NEMATHELMYNTHES
Kelompok II
Lailatul Mutmainnah
Nur Hasanah
Ainusshalihah
Fatimutuz Zahroh
Hewan ini disebut juga cacing perut atau cacing usus atau cacing
gelang. Parasit pada usus halus manusia, hewan yang memiliki tubuh
simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tidak ada
sistem peredaran darah. Pada sistem pencernaannya nemathelmyntes
memiliki sistem pencernaan yang sempurna, saluran pencernaan
memanjang dari mulut sampai keanus yang dikoordinasikan oleh sel.
Tetapi belum memiliki sistem peredaran darah yang sempurna.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami angkat dalam penulisan
makalah ini yaitu :
1. Bagaimana pengertian dari nemathelmynthes?
2. Jelaskann susunan atau struktur tubuh pada nemathelmythes?
3. Sebutkan karakteristik dari hewan nemathelmynthes?
4. Bagaimana tempat hidup dari nemathelmynthes?
5. Bagaimana cara sistem reproduksi pada hewan nemathelmynthes?
6. Bagaimana sistem gerak pada hewan nemathelmynthes?
7. Jelaskan sistem pencernaan pada nemathelmynthes?
8. Bagaimana sistem sirkulasi / respirasi pada nemathelmynthes?
9. Bagaimana sistem saraf pada hewan nematthelmynthes?
10. Bagaimana sistem ekskresi pada nemathelmynthes?
11. Bagaimana siklus dari hewan nemathelmynthes?
12. Jelaskan klasifikasi pada hewan nemathelmynthes?
13. Bagaimana peranan hewan nemathelmyntes pada kehidupan manusia?
14. Mengapa pada hewan nemathelmynthes dikatakan hewan parasit?
C. Tujuan penulis
1. Dapat memahami secara mendalam apa itu nemathelmynthes
2. Dapat mengetahui peranan nemathelmyntes dalam kehidupan sehari-
hari
3. Dapat mengetahui karakteristik dari nemathelmyntes
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian nemathelmynthes
Nemathelminthes dikenal juga dengan sebutan Aschelminthes.
Berasal dari kata Nema = benang; helmin = cacing. Jadi nemathelminthes
adalah kelompok cacing benang/gelang. Anggota kelompok cacing ini
ialah berbentuk bulat panjang serta tidak bersegmen, oleh karena itu
cacing ini disebut juga cacing gillig. Aschel= gilig/bulat dan helmin =
cacing.(Nurhadi dan Yanti, febri.2018, hlm. 91).
Hewan invertebrata ini sudah memiliki rongga pada tubuhnya
walaupun rongga tersebut bukan rongga tubuh sejati yang disebut
pseudoaselomata. Cacing ini mempunyai tubuh meruncing pada kedua
ujung sehingga disebut dengan cacing gilig. Ukuran tubuh
Nemathelminthes umumnya miksroskopis, tapi ada juga yang mencapai
ukuran 1 m.
Cacing Nemathelminthes kebanyakan hidup parasit pada tubuh
manusia, hewan, atau tumbuhan, namun adapula yang hidup bebas.
Ukuran dari cacing betina lebih besar dari cacing jantan. Cacing betina
mampu mengeluarkan sel telurnya 100.000 – 200.000 untuk melakukan
pembuahan per harinya meskipun pembuahan ini tidak berhasil semuanya.
Berbeda dengan cacing jantan yang memiliki satu testi sehingga ukuran
tubuh dari hewan ini berbeda. Adapun gambar dari hewan
nemathelminthes di bawah ini :
2. Struktur tubuh
Susunan tubuh dari cacing ini tidak mempunyai segmen serta
lapisan luar tubuhnya licin dan juga dilindungi oleh kutikula supaya tidak
terpengaruh oleh adanya enzim inangnya. kutikula bersifat elastis, keras
seiring pertumbuhan cacing, kutikula lama dilepaskan secara periodik dan
kutikula baru disekresikan dengan ukuran yang lebih besar.
Nemathelminthes merupakan hewan yang memiliki inti sel banyak
sehingga hewan ini tampak tidak berdinding sel, semua koordinasi dari
nemathelminthes ada pada inti sel. seluruh sel dalam tubuhnya terdiri atas
otot longitudinal dan kontraksinya menghasilkan gerakan kesana sini.
Otot longitudinal (spiral panjang) yg dapat memendekkan saluran otot
sirkular (bentuk spiral yg rapat) yg dapat mengkonstriksi saluran.
6. Sistem gerak
Sistem gerak pada Nematoda hanya memiliki muscular
longitudinalis dengan kontraksi otot ini tubuh cacing dapat memendek dan
membelok. Relaxasi otot-otot ini dipengaruhi oleh kutikula yang bersifat
elastis. Adanya relaxasi dan kontraksi mengakibatkan cacing mampu
bergerak secara bergelombang atau dikenal dengan undulasi.
7. Sistem Pencernaan
Nemathelminthes merupakan hewan yang memiliki sistem
pencernaan yang sudah sempurna dan berturut – turut dari anterior ke
posterior yaitu : mulut, cavum buccale (rongga mulut) yang kecil, faring
pendek yang bersifat muscular, esofagus, intestinum (usus), anus. Mulut
tepat berada di posisi anterior sedangkan untuk anus sendiri terletak di
posterior.
