LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi Invertebrata yang
diampu oleh Dra. Ammi Syulasmi, M.S. , dan Rini Solihat, S.Pd., M.Si.
oleh:
Kelompok 1
B. Waktu Pelaksanaan
Hari : Selasa
Tanggal : 20 Maret 2018
Waktu : 07.00 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Struktur Hewan
Departemen Pendidikan Biologi UPI.
C. Tujuan
1. Mengenal keanekaragaman hewan Phylum Platyhelminthes
2. Observasi morfologi dan struktur tubuh hewan Phylum Platyhelminthes
3. Mengelompokan hewan-hewan Phylum Platyhelminthes ke dalam classis
yang berbeda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri.
4. Observasi dan identifikasi ciri-ciri khas setiap classis
D. Landasan Teori
1. Pengertian Phylum Platyhelminthes
Secara umum, Platyhelmintes (Cacing Pipih) adalah phylum keempat
setelah Protozoa, Porifera dan Coelenterata dalam regnum Animalia yang
bersifat tripoblastik yang hidup parasit dan memiliki bentuk tubuh yang
rata (pipih). Terdapat 18.500 spesies dari Platyhelmintes (cacing pipih).
Platyhelminthes adalah kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk pipih.
Secara bahasa platyhelminthes berasal dari dua kata bahasa yunani , yaitu
“Platy” yang artinya pipih dan “helminthes” yang artinya cacing.
Platyheminthes biasanya hidup bebas di laut atau di air tawar, adapula
yang hidupnya parasit. Cacing ini kebanyakan bersifat hemafrodit, yaitu
memiliki dua kelamin, jantan dan betina, dalam satu tubuh. Namun
demikian mereka tetap melakukan perkawinan antara 2 individu.
Platyhelmintes tidak memiliki sistem pernapasan dan sistem peredaran
darah. Sistem pencernaannya tidak sempurna, karena mereka belum
mempunyai anus.
Ukuran tubuh Platyhelminthes beranekaragam, mulai dari ukuran yang
hamoir mikroskopis hingga yang panjangnya dapat mencapai 20 m. Tubuh
Platyhelmintes simetri bilateral, artinya bagian tubuh yang sama
didestribusikan secara merata dari pusat tubuh.
2. Struktur dan Fungsi Tubuh Phylum Platyhelminthes
Platyhelminthes merupakan hewan yang tidak memiliki rongga tubuh
sehingga disebut hewan aselomata. Tubuhnya tersusun oleh tiga lapisan
(triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm)
dan lapisan dalam (endoderm). Dinding tubuh bagian luar disebut
epidermis dan ditutupi oleh sel halus yang bersilia. Lapisan dalam tersusun
oleh otot yang berkembang dengan baik. Pada ujung tubuhnya terdapat
kepala yang tumpul atau membulat, sedangkan pada ujung lainnya
terdapat bagian ekor yang meruncing.
1. Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Familia : Dugesidae
Genus : Dugesia
Gambar 2.1.1 Gambar 2.2
Species : Dugesia tigrina
Sayatan Melintang Dugesia tigrina
Dugesia tigrina (Mauricio Munoz,
(Dokumentasi 2003)
Kelompok 1A, 2018)
Gambar 2.1.2
Dugesia tigrina
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
2. Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Familia : Geoplanidae
Genus : Bipalium
Gambar 3.1 Gambar 3.2
Species : Bipalium sp
Bipalium sp Bipalium sp
(Dokumentasi (Laura Bellmore,
Kelompok 1A, 2018) 2015)
No. Klasifikasi Gambar Observasi Gambar Referensi
3. Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Familia : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Gambar 4.1.1 Gambar 4.2
Species : Fasciola hepatica
Fasciola hepatica Fasciola hepatica
(Dokumentasi (Sinnclair Stammers,
Kelompok 1A, 2018) 2013)
Gambar 4.1.2
Fasciola hepatica
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
Gambar 4.1.3
Fasciola hepatica
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
No. Klasifikasi Gambar Observasi Gambar Referensi
Gambar 4.1.4
Fasciola hepatica
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
4. Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Trematoda
Ordo : Plagiorchiida
Familia : Dicrocoeliidae
Genus : Eurytrema
Gambar 5.1 Gambar 5.2
Species : Eurytrema
Eurytrema Eurytrema
pancreaticum
pancreaticum pancreaticum
(Dokumentasi (Tai Soon Yong,
Kelompok 1A, 2018) 2003)
5. Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Cestoda
