KAJIAN TEORI
2.1 Turbellaria
2.1.1 Morfologi Turbellaria
Planaria termasuk kedalam Filum Platyhelminthes bentuk tubuhnya pipih
dan simetri bilateral. Planaria hidup pada habitat daerah bersuhu 18–24°C dengan
ketinggian antara 500–1500 mdpl. Cacing planaria memiliki tubuh yang bersifat
fleksibel atau dapat memanjang, memendek atau membelok dalam tiap arah.
Kepala cacing ini berbentuk segi tiga, memiliki dua titik mata dan tiga benjolan
yang disebut auriculata. Suhardi, (1981) menyatakan bahwa mulut cacing planaria
terdapat di bagian perut .
Gambar 1. Turbellaria sp
Turbellaria atau cacing berbulu getar merupakan cacing yang hidup bebas.
Contohnya adalah Planaria. Jordan dan Verma (1979) menyatakan bahwa
klasifikasi planaria adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Sub Ordo : Paludicola
Famili : Planariidae
Genus : Euplanaria
Species : Euplanaria sp
3
4
Tubuh cacing planaria tersusun atas tiga bagian, yaitu cranial, trunchus, dan
caudal. Pada bagian cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot dan sepasang
auricle yang terletak dibagian lateral tubuh pada bagian cranial. Dasheiff &
Dasheiff, (2002) menyatakan bahwa sepasang eye spot yang memiliki cacing
planaria memiliki fungsi sebagai fotoreseptor. Planaria merupakan hewan
triploblastik aselomata, yang tubuhnya tersusun solid tanpa adanya coelom. Semua
ruangan yang terletak di antara organ viseral, tersusun oleh mesenkim, atau lebih
dikenal dengan sebutan parenkim (Kenk, 1972; Hyman, 1951 dalam Reddien &
Alvarado, 2004).
terdapat penyempitan dan meregang, dan pada akhirnya akan putus. Setelah itu dari
bagian posterior maupun dari bagian anterior akan terbentuk individu muda baru.
Fertilisasi tersebut berlangsung dengan cara saling menempelnya dua ekor cacing
planaria pada permukaan ventralnya, sehingga masing-masing porus genitalnya
saling berhadapan dan terjadilah kopulasi.
2.2 Gyrodactylus
2.2.1 Morfologi Gyrodactylus
Gyrodactylus memiliki bentuk tubuh yang kecil, bulat memanjang atau
oval dan pipih. Salah satu ujung yang lebih besar (posterior) yang merupakan
tempat menempel pada inang. Bagain posterior terdapat ophisthaptor yang
memiliki 16 kait (hook) tepi yang mengelilingi ophisthaptor dan sepasang kait
tengah (anchor) yang menyerupai kuping. Ophisthaptor yang fungsinya untuk
menghisap darah dan memakan jaringan hospes. Gyrodactylus tidak memiliki
bintik mata. Bagain anterior berbentuk seperti 2 tonjolan atau cuping.
Gambar 5. Gyrodactylus sp
2.3 Dactylogyrus
2.3.1 Morfologi Dactylogyrus
Dactylogyrus sp. merupakan ektoparasit pada insang ikan. Dactylogyrus
sp.sering menyerang ikan yang berada di kolam dengan kepadatan tinggi dan ikan-
ikan yang kurang makan lebih sering terserang parasit ini dibanding yang makannya
cukup. Parasit cacing ini termasuk parasit yang perlu diperhatikan, karena dapat
merusak filament insang, dan relatif lebih sulit dikendalikan. Penyakit ini sangat
berbahaya karena biasanya menyerang ikan bersamaan dengan parasit lain (Sachlan
1952).
Penyakit Dactylogyriasis disebabkan oleh cacing dari klas Trematoda
Monogenea yaitu Dactylogyrus sp.. Ektoparasit ini menginfestasi kulit dan insang
dari berbagai ikan air tawar dan ikan air laut. Contoh ikan yang diserang oleh parasit
ini adalah ikan mas (Klinger and Floyd, 2013).
11
Kingdom : Animalia
Domain : Eukaryota
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Ordo : Monogenea
Family : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Spesies : Dactylogyrus sp.
Gambar 7. Dactylogyrus sp
Keterangan : (1) Organ peraba, (2) Kepala, (3) Mulut, (4) Pharynx, (5) Embryo, (6) Mata,(7) Usus,
(8) Testis, (9) Ovary (10) Posterior haptor.
