Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keberadaan hewan-hewan di muka bumi sangat beragam. Keberagaman


inilah yang hendaknya dipelajari sebagai objek yang diharapkan dapat
diambil fungsi dan manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia. Semua
hewan yang ada di muka bumi ini berasal dari hewan-hewan pada zaman
Archeozoikum yang hidup di dalam air. Contohnya dapat dilihat dari fosil-
fosil yang dijumpai yang sebagian hewan tersebut dalam
perkembangannya pindah ke darat, tetapi sebagian tetap dalam air. Jika
dibandingkan antara hewan yang berhabitat air dan habitat darat, maka
habitat air akan lebih seragam. Dengan perbedaan itu terbentuklah habitat
yang berbeda, maka hewan yang ada dilingkungan itu berbeda-beda pula.

Menurut Kastawi (2005), pada saat ini para ahli zoology telah berhasil
mendeskripsikan kurang lebih satu juta spesies hewan yang terdapat di
muka bumi, kurang lebih 5% mempunyai tulang belakang (Vertebrata) dan
95% merupakan hewan yang tidak bertulang belakang. Salah satunya
hewan yang berasal dari filum Vermes yang kemudian berkembang
menjadi 3 filum yakni Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida.
Dan dalam makalah ini akan dibahas lebih detil tentang salah satu filum
diatas yakni “Filum Nemathelminthes”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik filum Nemathelminthes ?


2. Apa saja klasifikasi dari filum Nemathelminthes?
3. Apa saja sebab yang ditimbulkan dari patogen pada filum
Nemathelminthes?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nemathelminthes

Nemathelminthes berasal dari bahas latin, nematos artinya benang dan


nelminthes artinya cacing. Anggota-anggota Nemathelminthes mencakup
berbagai cacing gilig: hewan dengan tubuh silinder memanjang, tidak
beruas-ruas, dan sangat panjang.

Nemathelminthes adalah hewan Pseudoselomata. Pseudoselomata adalah


hewan yang mempunyai rongga tubuh semu.

B. Karakteristik Nemathelminthes

Tubuhnya bulat dan memanjang dengan suatu rongga dia antara dinding
tubuh dan intestine (usus) yang disebut Pseudosol, tidak mempunyai
segmen tubuh, terdapat mulut dan anus, hidup di dalam tanah, air, tubuh
manusia, hewan, dan tumbuhan. Diduga ada 100.000 spesies.

Ciri-Ciri dan Struktur Nemathelminthes:


1. Tubuh berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing,
triploblastik, dan simetri bilateral. Triploblastik adalah
hewan dari kindgom animalia yang mempunya 3 lapisan
tubuh.
2. Memiliki rongga tubuh semu (pseudoselomata)
3. Umumnya memiliki ukuran mikroskopis.
4. Betina berukuran lebih besar dari pada jantan.
5. Tidak bersegmen.
6. Kullitnya halus, licin, dan dilapisi kutikula. Kutikula
berfungsi melindungi diri dari enzim inangnya. Kutikula
akan semakin kuat, ketika cacing gilig hidup di usus
inangnya daripada hidup bebas.
7. Memiliki sistem penceraan yang sempurna, diantaranya
mulut, faring, usus, dan anus.
8. Tidak memiliki pembuluh darah dan sistem  respirasi.
Makanan akan dialirkan ke seluruh tubuh menggunakan
carian pseudoselom.
9. Pernapasan berlangsung secara difusi melalui permukaan
tubuh.
10. Bersifat kosmopolit di air laut, air tawar, maupun sebagai
parasit.

Pada umumnya Nemathelmintes merupakan parasit. Contoh


Nemathelminthes yang bersifat parasit pada manusia adalah cacing
perut, cacing kremi, cacing tambang, dan cacing otot.
C. Sistem Reproduksi Nemathleminthes

Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual. Sistem


reproduksi bersifat gonokoris. Gonokoris adalah organ kelamin jantan dan
betina terpisah pada individu yang berbeda..
Fertilisasi terjadi secara internal. Telur fertilisasi dapat membentuk kista
yang bisa hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan. Membentuk
kista bertujuan untuk melindungi diri.

