Anda di halaman 1dari 33

BISSMILAHIROMANIROHIIM

ASSALAMULAIKUM
WARAHMATULAHI WABARAKATTUH
BOTANI TUMBUHAN RENDAH
“PTERIDOPHYTA”

KELOMPOK III

PUTRI AYU SITI


ROSMIATI ZULMAWATI
ANISA SITTI JUNIARSI
ANIS MURSIDA
ZAKIAH SUMARDI
FITRIANI
A.PHETERIDOPHYTA

Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae

yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta

memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga

dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar,

batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora.

Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh

(Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan

paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena

meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai

sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat

perkembangbiakan yang utama adalah spora.


1.Struktur dan bentuk

a.Struktur tubu

1)
Akar

Bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra yang terdiri atas sel – sel

yang dapat dibedakan dengan sel – sel akarnya sendiri.

2)
Batang

Pada sebagian jenis tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat didalam tanah

berupa rimbang , mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika muncul diatas permukaan

tanah, batangnya sangat pendek sekitar 0,5 m. akan tetapi ada batang bebrapa jenis

tumbuhan paku seperti paku pohon /paku tiang yang oanjangnya mencapai 5 m dan

kadang – kadang bercabang misalnya: Alsophilla glauca dan cyathea.

3)
Daun

Daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda . Berdasarkan bentuk ukuran

dan susunanya, daun paku dibedakan antara epidermis, daging daun, dan tulang daun.
– 
4) Mikrofil
Daun ini berbentuk kecil – kecil seperti rambut atau sisik,
tidak bertangkai dan tidak bertulang daun, belum
memperlihatkan diferensiasi sel, dan tidak dapat
dibedakan antara epidermis, daging daun dan tulang daun.

5) Makrofil
Merupakan daun yang bentuknya besar, bertangkai dan
bertulang daun, serta bercabang – cabang. Sel – sel
penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi, yaitu
dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga
karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun).
b. bentuk tubuh

Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa

(biasanya tidak bercabang), mengapung di air, tetapi biasanya

berupatdenganryang menjalar di atau  dan  frond yang menyangga

dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih

muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu

ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu. Sering dijumpai

tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga

membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.


•  
2. Ekologi

Tumbuhan paku bereproduksi secara vegetatif dengan rizom. Rizom

tumbuh menjalar ke segala arah membentuk koloni-koloni tumbuhan paku.

Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan atau metagenesis dengan

dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit.

a. Generasi Saprofit 

Generasi sporofit atau tumbuhan penghasil spora adalah tumbuhan paku

itu sendiri. Jadi, tumbuhan paku yang biasa kita lihat itu merupakan

tumbuhan dalam fase sporofit. Sporofit paku berumur lebih lama di dapat

banding gametofit. Sporofit dapat tumbuh lalu bertunas sehingga jumlahnya

bertambah banyak. Ini merupakan reproduksi secara aseksual. Spora yang

dihasilkan tumbuhan paku keluar dari sporangium dan tersebar mengikuti

arah angin. Jika spora ini jatuh di tempat lembab, akan tumbuh menjadi

tumbuhan baru yang dikenal sebagai protalium.  


b. Generasi Gametofit 

Merupakan tumbuhan penghasil gamet. Generasi gametofit ditandai

dengan adanya protalium yaitu tumbuhan paku baru yang berbentuk

seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada substrat dengan

rizoidnya. Generasi gametofit tidak berlangsung lama karena

biasanya protaliumnya berukuran kecil dan tidak berumur panjang.

Di dalam protalium terdapat suatu gametangium sehingga dapat

membentuk anteridium yaitu alat kelamin jantan yang akan

menghasilkan sperma, dan arkegonium yaitu alat kelamin betina

yang akan menghasilkan sel telur. Jika terjadi pertemuan antara

sperma dengan sel telur maka akan terbentuk zigot dan akan

tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.


Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga,

yaitu

1) Paku Homospora

Paku Homospora yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora

yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium), Nephrolepis,

Drymoglossum.

2) Paku Heterospora

Paku heterospora memproduksi dua macam ukuran spora. Spora yang berukuran

kecil dan berkelamin jantan disebut mikrospora. Spora yang berukuran besar dan

berkelamin betina disebut makrospora. Contohnya : Selaginella (paku rane)  yang

dapat dijadikan tanaman hias dan Marsilea (semanggi) yang dapat dimakan.

