Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas
mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam
tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang, dan daun. Namun pada tumbuhan
paku belum menghasilkan biji. Seperti warga divisi-divisi yang telah
dibicarakan sebelumnya, alat perkembang biakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora. Oleh sebab itu ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam
dua kelompok yang diberi nama Cryptogamae dan Phanerogamae.
Cryptogamae (tumbuhan spora) meliputi Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta. Phanerogamae (tumbuhan biji).

Warga tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun
cara hidupnya. Seperti pada Bryophyta, pada pteridophyta juga terdapat daur
kehidupan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran.
Gametofit pada paku dinamakan protalium, dan protalium itu hanya berumur
beberapa minggu saja.

Sporofit pada tumbuhan Pteridophyta menjadi tumbuhan paku yang tubuhnya


telah dapat dibedakan dalam akar, batang, dan daun. Adanya akar merupakan
sifat yang karakteristik bagi Pteridophyta dan Spermatophyta oleh sebab itu
dunia tumbuhan dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu:
- Rhyzophyta (Tumbuhan akar) yang terdiri atas Pteridophya dan
Spermatophyte.
- Archizophyta (Tumbuhan tak berakar) yang terdiri atas Schizophyta,
Thallophyta, dan Bryophyta.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Pteridophyta?
2. Bagaimana ciri-ciri Pteridophyta?
3. Bagaimana pembagian kelas-kelas dalam Pteridophyta?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pteridophyta.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Pteridophyta.
3. Untuk mengetahui pembagian kelas-kelas dalam Pteridophyta.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Divisi Pteridophyta

Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang tergolong dalam tumbuhan


kormus berspora.Yang berarti adalah tumbuhan yang menghasilkan spora dan
memiliki susunan daun ymg umumnya membentuk bangun sayap pada pucuk
tumbuhan terdapat bulu - bulu. Selain itu tumbuhan paku dapat dibedakan
menjadi tiga bagian, akar, batang, daun. Tumbuhan ini disebut Pteridophyta
yang berasal dari bahasa Yunani.

Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan phyta
yang berarti tumbuhan.

Klasifikasi Tumbuhan Paku :

 Kerajaan : plantae
 Divisi : Pteridophyta
 Kelas : Psilophytinae
 Ordo : Psilotales
 Genus : Psilotum
 Spesies : Psilotum nudum

2.2 Ciri – ciri Pteridophyta:


1. Morfologi

a. Akar
Bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra. Oleh
sebab itu dunia tumbuhan sering juga dibedakan dalam dua
golongan yaitu:
1) Rhizophyta (tumbuhan akar) yang terdiri atas
Pteridophyta dan Spermatophyta Arhizophyta (Tumbuhan

2
tak berakar) yang terdiri atas Schizophyta, Thallohyta dan
Bryophyta
Menurut poros bujurnya, pada embrio tumbuhan paku telah
dibedakan dua kutub, atas dan bawah. Kutub artas akan
berkembang membentuk tunas (batang beserta daunnya). Kutub
bawah yang letaknya berlawanan dengan ujung tunas dan dapat
juga dinamakan kutub akar. Tetapi hanya pada Spermatophyta
saja yang akarnya merupakan perkembanga lanjutan kutub akar.
Pada Pteridophyta kutub akar tidak terus berkembang
membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan
tumbuhan samping dari batang. Jadi embrio Pteridophyta tidak
bipolar seperti Spermatophyta, tetapi unipolar karena hanya satu
kutub saja yang berkembang. Akar yang keluar pertama-tama itu
tidak dominan, melaikan segera disusul oleh akar-akar lain yang
semua itu muncul dari batang.
Peristiwa terbentuknya akar-akar dari batang yang semua
tumbuh kesamping itu disebut homorizi sedangkan
pembentukan akar yang benar dari kutub akar seperti terdapat
pada Spermatophyta, itu dinamakan alozi
Ketiga bagian utama tubuh Pteridophyta itu mempunyai titik
tumbu yang hanya terdiri atas satu sel inisial yang terletak di
ujung.
b. Batang
Batangnya bercabang-cabang, ada yang berkayu dan
mempunyai tinggi hampir 5 meter , serta sudah mempunyai
pembuluh xilem dan floem Pada sebagian jenis tumbuhan paku
tidak tampak karena terdapat di dalam tanah, mungkin menjalar
atau sedikit tegak. Jika muncul di atas permukaan tanah,
batangnya sangat pendek sekitar 0,5 m.
c. Daun
Daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda. Daun
paku tumbuh dari percabangan tulang daun yang disebut frond,
dan keseluruhan daun dalam satu tangkai daun disebut pinna.
Jika diperhatikan pada permukaan bagian daun (frond) terdapat
bentuk berupa titik-titik hitam yang disebut sorus, dalam sorus
terdapat kumpulan sporangia yang merupakan tempat atau wadah
dari spora. Gambar di samping ini menunjukkan sporangia yang
tergabung dalam struktur sorus (jamak sori).

3
Adapun struktur sorus adalah bagian luar dari sorus berbentuk selaput tipis
yang disebut indusium. Bagian dalam sorus terdapat kumpulan sporangium
yang didalamnya berisi ribuan spora.

Ditinjau dari fungsinya, dibedakan menjadi :


Tropofil : daun khusus untuk fotosintesis dan tidak menghasilkan spora.
Disebut juga daun steril.
Sporofil : daun penghasil spora. Disebut juga daun fertil.
Trofosporofil : pada satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang
menghasilkan spora namun ada pula yang tidak. Tetapi daun ini juga bisa
melakukan fotosintesis. Disebut juga daun steril.

