Disusun oleh:
PENDIDIKAN BIOLOGI
1. Klasifikasi Platyhelminthes
a. Turbellaria
Hampir semua Turbellaria hidup bebas dan kebanyakan hidup di
laut.Turbellaria air tawar yang paling dikenal adalah anggota-anggota
genus Dugesia, umumnya disebut Planaria.Berlimpah di kolam-kolam
dan sungai-sungai kecil yang tidak tercemar, Planaria sp. memakan
hewan-hewan yang lebih kecil atau memakan bangkai hewan.Mereka
bergerak dengan silia pada permukaan ventralnya, meluncur di
sepanjang lapisan mukus yang disekresikannya. Beberapa Turbellaria
yang lain juga menggunakan otot-ototnya untuk berenang melalui air
dengan gerakan berdenyut (Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman,
Minorsky, Jackson, 2008).
Beberapa Planaria sp. dapat bereproduksi secara aseksual
melalui fisi.Induk berkonstriksi kira-kira dibagian tengah tubuhnya,
memisah menjadi ujung kepala dan ujung ekor, masing-masing ujung
kemudian meregenerasikan bagian bagian yang hilang.Reproduksi
seksual juga terjadi.Planaria hermafrodit, dan pasang-pasang yang
kawin umumnya saling melakukan fertilisasi silang (Campbell et al.,
2008).
b. Trematoda
Trematoda memiliki bentuk tubuh seperti daun.Tubuhnya
tertutupi oleh kutikula.Saluran pencernaan makanannya lengkap, tanpa
anus.Terdiri dari mulut, faring, dan intestin.Organ ekskresi berupa
protonefridia.Bersifat hermafrodit, kecuali pada beberapa familia dari
Digenia. Cacing Schistosoma haematobium memiliki alat kelamin yang
terpisah tetapi antara cacing jantan dan cacing betina selalu melekat
satu sama lain (Kastawi, 2005).
Trematoda hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan lain.
Kebanyakan memiliki alat penghisap (sucker) yang melekat ke organ-
organ internal atau permukaan-permukaan luar dari hewan
inang.Lapisan luar yang keras membantu melindungi parasit di dalam
inangnya.Organ-organ reproduksi menempati hampir di seluruh bagian
dalam dari cacing-cacing ini (Campbell et al., 2008).
c. Cestoda
Cacing pita (Cestoda) bersifat parasit.Cacing pita dewasa sebagian
besar hidup didalam vertebrata, termasuk manusia.Pada kebanyakan
cacing pita, bagian ujung anterior atau scolex dipersenjatai dengan
penghisap dan kait yang digunakan untuk melekatkan diri ke lapisan
usus inangnya.Cacing pita tidak memiliki mulut dan rongga
gastrovaskular.Mereka mengabsorpsi nutrien yang dilepaskan oleh
pencernaan di dalam usus inang.Absrorpsi terjadi di seluruh permukaan
tubuh cacing pita (Kastawi, 2005).
B. Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Mengobservasi morfologi dan anatomi cacing Pltyhelminthes
2. Menyatakan hasil observasi dengan gambar dan deskripsi
C. Metode Praktikum
1. Alat dan bahan
a. Alat
1) Mikroskop monokuler dan binokuler beserta perlengkapannya
2) Pisau bedah
3) Kaca arloji
4) Alat tulis (pensil dan buku)
5) Kamera atau handphone
b. Bahan
1) Preparat segar cacing Plathyhelmintes
2. Cara kerja
Untuk pengamatan anatomi Planaria, Fasciola hepatica, dan Taenia sp.
a. Preparat awetan Planaria yang telah disediakan diambil kemudian
diamati dengan menggunakan mikroskop.
b. Bagian-bagian seperti mulut, faring, usus pada bagian depan dan
belakang diamati.
c. Preparat awetan sayatan melintang dari Planaria diamati dan tentukan
bagian-bagian:
1) Faring, berupa rongga/lingkaran besar terdapat di tengah tubuh.
2) Usus, di kiri kanan faring.
3) Batang syaraf, di bagian ventral.
4) Silia, epidermis, otot longitudinal, dorsoventral dan melingkar.
d. Lalu preparat awetan Fasciola hepatica diamati dengan mikroskop
binokuler dan tentukan bagian-bagian :
1) Oral sucker dan ventral sucker.
2) Faring
3) Usus, yang bercabang-cabang.