D. Klasifikasi Nemathleminthes

a. Ascaris lumbricoides (Cacing Perut)


Bangsa ascaridia, suku ascardoidea. Hewan hidup parasitic dalam usus
halus hewan vertebrata. Tubuh licin, bertipe fusiformis. Mulut
dilengkapi tiga buah bibir. Hewan jantan berukuran lebih kecil
daripada hewan betina. Bentuk posterior hewan jantan melengkung,
pada ujungnya terdapat spikula. Reproduksi seksual. Hewan betina
mempunyai sepasang organ reproduksi; bentuknya panjang seperti pita
dan berkelok-kelok. Di bagian pangkal pita berdiameter lebih besar
daripada dibagian ujungnya. Susunan alat reproduksi (dari pangkal ke
ujung) adalah; ovarium, oviduk, dan uterus. Saluran reproduksi hewan
betina bermuara di vulva, yang letaknya pada jarak kira-kira sepertiga
panjang tubuhnya dihitung dari ujung anterior. Hewan jantan hanya
mempunyai sebuah organ reproduksi, bentuknya serupa dengan organ
reproduksi hewan betina. Susunan alat reproduksi adalah; testes, sperm
duct, seminal vesicle, selanjutnya (berbeda dengan saluran reproduksi
hewan betina) saluran reproduksinya akan bergabung dengan intestine
dan keluar ke sebuah lubang pelepasan(Oemarjati,1990:46).

Hidup pada usus manusia. dinding tubuh tersusun dari kutikula,


epidermis dan lapisan otot yang memanjang dimana terdapat saluran
ekskresi lateral, tali-tali syaraf dorsal dan ventral yang dihubungkan
oleh cincin syaraf anterior. Cacing betina dalam umur dewasa dan
keadaan yang sama lebih besar dari yang jantan, panjang tubuh cacing
betina 20-40 cm sedangkan yang jantan 10-15 cm. Pada hewan jantan
salah satu ujung tubuhnya menggulung sedangkan betina tidak. Kedua-
duanya ujung tubuh meruncing dan permukaan tubuhnya licin dan
tertutup oleh lapisan kutikula. Mulut terdapat pada ujung anterior,
mempunyai tiga buah bibir, makanannya berupa sari-sari makanan,
sepanjang tubuhnya tampak empat garis longitudinal (memanjang)
ialah garis dorsal, garis ventral, dan 2 garis lateral(Rusyana,2011:72).
Saluran pencernaan makanan terdiri atas: mulut, faring, usus panjang
dan anus. Alat reproduksi jantan ialah testis yang menyerupai benang
berbelit sedangkan pada yang betina sistem reproduksinya berbentuk
Y, tiap-tiap cabang dari bentuk Y ini terdiri dari ovarium yang
menyerupai benang berbelit dan diteruskan ke oviduk dan uterus.
Uterus dari 2 cabang bentuk Y itu bersatu menjadi satu saluran pendek
yang disebut vagina yang terbuka ke bagian luar melalui lubang yang
disebut vulva. Pembuahan terjadi  di dalam uterus dan telur akan
dikeluarkan melalui vulva. Tidak terdapat sistem pernafasan dan
sistem peredaran darah, pertukaran gas dilakukan oleh seluruh
permukaan tubuhnya dan cairan beredar secara terbuka didalam
tubuhnya. Hewan ini parasit pada anak-anak(Rusyana,2011:72).

Siklus hidupnya sederhana, yaitu bila telur yang telah menjadi embrio
tertelan akan menetaskan larva, larva ini meninggalkan usus dengan
jalan menembus dinding usus untuk masuk ke dalam peredaran darah
dan mengikuti aliran darah sampai di jantung serta di paru-paru
kemudian masuk di trakea dan tertelan lagi untuk kedua kalinya.
Akhirnya sampai di usus halus menjadi cacing
dewasa(Rusyana,2011:72).

b. Ancylostoma duodenale (Cacing Tambang)


Hidup parasit pada usus manusia, panjang tubuh cacing dewasa  1-1,5
cm. Mulut terdapat pada ujung anterior, padanya terdapat kait-kait
yang digunakan untuk mengaitkan diri pada usus hospesnya, supaya
tidak terbawa oleh arus makanan. Keadaan tersebut menyebabkan usus
luka-luka. Cacing ini menghisap darah dan juga menghasilkan zat anti
koagulasi (zat yang bisa mencegah pembekuan darah) sehingga
penderita mengalami anemia (kurang darah) (Rusyana,2011:74).