Ordo : Taeninoidea
Familia : Taeniidae
Genus : Taenia
Gambar 6.1 Gambar 6.2
Species : Taenia saginata
Taenia saginata Taenia saginata
(Dokumentasi (Carolyne Temanson,
Kelompok 1A, 2018) 2009)
No. Klasifikasi Gambar Observasi Gambar Referensi
6. Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Cestoda
Ordo : Taeninoidea
Familia : Taeniidae
Genus : Taenia
Gambar 7.1.1 Gambar 7.2
Species : Taenia sp
Preparat Taenia sp Taenia sp
(Dokumentasi (R E Pugh, 2001)
Kelompok 1A, 2018)
Gambar 7.1.2
Taenia sp
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
7. Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Cestoda
Ordo : Taeninoidea
Familia : Taeniidae
Genus : Taenia
Gambar 8.1 Gambar 8.2
Species : Taenia pisiformis
Taenia pisiformis Taenia pisiformis
(Dokumentasi (Alan Pederson,
Kelompok 1A, 2018) 2014)
No. Klasifikasi Gambar Observasi Gambar Referensi
8 Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Familia : Anoplucephalidae
Genus : Thysanosoma
Gambar 9.1 Gambar 9.2
Species : Thysanosoma
Thysanosoma Thysanosoma
actinoides
actinoides actinoides
(Dokumentasi (P. Junquera, 2007)
Kelompok 1A, 2018)
9 Regnum : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Cestoda
Ordo : Taeninoidea
Familia : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Gambar 10.1 Gambar 10.2
Species : Echinococcus
Bagian skoleks Echinococcus
granulosus
Echinococcus granulosus
granulosus (Dr. SM Sajjadi,
(Dokumentasi 2011)
Kelompok 1A, 2018)
Gambar 10.1.1
Proglotid muda
Echinococcus
granulosus
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
Gambar 10.1.1
Proglotid dewasa
Echinococcus
granulosus
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
16
14 A1
12 A2
B1
10
B2
8
C
6 D
4 E1
E2
2
E3
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7
3 Redia II
H. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap preparat awetan,awetan basah,
awetan kering, dan spesimen. Maka terdapat banyak hewan Platyhelminthes.
Hewan-hewan yang ditemukan pada sampel digolongkan ke dalam tiga
classis berdasarkan bentuk tubuh pipih, pipih seperti daun dan pipih seperti
pita, antara lain :
1. Classis Turbellaria
a. Bipalium sp
Bipalium sp adalah salah satu spesies Platyhelminthes yang
memiliki bentuk tubuh pipih dan bersimetri bilateral. Hewan ini tidak
memiliki anus, sucker dan proglotid. Tetapi, Bipalium sp memiliki
mulut, intestin, dan alat reproduksi. Oleh karena itu, Bipalium sp
termasuk ke dalam classis Turbellaria.
b. Dugesia tigrina
Dugesia tigrina merupakan salah satu species Platyhelminthes
yang masuk ke dalam classis Turbellaria. karena memiliki beberapa
karakteristik, yaitu pada permukaan tubuhnya terdapat silia (rambut
getar) yang digunakan untuk bergerak atau berenang, memiliki
sepasang bintik mata yang berfungsi untuk membedakan keadaan
gelap dan terang, pada umumnya tubuhnya berpigmen, memiliki
mulut di bagian ventral, tidak memiliki alat penghisap dan tidak
memiliki ruas pada tubuhnya, hal tersebut yang membedakan antara
classis Turbellaria dengan classis lain dari Phylum Platyhelminthes.
Dugesia tigrina ini kami temukan di perairan tawar, karena memang
hewan ini biasanya hidup di kolam, danau, atau mata air. Manfaat dari
hewan ini yaitu dapat dijadikan pakan ikan dan indikator air bersih.
2. Classis Trematoda
a. Fasciola hepatica
Fasciola hepatica salah satu spesies Platyhelminthes yang
memiliki bentuk tubuh pipih daun dan bersimetri bilateral. Hewan ini
tidak memiliki anus dan proglotid. Tetapi Fasciola hepatica memiliki
alat penghisap (sucker), intestin, dan alat reproduksi. Oleh karena itu,
Fasciola hepatica termasuk ke dalam classis Trematoda.
b. Eurytrema pancreaticum
Eurytrema pancreaticum adalah salah satu spesies Platyhelminthes
yang memiliki bentuk tubuh pipih daun dan bersimetri bilateral.
Eurytrema pancreaticum memiliki sucker (alat penghisap), faring,
intestin. Memiliki alat reproduksi dan memiliki lubang ekskresi
(anus). Oleh karena itu, Eurytrema pancreaticum termasuk ke dalam
classis Trematoda.