2. Habibat

Habitatnya di darat, terutama pada lapisan bawah tanah didataran rendah ,


tepi pantai , lereng gunung , 350 meter diatas permukaan laut terutama di
daerah lembab. Bersifat saprofit dan ada juga yang bersifat epifit (menempel)
pada tumbuhan lain.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan paku :

 Kadar air dalam tanah


 Kadar air dalam udara
 Kandungan hara mineral dalam tanah
 Kadar cahaya untuk fotosintesis
 Suhu yang optimal
 Perlindungan dari angin

4
3. Reproduksi

a. Aseksual (Vegetatif)
Dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah
anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora.

b. Seksual (Generatif)
Melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat – alat
kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan
spermatozoid dan gametogonium betina (arkegonium) menghasilkan sel telur
(ovum). Seperti halnya tumbuhan lumut , tumbuhan paku mengalami
metagenesis (pergiliran keturunan).
Daur hidup tumbuhan paku :

Ditinjau dari macam spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan


menjadi tiga golongan yaitu :

1) Paku Homospora (isospora)

Menghasilkan satu jenis spora , misalnya Lycopodium (paku kawat).


Spora dari paku ini dikenal sebagai 'lycopodium powder' yang dapat meledak
di udara apabila terkumpul dalam jumlah cukup banyak dan pada jaman dulu
digunakan sebagai lampu kilat untuk pemotretan.

5
2) Paku Heterospora

Menghasilkan dua jenis spora yang berlainan; yaitu mikrospora


berkelamin jantan dan makrospora (mega spora) berkelamin betina,
misalnya : Marsilea (semanggi), Selaginella (paku rane).

3) Paku Peralihan

Paku ini merupakan peralihan antara homospora dengan heterospora,


yaitu paku yang menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama tetapi
berbeda jenis kelaminnya, satu berjenis kelamin jantan dan lainnya berjenis
kelamin betina, misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).

6
2.3 Pteridophyta dibagi menjadi empat kelas yaitu :

1. Kelas Psilophytinae (Paku purba)


2. Kelas Lycopodinae (Paku rambut atau paku kawat)
3. Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda)
4. Kelas Filicnae (Paku sejati)

2.3.1 Kelas Psilophytinae (Paku Purba)

Klasifikasi Psilophytinae

 Kerajaan : Plantae
 Divisi : Pteridophyta
 Kelas : Psilophytinae
 Ordo : Psilophytales
 Family : Rhyniaceae

7
 Genus :Rhyna major
 Spesies : Zosterophyta australianum

Ciri-ciri Psilophytinae :
1. tidak punya akar yang sejati dan daun yang sejati.
2. Paku purba yang memiliki daun, umumnya berukuran kecil (mikrofil)
dan berbentuk sisik.
3. Batang bercabang dengan tinggi 30 cm hingga 1 m yang mengandung
xilem dan floem.
4. Cabang batang mengandung klorofil sehingga dapat melakukan
fotosintesis.
5. Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang
terdapat di sepanjang cabang batang.
6. tiap butir homospora yang jatuh berkembang menjadi dua gametofit kecil
yang membentuk antheridia (gamet jantan) dan archegomia (gamet
betina), fertilisasi dilakukan oleh sperma atau antheridia yang berenang-
renang menuju ke sel telur / archegonia, karena tumbuhan ini hidup pada
habitat basah. Gametofitnya bersimbiosis dengan jamur untuk
memperoleh nutrisi.

Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak berdaun (Rhynia)
dan paku purba berdaun kecil (Psilotum).

Kelas Psilophytinae dibagi menjadi beberapa bangsa yaitu :

a. Bangsa Psilophytales (Paku Telanjang)


Ciri-ciri Psilophytales :
 Ditemukan sekitar 350 juta tahun yang lalu dalam zaman Silur
akhir dan Devon sebagai semak-semak.
 Paku telanjang merupakan tumbuhan paku yang paling rendah
tingkat perkembangannya, yaitu belum berdaun dan berakar.
 Batang sudah mempunyai berkas pengangkut, bercabang-
cabang menggarpu dengan sporangium di ujung-ujung cabang.
 Belum diketahui gametofitnya.
 Hidup di tempat yang dekat dengan air saja.

8
Bangsa Psilophytales dibagi menjadi beberapa suku yaitu :

 Suku Rhyniaceae (Paku Purba Tidak Berdaun )


Ciri-ciri Rhyniaceae :
 Tinggi mencapai ± ½ meter.
 Batang dalam tanah membentuk cabang yang tumbuh tegak
lurus ke atas (horisontal).
 Tidak punya akar, melainkan hanya rizoid yang hampir sama
dengan rimpang tumbuhan tinggi.
 Cabang menggarpu tidak berdaun dan mempunyai mulut kulit
yang berfungsi sebagai alat asimilasi.
 Berkas pengangkut terdiri atas trakeida yang menebal
membentuk cincin / spiral tersusun, yang merupakan
protostele.
 Sporangium relatif besar dan terdapat pada ujung-ujung
cabang.
Contoh : Rhynia major, Taeniocrada deeheniana dan
Zosterophyllum australianum, yang sebagian hidup di air yang
dangkal.

