Anda di halaman 1dari 22

Acara Praktikum Ke-6

Platihelmines dan nemathelmintes

Disusun oleh:
Nama : Ovita Sari
Nim : 1908106030
Kelas : Biologi A/3

LAPORAN PRAKTIKUM ZOOLOGI AVERTEBRATA

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zologi (Yunani, Zoon = hewan + logos = ilmu) merupakan cabang biologi yang khusus
mempelajari tentang hewan tidak bertulang belakang . Karena biologi itu sendiri
merupakan bagian dari sains, maka dalam prkembangannya atau pemecahan masalah-
masalah zoologi senantiasa menggunakan metode ilmiah. Sebagaimana juga tumbuhan,
klasifikasi pada invertebrata pun mengalami berbagai masalah. Oleh karena itu bentuk
dan cara pengklasifikasian invertebrata belum dapat ditentukan secara tegas dan pasti,
baik ditinjau. Platyhelminthes dalam bahasa yunani, platy (pipih), helminthes (cacing atau
cacing pipih) adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya lebih kompleks dibanding
porifera. Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (tripoblastik), yaitu ekstoderm,
mesoderm dan endoderm. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun hidup sebagai
parasit Pada Platyhelminthes yang hidup secara bebas memakan hewan-hewan dan
tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organism. Tubuh Platyhelminthes
memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus). Usus bercabang
cabang ke seluruh tubuhnya. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.
Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat
organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau
cairan tubuh inangnya.
Platyhelminthes merupakan cacing yang mempunyai tubuh simetris bilateral, dan
tubuhnya pipih secara dorsoventral. Bentuk tubuhnya bervariasi dari yang membentuk
pipih memanjang, pita, hingga yang menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai dari
yang tampak mikroskopis beberapa millimeter hingga berukuran panjang belasan meter.
B. Tujuan Praktikum

Bagian pendahuluan ini juga berisi tujuan praktikum. Tujuan praktikum acara ……
adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui dan memahami karakteristik phylum Platyhelminthes,
Nemathelminthes
2. Untuk Menempatkan spesies Platyhelminthes, Nemathelminthes sesuai dengan
kedudukan taksonominya
3. Untuk Memahami dan menganalisis habitat Platyhelminthes, Nemathelminthes
serta peranannya dalam kehidupan.
4. TINJAUAN PUSTAKA

Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak
berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Sistem
ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki
sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat
reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap – tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas
sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran
ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis
Platyhelminthes merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral dan tubuhnya pipih.
Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang berbentuk pipih memanjang, pita,hingga menyerupai
daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa millimeter hingga
berukuran panjang belasan meter. Ujung anterior tubuh berupa kepala. Pada bagian ventral
terdapat mulut dan lubang genital. Mulut dan lubang genital tampak jelas pada Turbellaria,
tetapi tidak tampak jelas pada Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang menghasilkan sekresi
(alat cengkeram dan alat penghisap) yang bersifat perekat untuk menempel dam melekat,
misalnya oral sucker dan ventral sucker pada Trematoda
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak, simetri bilateral dan bersifat hermaprodit.
Tubuh dapat dibedakan dengan tegas antara posterior dan anterior, dorsal dan ventral. Bersifat
tripoblastik, dinding tubuh terdiri atas 3 lapisan, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm
Platyhelminthes berasal dari kata platy yang artinya pipih dan helmins yang artinya cacing
atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju
dibandingkan Porifera dan Coelenterata. Hal ini dapat dilihat dengan tanda-tanda berikut:
tubuh bilateral simetris, arah tubuh sudah jelas yaitu arah anterior-posterior dan arah dorsal-
ventral. Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik) yaitu ektoderm yang
akan berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot-otot dan
beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat pencernaan
makanan. Tetapi, kelompok hewan ini masih tetap tergolong tingkat rendah, mengingat tubuh
tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), saluran pencernaan makanan
belum sempurna, bahkan ada sementara anggota yang tidak bersaluran pencernaan, alat
kelaminnya masih belum terpisah (hermaphrodit).
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Biasanya
hidup di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan
dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah
dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk
menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan
sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah Planaria.
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang
bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi bagian samping tubuh.
Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang
penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan
yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13.000 species, terbagi menjadi tiga kelas; dua yang
bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas
Turbellaria. Cacing kait adalah parasit eksternal atau internal dari kelas Trematoda. Cacing
pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda.

