Disusun oleh:
Nama : Ovita Sari
Nim : 1908106030
Kelas : Biologi A/3
A. Latar Belakang
Zologi (Yunani, Zoon = hewan + logos = ilmu) merupakan cabang biologi yang khusus
mempelajari tentang hewan tidak bertulang belakang . Karena biologi itu sendiri
merupakan bagian dari sains, maka dalam prkembangannya atau pemecahan masalah-
masalah zoologi senantiasa menggunakan metode ilmiah. Sebagaimana juga tumbuhan,
klasifikasi pada invertebrata pun mengalami berbagai masalah. Oleh karena itu bentuk
dan cara pengklasifikasian invertebrata belum dapat ditentukan secara tegas dan pasti,
baik ditinjau. Platyhelminthes dalam bahasa yunani, platy (pipih), helminthes (cacing atau
cacing pipih) adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya lebih kompleks dibanding
porifera. Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (tripoblastik), yaitu ekstoderm,
mesoderm dan endoderm. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun hidup sebagai
parasit Pada Platyhelminthes yang hidup secara bebas memakan hewan-hewan dan
tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organism. Tubuh Platyhelminthes
memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus). Usus bercabang
cabang ke seluruh tubuhnya. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.
Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat
organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau
cairan tubuh inangnya.
Platyhelminthes merupakan cacing yang mempunyai tubuh simetris bilateral, dan
tubuhnya pipih secara dorsoventral. Bentuk tubuhnya bervariasi dari yang membentuk
pipih memanjang, pita, hingga yang menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai dari
yang tampak mikroskopis beberapa millimeter hingga berukuran panjang belasan meter.
B. Tujuan Praktikum
Bagian pendahuluan ini juga berisi tujuan praktikum. Tujuan praktikum acara ……
adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui dan memahami karakteristik phylum Platyhelminthes,
Nemathelminthes
2. Untuk Menempatkan spesies Platyhelminthes, Nemathelminthes sesuai dengan
kedudukan taksonominya
3. Untuk Memahami dan menganalisis habitat Platyhelminthes, Nemathelminthes
serta peranannya dalam kehidupan.
4. TINJAUAN PUSTAKA
Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak
berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Sistem
ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki
sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat
reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap – tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas
sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran
ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis
Platyhelminthes merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral dan tubuhnya pipih.
Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang berbentuk pipih memanjang, pita,hingga menyerupai
daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa millimeter hingga
berukuran panjang belasan meter. Ujung anterior tubuh berupa kepala. Pada bagian ventral
terdapat mulut dan lubang genital. Mulut dan lubang genital tampak jelas pada Turbellaria,
tetapi tidak tampak jelas pada Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang menghasilkan sekresi
(alat cengkeram dan alat penghisap) yang bersifat perekat untuk menempel dam melekat,
misalnya oral sucker dan ventral sucker pada Trematoda
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak, simetri bilateral dan bersifat hermaprodit.
Tubuh dapat dibedakan dengan tegas antara posterior dan anterior, dorsal dan ventral. Bersifat
tripoblastik, dinding tubuh terdiri atas 3 lapisan, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm
Platyhelminthes berasal dari kata platy yang artinya pipih dan helmins yang artinya cacing
atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju
dibandingkan Porifera dan Coelenterata. Hal ini dapat dilihat dengan tanda-tanda berikut:
tubuh bilateral simetris, arah tubuh sudah jelas yaitu arah anterior-posterior dan arah dorsal-
ventral. Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik) yaitu ektoderm yang
akan berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot-otot dan
beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat pencernaan
makanan. Tetapi, kelompok hewan ini masih tetap tergolong tingkat rendah, mengingat tubuh
tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), saluran pencernaan makanan
belum sempurna, bahkan ada sementara anggota yang tidak bersaluran pencernaan, alat
kelaminnya masih belum terpisah (hermaphrodit).
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Biasanya
hidup di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan
dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah
dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk
menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan
sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah Planaria.
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang
bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi bagian samping tubuh.
Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang
penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan
yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13.000 species, terbagi menjadi tiga kelas; dua yang
bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas
Turbellaria. Cacing kait adalah parasit eksternal atau internal dari kelas Trematoda. Cacing
pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda.
Kelas Turbellaria
Hampir semua anggota Turbellaria hidup secara bebas, hanya ada beberapa saja yang hidup
secara ektokomensalis atau secara parasitis. Tubuh cacing Turbellaria tidak terbagi atas
segmen-segmen, bagian luarnya ditutupi oleh epidermis yang berinsitium sebagian
daripadanya dilengkapi dengan sel-sel yang menghasilkan zat mucosa.