3. Classis Cestoda
a. Taenia saginata
Taenia saginata umumnya dikenal sebagai cacing pita sapi. Hewan
ini termasuk ke dalam kelas cestoda. Hewan ini memiliki simetri
tubuh bilateral, bentuk tubuhnya pipih pita, memiliki proglotid dan
sucker. Reproduksinya bersifat hermaprodit yaitu memiliki sistem
reproduksi jantan dan betina. Taenia saginata ini dapat menyebabkan
sistiserkosis pada manusia.
b. Taenia sp
Taenia sp adalah salah satu spesies Platyhelminthes yang memiliki
bentuk tubuh pipih pita dan bersimetri bilateral. Hewan ini tidak
memiliki mulut, anus, dan intestin. Tetapi, Taenia sp memiliki
proglotid dan sucker. Oleh karena itu, Taenia sp termasuk ke dalam
classis Cestoda.
c. Taenia pisiformis
Cacing ini merupakan cacing pipih pita, tidak berpigmen, tidak
mempunyai saluran pencernaan, mempunyai kepala (scolex) di bagian
anterior dengan dilengkapi sucker dan kait untuk menempel pada
inangnya, tubuhnya memiliki ruas-ruas. Tubuh Taenia pisiformis ini
terdiri atas tiga bagian proglotid, yakni proglotid muda, proglotid
dewasa, dan proglotid gravid, besar dan panjang setiap bagian
proglotid semakin ke ujung semakin bertambah.
d. Thysanosoma actinoides
Cacing ini berbentuk pipih pita, memiliki scolex, tidak berpigmen,
dan tubuhnya memiliki segmen atau proglotid. Itu sebabnya
dikelompokkan ke dalam classis Cestoda. Tergolong cacing pita tebal
(familia Anocephalidae). Tubuhnya memiliki proglotid dan scolex.
e. Echinococcus granulosus
Echinococcus granulosus memiliki simetri tubuh bilateral,
termasuk ke dalam kelas cestoda, tubuhnya memiliki proglotid dan
sucker. Reproduksinya bersifat hermaprodit atau memiliki system
reproduksi jantan dan betina.
I. Hasil Diskusi
1. Dapatkah anda menemukan persamaan yang dimiliki setiap Species yang
Anda temukan ? tuliskan persamaan-persamaan tersebut !
Jawaban :
Setiap species memiliki simetri tubuh bilateral, dan bentuk tubuh
pipih. Alat reproduksi dengan fertilisasi (secara generatif), kecuali pada
classis Turbellaria dapat dengan reproduksi vegetatif pembelahan biner
transversal. Ekskresi dengan sel api, tidak memiliki coelom, dan
mempunyai sistem syaraf. Alat pencernaan belum lengkap, tidak
memiliki anus.
2. Dapatkah anda menemukan perbedaan yang dimiliki oleh setiap spesies
tersebut sehingga dimasukan pada classis yang berbeda ? tuliskan
perbedaan-perbedaannya !
Jawaban :
a. Classis Turbellaria; memiliki mulut, dan intestine.
b. Classis Trematoda; memiliki mulut, intestine, dan memiliki sucker
pada oral dan ventral.
c. Classis Cestoda; tubuh beruas, tidak memiliki mulut, dan intestine,
karena menerima makanan yang langsung dapat diserap tubuh tanpa
dilakukan pengolahan. Serta memiliki sucker.
3. Tuliskan ciri khas dari tiap classis pada kolom berikut
Classis Ciri Khas
Hidup bebas, epidermis dengan silia, memiliki intestine,
Turbellaria memiliki kelenjar lendir. Dapat berproduksi secara
vegetatif (pembelahan transversal). Tidak beruas,
memperoleh makanan secara holozoik dan saprozoik.
Hidup parasit, memiliki intenstine, tidak memiliki silia
Trematoda pada cacing dewasa, memiliki kutikula, oral dan ventral
sucker. Memperoleh makanan secara saprozoik
Endoparasit, tidak ada intestine, silia atau kutikula,
umumnya memiliki proglotid atau beruas. Memperoleh
Cestoda
makanan secara saprofitik. Tidak mempunyai saluran
pencernaan.
TS
Transversal
TS
Longitudi-
nal
Efektor
6. Apakah Lymnea sp yang terinfeksi berbahaya jika di konsumsi walaupun
sudah di rebus atau di masak dengan matang?