 Suku Asteroxylaceae
Ciri-ciri Asteroxylaceae :
 Tingginya bisa mencapai 1 meter
 Batangnya berdiameter 1 cm.
 Memiliki penonjolan dengan panjang beberapa mm dan disebut
mikrofil.
 Beberapa jenis ada yang memiliki berkas pengangkut dan ada
pula yang tidak.
 Pada penampang lintang, stele di dalam batang berbentuk
bintang.
Contoh : Asteroxylon mackei dan Asteroxylon elberfeldense.

9
 Suku Pseudosporochnaceae
Ciri-ciri Pseudosporochnaceae :
 Tinggi kurang dari 1 meter.
 Pada ujung sumbu pokok yang tidak beruas muncul sejumlah
dahan yang sedikit bercabang menggarpu, tetapi akhirnya
menjadi ranting-ranting kecil yang menggarpu.
 Pada ujungnya terdapat spornagium yang berbentuk gada.
 Pada akhir percabangan ada bagian yang yang melebar dan
yang tidak fertil berguna untuk asilimilasi.
Contoh : Pseudosporochnus krecjii.

b. Bangsa Psilotales
Ciri-ciri Psilotales :
 Tidak berakar.
 Mempunyai tunas-tunas tanah dengan rizoid-rizoid.
 Pada batang terdapat mikrofil yang berbentuk sisik dan tidak
bertulang.
 Sporangium terletak diantara taju-taju sporofil.
 Memiliki protalium yang besarnya hanya beberapa cm berbentuk
silinder dan bercabang, serta hidup di dalam tanah yang
bersimbiosis dengan cendawan mikoriza.
 Pada permukaan terdapat anteridium yang punya banyak ruang dan
mengeluarkan spermatozoid, sedangkan arkegonium kecil.
 Protalium besar dan ada yang memiliki berkas pengangkut dengan
trakeida cincin berkayu.
Contoh : Psilotum nudum (di pulau Jawa), Psilotum triquetrum (di
daerah tropika), Tmesipteris tannesis (di Australia).

2.3.2 Kelas LYCOPODIINEA (Paku Kawat Atau Paku Rambat)

Batang dan akarnya bercabang-cabang menggarpu. Daun kecil-kecil


(mikrofil), tidak bertangkai, selalu bertulang satu saja. Pada beberapa bangsa
daun-daun itu mempunyai (ligula). Daun-daun yang amat banyak itu tersusun

10
rapat menurut garis spiral. Sporofil hanya sedikit berbeda dari trofofil, dan
biasanya sporofil itu terkumpul merupakan suatu rangkaian sporofil
berbentuk bulir pada ujung batang. Tiap-tiap sporofil mempunyai satu
sporangium yang besar pada bagian bawah sisi atas daun.

Lycopodiinae di dalam zaman Karbon telah berkembang lebih luas dari


pada di zaman sekarang, bahkan di zaman itu ada yang telah berkembang
menjadi tumbuhan berbiji yaitu Lepidospermae. Mungkin karena tidak
sempurnanya alat-alat penyerapan dan pengangkutan air, maka tumbuhan
yang telah berupa pohon itu kemudian punah menjelang akhir zama
Palaezoikum, karena iklim di bumi kita yang brtambah kering. Paku kawat
dan paku rane yang berupa terna itulah yang dapat bertahan sampai saat ini.

Lycopodiinae dibedakan menjadi 4 bangsa yaiu :

a. Bangsa Lycopodiales

Bangsa ini terdiri kurang lebih atas 200 jenis tumbuhan yang hampir
semua tergolong dalam suku Lycopodiaceaw dari marga Lycopodium.
Lyocopodium itu kebanyakan berupa terna kecil yang sering kali dipakai
untuk pembuatan buket bersama dengan bunga. Batang mempunyai berkas
pengangkut yang masih sederhana tumbuh tegak atau berbaring dengan
cabang-cabang yang menjulang ke atas. Daun-daun berambut berbentuk garis
atau jarum yang dianggap homolog dengan mikrofil Psilophytinae dan hanya
mempunyai satu tulang yang tidak bercabang

Mesofil masih sederhana hanya pada beberapa jenis saja telah


memperlihatkan dalam jaringan tiang dan jaringan bunga karang

Akar biasanya bercabang-cabang menggarpu. Bagian-bagian batang yang


berdiri tegaj diatas bagian yang agak jarang daun-daunnya, mempunyai
rangkaian sporofil. Sporofil berbentuk segi tiga sama kaki, mempunyai
sporagium yang agak pipih, berbentuk ginjal, menghasilkan isospora. Letak
sporagium pada sisi ats daun dekat dengan pangkalnya.

11
Dinding sporagium terdiri atas beberapa lapis sel. Pada sebelah dalam
terdapat sel-sel tapetum yang isinya habis terpakai pada pembentukan spora
lalu keriput, tetapi sel-selnya tidak terlarut. Sporagium membuka dengan dua
katup menurut suatu retak yang telah tampak dari susunan anatomi sel-selnya.
Sampai waktu masak spora tetap tersusun dalam tetrade dan tetap
mempertahankan bentuknya sebagai tetrade itu. Eksporiumnya mempunyai
rigi-rigi penebalan yang berbentuk jala. Sesudah 6 atau 7 tahun spora itu
berkecambah menghasilkan badan yang teridiri atas 5 selyang semula dapat
mendpat makanan dari cadangan spora.