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut
sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang.Berbeda
dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah
memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.Oleh karena memiliki rongga
tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
Ciri – ciri
1. Hidup parasit di dalam tubuh makhluk hidup lain, dan ada juga yang hidup bebas
2. Merupakan hewan Triploblasik Pseudoselomata
3. Tubuhnya simetri Bilateral
4. Tubuh dilapisi kutikula yang berfungsi untuk melindung diri
5. Memiliki sistem pencernaan
6. Tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi
7. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda
8. Reprduksi secara seksual
9. Telurnya dapat membentuk kista.
Ciri tubuh
Nemathelminthes pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, namun ada juga
yang mencapai panjang 1 meter. Individu betina memiliki ukuran lebih besar daripada
individu jantannya. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi oleh Kutikula. Kutikula itu
sendiri berfungsi sebagai pelindung Nemathelminthes dalam menghadapi enzim-enzim
pencernaan di dalam tubuh inangnya. Nemathelminthes sudah memiliki alat pencernaan yang
lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut nemathelminthes berada di bagian
depan (anterior), sedangkan anus berada di ujung belakang (posterior). Nemathelminthes
tidak memiliki sistem peredaran darah jadi sari sari makanan diedarkan melalui cairan pada
pseudoselom. Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi. Jadi dia bernafas secara
difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi berbeda.(Campbell 2004)
struktur tubuh Nemathelminthes Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis,
meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter.Individu betina berukuran lebih besar
daripada individu jantan.Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-
ujung yang meruncing. Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan
tumbuhan.Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik,
sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh
inangnya.Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau
laut.Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.Sistem reproduksi
bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang
berbeda.Fertilisasi terjadi secara internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan
kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.(Campbell 2004)
Klasifikasi
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.Pada
uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari nematoda yang merupakan parasit bagi
manusia.
Kelas Nematoda
Kelas nematoda terdiri dari beberapa spesies tidak hanya bersifat parasitik terhadap
manusia, namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan maupun liar.
Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana. Nematoda dewasa
tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk sistem reproduksi.
Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai pseudocoelomate. (anonimus, 2008).
Nematoda merupakan anggota dari filum nemathelminthes. Mereka mempunyai
saluran usus dan rongga badan, tetapi rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler
sehingga disebut pseudosel atau pseudoseloma. Nematoda berbentuk bulat pada potongan
melintang, tidak bersegmen, dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan sel
langsung di bawahnya, hipodermis. (Ikeme, 1977).
Nematoda adalah cacing yang umumnya berbentuk bulat (silindris) memanjang dari
anterior ke posterior dan pada anterior terdapat mulut. Tubuhnya ditutupi oleh selapis kutikula
yang tidak berwarna dan hampir transparan. Kutikula dihasilkan oleh hipodermis yang berada
dibawahnYudhalevine, 2009).
Biasanya sistem pencernaan, ekskresi, dan reproduksi terpisah. Pada umumnya
cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara
partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak didalam badan manusia. Seekor
cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari.
Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami
pertumbuhan dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan
berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh
vektor melalui gigitan. Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup yang telah diketahui
dengan pasti.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
1. Alat
a) Mikroskop binokuler
b) Bak parafin atau wadah
c) Cawan petri
d) Milimeter blok
e) Alat bedah
f) Cavity slide dan cover glass
g) Mikroskop stereo
h) Pipet tetes
i) Tissue
j) Masker, gloves, dan jas laboratorium
2. Bahan
a) Hati ayam
b) Usus ayam
c) NaCl 0.9%
d) Alkohol 70%
e) Preparat awetan histologi Plathyhelminthes dan Nemathelminthes
f) Planaria torfa
3. Langkah kerja
untuk spesimen yang pertama yaitu planaria torva dengan aspek yang diamati
yang pertama yaitu prostomium lebih tumpul berwarna merah bata peristomium tidak
memiliki peristomium alat gerak berupa silia dan otot tubuhnya yang menyerupai
Gelombang kriterium tidak memiliki kriterium lapisan kutikula terdapat lapisan kutikula
pada bagian epidermisnya antena tidak memiliki antena setan tidak memiliki tentakel
tidak memiliki tidak memiliki parapodia. Menurut Borradile (1963) bahwa Planaria
(Euplanaria sp) mempunyai relung ekologi di perairan yang mengalir, jernih airnya,
serta terlindung oleh pepohonan. Planaria hidup berenang bebas di dalam air dan
melekat pada suatu objek menggunakan mucus dalam keadaan pasif. Gerakan Planaria
meluncur dengan ujung anterior ke arah depan. Planaria memakan hewan-hewan kecil,
dan bila kelaparan aktif mencari makan dengan berenang bebas didalam air. Planaria
berkembang biak secara aseksual dan seksual. Planaria yang sudah dewasa mempunyai
sistem reproduksi jantan dan betina atau bersifat monoceus (hermaprodit).