Cacing dewasa bisa mencapai ukuran 2 mm dan lebar tubuh 400 um dan
mempunyai 2 pasang eye spots pada ujung anterior. Mulut terletak dekat ujung
anterior tubuh. Pada ujung posterior tubuh terdapat alat penempel yang terdiri
atas dua pasang kait besar (anchors) yang dikelilingi 14 kait lebih kecil
disebut opisthaptor (Reed et al 2012 dalam Kumalasari. 2016).
Menurut Soulsby (1986) cacing dewasa dapat berukuran 0,2-2 mm.
Mempunyai dua pasng bintik mata pada ujung anteror. Memiliki sucker yang
terletak dekat ujung anterior. Pada ujung posterior tubuh terdapat alat penempel
yang terdiri dari 2 kait besar yang dikelilingi 14 kail kecil yang disebut Opisthaptor.
ini merupakan parasit dari golongan monogenea yang menginfeksi ikan.
Dactylogyrus ini merupakan jenis cacing tingkat rendah, bentuk tubuh dari
Dactylogyrus sp. secara umum yaitu memanjang pipih dengan mempunyai eye
spots pada ujung anterior, dengan sucker pada bagian ujung anterior. Dactylogyrus
jungan mempunyai dua kait besar yang dikelilingi 16 kait lebih kecil yang disebut
opisthaptor yang fungsinya sebagai alat penempel pada inangnya. Ukuran dari
Dactylogyrus ini tak dapat dilihat dengan mata telanjang sehingga untuk melihatnya
menggnakan bantuan mikroskop. Dactylogyrus sp. diidentifikasi berdasarkan dua
pasang bintik matayang terdapat dibagian anterior, memiliki empat tonjolan pada
bagian anterior dan 14 kait marginal.
13
Adapun menurut (Noga 1996 dalam Saefudin dkk 2017) siklus hidup dari
Dactylogyrus melibatkan satu inang. Dactylogyrus sp dewasa akan melepaskan
telur ke lingkungan kemudian telur akan berkembang menjadi oncomisidia yang
dilengkapi kait-kait halus sehingga dapat melekat pada ikan terutama pada bagian
14
insang ikan. oncomirasidia ini akan berkembang dewasa didalam tubh inang dan
kembali menghasilkan telur.
Siklus hidup Dactylogyrus sp adalah secara langsung. Telur menetas
kemudian menjadi larva bersilia yang disebut oncomiracidium, yang menyerang
hospes atau hanya hidup bebas di air sebelum menempel pada
hospes. Oncomiracidium menyerang hospes melalui organ posteriornya yang
disebut opisthaptor. Telurnya sangat tahan terhadap senyawa kimia atau
desinfektan sehingga untuk pemberantasan memerlukan tindakan yang bertahap
dengan menggunakan lebih dari satu metode atau agensia pengendali parasit.
Filum : Plathyhelminthes
Kelas : Mongonea
Ordo : Dactylogridea
Family : Diplectenidea
Genus : Diplectanum
Spesies : Diplectanum sp.
Gambar 4. Diplectanum sp
(Sumber: www.google.com)
2.2.1 Ciri Morfologi
Diplectanum sp. merupakan parasit yang menyerang bagian luar tubuh ikan
(ektoparasit) yang dikenal sebagai parasit monogenetik trematoda insang. Parasit
Diplectanum disebut juga cacing insang, parasit ini cukup berbahaya dan sering
ditemukan pada ikan laut. Beberapa jenis parasit insang dapat menyebabkan
kematian yang cukup serius pada ikan. Parasit ini memiliki bentuk tubuh yang
simetris bilateral dan pipih dengan ukuran berkisar 1- 1,5 mm. Bagian kulit luar
Diplectanum adalah kutikula. Diplectanum mempunyai kekhasan yang
membedakannya dari spesies lain dalam Ordo Dactylogridea yaitu mempunyai
squamodisc (satu di ventral dan satu di dorsal), dan sepasang jangkar yang terletak
berjauhan (Chong & Chao, 1986 dalam Johnny dkk, 2002).
11
Ordo : Dactylogyridea
Familia : Capsylidae
Genus : Benedenia
Spesies : Benedenia sp.
Saat menjadi Benedenia sp. dewasa barulah parasit ini menginfeksi bagian
permukaan kulit dan insang ikan. Benedenia sp. dewasa menempel ke inang oleh
haptor dengan dua pasang jangkar pada akhir posterior dan sepasang pengisap pada
akhir anterior.
