemia Reference Center. Belgium. 104 110 hlm.
Lesmana, D. S dan Dermawan, I. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer.
Penebar Swadaya. Jakarta. 160 hal
Lingga, P dan Susanto, H. 1987. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
236 hal
Musyaffak, Marzuki, dkk. 2010. Analisis Tingkat Prevalensi dan Derajat Infeksi
Parasit pada Ikan Kerapu Macan (Ephinephilus fuscoguttatus) di Lokasi
Budidaya Berbeda. Jurnal Kelautan. 3(1).
Poly, W. J. 2000. Zoology-Graduate Students. Southern Illinois University at
Carbondale. USA. html page
Poly, W. J. 2008. Global diversity of fishlike (Crustacea; Branchiura; Argulidae)
in freshwater. Hydrobiologia. 595. 209-2012
Reichenbach, H and H. Kinkle. 1978. Fish Pathology. A Guide to Recognition
and Treatment of Disease and Injuries of Fishes, with Emphasis on
Environtmental and Pollution Problems. T.F.H. Hongkong. 512 pp
Sutjiati, M. 1990. Penyakit Ikan. NUFFIC/UNIBRAW/LUM/FISH. Malang. 184
hal

Untergasser, D. 1989. Hand Book of Fish. Disease. TFH. Publications. Inc.

21

Anda mungkin juga menyukai