3) Paku Peralihan

Spora pada paku peralihan yang dihasilkan berukuran dan bentuk yang sma tetapi

jenisnya berbeda. Protaliumnya hanya menghasilkan anteridia dan arkegonia

saja. Fase gametofit paku lebih singkat dari pada sporofitnya


3. Reproduksi

Tumbuhan paku atau Pteridophyta bereproduksi secara vegetatif (vegetatif)

maupun generatif (generatif). Reproduksi secara vegetatif terjadi dengan

pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sel induk spora yang terdapat di

dalam sporangium (kotak spora).

Spora akan tumbuh menjadi gametofit. Selain melalui pembentukan spora,

reproduksi secara vegetatif juga dapat dilakukan dengan rizom. Rizom akan

tumbuh menjalar dan membentuk tunas-tunas tumbuhan paku yang berkoloni

(bergerombol). Reproduksi generatif terjadi melalui fertilisasi ovum oleh

spermatozoid berflagel yang menghasilkan zigot.

Zigot tersebut akan tumbuh menjadi sporofit. Dalam siklus hidupnya, tumbuhan

paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara generasi gametofit

yang berkromosom haploid (n) dan generasi sporofit yang berkromosom diploid

(2n). Generasi sporofit hidup lebih dominan atau memiliki masa hidup yang lebih

lama dibanding generasi gametofit.


3. Klasifikasi

Tumbuhan paku (Pteridophyta) diklasifikasikan


menjadi empat subdivisi, yaitu Psilopsida (paku
purba), Lycopsida (paku kawat), Sphenopsida
atau Equisetopsida (paku ekor kuda), dan
Pteropsida (paku sejati).
Peranan pteridophyta bagi kehidupan manusia

1. Tanaman hias, misalnya Adiantum (Suplir), Platycerium sp (Paku tanduk

rusa), Asplenium nidus (Sarang burung), Nephroleis, dan Alsophila glauca

(Paku tiang).

2. Bahan obat-obatan, antara lain Equisetum (Paku ekor kuda) yang memiliki

fungsi diuretik (Melancarkan pengeluaran urine) dan selaginella plana

(obat luka).

3. Bahan makanan (sayuran), misalnya Marsilea crenata (semanggi) dan

pteridium aquilinum (paku garuda).

4. Pupuk hijau, misalnya Azolla pinnata bersimbiosis dengan ganggang

biru Anabaena azollae yang mampu mengikat gas nitrogen (N2) bebas.

5. Pembuatan petasan (pyrotechnics), dengan menggunakan

spora Lycopodium sp.
B. Jenis-Jenis Pteridophyta

1.Psilophyta (Paku Purba)

a. Struktur dan bentuk

Kata “Psilo” pada nama Psilopsida dan kelompok yang tercangkup di dalamnya

menunjukan keadaaan gundul dan tanpa daun pada batang langsung kebanyakan

tumbuhan yang masih hidup dan yang sudah punah dalam subdivisi Tracheopyta.

Psilopsida merupakan paku purba yang sebagian besar anggotanya sudah

punah. Psilopsida adalah tumbuhan paku yang paling sederhana. Psilopsida yang

masih hidup saat ini adalah Psilotum nudumi. Psilopsida memiliki bentuk tubuh

sangat sederhana dengan tinggi sekitar 30cm-1m. Sporofit umumnya tidak

memiliki daun dan akar sejati, tetapi memiliki rizom yang dikelilingi oleh rhizoid.

Struktur batangnya bercabang dua (dikotom), berklorofil dan sudah memiliki

sistem vaskular (pembuluh) untuk mengangkut air dan garam-garam mineral.

Spongarium dibentuk diketiak setiap ruas batang.


b. Ekologi

Jenis paku yang termasuk dengan paku purba (psilopsida)


adalah Rhynia (paku tidak berdaun) yang telah memfosil.
Sedangkan yang masih ada dibumi adalah Tmesipteris ditemukan
di kepulauan pasifik dan Psilotum tumbuh daerah tropus dan
subtropis.

Psilotum banyak terdapat di Amerika Utara dan Karibia. Serta


sepanjang teluk dan pantai Antlantik Utara sejauh Karolina Utara.
Psitolum juga ditemukan di Asia yang beriklim tropis dan pulau-
pulau di Pasifik. Tmesipteris tumbuh di Kaledonia Baru dan di
daerah yang berdekatan di Pasifik Selatan, termasuk Australia
dan Kaledonia Baru.
c. Reproduksi

Reproduksi tumbuhan ini dapat secara aseksual (vegetatif), yakni

dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah

anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora.