Gambar 8. Ikan yang terinfeksi Benedenia sp. setelah direndam di air tawar
berpindah tempat atau inang antara sehingga sedikit yang mampu mencapai inang
definitif.
selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15
menit (Koesharyani et al. 2001). Selain menggunakan formalin, pengobatan ikan
yang terserang parasit Transversotrema sp. yaitu dengan CuSO4, 2 ppm selama
24 jam.
Klasifikasi dari Clinostomum sp. menurut Leidy (1856) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Subphylum : Rhabditophora
Superclass : Neodermata
Class : Trematoda
Subclass : Dignea
Order : Diplostomida
Suborder : Diplostomata
Superfamily : Schistosomatoidea
Family : Clinostomatidae
Genus : Clinostomum
Spesies : Clinostomum sp.
8
Bila ikan dimakan hospes definitif, misalnya manusia, sedangkan ikan tidak dimakan dengan
baik, maka sparganum di rongga usus halus dapat tumbuh menjadi cacing dewasa.
Gambar 2. Morfologi Carmallanus sp. Keterangan : A) cacing dewasa, B) ujung anterior terlihat
lateral, C) posterior terlihat lateral, D) posterior ekor jantan
Parasit ini memiliki ciri khas yaitu memiliki suatu buccal kapsul yang dilapisi kutikula yang tebal
dan sepasang lekukan pada buccal kapsul. Mulutnya seperti penjepit yang kuat, berbingkai yang
dikelilingi oleh buku-buku semacam tanduk. Bentuk seperti ini akan membuat parasit ini dapat
memegang dengan kuat ke dinding usus dan tidak dapat lepas. Tempat berkaitnya cacing ini pada
usus dapat terjadi pendarahan. Mulut sampai esofagus memiliki dinding otot yang tebal, biasanya
esofagus dilapisi kutikula (Yolanda 2013).
Camallanus banyak menyerang Poecilidae dan jenis ikan ovipar lain sebagai inang akhir
(Yolanda 2013). Parasit ini akan kelihatan keluar dari anus dan berwarna merah jika ikan diam
tidak bergerak. Saat ikan mulai bergerak cacing masuk lagi ke dalam usus sehingga anus akan
terlihat menonjol. Cacing betina panjangnya dapat mencapai 10 mm, sementara cacing jantan
mencapai 3 mm.
Infeksi Camallanus sering diakibatkan oleh inang perantara lain seperti burung, krustasea atau
larva serangga. Namun kemungkinan besar infeksi terjadi melalui pakan alami. Camallanus sp
menginfeksi saluran pencernaan cychlids, guppies dan swordtails serta spesies lain ikan air tawar.
Biasanya infeksipertama ditandai warna merah dan cacing menonjol dari anus ikan.
Camallanus sp. berkembang melalui keberadaan inang antara. Kebanyakan larvanya dapat hidup
bebas di air selama 12 hari. Larva parasit ini menjadi makanan oleh cyclop krustasea dan
berkembang dalam saluran pencernaan, cyclop ini menjadi inang antara bagi Camallanus sp.,
kemudian cyclop akan termakan oleh ikan. Disini ikan akan menjadi inang definitif bagi
Camallanus jika ikan ini tidak dimakan oleh ikan karnivor lebih besar. Parasit ini juga dapat
berkembang tanpa inang antara. Pada inang parasit ini dapat berkembang dan mencapai
kematangan seksual untuk kemudian melepaskan larvanya dan berkembang disana (Untergasser,
1989).
Tubuh silindris dan memiliki sekat-sekat semu, berwarna putih, kecoklatan, merah atau
kehitaman. Proboscis merupakan ciri utama dan berfungsi sebagai alat penempel. Jumlah dan
susunan duri pada proboscis menjadi dasar untuk mengidentifikasi (Grabda 1991).
Acanthochepala tidak memiliki saluran pencernaan. Nutrien diserap melalui kulit (Kennedy
1975). Tubuh Acanthochepala terdiri atas dua bagian yaitu persoma yang terdiri dari proboscis
dan leher serta bagian lain disebut trunk yang terdiri dari tubuh. Antara persoma dan trunk
terdapat lipatan kulit. Umumnya ukuran trunk lebih besar daripada persoma kecuali pada spesies
tertentu (Cheng 1973).