8. Sistem Sirkulasi dan Respirasi
Cacing gelang tidak memiliki sistem sirkulasi. Jadi untuk
melakukan sirkulasi hewan ini dengan cara nutrien ditranspor ke seluruh
tubuh melalui cairan di dalam pseudoselom. Cacing gelang bernapas
dengan seluruh permukaan kulit mereka, oleh karena itu nemathelminthes
tidak memiliki sistem pernapasan.
9. Sistem Saraf
Sistem saraf nemathelminthes tersusun atas cincin saraf yang
terletak di dekat faring. Cincin saraf ini berfungsi sebagai pusat saraf yang
dikenal juga dengan nama cincin circum mesophagal. Bagian anteriornya
mengalami perpanjangan menjadi sebuah cabang pendek sedangkan
bagian posteriornya mengalami percabangan menjadi enam cabang yang
kemudian bertemu dengan cincin saraf posterior atau komisura circum
cloaca dengan banyak cabang atau serabut-serabut ke arah lateral.
Permukaan tubuh terdapat papilae sebagai alat perasa.
10. Sistem Ekskresi
Terdiri dari Ductusexcretorius (saluran kelenjar) dan porus
excretorius. Ductus excretorius memiliki jumlah yang sama besar dengan
garis-garis longitudinal di sepanjang permukaan tubuh, karena dibagian
sebelah dalam dari tiap-tiap garis longitudinal itu terdapat sebuah Ductus
excretorius. Ductus itu bermuara keluar melalui porus excretorius yang
terletak disebelah caudal oral/ belakang mulut.
11. Siklus hidup
Nemathelminthes biasanya bereproduksi secara seksual, melalu
fertilisasi internal. Pada kebanyakan spesies, jenis kelaminnya terpisah dan
betina berukuran lebih besar daripada jantan, ascaris lumbricoides dewasa
hidup endoparasit di dalam intestinum tenue manusia (manusia sebagai
hospes defenitif dan sebagai hospes tunggal). Kopulasi terjadi di dalam
usus dan ovum dibuahi di dalam oviduct cacing betina. Tiap ovum dilapisi
oleh chitin. Ovum yang dibuahi (mengandung zygot) akan kelur bersama-
sama dengan feses hospes. Jika ovum sampai di air atau tanah yang
kondisinya cocok (adaptif) maka dalam waktu 2-3 minggu zigot didalam
ovum akan menjadi embrio. Jika ovum yang mengandung embrio tertelan
oleh manusia bersama air atau makanan, maka didalam usus hospes ovum
akan menetas dan keluarlah larva (panjang 0,2 – 0,3 mm). Larva akan
berkembang menjadi cacing dewasa.
12. Klasifikasi Nemathelminthes
dapat dikelompokkan menjadi dua kelas, Nematoda dan Nematomorpha
(Gordiaceae).
1. Nematoda
Ciri – ciri Umum :
- Bentuk tubuh bulat panjang atau silindris dan pada penampang
melintangnya berbentuk circuler (membula).
- Pada ujung anterior tubuh terdapat amphid yang merupakan
modifikasi dari kutikula. Amphid sangat peka terhadap
rangsangan. Ada tiga bentuk amphid , yaitu Cyathiform (kantong),
spiral dan sirkuler
- Bilateral simetris, tidak bersegmen dan tidak memiliki alat gerak
(extremitas)
- Memiliki kutikula yang tebal dan dinding tubuh terdiri dari 3
lapisan
- Tractus digestivus dimulai dari mulut di ujung posterior
- Belum memiliki sistem respirasi
Tipe – tipe nematoda :
- Fusiform : bentuk bulat panjang, bagian tengah melebar dan
meruncing ke arah ujung-ujungnya.
- Filiform : bentuk seperti benang dengan diameter seluruh bagian
tubuhnya sama.
Struktur tubuh :
Ada tiga lapisan dinding tubuh (dari luar ke dalam), yaitu :
- Lapisan hyalin sebagai lapisan kutikula non-seluler
- Lapisan subkutikuler atau epidermis atau sinsitium
- Lapisan sel-sel otot (muskular)
2. Nematomorpha (Gordiacea)
Untuk ciri ciri dan susunan tubuh pada hewan ini sama dengan hewan
nematoda.
- Stadium larva bersifat parasit pada Crustacea dan dewasa hidup
bebas
- Saluran reproduksi dan digesti terbuka dalam satu muara (cloaca)
Kesimpulan
Daftar pustaka
Nurhadi dan Yanti, febri.2018.Taksonmi
Invertebrata.Yogyakarta:Deepublish, hlm. 91.
Campbell, Neil A & Reece, Jane B.2012.BOLOGI.Jakarta:Erlangga,
hlm.256
Mader, Sylvia.1995.Biologi : Evolusi, Keanekaragaman dan
Lingkungan.Kuala Lumpur:Kucica, hlm 102.
Campbell, Neil A & Reece, Jane
B.2012.BOLOGI.Jakarta:Erlangga, hlm. 256