Reproduksi secara seksual (generative) melalui pembentukan sel

kelamin jantan dan betina oleh alat-alat kelamin (gametogonium).

Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan spermatozoid

dangan metogonium betina menghasilkan sel telur (ovum). Seperti

halnya tumbuhan lumut, tumbuhan paku mengalami metagenesis

(pergiliran keturunan. Tumbuhan paku mengalami metagenesis atau

pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan generasi

gametofit.
d. Klasifikasi

Psilopsida mencakup dua kelompok atau ordo. Anggota salah satu di


antaranya Psilophytales sudah punah, sedangkan Psilotales masih ada.
Kelompok Psilopsida merupakan kelompok kecil, pada umumnya yang dikenal
adalah dua genus yaitu Psilotum dan Tmesipteris yang keduanya tidak
memiliki banyak spesies. Psilotum banyak terdapat di Amerika Utara dan
Karibia, serta sepanjang teluk dan pantai Atlantik ke utara sejauh Karolina
Utara. Psilotum juga ditemukan di daerah Asia yang beriklim tropis dan
pulau-pulau di Pasifik. Tmesipteris tumbuh di Kaledonia Baru dan di daerah
yang berdekatan di Pasifik Selatan, termasuk Australia, dan Kaledonia Baru.

e. Peranan bagi ehidupan manusia

Begitu pula dengan paku purba yang bisa dimanfaatkan bagi kepentingan

manusia. Jenis tumbuhan paku yang dimanfaatkan yaitu Rhynia sp. dan

Psilotum nudum yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias.


2. Spinopsida (Paku Ekor Kuda)

a. Struktur dan Bentuk

Spenopsida sering disebut paku ekor kuda (horsetail) karena memiliki percabangan

yang berbentuk ular sehingga menyerupai ekor kuda. Kebanyakan paku Spenopsida

hidup ditempat berpasir. Sporofit paku ekor kuda memiliki daun kecil berbentuk sisik,

agak transparan, dan tersusun melingkar pada batang. Batang tampak keras karena

dinding selnya tersusun atas silika. Pada beberapa ujung batang terdapat spongarium

untuk menghasilkan spora. Spora yang dihasilkan memiliki ukuran yang sama tetapi

jenisnya berbeda. Oleh karena itu paku ekor kuda termasuk kedalam paku peralihan.

Struktur dan bentuk dari Sphenopsida adalah sebagai berikut:

1) Memiliki percabangan batang yang khas berbentuk ulir atau lingkaran sehingga

menyerupai ekor kuda.

2) Tumbuh di tempat berpasir.

3) Batang berongga dan beruas-ruas


4) Menghasilkan spora demean bentuk dan ukuran yang sama, tetapi jenusnya

berbeda.

5) Gametofitnya berukuran kecil dan mengandung klorofil..

6) Berasal dari genus Equisetum.

7) Pada saat zaman purba, tinggi sphenopsida tingginya mencapai 15 m.

8) Namun ada beberapa diantara Shenopsida yang masih bisa hidup sampai

sekarang.

9) Bentuk bersemak yang simetris menggambarkan nama umum untuk ekor kuda.

10)Trobolus terdapat pada batang dan cabang-cabangnyA.


Gametofit paku ekor kuda berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan
mengandung klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang
menghasilkan alat kelamin jantan (anteridium), ada pula yang menghasilkan alat
kelamin betina (arkegonium). Gametofit jantan tumbuh dan spora jantan, sedangkan
gametofit betina tumbuh dari spora betina. Sphenopsida tumbuh melimpah pada
masa Karboniferus, dengan ukuran yang besar dan tingginya mencapai 15 m.
Sphenopsida merupakan pembentuk endapan batubara.
b. ekologi

Sphenopsida merupakan pembentuk endapan batubara.

Sphenopsida yang dapat bertahan hidup di bumi hingga saat ini

hanya sekitar 25 spesies. Pada umumnya, Sphenopsida berasal dari

genus Equisetum (sekitar 15 spesies), dengan ukuran tubuh (tinggi)

rata-rata 1 m, tetapi ada pula yang mencapai 4,5 m.