4) Kelenjar yolk
5) Testis dan uterus.
e. Preparat awetan Taenia sp. diamati dan tentukan bagian-bagian :
1) Kepala (scolex) yang memiliki : sucker (alat penghisap), rostellum
(karangan kait), hooks (kait).
2) Leher (neck)
3) Proglotid dewasa, berisi : uterus, testis, kelenjar yolk, vagina dan
lubang genital.
Untuk pengamatan tahapan-tahapan siklus hidupFasciola hepatica pada
siput Lymnea sp.
a. Beberapa siput Lymnea sp. dipecahkan dengan pinset di dalam kaca
arloji atau gelas piala yang telah berisi air bersih. Jika terdapat larva
cacing akan tampak serbuk-serbuk halus berwarna keputih-putihan.
b. Cairan yang mengandung benda keputih-putihan tadi diteteskan pada
kaca objek bersih, kemudian ditutup dengan hati-hati dan diamati
dibawah mikroskop.
c. Tahap-tahap siklus cacing hati diamati serta ditentukan :
1) Metaserkaria (berupa kista)
2) Serkaria (larva yang berekor)
3) Redia (kista yang berisi cercaria muda)
4) Sporokista (kista yang berisi redia muda)
BAB II
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1 Identifikasi Phyllum Platyhelminthes berdasarkan struktur tubuh
No Nama Simetri Bentuk Beruas/p Mulut Anus Intestine Sucker Alat Classis
Species Tubuh tubuh roglotid reproduksi
Tidak
1 Dugesia sp. Bilateral Pipih Tidak Ada Ada Tidak ada Ada Turbellaria
ada
Tidak Tidak
3 Taenia sp. Bilateral Pipih Ya Tidak ada Ada Ada Cestoda
ada ada
Fasciola Tidak
7 Bilateral Pipih Tidak Ada Ada Ada Ada Trematoda
hepatica ada
10
Tidak Tidak
Taenia solium Bilateral Pipih Ya Tidak ada Ada Ada Cestoda
ada ada
B. Pembahasan
Dalam parktikum ini, diamati empat spesies dari Phyllum Platyhelminthes,
yakni:
1. Euplanaria sp.
Kingdom:Animalia
Philum:Platyhelminthes
Kelas:Turbellaria
Ordo:Tricladida
Familia:Paludicola
Genus:Euplanaria
Spesies : Euplanaria sp
Planaria merupakan cacing pipih, yang hidup bebas di perairan yang jernih
dengan ukuran tubuhnya yang kecil (Soemadji,1994/1995). Planaria
tubuhnya selain pipih juga lonjong, dan lunak dengan panjang tubuh kira-
kira antara 0,5-75mm. Bagian anterior (kepala) berbentuk segi tiga
memiliki dua buah bintik mata Bintik mata Planaria hanya berfungsi untuk
membedakan intensitas cahaya dan belum merupakan alat penglihatan
yang dapat menghasilkan bayangan (Soemadji,1994).
Planaria tubuhnya pipih, lonjong dan lunak dengan panjang tubuh kira-kira
antara 5-25 mm. Bagian anterior (kepala) berbentuk segitiga tumpul,
berpigmen gelap kearah belakang, mempunyai 2 titik mata di mid dorsal.
Titik mata hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan
belum merupakan alat penglihat yang dapat menghasilkan bayangan
(Soemadji, 1994/1995).
2. Fasciola hepatica
Kingdom : Animalia
Phyllum : Platyhelminthes
Classis : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Familia : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Species : Fasciola hepatica
Fase larva Fasciola hepatica pada tubuh siput Lymnea sp. yang telah
kami amati, terdiri dari fase sporokista, fase redia I, fase redia II, dan fase
serkaria. Siput Lymnea sp. dijadikan inang karena memiliki lendir dan
tubuhnya cocok bagi keberlangsungan hidup dari larva Fasciola hepatica.
Kami membedakan setiap fase larva Fasciola hepatica yang ada pada
Lymnea sp. dengan cara memperhatikan struktur dari larvanya. Pada fase
sprokista, larva cenderung diam, memiliki kista dan di dalamnya terdapat
redia muda, pada fase ini tidak terdapat faring. Pada fase redia I, kami
melihat adanya faring dan larva mengandung serkaria muda tanpa ekor,
sedangkan pada fase redia II, di dalamnya terdapat serkaria yang aktif
bergerak, pada fase ini juga memiliki faring. Kemudian fase serkaria, pada
fase ini serkaria keluar dari dalam redia II dan kami melihat larva serkaria
ini memiliki ekor.