Protalium hidup didalam tanah berbentuk seperti umbi, kepiytih-putihan


dan bersifat saprofit.bentuk protalium bermacam-macam dan mempunyai
rizoid-rizoid. Di daera tropika banyak pula terdapat warga Lycopodiinae
diantaranya ada yang hidup sebagai epifit misalnya L. Nummularifolium.

b. Bangsa Selaginellales (paku rane, paku lumut )

Habitus paku rane dalam beberpa hal memperlihatkan dengan


Lycopodiinae. Sebagian mempunyai batang berbaribf dan sebagaian berdiri
tegak , mempunyai cabang menggarpu, tidak memperlihatkan pertumbuhan
sekunder. Pada batang terdapat daun-daun kecil yang tersusun dalam garis
spiral atau berhadapan dan tersusun dalam 4 baris.

Pada bagian bawah sisi atas daun terdapat ssuatu sisik yang
dinamakan ligula . ligula merupakan alat menghisap air dan sering kali
dengan perantara suatu trakeida mempunyai berkas pembuluh pengangkut.
Selaginella bersifat heterospor , protaliumnya sangat kecil dan telah
mengalami reduksi jauh.

Rangkaian sporofil terminal merupakan suatu bulir tunggal atau


bercabang, biasanya rradial. Tiap sporofil mendukung satu sporagium yang
keluar dari batang di atas ketiak daun. Sporagium itu menghasilkan mikro dan
megaspora akan tetapi berpisah-pisah. Biasanya makrosporangium pada
bagian bawah dan makrosporangium terdapat pada ujung rangkaian itu

12
dinding sporangium terdiri atas 3 lapis sel yang paling dalam merupakan
tapetum yang berguna untuk memberikan makan pada spora.

Spora selagi masih berada dalam sporangium telah memulai


perkembangannya untuk membentuk protalium. Mula-mula spora membelah
menjadi suatu sel kecil berbentuk lensa dan satu sel lagi yang lebih besar.sel
itu merupakan portalium yang pada umumnya tidak meningglakan sporanya.

c. Bangsa Lepidodendrales

Jenis tumbuhan paku ini telah punah. Batang tumbuhan itu telah
memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Pada batang telah terdapat
pula meristem, kambium gabus yang ke arah dalam menghasilkan banyak sel-
sel gelam sehingga batang pohon itu lebih banyak terdiri atas unsur gelam
dari pada unsur—unsur kayu. Bangsa ini dibedakan dalam beberapa suku.
Sulu Sigillariaceae batangnya penuh dengan bekas-bekas daun yang berupa
bantalan berbentuk segi enam dan tersusun berderet-seret menurut poros
bujur batangpada bagian bawah tajuk pohontampak bergantung sporofil
berbentuk kerucut yang besar-besar.

Suku Lepidodendraceaememeiliki daun-daun panjangnya sampai beberapa


dm , tersusun menurut garis spiral dan duduk di atas bantalan berbentuk belah
ketupat. Batangnya memperlihatkan lebih banyak percabangan dikotom dan
pada ujung cabang terdapat kerucut Sporofil. Lepidospermae berbeda dengan
warga tumbuhan paku lainya karena telah memmiliki biji

d. Bangsa isoetales

Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini merupakan terna,


sebagian hidup tenggelam dalam air dan sebagian didup pada tanah yang
basah.ang seperti umbi jarang sekali ang seperti umbi jarang sekali bercabang
menggarpu.Batang memperlihatkan pertumbuhan sekunder dari batang keluar
akar-akar yang bercabang menggarpu.Daun pada tangakinya melebar
mempunyai mesofil sederhana dan pada sisi atas mempunyai suatu cekungan
dinamakan foveum.Daun-daun kebanyakan adalah sporofil dengan satu
sporaangium dalam foveum.

Antara sporofil dan daun biasa tidak dapat dibedakan bentuk daun-daun yang
tersusun dibagian luar rozet makrosporofil dengan makrosporangium yang
menghasilkan banyak mekrospora berbenntuk bulat.Daun-daun yang letaknya
lebih dalam merupakan mikrosporofil dengan mikrosporangiu yang
menghasilkan spora berbentuk jorong dan agak pipih pada salah satu sisinya.
Isoetales dianggap berasal dari likopodiinae yang telah mengalami reduksi,

13
yang sekarang masih ada dapat dianggap sebagai relik golongan yang dulu
merupakan golongan yang beraneka rupa.

2.3.3 Kelas EQUISETINAE (paku ekor kuda)

Warga pada kelas ini umumnya berupa terna yang menyukai tempat-tempat
lembab. Batangnya kebanyakan bercabang-cabang berkarang dan jelas
kelihatan berbuku-buku dan beruas-ruas. Daunnya kecil, seperti selaput dan
tersusun berkarang. Sporofit biasanya berbentuk perisai dengan jumlah
sporagonium pada sisi bawahnya, dan semua sporofit tersusun merupakan
suatu badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau akar.
Eqiusetinae dibedakan dalam beberpa bangsa.

a. Bangsa Equisetales

Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku Eqiusetaceae dan satu marga
Equisetum dengan kurang lebih 25 jenis saja.tumbuhan ini sebagian hidup di
darat, sebagian di rawa-rawa. Di dalam tanah tumbuhan ini memiliki
semacam rimpang yang merayap, dengan cabang yang berdiri tegak. Pada
penampang melintang, batang kelihatan mempunyai suatu lingkaran berkas-
berkas pengangkut kolateral, dua lingkaran saluran antar sel, dan satu ruang
udara lisigen di pusat. Berkas pengangkut dalam sporofit mempunyai susunan
konsentris.