Sphenopsida tumbuh di tepian sungai yang lembap dan daerah

subtropis belahan bumi utara. Paku ekor kuda menyukai tanah yang

basah, baik berpasir maupun berlempung, beberapa bahkan tumbuh

di air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan

ini). E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena

rimpangnya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah


c. Reproduksi

Gametofit ekor kuda bersifat thalloid (serupa thallus) dan tidak

memiliki klorofil, sehingga kehidupannya tergantung pada asosiasi

dengan cendawan tanah dalam bentuk mikoriza. Ukurannya kecil

sehingga biasanya diamati dengan mikroskop. Bentuknya tidak

menyerupai lembaran seperti pada paku sejati melainkan

menyerupai tangkai memanjang, menghasilkan anteridium dan

arkegonium. Gametofit paku ekor kuda berukuran kecil (hanya

beberapa milimeter) dan mengandung klorofil sehingga dapat

berfotosintesis. Gametofit ada yang menghasilkan alat kelamin

jantan (anteridium), dan ada juga menghasilkan alat kelamin betina

(arkegonium). Gametofit jantan akan tumbuh dari spora jantan,

sedangkan betina akan tumbuh dari spora betina.


d. Klasifikasi

Semua warga sphenopsida yang masih hidup diklasifikasikan ke


dalam satu genus yaitu Equisetum, yang biasa disebut paku ekor
kuda. Beberapa spesies umumnya dijumpai di mana-mana.
Sphenopsida yang dapat bertahan hidup di bumi hingga saat ini
hanya sekitar 25 spesies. Pada umumnya, Sphenopsida berasal
dari genus Equisetum (sekitar 15 spesies), dengan ukuran tubuh
(tinggi) rata-rata 1 m, tetapi ada pula yang mencapai 4,5 m.
Sphenopsida tumbuh di tepian sungai yang lembap dan daerah
subtropis belahan bumi utara. Contoh Sphenopsida antara lain
Equisetum ramosissimum, Equisetum arvense dan Calamites
(sudah punah).
e. Peranan bagi kehiupan manusia

Secara umum tumbuhan paku ini biasa dimanfaatkan bagi


kepentingan manusia. Batang paku ekor kuda Equisetum debile
mengandung zat kersik dan abunya dapat dijadikan sebagai
penggosok untuk mencuci bahan dari gelas, batang paku ini juga
dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan selain itu di Indonesia
rumput betung ini digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan
campuran obat.

Jenis tumbuhan paku yang dapat dimanfaatkan yaitu semanggi


(Marsilea crenata) dimakan sebagai sayur, paku rane (Selaginella
plana) sebagai obat untuk menyembuhkan luka, Paku sawah (Azolla
pinnata) sebagai pupuk hijau tanaman padi di sawah, suplir (Adiantum
cuneatum) dan paku rusa (Platycerium bifurcatum) sebagai tanaman
hias.
3. Lycophya ( Paku Kawat atau Paku Rambat)

a. Struktur dan Bentuk

Lycophyta memiliki struktur daun berbentuk mirip rambut sisik

dengan batang seperti kawat sehingga sering disebut paku kawat.

Sporangiumnya tersusun dalam bentuk strobilus (jamak: strobili). Contoh

tumbuhan dari divisi ini adalah Lycopodium, Isoetes, dan

Selaginella. Umumnya Lycophyta adalah tumbuhan epifit. Akan tetapi, ada

juga yang tumbuh di dasar lantai hutan di daerah tropis. Lycophyta

memiliki spora dalam sporofit. Terdapat Lycophyta yang tidak

berfotosintesis, namun bersimbiosis dengan jamur. Lycopodium sp. dapat

menghasilkan spora tunggal yang nantinya berkembang menjadi gametofit

yang memiliki organ jantan dan betina. Adapun Selaginella dapat

menghasilkan dua spora, yaitu spora kecil (mikrospora) dan spora besar

(makrospora).
b. Ekologi

Lycophyta (paku kawat atau paku rambut) disebut juga club

moss (lumut gada) atau ground pine (pinus tanah), tetapi

sebenarnya bukan termasuk kedalam lumut atau pinus. Lycophyta

banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis, tumbuh di tanah

atau epifit di kulit pohon, tetapi tidak bersifat parasit. Bagian

tubuh Lycophyta yang mudah dilihat merupakan fase sporofitnya.

sporofit tersusun dari sel-sel yang mengandung klorofil dan

memiliki daun berbentuk seperti rambut atau sisik yang tersusun

rapat pada batang. Batang berbentuk seperti kawat. Pada ujung

cabang-cabang batang terdapat sporofil dengan struktur

berbentuk gada (strobilus) yang mengandung sporangium.