3. Taenia Saginata
Kingdom : Animalia
Phyllum : Platyhelminthes
Classis : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Familia : Taeniidae
Genus : Taenia
Species : Taenia saginata
Taenia saginata merupakan cacing terbesar dari spesies yang
termasuk dalam genus Taenia .Panjang cacing dewasa biasanya 4 sampai
10 m. Tubuhnya bersegmen. Tubuh berwarna putih dan terdiri dari tiga
bagian : scolex , leher dan Strobila . Scolex terdiri dari empat pengisap,
tetapi tidak memiliki kait.(Jr. Washington, Allen, Janda, Koneman,
Procop, Paul, Gail, 2006).Dikelompokkan ke dalam classis Cestoda karena
memiliki scolex, bersegmen dan hidup sebagai parasit. Species ini
berparasit di tubuh hewan karnivora khususnya anjing.Perantaranya ialah
manusia, kambing, domba, sapi, dan lain-lain.Larva dari pecies ini
menyebabkan penyakit hidatidosis (Chopperandco, 2013).
Siklus hidup taenia saginata
4. Taenia solium
Kingdom : Animalia
Phyllum : Platyhelminthes
Classis : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Familia : Taeniidae
Genus : Taenia
Species : Taenia solium
Species ini biasanya menjadi parasit pada babi.Tidak berpigmen,
memiliki alat hisap dan kait, tidak memiliki mulut tapi memiliki scolex
yang menjadi salah satu alasan kenapa species ini dikelompokkan ke
dalam classis Cestoda.Sesuai dengan salah satu pendapat bahwa Cacing
pita (Cestoda) bersifat parasit.Cacing pita dewasa sebagian besar hidup
didalam vertebrata, termasuk manusia.Pada kebanyakan cacing pita,
bagian ujung anterior atau scolex dipersenjatai dengan pengisap dan kait
yang digunakan untuk melekatkan diri ke lapisan usus inangnya.Cacing
pita tidak memiliki mulut dan rongga gastrovaskular.Mereka
mengabsropsi nutrien yang dilepaskan oleh pencernaan di dalam usus
inang.Absrorpsi terjadi di seluruh permukaan tubuh cacing pita (Kastawi,
2005).
Siklus hidup Taenia solium.
BAB III
A. Kesimpulan
1. Keanekaragaman phyllum Platyhelminthes yang telah diamati diantaranya:
Euplanaria sp.,Taenia solium, Taenia saginata, Taenia pisiformis, dan
Fasciola hepatica.
2. Platyhelminthes adalah hewan multiseluler berupa cacing pipih
dorsoventral yang tidak memiliki coelom dan simetri tubuhnya simetri
bilateral. Platyhelminthes termasuk triploblastik karena tersusun dari tiga
lapis jaringan yaitu ektoderm (menyusun lapisan luar seperti epidermis),
mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (menyusun lapisan dalam seperti
sistem pencernaan). Epidermis pada classis Turbellaria mengandung silia,
lendir, dan bintik mata, sedangkan pada Trematoda dan Cestoda
epidermisnya mengandung kutikula dan memiliki alat penghisap (sucker)
dan kait (hook) untuk menempel pada hospesnya. Platyhelminthes tidak
memiliki rangka, sistem respirasi, dan sistem peredaran darah. Sistem
ekskresinya menggunakan sel api atau aprotonephridia yang terdapat pada
nefridiofor. Sistem saraf dengan sepasang ganglion anterior yang
dihubungkan dengan satu atau tiga pasang tali saraf longitudinal dan
transversal.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa phyllum
Platyhelminthes terbagi ke dalam tiga classis yang didasari oleh perbedaan
struktur tubuhnya. Ketiga classis tersebut adalah: Turbellaria, Trematoda,
dan Cestoda. Adapun species yang berhasil kami amati dan kami
kelompokkan diantaranya spesimen yang termasuk ke dalam classis
Trematoda diantaranya Fasciola hepatica, karena memiliki mulut dibagian
anterior, memiliki sucker dan alat pencernaan. Sedangkan Taenia solium,
Taenia saginata, ke dalam classis Cestoda karena tidak memiliki alat
pencernaan, memiliki scolex (kepala) yang terdiri dari hooks (kait),
rostellum (karangan kait), sucker (alat penempel dan penghisap) dan
struktur tubuh terdiri dari proglotid atau bersegmen.