Pada buku-buku batang terdapat suatu karangan daun berupa selaput atau
sisik, berbentuk meruncing, mempunyai satu berkas pengangkut yang kecil.
Di antara warga Eqiusetales terdapat beberapa jenis yang mempunyai
semacam umbi untuk menghadapi kala yang buruk, ada pula yang tetap
berwarna hijau.

Sporofit tersusun dalam rangkaian yang berseling. Sporofit berbentuk perisai


atau meja dengan satu kaki di tengah, dengan beberapa sporagonium (5-10)
berbentuk kantung pada sisi bawahnya. Jaringan sporogen mula-mula diliputi
oleh dinding yang terdiri atas beberapa lapis sel. Dinding sel dalam (tapetum)
terlarut, plasmanya merupakan periplasmodium yang masuk di antara spora-
spora, dan habis terpakai untuk pembentukan dinding spora. Jika spora telah
masak sporangium hanya mempunyai dinding yang tersiri dari selapis sel
saja. Sel-selnya mempunyai penebalan berbentuk spiral atau cincin.
Sporangium yang telah masak pecah menurut suatu retak pada bagian dinding
yang menghadap ke dalam. Retak itu terjadi karena pengaruh kekuatan kohesi

14
air yang menguap dan berkerutnya dinding sel yang tipis pada waktu
mengering.

Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo dan eksosporium, dan
mempunyai perisporium yang berlapis-lapis. Lapisan perisporium yang
paling luar terdiri dari dua pita sejajar yang dalam keadaan basah membuat
spora. Jika spora kering pita itu terlepas dari gulungannya, akan tetapi kurang
lebih di tengah-tengahnya tetap melekat pada eksosporium.

Pada perkecambahan spora, rhizoid keluar dari bagian yang tidak menghadap
sunar matahari. Sel-sel lainnya berkembang terus menjadi bagian protalium
yang berwarna hijau. Protalium berupa talus yang bercabang-cabang, dan
berumah satu, tetapi biasanya berumah dua. Anteredium terbenam dalam
protalium gamet jantan dan mengeluarkan spermatozoid berbentuk sekrup
dengan banyak bulu-bulu cambuk. Zigot mula-mula membelah menjadi dua
sel, tetapi berlainan dengan Lycopodium, pada Equisetales tidak terbentuk
suspensor, melainkan kedua sel itu membelah lagi. Embrio pada Equisetales
letaknya eksoskopik, tunas mempunyai ujung bentuk piramid. Bakal akar
terletak di bagian samping sumbu panjangnya.

Beberapa contoh paku ekor kuda yang masih hidup dan ditemukan di
Indonesia, antara lain Equisetum debile, E. ramosissimum. Di eropa E.
arvense, E. pratense. Dan ada yang telah punah, yaitu suku Calamitaceae.
Warga suku ini banyak tumbuh pada zaman Palaezoikum, teristimewa dalam
zaman karbon. Contoh jenis tumbuhan dari suku Calamitaceae ialah
Eucalamites multiramis, Calamostachys binneyana, Asterophyllites
lingifolius.

b. Bangsa Sphenophyllales

Tumbuhan dari bangsa ini hanya dikenal sebagai fosil dari zaman
Palaeozoikum. Daunnya menggarpu atau berbentuk pasak dengan tulang-
tulang yang bercabang menggarpu, tersusun berkarang, dan tiap karangan
biasanya terdiri dari 6 daun. Dari bangsa ini yang filogenetik merupakan
tumbuhan tertua mempunyai daun yang tidak sama (heterofil).

Tumbuhan ini banyak tersebar dalam zaman Devon akhir sampai Perm,
berupa terna yang rupa-rupanya dapat memanjat. Batangnya mencapai tebal
sejari, beruas-ruas panjang, bercabang-cabang, mempunyai satu berkas
pengangkut yang tidak berteras dan mempunyai kambium. Dalam bagian
kayu terdapat trakeida noktah halaman dan trakeida jala. Rangkaian sporofit

15
menyerupai Equisetum, sebagian bersifat isospor sebagian heterospor.
Contoh-contoh Sphenophyllum cuneifolium, S. dawsoni, S. fertile.

c. Bangsa Protoarticulatales

Warga bangsa ini pun telah fosil. Tumbuhan itu telah mulai muncul di atas
bumi pada pertengahan zaman Devon. Di antaranya yang paling terkenal
ialah anggota marga Rhynia, berupa semak-semak kecil yang bercabang-
cabang menggarpu, daun-daunnya tersusun berkarang tidak beraturan.
Helaian daun sempit, berbagi menggarpu. Sporofit tersusun dalam suatu bulir,
tetapi sporofit itu belum berbentuk perisai, melainkan masih bercabang-
cabang menggarpu tidak beraturan dengam sporangium yang bergantungan.

Bangsa Protoarticulatales mencakup suku Rhyniaceae, yang anggota-


anggotanya dipandang sebagai nenek moyang Sphenophyllaceae dan
Calamitaceae. Contoh Rhynia elegans. Equisetinae mencapai puncak
perkembangannya dalam zaman Palaeozoikum, yang hampir semuanya
kemudian punah kecuali marga Equisetum yang masih kita kenal sampai
sekarang.