c. Reproduksi
Lycophyta contohnya Lycopodium sp dan
Selaginella sp. Lycopodium sp sporanya dalam
sporofit daun khusus untuk reproduksi dan dapat
bertahan dalam tanah selama 9 tahun, dapat
menghasilkan spora tunggal yang berkembang
menjadi gametofit biseksual (memiliki baik organ
jantan dan betina), jenis homospora. Selaginella sp
merupakan tanaman heterospora, menghasilkan dua
jenis spora (megaspora/gamet betina dan
mikrospora/gamet jantan).
d. klsifikasi

Anggota divisi ini biasa dinamakan paku kawat karena mempunyai

batang dan akar yang bercabang menggarpu. Struktur tubuhnya cukup

lengkap, yang mempunyai akar, batang dan daun sejati. Sporangium

terdapat pada ketiak daun, biasanya sporofil terkumpul di ujung batang

atau cabang dan membentuk bangunan seperti kerucut, disebut strobilus.

Bentuk ini menyerupai konus pada pohon pinus, sehingga banyak orang

yang menyebut paku kawat itu sama saja pinus tanah.

Berdasarkan ada tidaknya ligula (lidah-lidah pada daun), divisi ini dibagi

menjadi dua kelas yaitu Kelas Eligulopsida dan Kelas Ligulopsida. Kelas

Eligulopsida merupakan paku kawat yang tidak memiliki

ligula, contohnya Lycopodium sp. Sedangkan Ligulopsida merupakan

paku kawat yang memiliki ligula, contohnya paku rane (Selaginella sp.).


e. Peranan Bagi Kehidupan manusia

1) Sebagai bahan dalam membuat karangan


bunga.
2) Sebagai penyeimmbang ekosistem.
3) Sebagai bahan obat-obatan.

4) Tanaman hias.
4. Pteropsida/filicinae (Paku Sejati)

Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari.

Banyak ditemukan di daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki

daun yang lebih besar dibandingkan dengan subdivisi lainnya

dan dibedakan menjadi dua macam yaitu megafil dengan sistem

percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun yang tumbuh

dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan

pengangkut. Daunnya yang masih muda menggulung pada

ujungnya dan sporangium terdapat pada sporofil. Contohnya

adalah Adiantum cuneatum (suplir), Marsilea crenata

(semanggi), dan Asplenium nidus (paku sarang kuda).


a. Struktu dan bentuk

Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita

lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada

daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah

12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan

daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang

di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar

dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri

khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku yang

termasuk paku sejati yaitu Semanggi (Marsilea crenata), Paku tanduk

rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium

nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan

Dicksonia antarctica.
c. Reproduksi

1) Spora berkromosom haploid dan jika jatu ketempat yang


cocok akan berkecambah.

2) Protalium akan membentuk alat kelamin jantan dan betina.

3) Spermatofid akan menghasilkan spermatozoid berflagel


dan arkegonium menghasilkan ovum.

4) Keduanya akan melebur menjadi satu terbuahi dan


menghasilkan zigot.

5) Zigot akan mengalami pembelahan meosis dan menjadi


tumbuhan paku.
d. Klasifikasi

1) Suku hymenophyllales.

2) Suku osmundales.

3) Suku gleicheniales.

4) Suku schizaeales.

5) Suku cyatheales.

6) Polypodiales.

7) Salviniales.
e. Peranan bagi manusia

Manfaat Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Banyak orang yang mengangap

tumbuhan paku adalah sebuah tumbuhan atau tanaman pengganggu. Tapi

disisi lain tumbuhan paku juga sangat bermanfaat atau berkhasiat. Apalagi

Tumbuhan paku sangat mudah dicari di alam sekitar kita. Mungkin manfaat

tumbuhan paku masih banyak yang belum tahu. diantaranya sebagai berikut :

1)Sebagai bahan penghasil obat-obatan : Asipidium filix-mas Dryopteris filix-

mas Lycopodium clavatum.

2)Sebagai tanaman sayuran : Marsilea crenata (semanggi) Salvinia natans

(paku sampan = kiambang).

3)Sebagai pupuk hijau dalam pertanian : Azolla pinnata >> bersimbiosis

dengan anabaena azollae (gangang biru).

4)Sebagai pelindung tanaman di persemaian : Gleichenia linearis.


TERIMAKASIH

ASSALAMUALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATTUH

Anda mungkin juga menyukai