Kelas Turbellaria
Hampir semua anggota Turbellaria hidup secara bebas, hanya ada beberapa saja yang hidup
secara ektokomensalis atau secara parasitis. Tubuh cacing Turbellaria tidak terbagi atas
segmen-segmen, bagian luarnya ditutupi oleh epidermis yang berinsitium sebagian
daripadanya dilengkapi dengan sel-sel yang menghasilkan zat mucosa.
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut
sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang.Berbeda
dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah
memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.Oleh karena memiliki rongga
tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
Ciri – ciri
1. Hidup parasit di dalam tubuh makhluk hidup lain, dan ada juga yang hidup bebas
2. Merupakan hewan Triploblasik Pseudoselomata
3. Tubuhnya simetri Bilateral
4. Tubuh dilapisi kutikula yang berfungsi untuk melindung diri
5. Memiliki sistem pencernaan
6. Tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi
7. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda
8. Reprduksi secara seksual
9. Telurnya dapat membentuk kista.
Ciri tubuh
Nemathelminthes pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, namun ada juga
yang mencapai panjang 1 meter. Individu betina memiliki ukuran lebih besar daripada
individu jantannya. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi oleh Kutikula. Kutikula itu
sendiri berfungsi sebagai pelindung Nemathelminthes dalam menghadapi enzim-enzim
pencernaan di dalam tubuh inangnya. Nemathelminthes sudah memiliki alat pencernaan yang
lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut nemathelminthes berada di bagian
depan (anterior), sedangkan anus berada di ujung belakang (posterior). Nemathelminthes
tidak memiliki sistem peredaran darah jadi sari sari makanan diedarkan melalui cairan pada
pseudoselom. Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi. Jadi dia bernafas secara
difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi berbeda.(Campbell 2004)
struktur tubuh Nemathelminthes Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis,
meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter.Individu betina berukuran lebih besar
daripada individu jantan.Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-
ujung yang meruncing. Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan
tumbuhan.Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik,
sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh
inangnya.Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau
laut.Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.Sistem reproduksi
bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang
berbeda.Fertilisasi terjadi secara internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan
kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.(Campbell 2004)
Klasifikasi
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.Pada
uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari nematoda yang merupakan parasit bagi
manusia.
Kelas Nematoda
Kelas nematoda terdiri dari beberapa spesies tidak hanya bersifat parasitik terhadap
manusia, namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan maupun liar.
Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana. Nematoda dewasa
tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk sistem reproduksi.
Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai pseudocoelomate. (anonimus, 2008).
Nematoda merupakan anggota dari filum nemathelminthes. Mereka mempunyai
saluran usus dan rongga badan, tetapi rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler
sehingga disebut pseudosel atau pseudoseloma. Nematoda berbentuk bulat pada potongan
melintang, tidak bersegmen, dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan sel
langsung di bawahnya, hipodermis. (Ikeme, 1977).
Nematoda adalah cacing yang umumnya berbentuk bulat (silindris) memanjang dari
anterior ke posterior dan pada anterior terdapat mulut. Tubuhnya ditutupi oleh selapis kutikula
yang tidak berwarna dan hampir transparan. Kutikula dihasilkan oleh hipodermis yang berada
dibawahnYudhalevine, 2009).
Biasanya sistem pencernaan, ekskresi, dan reproduksi terpisah. Pada umumnya
cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara
partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak didalam badan manusia. Seekor
cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari.
Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami
pertumbuhan dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan
berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh
vektor melalui gigitan. Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup yang telah diketahui
dengan pasti.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