Dalam Mesozoikum dulu hidup jenis-jenis Equiseium yang telah


memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder (mempunyai kambium).
Beberapa golongan yang telah punah itu (Sphenophyllaceae, Calamitaceae),
kebanyakan bersifat heterospor, akan tetapi belum pernah ada warga
Equisetinae yang mencapai tingkat perkembangan sampai dapat
menghasilkan biji seperti Lepidospermae. Jadi Equisetinae dan Lycopodiinae
dapat disamakan dengan dua cabang dengan perkembangan yang sejajar,
keduanya berasal dari Psilophytinae, tetapi berbeda mikrofilnya.

2.3.4 Kelas FILICINAE (paku sejati)

Kelas Filicinae meliputi beraneka ragam tumbuhan yang biasa dikenal


sebagai tumbuhan paku atau pakis yang sebenarnya. Dari segi ekologi
tumbuhan ini termasuk higrofit, banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh
dan lembab, sehungga di tempat-tempat yang terbuka dapat mengalami
kerusakan akibat penyinaran yang terlalu intensif. Ditinjau dari lingkungan
hidupnya, warga kelas ini dibedakan dalam 3 golongan paku, yaitu paku
tanah, paku air, dan paku epifit. Berbagai jenis menjadi penyusun
"undergrowth" dalam hutan-hutan di daerah-daerah pegunungan dan hutan-
hutan sebtropika basah.

16
Semua warga Filicinae mempunyai daun-daun besar (makrofil), bertangkai,
mempunyai banyak tulang-tulang. Waktu masih muda daun itu tergulung
pada ujungnya, dan pada sisi bawah mempunyai banyak sporangium.

Habitusnya yang beraneka ragam menyebabkan berbagai jenis di antaranya


yang mendapat penghargaan yang tinggi sebagai tanaman hias, seperti
misalnya ekor merak ( Adiantum farleyense), suplir (Adiantum cuneatum) dan
paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum). Selain itu ada pula beberapa jenis
yang menghasilkan bahan yang berguna untuk obat-obatan, misalnya
Dryopteris filixmas.

Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak kelas, yaitu:
Eusporangiatae, Leptosporangiatae (Filices), Hydropterides

1. Anak kelas EUSPORANGIATAE

Tumbuhan yang tergolong dalam anak kelas ini kebanyakan berupa terna.
Protalium di bawah tanah dan tidak berwarna, atau di atas tanah dan berwarna
hijau. Protalium selalu mempunyai cendawan endofitik.

 Bangsa Ophioglossales

Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku Ophioglossaceae dengan beberapa
jenis saja. Tumbuhan ini biasanya mempunyai batang di dalam tanah yang
pendek, pada bagian bawah masuh mempunyai protostele, tetapi ke atas
mengadakan diferensiasi dalam berkas pengangkutannya.

Osphioglossaceae bersifat isospor. Protalium berumah satu, tidak


mengandung klorofil, di dalam tanah, dan hidup sebagai saprofit dengan
pertolongan cendawan mikoriza. Anteridium dan arkegonium terbenam
dalam jaringan protalium yang berbentuk umbi dan dapat berumur sampai
beberapa tahun. Anteridium menyelubungi suatu kompleks jaringan
spermatogen yang menghasilkan spermatozoid berbentuk spiral dengan
banyak bulu- bulu cambuk. Ophioglossaceae hidup sebagai paku tanah atau
epifit. Suku ini hanya terdiri atas 3 marga, yaitu:

 Ophioglossum, sporangium dalam dua baris, letaknya berhadapan pada


suatu bulir, jika masak membuka dengan suatu retak melintang. Daun
yang steril bertepi rata atau berbagi menggarpu 1-2 kali, bertulang jala
tanpa ibu tulang yang nyata. Contoh, O. reticulatum di Indonesia.
 Botrychium, tangkai daun yang fertil bercabang-cabang seperti malai,
sporangium tersusun dalam dua baris sepanjang cabang-cabangnya,
membuka dengan retak melintang, bagian daun yang steril menyirip 1-4

17
kali, dengan tulang daun bercabag menggarpu. Hidup sebagai paku tanah,
contoh B. daucifolium.
 Helminthostachys, sporangium ke segala arah, terkumpul merupakan
tukal, jika masak pecah menurut suatu retak membujur. Daun yang steril
terbagi tiga, masing-masing terbagi lagi dalam beberapa taju berbentuk
lanset, hanya terdiri atas satu jenis, yaitu H. zeylanica.

 Bangsa Marattiales

Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku Marattiaceae. Daun amat besar,
menyirip ganda sampai benerapa kali. Sporangium pada sisi bawah daun,
mempunyai dinding yang tebal, tidak mempunyai cincin (anulus), membuka
dengan suatu celah atau liang. Dalam suatu sorus sporangium sering
berlekatan menjadi sinangium.

Marattiaceae meliputi 3 marga, yaitu:

 Christensenia, daun menjari, beranak daun 3 atau berbentuk kaki beranak


daun 4-5. Sinangium berbentuk cincin, tersebar pada sisi bawah daun.
Contoh, Chr.aesculifolia.
 Angiopteris, paku yang besar, daun sampai 2-5 m menyirip ganda 2-4,
anak daun menyerupai daun kedongdong, sorus memanjang, sporangium
di dalamnya bebas, membuka dengan suatu celah. Contoh, A.evecta ( paku
kedongdong).
 Marattia, daun sampai 2 m panjang, menyirip ganga 2-4, pada pangkal
tangkai terdapat duri yang merupakan metamorfosis daun penumpu.
Contoh, M fraxinea.