Siklus hidupnya sebagai berikut: cacing tambang betina menghasilkan


telur, telur ini akan keluar bersama fases. Telur menetas menjadi larva
yang akan masuk kedalam tubuh manusia dengan jalan menembus
kulit (biasanya kulit kaki yang bugil). Setelah masuk terbawa aliran
darah ke paru-paru, menembus paru-paru ke trakea dan tertelan masuk
kedalam perut dan usus. Didalam usus, cacing ini menjadi dewasa,
kemudian yang betina bertelur dan seterusnya seperti tersebut
(Rusyana,2011:74-75).

c. Wuchereria bancrofti (Cacing Rambut)

Whuchereria bancrofti (cacing rambut) dinamakan pula cacing filarial.


Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan
penyakit kaki gajah (elephantiasis), yaitu pembengkakan tubuh.
Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa
yang tersumbat oleh cacing filarial dalam jumlah banyak. Cacing
filarial ini masuk kedalam tubuh melaului gigitan nyamuk culex yang
banyak terdapat di daerah tropis. Trichinella spiralis, cacing ini hidup
pada otot manusia dan menyebabkan penyakit trichinosis atau
kerusakan otot(Yenni,2014:2).

Cacing ini dapat menyebabkan penyakit filaria yang disebut filariasis.


Infeksi cacing filarial kepada tubuh manusia terjadi bila nyamuk culex
yang mengandung mikrofilia menusuk manusia, mikrofilia dapat
masuk melalui bekas tusukan nyamuk. Cacing dewasa dalam tubuh
manusia dapat menyumbat saluran limfa yang menyebabkan
pembengkakan di beberapa bagian tubuh(Rusyana,2013:75-76).

d. Oxyuris (Cacing Kremi)

Oxyuris sp. termasuk dalam kelas Nematoda, subkelas Sercenentea,


bangsa Oxyurida, suku Oxyuroidea. Hewan hidup parasitic dalam
saluran pencernaan hewan vertebrata. Infeksi terjadi bila telur
termakan oleh inangnya. Tipe tubuh fusiformis. Bagian posterior lebih
runcing daripada bagian anterior. Hidup soliter. Organ reproduksi
berumah dua(Oemarjati,1990:46).
Cacing kremi ini menyebabkan gatal-gatal didaerh dubur terutama
pada malam hari sehingga penderita akan sangat terganggu (kurang
tidur)(Rusyana,2011:76).

e. Trichinella

Trichinella sp. termasuk dalam kelas Nematoda, bangsa Enoplida,


suku Trichuroidea. Faring seperti pada hewan Mermithoidea; telur
berbentuk seperti jeruk limau dengan sumbat polar; ovarium tunggal
pada hewan betina; parasit vetebrata(Oemarjati,1990:41-42).

Trichinosis disebabkan karena memakan daging babi yang kurang


masak yang mengandung kista dari cacing Trichinella. Cacing dewasa
berkembang biak di dalam usus, ribuan cacing muda dihasilkan oleh
cacing betina yang kemudian akan menembus dinding usus berpindah
ke seluruh tubuh dan mengkista di dalam otot(Rusyana,2011:76).

Filum Nematoda mencakup banyak hama pertanian penting yang


menyerang akar tumbuhan. Spesies-spesies nematode yang lain
menjadi parasit bagi hewan. Manusia merupakan inang dari setidaknya
50 spesies nematoda, termasuk berbagai cacing jarum dan cacing kait.
Salah satu nematode yang terkenal bereputasi buruk adalah Trichinella
spiralis, cacing yang menyebabkan trikinosis. Manusia mendapatkan
nematoda ini dari konsumsi daging babi atau daging lain (termasuk
binatang liar seperti beruang atau walrus) yang masih mentah atau
belum matang yang mengandung cacing juvenil yang membentuk kista
di dalam jaringan otot. Di dalam usus halus manusia, juvenil
berkembang menjadi dewasa yang matang secara seksual. Betina
meliang di dalam otot-otot usus dan menghasilkan lebih banyak
juvenil, yang melubangi tubuh atau berkelana di dalam pembuluh
limfe menuju ke organ lain, termasuk otot-otot rangka, tempat mereka
membentuk kista(Campbell,2008.256).
Nematoda parasitik memiliki alat molekular luar biasa yang
memungkinkan mereka mengarahkan kembali beberapa fungsi selular
inangnya sehingga dapat menghindari sistem kekebalan inang.
Nematoda parasit-tumbuhan menginjeksikan molekul-molekul yang
menginduksi perkembangan sel-sel akar, yang kemudian menyuplai
nutrien ke parasit. Trichinella mengontrol ekspresi gen-gen sel-otot
spesifik yang mengode protein-protein yang membuat sel cukup elastis
untuk menampung nematoda. Selain itu, sel otot yang terinfeksi
melepaskan sinyal-sinyal yang dapat menarik pembuluh darah, yang
kemudian menyuplai nutrien ke nematoda. Parasit-parasit luar biasa ini
dijuluki “hewan yang bertindak seperti virus” (Campbell,2008.257).