Jawaban:
J. Kesimpulan
1. Plathyhelminthes merupakan hewan multiseluler yang berbentuk pipih,
simetri bilateral, tripoblastik. Phylum ini terbagi menjadi tiga kelas, yaitu
Tubellaria, Trematoda, dan Cestoda. Keanekaragaman phylum
Platyhelminthes yang sudah diamati yaitu : Dugesia tigrina, Bipalium sp,
Fasciola hepatica, Eurytema pancreaticum, Taenia saginata, Taenia sp,
Taenia pisiformis, Thysanosoma actinodes, Echinoccocus granulosus.
2. Secara bahasa Platyhelminthes berasal dari dua kata bahasa yunani , yaitu
“Platy” yang artinya pipih dan “helminthes” yang artinya cacing. yang
bersifat tripoblastik yang hidup parasit dan memiliki bentuk tubuh yang
pipih dan simetri bilateral. Platyhelminthes adalah kelompok cacing yang
tubuhnya berbentuk pipih. Platyheminthes biasanya hidup bebas di laut
atau di air tawar, adapula yang hidupnya parasit. Cacing ini kebanyakan
bersifat hemafrodit, yaitu memiliki dua kelamin, jantan dan betina, dalam
satu tubuh. Platyhelmintes tidak memiliki sistem pernapasan dan sistem
peredaran darah. Sistem pencernaannya tidak sempurna, karena mereka
belum mempunyai anus. Ukuran tubuh Platyhelminthes beranekaragam,
mulai dari ukuran yang hampir mikroskopis hingga yang panjangnya
dapat mencapai 20 m. Epidermis pada classis Turbellaria mengandung
silia, lendir, dan bintik mata, sedangkan pada Trematoda dan Cestoda
epidermisnya mengandung kutikula dan memiliki alat penghisap (sucker)
dan kait (hook) untuk menempel pada hospesnya. Platyhelminthes tidak
memiliki rangka, sistem respirasi, dan sistem peredaran darah. Sistem
ekskresinya menggunakan sel api yang terdapat pada nefridiofor. Sistem
saraf dengan sepasang ganglion anterior yang dihubungkan dengan satu
atau tiga pasang tali saraf longitudinal dan transversal.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa phylum
Platyhelminthes terbagi ke dalam tiga classis yang didasari oleh
perbedaan struktur tubuhnya. Ketiga classis tersebut adalah: Turbellaria,
Trematoda, dan Cestoda. Setelah dilakukan pengamatan ada Bipalium sp
dan Dugesia sp yang termasuk ke dalam classis Turbellaria karena
memiliki beberapa karakteristik, yaitu berbentuk pipih memanjang dan
simetri bilateral, pada permukaan tubuhnya terdapat silia (rambut getar)
yang digunakan untuk bergerakatauberenang, memiliki sepasang bintik
mata yang berfungsi untuk membedakan keadaan gelap dan terang, pada
umumnya tubuhnya berpigmen, memiliki mulut di bagian ventral, tidak
memiliki alat penghisap dan tidak memiliki ruas pada tubuhnya. Di kelas
Trematoda ada Fasciola hepatica dan Eurytema pancreaticum, karena
memiliki bentuk tubuh pipih daun dan bersimetri bilateral, pada
permukaan tubuhnya memiliki kutikula, memiliki sucker (alat penghisap),
faring, intestin. Memiliki alat reproduksi dan memiliki lubang ekskresi
berupa anus (tidak ada pada Fasciola hepatica). Dan ada Taenia saginata,
Taenia sp, Taenia pisiformis, Thysanosoma actinodes, dan Echinoccocus
granulosus yang termasuk pada kelas Cestoda karena berbentuk pipih pita
dan simetri bilateral, pada permukaan tubuh dilapisi kutikula, hidup
parasite,tidak bersilia, tidak memiliki saluran pencernaan, memiliki scolex
(kepala) yang terdiri dari hooks (kait), rostellum (karangan kait), sucker
(alat penempel dan penghisap) dan struktur tubuh terdiri dari proglotid
atau bersegmen.
4. Setiap kelas pada phylum Platyhelminthes memiliki ciri khas, yaitu pada
kelas Tubellaria, ia hidup bebas, epidermis dengan silia, memiliki
intestine, memiliki kelenjar lender, memiliki bintik mata di bagian
anterior, mulut di bagian ventral, alat pencernaan, tidak memiliki sucker,
umumnya berpigmen, dapat berproduksi secara vegetatif (pembelahan
transversal). Tidak beruas, memperoleh makanan secara holozoik dan
saprozoik. Pada kelas Trematoda, ia hidup parasit, beruas, memiliki
intenstine, tidak memiliki silia pada cacing dewasa, memiliki kutikula,
mempunyai alat pencernaan, sucker dan mulut dibagian anterior.