1. Alat
a) Mikroskop binokuler
b) Bak parafin atau wadah
c) Cawan petri
d) Milimeter blok
e) Alat bedah
f) Cavity slide dan cover glass
g) Mikroskop stereo
h) Pipet tetes
i) Tissue
j) Masker, gloves, dan jas laboratorium

2. Bahan

a) Hati ayam
b) Usus ayam
c) NaCl 0.9%
d) Alkohol 70%
e) Preparat awetan histologi Plathyhelminthes dan Nemathelminthes
f) Planaria torfa

3. Langkah kerja

Pengamatan Fillum Nemathelminthes

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


b) Direndam usus ayam dengan larutan NaCl 0.9% agar jaringan usus tetap hidup.
c) Dibedah usus ayam dengan alat bedah untuk mencari cacing pada usus ayam.
d) Diamati bentuk dan warna tubuh Ascaridia galli untuk pengamatan morfologinya.
e) Diamati anatominya dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran tertentu.
f) Dicatat hasilnya pada tabel hasil pengamatan.
Pengamatan preparat awetan histologi Nemathelminthes
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Diamati preparat awetan Ancylostoma duodenale menggunaan mikroskop dengan
perbesaran tertentu.
c) Diamati pergerakan Ancylostoma duodenales.
d) Diamati preparat awetan Oxiyuris Sp. menggunaan mikroskop dengan perbesaran
tertentu.
e) Diamati preparat awetan Ascaris lumbricoides menggunakan mikroskop dengan
perbesaran tertentu.
f) Dicatat hasilnya pada tabel hasil pengamatan.
g)
Proses pengamatan Plathyhelminthes
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dinyalakan mikroskop binokuler.
c. Diletakkan cacing Planaria torfa ke dalam cavity slide dan ditutup dengan cover glass.
d. Diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran tertentu.
e. Dicatat hasil morfologi dan anatominya pada tabel hasil pengamatan.
Pengamatan preparat awetan histologi Plathyhelminthes
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Diamati preparat awetan Taenia Sp. menggunakan mikroskop dengan perbesaran
tertentu.
c. Diamati preparat awetan larva dan telur Fasciola hepatica menggunakan mikroskop
dengan perbesaran tertentu.
d. Dicatat hasilnya pada tabel hasil pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai berdasarkan praktikum