4. Ciri khas classis Turbellaria yaitu memiliki bintik mata di bagian anterior,
mulut di bagian ventral, alat pencernaan, tidak memiliki sucker. Classis
Trematoda memiliki ciri khas mempunyai alat pencernaan, sucker dan
mulut dibagian anterior. Sementara classis Cestoda tidak memiliki alat
pencernaan dan memiliki scolex (kepala) yang terdiri dari hooks (kait),
rostellum (karangan kait), sucker (alat penempel dan penghisap) dan
struktur tubuh terdiri dari proglotid atau bersegmen.
LAMPIRAN
A. Jawaban Pertanyaan
1. Dapatkah anda menemukan persamaan yang dimiliki oleh setiap species
yang anda temukan? Tuliskan persamaan-persamaan tersebut!
Jawaban:
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dapat diamati
persamaan yang dimiliki oleh ketiga classis dalam phyllum
Platyhelminthes, yaitu tubuhnya bilateral simetris; memiliki tiga lapisan
sel (triploblastik); tubuhnya pipih dorsoventral; memiliki alat penghisap
(sucker); alat pencernaan tidak komplit, memiliki mulut tetapi tidak ada
anus, intestine bercabang-cabang, sedangkan pada cestoda tidak memiliku
mulut; tidak memiliki coelom (triploblastik acoelom); tidak memiliki
rangka, sistem respirasi, dan sistem peredaran darah; sistem ekskresi
berupa sel api; sistem saraf tangga tali.
2. Dapatkah anda menemukan perbedaan yang dimiliki oleh setiap species
tersebut sehingga dimasukkan pada classis yang berbeda? Tuliskan
perbedaan-perbedaannya!
Jawaban:
Turbellaria: bentuk pipih memanjang dan memiliki cilia pada bagian
ventral tubuhnya yang digunakan untuk bergerak sehingga disebut cacing
getar; Trematoda: memiliki bentuk seperti daun, memiliki alat penghisap
(sucker) dan hook yang digunakan untuk melekat pada tubuh inangnya
sehingga disebut cacing hisap; Cestoda: tubuhnya berupa strobilus yang
terdiri dari beberapa proglotid sehingga membentuk pita, oleh karena itu
cestoda disebut sebagai cacing pita, mulutnya terletak di bagian anterior.
3. Tuliskan ciri khas dari tiap-tiap classis pada kolom berikut:
Classis Ciri Khas
Hidup bebas, tidak beruas, epidermis
bersilia, bentuknya pipih memanjang,
Turbellaria mulut terletak di bagian ventral, tidak
mempunyai alat penghisap, umumnya
berpigmen
Hidup sebagai parasit, tidak beruas,
tidak bersilia, epidermis dilapisi
kutikula, bentuknya seperti daun, alat
Trematoda
penghisap satu atau lebih, mulut terletak
di bagian anterior, saluran pencernaan
bercabang dua
Hidup sebagai parasit, epidermis dilapisi
kutikula, tidak bersilia, tubuhnya
bersegmen/ruas, bentuknya seperti pita,
tidak berpigmen, tidak mempunyai
Cestoda
saluran pencernaan, mempunyai kepala
(Scolex) di bagian anterior dengan
sucker dan kait untuk melekatkan tubuh,
memiliki hospes sementara
4. Tuliskan kegunaan dan manfaat dari species-species Platyhelminthes yang
anda temukan:
Jawaban:
Planaria berperan sebagai salah satu makanan bagi organisme lain,
contohnya ikan. Sedangkan Fasciola hepatica dapat menyebabkan
penyakit hati pada manusia, Taenia sp. dapat menjadi parasite pada hati
dan tubuh manusia.
5. Dari teori perkuliahan atau buku sumber yang anda peroleh mengenai
phyllum Platyhelminthes, lengkapilah table berikut ini:
Phyllum Platyhelminthes
Alat pencernaan tidak lengkap terdiri atas mulut,
Pencernaan faring, dan intestine yang bercabang-bercabang
Makanan kecuali pada classis cestoda tidak memiliki alat
pencernaan.
Mirza, I., Kurniasih. (2002). Identifikasi Cacing Eurytrema sp. Pada Ternak Sapi
Berdasarkan Ciri-ciri Morfologis.[Online]. Tersedia di:
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pronas02-72.pdf
.Diakses 14 Maret 2014.
Roberts, L. S., and J. Janovy. Gerald d. schmidt & larry s.(2005). Roberts'
Foundations of Parasitology.8th Edition. Missouri: McGraw-Hill
Science/Engineering/Math.