Memperoleh makanan secara saprozoik. Sedangkan pada kelas Cestoda,
ia endoparasit, epidermis berkutikula, tidak memiliki silia, tidak
berpigmen, tidak memiliki memiliki alat pencernaan dan memiliki scolex
(kepala) yang terdiri dari hooks (kait), rostellum (karangan kait), sucker
(alat penempel dan penghisap) dan struktur tubuh terdiri dari proglotid
atau bersegmen. Dan memperoleh makanan dengan cara saprofitik.
DAFTAR PUSTAKA
Maspamudji, Adhi. (2016). Daur Hidup Fasciola hepatica. [online]. Diakses dari:
https://promisespromisesbroadway.com/daur-hidup-fasciola-hepatica/
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Tubuh Platyhelminthes
Hadi, Abdul. (2015). Pengertian, Ciri-Ciri dan Klasifikasi Platyhelminthes.
[online]. Diakses dari: http://www.softilmu.com/2015/06/Pengertian-ciri-
Struktur-Tubuh-Klasifikasi-Platyhelminthes-adalah.html
Gambar 2.2 Dugesia tigrina
Munoz, Mauricio. (2003). ADW: Dugesia tigrina: PICTURES. [online]. Diakses
dari: https://animaldiversity.org/accounts/Dugesia_tigrina/pictures
/collections/contributors/mauricio_munoz/Dugesia_tigrina/
Gambar 3.2 Bipalium sp
Bellmore, Laura. (2015). Beneficial In The Landscape #57 Land Planarian.
[online]. Diakses dari: https://aggie-
horticulture.tamu.edu/galveston/beneficials/beneficial-
57(partial)_land_planarian.htm
Gambar 4.2 Fasciola hepatica
Stammers, Sinclair. (2013). Light Micrograph of Liver Fluke. [online]. Diakses
dari: https://fineartamerica.com/featured/1-light-micrograph-of-liver-
fluke-fasciola-hepatica-sinclair-stammers.html
Gambar 5.2 Eurytrema pancreaticum
The Korean Society for Parasitology. (2003). Adult worm of Eurytrema
pancreaticum. [online]. Diakses dari:
http://atlas.or.kr/atlas/alphabet_view.php?my_codeName=Eurytrema%20p
ancreaticum
Gambar 6.2 Taenia saginata
Temanson, Carolyn. (2009). Taenia saginata. [online]. Diakses dari:
http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2009/temanson_caro/
Gambar 7.2 Taenia sp.
Pugh, RE. (2001). Taenia sp. [online]. Diakses dari: http://parasite.org.au/pugh-
collection/Taenia%20sp.%20%2001.jpg_Index.html
Gambar 8.2 Taenia pisiformis
Pederson, Alan. (2014). Platyhelminthes / Cestoda: Taenia pisiformis scolex.
[online]. Diakses dari:
http://grauhall.com/catalog/product_info.phpmanufacturers_id=42&produ
cts_id=1568
Gambar 9.2 Thysanosoma actinioides
Junquera, P.(2007). Thysanosoma actinioides, the fringed tapeworm. [online].
Diakses dari:
http://parasitipedia.net/index.php?option=com_content&view=article&id=
2586&Itemid=2868
Gambar 10.2 Echinococcus granulosus
Medicotips. (2011). Echinococcus granulosus – Life cycle. [online]. Diakses dari:
http://www.medicotips.com/2011/07/echinococcus-granulosus-
morphology life.html
Gambar 11.2 Sporocyst
John and Petri. (2006). Steps of the typical Echinostoma life cycle. [online].
Diakses dari :
http://web.stanford.edu/class/humbio103/ParaSites2006/Echinostomiasis/L
ife%20Cycle.html
Gambar 12.2 Redia I
Fox, J. Carl. (tt.). Life cycle stages. [online]. Diakses dari:
https://instruction.cvhs.okstate.edu/jcfox/htdocs/clinpara/lst21_30.htm
Gambar 13.2 Redia II
Belanich, Michael. (2009). Fasciola hepatica. [online]. Diakses dari:
http://belanich.pbworks.com/w/page/13055428/Trematodes
Gambar 14.2 Cercaria
Fox, J. Carl. (tt.). Life cycle stages. [online]. Diakses dari:
https://instruction.cvhs.okstate.edu/jcfox/htdocs/clinpara/lst21_30.htm
Gambar 15
Maspamudji, Adhi. (2016). Daur Hidup Fasciola hepatica. [online]. Diakses dari:
https://promisespromisesbroadway.com/daur-hidup-fasciola-hepatica/