yang telah dilakukan mengenai platyhelminthes dan nemathelminthes

untuk spesimen yang pertama yaitu planaria torva dengan aspek yang diamati
yang pertama yaitu prostomium lebih tumpul berwarna merah bata peristomium tidak
memiliki peristomium alat gerak berupa silia dan otot tubuhnya yang menyerupai
Gelombang kriterium tidak memiliki kriterium lapisan kutikula terdapat lapisan kutikula
pada bagian epidermisnya antena tidak memiliki antena setan tidak memiliki tentakel
tidak memiliki tidak memiliki parapodia. Menurut Borradile (1963) bahwa Planaria
(Euplanaria sp) mempunyai relung ekologi di perairan yang mengalir, jernih airnya,
serta terlindung oleh pepohonan. Planaria hidup berenang bebas di dalam air dan
melekat pada suatu objek menggunakan mucus dalam keadaan pasif. Gerakan Planaria
meluncur dengan ujung anterior ke arah depan. Planaria memakan hewan-hewan kecil,
dan bila kelaparan aktif mencari makan dengan berenang bebas didalam air. Planaria
berkembang biak secara aseksual dan seksual. Planaria yang sudah dewasa mempunyai
sistem reproduksi jantan dan betina atau bersifat monoceus (hermaprodit).
Perkembangbiakan Planaria secara aseksual terjadi dengan pembelahan secara
transfersal yaitu mengalami penyempitan dan konstriksi di belakang faring kemudian
membelah diri, masing-masing potongan melengkapi bagian tubuhnya menjadi
individu-individu baru (Alexander, 1986).
Dan untuk hasil pengamatan morfologi pada planaria torva terdapat bintik mata
daun telinga faring dan organ genital sedangkan pada taenia saginata terdapat oskulum
kait kepala leher dan yang kelima yaitu stomata terdapat rongga mulut esofagus pori
genital kemudian ada ascaris lumbricoides terdapat mulut faring cincin saraf usus
ovarium kutikula dan anus Salah satu tempat hidup Planaria yang mudah dijumpai
adalah sungai Semirang Kabupaten Semarang. Sungai Semirang terdapat di daerah
pegunungan Ungaran. Planaria hanya di jumpai di beberapa tempat tertentu saja, dan
tidak dapat dijumpai di sepanjang sungai Semirang, Planaria di jumpai di daerah aliran
sungai yang terlindung oleh tanaman, biasanya pada area di tepi sungai (riparian).
Meskipun begitu, tidak di semua tempat terlindung dapat di temukan Planaria. Dalam
observasi pendahuluan diketahui bahwa Planaria banyak di temukan dialiran sungai
yang banyak di tumbuhi tanaman riparian dan substrat dasar sungai berupa batu-batuan.
Planaria hidup bebas di perairan yang dingin, jernih dan mengalir dengan arus
yang tidak deras dan terlindung oleh sinar matahari. Gerakan Planaria merupakan
gerakan otot-otot sirkuler dan otot-otot dorso ventral dengan memanjangkan tubuhnya.
Planaria dapat memperbanyak diri baik secara monogami maupun secara amphigoni.
Kingdom : Animalia
Philum : Platyhelminthes
Kelas : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Familia : Paludicola
Genus : Euplanaria
Spesies : Euplanaria torva
Planaria merupakan cacing pipih, yang hidup bebas di perairan yang jernih
dengan ukuran tubuhnya yang kecil (Soemadji,1994/1995). Planaria tubuhnya selain
pipih juga lonjong, dan lunak dengan panjang tubuh kira-kira antara 0,5-75mm. Bagian
anterior (kepala) berbentuk segi tiga memiliki dua buah bintik mata Bintik mata
Planaria hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan belum merupakan
alat penglihatan yang dapat menghasilkan bayangan (Soemadji,1994).
Lubang mulut berada di ventral tubuh agak kearah ekor, berhubungan dengan
pharink (proboscis) berbentuk tubuler dengan dinding berotot, dapat ditarik dan
dijulurkan untuk menangkap makanan. Di bagian kepala, yaitu bagian samping kanan
dan kiri terdapat tonjolan menyerupai telinga disebut aurikel. Tepat di bawah bagian
kepala terdapat tubuh menyempit, menghubungkan bagian badan dan bagian kepala,
disebut bagian leher. Di sepanjang tubuh bagian ventral diketemukan zona adesif. Zona
adesif menghasilkan lendir liat yang berfungsi untuk melekatkan tubuh planaria ke
permukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral tubuh planaria ditutupi oleh
rambut-rambut getar halus, berfungsi dalam pergerakan