Perkembangbiakan Planaria secara aseksual terjadi dengan pembelahan secara
transfersal yaitu mengalami penyempitan dan konstriksi di belakang faring kemudian
membelah diri, masing-masing potongan melengkapi bagian tubuhnya menjadi
individu-individu baru (Alexander, 1986).
Dan untuk hasil pengamatan morfologi pada planaria torva terdapat bintik mata
daun telinga faring dan organ genital sedangkan pada taenia saginata terdapat oskulum
kait kepala leher dan yang kelima yaitu stomata terdapat rongga mulut esofagus pori
genital kemudian ada ascaris lumbricoides terdapat mulut faring cincin saraf usus
ovarium kutikula dan anus Salah satu tempat hidup Planaria yang mudah dijumpai
adalah sungai Semirang Kabupaten Semarang. Sungai Semirang terdapat di daerah
pegunungan Ungaran. Planaria hanya di jumpai di beberapa tempat tertentu saja, dan
tidak dapat dijumpai di sepanjang sungai Semirang, Planaria di jumpai di daerah aliran
sungai yang terlindung oleh tanaman, biasanya pada area di tepi sungai (riparian).
Meskipun begitu, tidak di semua tempat terlindung dapat di temukan Planaria. Dalam
observasi pendahuluan diketahui bahwa Planaria banyak di temukan dialiran sungai
yang banyak di tumbuhi tanaman riparian dan substrat dasar sungai berupa batu-batuan.
Planaria hidup bebas di perairan yang dingin, jernih dan mengalir dengan arus
yang tidak deras dan terlindung oleh sinar matahari. Gerakan Planaria merupakan
gerakan otot-otot sirkuler dan otot-otot dorso ventral dengan memanjangkan tubuhnya.
Planaria dapat memperbanyak diri baik secara monogami maupun secara amphigoni.
Kingdom : Animalia
Philum : Platyhelminthes
Kelas : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Familia : Paludicola
Genus : Euplanaria
Spesies : Euplanaria torva
Planaria merupakan cacing pipih, yang hidup bebas di perairan yang jernih
dengan ukuran tubuhnya yang kecil (Soemadji,1994/1995). Planaria tubuhnya selain
pipih juga lonjong, dan lunak dengan panjang tubuh kira-kira antara 0,5-75mm. Bagian
anterior (kepala) berbentuk segi tiga memiliki dua buah bintik mata Bintik mata
Planaria hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan belum merupakan
alat penglihatan yang dapat menghasilkan bayangan (Soemadji,1994).
Lubang mulut berada di ventral tubuh agak kearah ekor, berhubungan dengan
pharink (proboscis) berbentuk tubuler dengan dinding berotot, dapat ditarik dan
dijulurkan untuk menangkap makanan. Di bagian kepala, yaitu bagian samping kanan
dan kiri terdapat tonjolan menyerupai telinga disebut aurikel. Tepat di bawah bagian
kepala terdapat tubuh menyempit, menghubungkan bagian badan dan bagian kepala,
disebut bagian leher. Di sepanjang tubuh bagian ventral diketemukan zona adesif. Zona
adesif menghasilkan lendir liat yang berfungsi untuk melekatkan tubuh planaria ke
permukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral tubuh planaria ditutupi oleh
rambut-rambut getar halus, berfungsi dalam pergerakan
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2004. Biologi: Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Ball, IR, Reynoldson, TB, & Warwick, T. (1969). Taksonomi, habitat dan distribusi triclad
Planaria torva air tawar (Platyhelminthes: Turbellaria) di Inggris. Jurnal Zoologi , 157
(1), 99-12
LAMPIRAN
PASCA PRAKTIKUM
1. Telur keluar ke alam bebas bersama faeces domba. Bila menemukan habitat basah. telur
menetas dan menjadi larva bersilia, yang disebut Mirasidium.
2. Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea akan tumbuh menghasilkan Sporokista.
3. Sporokista seara partenogenesis akan menghasilkan Redia
4. Redia secara paedogenesis akan membentuk serkaria. Serkaria meninggalkan tubuh siput
menempel pada rumput dan berubah menjadi metaserkaria.
5. Metaserkasria termakan oleh hewan ternak berkembang menjadi cacing muda yang
selanjutnya bermigrasi ke saluran empedu pada hati inang yang baru untuk memulai
daur hidupn