2. Anak kelas LEPTOSPORANGIATAE (FILICES)

Tumbuhan ini paling banyak terdapat di daerah tropika, meliputi jenis-jenis


paku dari yang terkecil (hanya beberapa mm saja) sampai yang terbesar (yang
berupa pohon). Paku yang berupa pohon, batangnya dapat mencapai besar
satu lemgan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya
terdapat suatu rozet daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai beberapa
kali, panjangnya dapat sampai 3 m, dan jika telah gugur meninggalkan bekas-
bekas yang jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika
tidak dapat masuk ke dalam tanah akar-akar itu tidak bertambah panjang, dan
karena rapatnya satu sama lain, seakan-akan akar-akar itu menyelubungi
batang. Kekuatan batang diperoleh dari berkas-berkas pengangkut yang
masing-masing mempunyai susunan konsentrik, lempeng-lempeng
sklerenkim, dan kadang-kadang batang itu diselubungi oleh akar-akar pendek
yang kaku.

18
Daun yang masih muda selalu terselubung, dan sifat ini sangat karakteristik
bagi warga Filiciane umunya. Tergulungnya daun disebabkan karena sel-sel
pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya, dan baru ditiadakan
dengan terbukanya daun. Pada kebanyakan Filiciane, batang, tangkai daun,
kadang-kadang sebagai daun, tertutup oleh suatu lapisan rambut-rambut
berbentuk sisik yang dinamakan palea.

Sporangium terbentuk dalam jumlah yang besar pada sisi bawah daun.
Biasanya sporofil mempunyai bentuk yang sama dengan daun-daun yang
steril, hanya pada beberapa jenis saja sporofil berbeda dengan trofofil. Bentuk
dan tempat sorus, ada atau tidaknya anulis dan bagaimana letak anulus pada
sporangium, ada atau ridaknya indusium, merupakan ciri-ciri pengenal yang
sangat penting.

Leptosporangiatae dibedakan dalam 3 golongan, yaitu:

 Simplices: sporangium di dalam sorus terjadi secara serempak.


 Gradatae: sporangium di dalam sorus timbulnya dari atas ke bawah
(basipetal)
 Mixtae: pembentukan sporangium di dalam sorus tidak beraturan.
Dalam suku ini antara lain termasuk marga :

 Scizeae. Daun-daun tegak ketas, pada ujungnya terdapat bagian fertil


yang berbagi menyirip. Di Indonesia terdapat S. diditata,
S.diachotoma.
 Lygodium. Batangnya membelit. Daun seringkali amat panjang,
dengan taju-taju daun yang tersusun menyirip. Sporangium terdapat
pada bagian-bagian daun yang tersendiri atau seringkali hanya taju-
taju saja yang bersifat fertil, misalnya Lygodium circinnatum.

19
3. Anak kelas HYDROPTERIDES (paku air)

Tumbuhan yang tergolong Hydropterides hampir selalu berupa tumbuhan air


atau tumbuhan rawa. Hydropterides memiliki sifat-sifat yang menyimpang
dari Filicinae, akan tetapi tidak sukar untuk menunjukkan adanya hubungan
dengan Filicinae.

 Ciri-ciri Hydropterides:

 Bersifat heterospora.
 Makrosporangium dan mikrosporangium berdinding tipis.
 Tidak memiliki anulus.
 Terdapat dalam suatu pangkal daun.
 Memiliki sporokarpium yang berdinding tebal dan mula-mula selalu
tertutup.
 Makrosporangium menghasilkan makrospora yang akan tumbuh menjadi
makrosporotalium dengan arkegonium.
 Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang tumbuh menjadi
mikrosporotalium dengan anteridium.
 Spora terdiri dari perisporium dengan bentuk susunan yang aneh.

Hydropteridesmemiliki 2 suku, yaitu:

a. Suku Salviniaceae

 Mengapung bebas pada permukaan air.


 Percabangan sedikit.
 Daun berkarang.

20
 Pada tiap buku terdapat 3 daun yang terdiri dari 2 di sebelah atas dan
berhadapan berfungsi sebagai alat pengapung, yang 3 lainnya terdapat di
dalam air terbagi-bagi yang merupakan badan-badan yang bentuk dan
fungsinya menyerupai akar-akar.
 Sporangium terkumpul pada pangkal daun yang berada dalam air,
memiliki 1 sorus yang berdinding homolog dengan indusium.
 Sporokarpium hanya mengandung mikro atau makrospotangium.
 Mikrosporangium bulat, tangkai panjang, berisi 64 mikrospora, dibungkus
oleh substansi yang berasal dari periplasmodium, mikrospora yang
berkecambah merupakan suatu mikroprotalium berbentuk buluh pendek,
punya dua anteriudium. Protalium berkembang dalam sporangium,
dinding tidak terbuka dan dapat ditembus oleh mikroprotalium, sehingga
spermatozoid bergerak bebas.
 Makrosporangium lebih besar, bertangkai pendek, dari 32 sel tetrade
hanya 1 yang menjadi makrospora sempurna, makrospora mengandung
butir-butir zat putih telur, tetestetes minyak dan butir-butir amilum, pada
ujungnya terdapat inti plasma yang lebih kental, dinding makrospora
berwarna pirang, tebal, punya selubuing perisporium.