Sistem reproduksi pada kebanyakan cacing pipih sangat berkembang dan


kompleks. Reproduksi aseksual dengan cara memotong tubuh di alami oleh sebagian
besar anggota Turbellaria air tawar. Pada umumnya cacing pipih telurnya tidak
mempunyai kuning telur, tetapi di lengkapi dengan “sel yolk khusus” yang tertutup oleh
cangkang telur. Reproduksi pada Planaria dapat di lakukan dengan vegetatif secara
membelah
untuk spesimen yang kedua yaitu ascaridia galli bentuknya meruncing berwarna
putih pucat bentuknya lebih tumpul memiliki alat gerak bergerak dengan tubuhnya tidak
memiliki kriterium tidak memiliki bintik mata terdapat lapisan kutikula ekstrakurikuler
yang tebal tidak memiliki antena tidak memiliki Seta tidak memiliki tentakel dan tidak
memiliki parapodia. Cacing secara alami sering ditemukan pada berbagai unggas liar
maupun unggas peliharaan. Pada unggas terdapat dua golongan utama cacing yaitu
Nematoda (cacing gilig) dan Cestoda (cacing pipih). Nematoda termasuk kelompok
parasit yang terpenting pada unggas sehubungan dengan kerusakan yang ditimbulkan.
Kelompok cacing ini memiliki siklus hidup langsung tanpa membutuhkan hospes
intermediar.
Nematoda disebut juga cacing gilig karena bentuknya bulat, tidak bersegmen
dan dilengkapi dengan kutikula yang halus. Nematoda yang mempunyai siklus hidup
langsung melewati 4 tahap perkembangan sebelum dewasa. Nematoda dewasa yang
hidup dalam tubuh unggas yang terinfeksi akan menghasilkan telur yang dikeluarkan
bersama feses. Didalam lingkungan, jika telur berembrio ditelan oleh ayam maka telur
akan menetas didalam proventriculus hospes dan berkembang menjadi larva yang akan
tumbuh menjadi cacing dewasa didalam tubuh hospes.
Ascaridosis yang disebabkan oleh cacing Ascahdia galli merupakan penyakit
parasitik yang sering menginfeksi temak unggas, khususnya ayam. Ascaridiosis dapat
menyebabkan penurunan berat badan serta berat karkas (Raote et al., 1991) yang
berkisardari 1,5 gram hingga 250 gram per ekor . Infeksi cacing ini dapat pula
menurunkan jumlah telur dan berat telur hingga mencapai 33% (Tiuria, 1997). Menurut
He et al., (1990) kerugian aktbat infeksi cacing saluran pencernaan termasuk A. galli
diperkirakan mencapai US $ 2,49 - 3,48 juta per tahun.
Cacing A. galli tersebar secara meluas pada negara-negara di suluruh dunia.
Penyebaran ascaridiosis dapat terjadi pada keadaan temperatur tropis dan sub-tropis.
Ascaridiosis pada ayam pertama dilaporkan terjadi di Jerman, selanjutnya terjadi di
Brazil, India, Zanzibar, Pilipina, Belgia, China, Kanada, dan Inggeris. Selain pada
ayam, A. galli juga ditemukan pada jenis unggas lainnya seperti angsa, kalkun, dan pada
burung liar. Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis,
Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain
berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli
merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian
ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi
pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva
Klasifikasi Ascaridi Menurut Soulsby (1982), klasifikasi cacing A. galli
(Schrank, 1788) (syn. A. lineata, A. perspicillum) adalah sebagai berikut:
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernentea (Dougherry, 1959)
Ordo : Ascaridia (Skrjabin dan Schulz, 1940)
Superfamili : Ascaridiodea (Railliet dan Henry, 1915)
Famili : Ascarididae (Baird, 1835)
Genus : Ascaridia (Dujardin, 1845)
Spesies : Ascaridia galli
Ascaridia galli merupakan parasit besar yang umum terdapat di dalam usus kecil
berbagai unggas peliharaan maupun unggas liar. Penyebarannya luas di seluruhdunia.
Cacing A. galli merupakan cacing terbesar dalam kelas nematoda pada unggas.
Tampilan cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan berwarna putih
kekuning-kuningan Pada bagian anterior terdapat sebuah mulut yang dilengkapi dengan
tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada dorsal dan dua lainnya pada lateroventral. Pada
kedua sisi terdapat sayap yang sempit dan membentang sepanjang tubuh.
Pengamatan selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan anatomi yang pertama
yaitu planaria torva dengan aspek yang diamati yaitu terdapat mata silia mulut rongga
gastropoda vaskular dan faring terdapat bintik mata yang berjumlah 2 mulut terletak di
bagian ventral faringnya dapat dijulurkan