f. Necator americanus

Nematode lain yang berada dalam famili Ancylostomidea selain


ancylostoma duodonale adalah Necator americanus. Keduanya dikenal
dengan sebutan cacing tambang, karena pada jaman dahulu cacing ini
ditemukan di Eropa menginfeksi para pekerja tambang. Namun cacing
ini tidak ditemukan di daerah tambang saja karena cacing tambang
dewasa parasit pada usus halus manusia. Siklus hidup Necator dan
Ancylostoma duodenale sama. Telur- telur cacing keluar dari tubuh
host  bersama dengan feses. Dalam feses telur-telur dalam stadium
pembelahan bahkan ada juga yang sudah menjadi larva. Jika telur
tersebut jatuh pada tempat yang sesuai maka akan menetas dan
keluarlah larva yang disebut larva rabditiform dalam waktu kira-kira
satu minggu larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform yang
bersifat infektif. Apabila seseorang menginjak larva filariform dengan
kaki telanjang maka larva akan menembus kulit dan masuk dalam
peredaran darah (Kastawi,2005:145).
Bersama aliran darah menuju ke peru-paru menerobos alveolus masuk
ke bronkus, kemudian merambat ke trakea lalu tiba di pharink dan
esofagus. Dari esopagus ikut tertelan menuju perut dan menetap di
dalam usus halus . skema daur hidup Necator americanus darah
(Kastawi,2005:145).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Karakteristik filum Nemathelminthes diantaranya: Tubuh
berbentuk bulat panjang, Triploblastik, pseudoselomata, ukuran
mikroskopis, betina berukuran lebih besar dari pada jantan, tidak
bersegmen. kulitnya halus, licin, dan dilapisi kutikula, sistem
pencernaan sempurna, tidak memiliki pembuluh darah dan sistem
respirasi, pernapasan secara difusi melalui permukaan tubuh, dan
bersifat kosmopolit di air laut, air tawar, maupun sebagai parasit.
 Klasifikasi dari filum Nemathelminthes: Ascaris lumbricoides,
Ancylostoma duodenale, Oxyuris vermicularis, Wuchereria
bancrofti, Necator americanus, Trichinella Spiralis
 Sebab yang ditimbulkan dari patogen pada filum Nemathelminthes,
salah satu diantaranya adalah penyakit kaki gajah.

B. Saran
 Pengamatan terkait zoologi invertebrata, khususnya cacing kelas
Nemathelminthes. Sebaiknya dilakukan melalui praktek langsung
dengan contoh atau bentuk yang nyata sehingga lebih mudah
difahami.
 Perlu diadakan observasi lanjutan atau penambahan informasi baik
dari buku ataupun jurnal mengenai kelas Nemathelminthes untuk
hasil pembahasan yang lebih maksimal

 
DAFTAR PUSTAKA

 Campbell, Neil. A and Reece, Jane B.2008.Biologi edisi


kedelapan.Jakarta:Erlangga. (diakses tanggal 19 April 2018)
 Kastawi, Yusuf.2005.Zoologi Avertebrata.Malang:UM Press (diakses
tanggal 19 April 2018)
 Natadisastra, Djaenuddin, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta :
EGC (diakses tanggal 19 April 2018)
 Oemarjati, Boen. S dan Wardhana WIsnu.1990.Taksonomi Avertebrata
Pengantar Praktikum Laboratorium.jakarta : UI Press. (diakses tanggal 19
April 2018)
 https://wka32.wordpress.com/2016/09/14/makalah-zoologi-invertebrata-
filum-nemathelminthes/ (diakses tanggal 19 April 2018)
 Rusyana, Adun.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:IKAPI

Anda mungkin juga menyukai