Salviniaceae terdiri atas dua marga (Genus) yaitu:


1. Salvina
 disebut paku air yang mengapung.
 Penyebaran di Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan. Contoh: Salvinia
natans, Salvinia minima, Salvinia molesta, Salvinia cucullata

2. Azolla
 Umumnya terdapat di daerah tropika.
 Bentuk kecil, lunak, bercabang-cabang.
 Terapung pada permukaan air.
 Daun di sebelah atas berseling, tersusun dalam dua baris, dan terbelah dua,
terapung dan berguna untuk asimilasi.
 Memiliki Anabaena (termasuk dalam Cyanophyceae) yang berfungsi
untuk mengasimilasi N2 dari udara. Hubungan Anabaena dan Azolla
analog dengan hubungan Leguminosae dan Rhizobium.
 Memiliki akar pada sisi bawah.
 Ada daun yang tenggelam sebagai penyerapan air.
 Ada taju-taju daun yang tenggelam yang berubah menjadi sporokarpium.
 Sporokarpium mengandung satu sorus yang hanya berisi mikro atau
makrosporangiumsaja.
 Punya usaha untuk menjamin terjadinya pembuahan.
 Memiliki masula (gumpalan yang dapat berenang) yang ada kaitnya
(glokidium) dan periplasmodium. Glikodium berfungsi untuk mengait
pada makrospora. Contoh: Azolla pinnata Sering menutupi sawah-sawah
di Asia dan Indonesia Azolla caroliniana.

21
b. Suku Marsiliaceae

 Ciri-cirinya:

 Hidup di paya-paya atau air dangkal.


 Berakar dalam tanah.
 Jarang berupa tumbuhan darat sejati.
 Berbentuk umbi jika hidup di darat.
 Batang berupa rimpang yang merayap, ke atas membentuk daun-daun, ke
bawah membentuk akar.
 Daun pada jenis tertentu bersifat polimorf.
 Helaian daun berjumlah 4 atau 2, daun muda menggulung.
 Sporangium pada pangkal tangkai daun, ada yang bertangkai dan tidak
bertangkai, bentuk ginjal dengan dinding yang kuat dan terkandung makro
dan mikrosporangium.

Berdasarkan sifat sporokarpiumnya, Marsiliaceae dibedakan dalam beberapa


marga, antara lain:
1. Marsilea
Ciri-cirinya:

 Batang merayap.
 Daun bertangkai panjang dengan helaian berbelah 4.
 Memiliki sporokarpium berbentuk ginjal pada atas pangkal tangkai daun.
 Di dalam sporokarpium terdapat sorus yang terdiri indusium dan mikro
dan makrosporangium.
 Sporokarpium yang masuk pecah dengan 2 katup. Contoh: Marsilea
crenata

2. Pilularia
 Ciri-cirinya:

 Tiap sporokarpium mempunyai 2 – 4 sorus.

22
 Daun berbentuk ginjal tanpa helaian daun dengan satu sporokarpium pada
pangkalnya. Contoh: Pilularia globulifera.

3. Regnellidium

 Ciri-cirinya:

 Mikrosporangium dengan 64 mikrospora.


 Makrosporangium dengan 1 makrospora.
 Daun berbelah dua. Contoh: Regnellidium diphyllum.

Penggolongan Hydropterides sebagai suatu anak kelas tersendiri kebenarannya


banyak diragukan. Ada yang beranggapan Hydropterides hanya merupakan
cabang Leptosporangiatae yang heterospor, yang karena adanya penyesuaian
terhadap hidup di air kemudian terpisah perkembangannya.
Dari semua warga Filicinae, Eusporangeatae telah muncul pada zaman Devon
akhir, Leptosporangiatae baru dalam zaman Karbon, dan Hydroptorides dalam
Trias. Dalam zaman purba Eusporangiatae lebih banyak terdapat dari pada
Leptosporangatae, keadaan sekarang adalah sebaliknya.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang tergolong dalam
tumbuhan kormus berspora.Yang berarti adalah tumbuhan yang
menghasilkan spora dan memiliki susunan daun ymg umumnya
membentuk bangun sayap pada pucuk tumbuhan terdapat bulu -
bulu. Selain itu tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga
bagian, akar, batang, daun. Tumbuhan ini disebut Pteridophyta
yang berasal dari bahasa Yunani.
 Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan
phyta yang berarti tumbuhan.
 Ciri – ciri Pteridophyta:
o Morfologi: Akar, Batang, Daun.
o Habitatnya di darat, terutama pada lapisan bawah tanah
didataran rendah , tepi pantai , lereng gunung , 350 meter
diatas permukaan laut terutama di daerah lembab. Bersifat
saprofit dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada
tumbuhan lain.
o Reproduksi: Aseksual (Vegetatif), Seksual (Generatif)
 Pteridophyta dibagi menjadi empat kelas yaitu :
o Kelas Psilophytinae (Paku purba)
o Kelas Lycopodinae (Paku rambut atau paku kawat)
o Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda)
o Kelas Filicnae (Paku sejati)

24
DAFTAR PUSTAKA

 http://yahooiklan.blogspot.co.id/2010/04/kelas-filicinae-paku-
sejati.html
 https://www.google.com/search?q=aku+kelas+filiciane&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab

25

Anda mungkin juga menyukai