Spesimen yang kedua yaitu ascaridia galli dengan aspek yang diamati
mempunyai mulut bibir esofagus dan satker keterangannya terdapat mulut pada bagian
anterior yang dilengkapi dengan 3 buah bibir yang terletak dibagian dorsal dan latar
Central mempunyai esofagus berbentuk alat pemukul dan penghisap kenal dengan
tepian kutikula
Dan untuk pengamatan spesies awetan yang pertama spesies taenia saginata
memiliki satker yang tumpul berjumlah 4 scolex dilengkapi dengan dua satker mulut
terletak di sebelah interior dan anus terletak di bawah ujung tubuhnya. T. saginata
umumnya dikenal sebagai cacing pita sapi, adalah cacing pita zoonotik yang termasuk
ordo Cyclophyllidea dan genus Taenia. Parasit usus pada manusia ini menyebabkan
taeniasis (sejenis kecacingan) dan sistiserkosis pada sapi. Cysticercus bovis merupakan
fase larva dari cacing pita sapi (T. saginata). Secara umum klasifikasinya sebagai
berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Species : Taenia saginata
Panjang dan tubuh Taenia terdiri atas rangkaian segmen-segmen yang masing-masing
disebut proglotid (Huges et al., 1993). Kepala cacing pita disebut skoleks dan memiliki
alat isap (sucker) yang mempunyai tonjolan (rostelum).Larva dari cacing Taenia disebut
matacestoda, menyebabkan penyakit sitiserkosis. Terdapat tiga spesies penting cacing
pita Tenia, yaitu T. solium, T. saginata, T. asiatica Ketiga species Taenia ini dianggap
penting karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yang dikenal dengan
taeniasis. Hospes definitif T. saginata adalah manusia dan predileksinya dalam usus
halus. Bentuk belum dewasa ditemukan pada sapi.
Spesimen selanjutnya Ancylostoma duodenale mulut terdapat dua gigi yang besar pada
mulutnya bentuk tubuhnya kecil silindris esofagus terdapat pada bagian anuusus terletak
di bagian bursa ekornya pendek dan runcing anus terletak pada bagian ekor.
Spesimen yang keempat ascaris lumbricoides sistem pencernaan di bawah mulut dan
diakhiri di anus terdiri dari mulut faring usus dan anus. Ascaris lumbricoides, umumnya
sebagai parasite dalam usus manusia. Hewan ini
bersifat kosmopolit, terutama di daerah tropis. Ascaris lumbricoides
menyebabkan penyakit yang dikenal dengan askariasis (Irianto, 2009).
Klasifikasi Ascaris lumbricoides
Kelas : Nematoda
Subkelas : Phasmida
Superfamilia : Ascaroridea
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (Irianto, 2009).
Cacing nematoda ini adalah cacing berukuran besar, berwarna putih kecoklatan atau
kuning pucat. Cacing jantan berukuran panjang antara 10 – 31cm, sedangkan cacing
betina panjang badannya antara 22 – 35 cm. Kutikula yang halus bergaris garistipis
menutupi seluruh permukaan badan cacing. Ascaris lumbricodes mempunyai mulut
dengan tiga buah bibir, yang terletak sebuah di bagian dorsal dan dua bibir lainnya
terletak subventral (Soedarto, 2011).
Selain ukurannya lebih kecil daripada cacing betina, cacing jantan mempunyai ujung
posterior yang runcing, dengan ekor melengkung kearah ventral. Di bagian posterior ini
terdapat dua buah spikulum yang ukuran panjangnya sekitar 2 mm, sedangkan di bagian
ujung posterior cacing terdapat juga banyak papil – papil yang berukuran kecil
(Soedarto, 2011).
Bentuk tubuh cacing betina membulat dengan ukuran badan yang lebih besar dan lebih
panjang dari pada cacing jantan dan bagian ekor yang lurus serta tidak melengkung,
Pada manusia infeksi terjadi dengan masuknya telur cacing yang infektif bersama
makanan atau minuman yang tercemar tanah yang mengandung tinja penderita
ascariasis. Di dalam usus halus bagian atas dinding telur akan pecah kemudian larva
keluar, menembus dinding usus halus dan memasuki vena porta hati. Dengan aliran
darah vena, larva beredar menuju jantung, paru – paru, lalu menembus dinding kapiler
masuk ke dalam alveoli
Spesimen yang keempat yaitu vermicularis mulut berbentuk corong dengan 3
buah bibir peristomium pada peristomium terdapat mulut saluran pencernaan tersusun
dari mulut faring usus dan anus bentuk berbentuk oval asimetris dengan salah satu
Sisinya datar Oxyuris vermicularis adalah nematoda usus yang tipis, putih yang
habitatnya di usus besar dan rectum. Cacing ini penyebarannya sangat luas hampir
diseluruh dunia bisa dijumpai, tetapi frekuensinya jarang pada orang kulit hitam. Nama
lain Oxyuris vermicularis antara lain Enterobius vermicularis, pin worm, dan cacing
kremi. Cacing ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut oxyuriasis.
Cacing dewasa hidup di dalam rongga cecum, colon ascenden, dan appendix.
Pada malam hari cacing betina mengembara ke daerah anus (perianal) untuk meletakkan
telur-telurnya, setelah 4 – 6 jam telur menjadi infektif. Telur yang terdapat di perianal
dengan perantaraan tangan / debu tertelan dan menetas menjadi larva di usus halus,
larva masuk ke cecum dan ileum bagian bawah dan menjadi dewasa (auto infection).
Selain secara peroral, Oxyuris vermicularis juga bisa masuk kembali ke tubuh manusia
melalui anus, dimana telur yang terdapat di perianal menetas dan larvanya masuk
kembali ke usus melalui anus (retro infection).
Cacing dewasa hidup di dalam rongga cecum, colon ascenden, dan appendix.
Pada malam hari cacing betina mengembara ke daerah anus (perianal) untuk meletakkan
telur-telurnya, setelah 4 – 6 jam telur menjadi infektif. Telur yang terdapat di perianal
dengan perantaraan tangan / debu tertelan dan menetas menjadi larva di usus halus,
larva masuk ke cecum dan ileum bagian bawah dan menjadi dewasa (auto infection).
Selain secara peroral, Oxyuris vermicularis juga bisa masuk kembali ke tubuh manusia
melalui anus, dimana telur yang terdapat di perianal menetas dan larvanya masuk
kembali ke usus melalui anus (retro infection).
Fasciola gigantica mempunyai ukuran yang lebih besar dari Fasciola hepatica
yaitu mencapai 75 mm Ukuran Fasciola gigantica dewasa di Indonesia panjangnya
dapat mencapai 54 mm mempunyai pundak sempit, ujung posterior tumpul, ovarium
lebih panjang dengan banyak cabang, sedangkan Fasciola hepatica berukuran 35 x 10
mm, mempunyai pundak lebar dan ujung posterior lancip. Telur Fasciola gigantica
memiliki operkulum, Secara makroskopis Fasciola gigantica tampak berwarna abu-abu
coklat danmemiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan Fasciola hepatica.
Bentuk tubuh menyerupai daun, pipih dorsoventral, tidak memiliki bentuk bahu yang
jelas, tidak bersegmen, dan tidak memiliki rongga badan. Panjang tubuh cacing dewasa
mencapai 7,5 cm dan lebar 1,5 cm. Hampir seluruh permukaan tubuh ditutupi dengan
duri-duri kecil atau tegumen Tegumen atau lapisan kutikula berfungsi memberi
perlindungan terhadap pengaruh enzim pencernaan. Tegumen padat endoparasit
membantu menyerap glukosa dan asam amino. Selain itu terdapatm arterium (Soedarto
2011)
Untuk pengamatan histologi yang pertama yaitu telur fasciola hepatica telurnya
berbentuk besar oval memiliki dinding satu lapis dan berwarna kuning kecokelatan yang
kedua Larva fasciola hepatica terdapat mulut esofagus sel api acetabulum Dan yang
terakhir telur ascaris lumbricoides terdapat jaringan albiminoid lapisan jaringan hialin
embrio yang membelah berbentuk lonjong dinding tebal terdapat dua lapis
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai platihelmites dan
nematelminthes dapat di simpulkan yaitu
1) Nemathelminthes Nama lain dari nemathelminthes adalah
nematoda. Cacing yang tergolong ke dalam filum nemathelminthes
bentuk tubuhnya gilig (bulat panjang), bilateral simetris, tidak
bersegmen, triploblastik dan memiliki rongga tubuh semu
(pseudoselomata). Sebagian cacing gilig hidup bebas di air atau di
tanah dan sebagian parasit pada hewan atau manusia. Cacing ini
berukuran kecil (mikroskopis), dan tubuh dilapisi kutikula.
Sedangkan Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel
(triploblastik), yaitu ektoderm,mesoderm, dan endoderm.
Platyhelminthes merupakan cacing yang mempunyai bentuk tubuh
simetri bilateral, dan tubuhnya pipih secara dorsoventral.
Platyheminthes tidak memiliki rongga tubuh (aselom), sehingga
mereka disebut hewan aselomata.
2) Klasifikasi Platyhelmintes Platyhelmintes ( cacing pipih )
dibedakan menjadi 3 kelas antara lain sebagai berikut : Turbellaria
adalah Platyhelminthes yang memiliki silia (rambut getar) pada
permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Trematoda
(Cacing Isap), Cestoda (Cacing Pita). Filum Nemathelminthes
terdiri dari dua kelas yaitu : Aphasmidia Phasmidia
3) Merupakan cacing yang bersifat endoparasit di dalam usus halus
manusia. Cacing hidup bebas dalam rongga usus. Ascaris
lumbricoides merupakn farietas yang hidup pada usus babi dapat
menginfeksi manusia, tetapi infeksinya akan hilang setelah 1-2
bulan (

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai platihelmites dan nematelminthes


dapat di simpulkan yaitu
1. DAFTAR REFERENSI

Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2004. Biologi: Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.

Soedarto 2011. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : CV Sagung seto

Ikeme, MM (1971). Pengamatan tentang patogenisitas dan patologi Ascaridia galli.


Parasitologi , 63 (2), 169-179

Ball, IR, Reynoldson, TB, & Warwick, T. (1969). Taksonomi, habitat dan distribusi triclad
Planaria torva air tawar (Platyhelminthes: Turbellaria) di Inggris. Jurnal Zoologi , 157
(1), 99-12

LAMPIRAN

PASCA PRAKTIKUM

Siklus hidup Fasciola Hepatica :

1. Telur keluar ke alam bebas bersama faeces domba. Bila menemukan habitat basah. telur
menetas dan menjadi larva bersilia, yang disebut Mirasidium.
2. Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea akan tumbuh menghasilkan Sporokista.
3. Sporokista seara partenogenesis akan menghasilkan Redia
4. Redia secara paedogenesis akan membentuk serkaria. Serkaria meninggalkan tubuh siput
menempel pada rumput dan berubah menjadi metaserkaria.
5. Metaserkasria termakan oleh hewan ternak berkembang menjadi cacing muda yang
selanjutnya bermigrasi ke saluran empedu pada hati inang yang baru untuk memulai
daur hidupn

Anda mungkin juga menyukai