Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN DAN PEMELIHARAAN BIAKAN MURNI


Oleh
Kelompok 4
Ayuning Tyas D A P

E44150081

Ahmad Trijunianto

E44150032

Ari Bima Putra

E24140062

Muhammad Auza

E24140067

Salma Fadlilatul Lailiyah

E44150083

Dosen
Prof. Dr. Ir. Achmad MS.
Dr. Yunik Istikhorini SP. MP.
Asisten
Eti Artiningsih Octaviani S.Hut, M.Si.
Desi Nurafida S.Hut
Selvina Laura Lumbantoruan
Sheni Setyaningsih

LABORATIUM PATOLOGI HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi mikroorganisme yang ada di alam sangat besar dan cukup
kompleks. Ratusan spesies mikroba ada di setiap bagian tubuh kita. Mereka
terdapat dalam jumlah yang cukup besar. Alam ini disekitar kita, baik itu tanah,
air, maupun udara juga dihuni oleh kumpulan mikroorganisme penelitian yang
layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik
untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal
dengan istilah biakan campuran menjadi spesies yang berbeda-beda yang dikenal
dengan istilah biakan murni (Pelczar, 1986).
Isolasi

bakteri

merupakan

suatu

cara

untuk

memisahkan

atau

memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni


atau biakan murni. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
goresan (streak plate), cara tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), dan
mikromanipulator ( Buckle,1998).
Persyaratan utama bagi isolasi dan kultuvasi fage adalah harus adanya
kondisi optimum untuk pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofag
yang paling baik dan paling utama adalah habitat inangnya. Hal ini dilakukan
dengan sentifugasi atau filtrasi bahan sumbernya dan penambahan kloroform
untuk membunuh sel-sel bakterinya.
Oleh karna itu, penting adanya pelaksanaan praktikum tentang teknik
biakan murni, agar kita dapat mengetahui teknik teknik pembuatan biakan
murni, sehingga mampu mengidentifikasi perkembangan mikroorganisme
(bakteri) itu sendiri.

BAB II
METODE PENELITIAN
AlatdanBahan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bunsen
Medium PDA
Cawan Petri
Laminar Air Flow
Alkohol
Sudip
Biakan Botryodiplodia sp
Seal

Prosedur
1.
2.
3.
4.

Siapkanalatdanbahandi dalam Laminar Air Flow


Bersihkantanganmenggunakanalkohol
Nyalakan Bunsen
Sterilkansudipmenggunakanapibunsenuntukmembunuhjasadrenik yang

menempelpadapermukaan
5. Gunakansudip yang
telahsteriluntukmengambilbeberapasporaatauhifadaribiakanBotryodiplodia
6. MasukanbiakanBotryodiplodiakedalam media PDA padacawan petri yang
lain
7. Tutupcawan petri dansterilkanbagianpinggirnyamenggunakanapi Bunsen,
kemudiandi seal.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi adalah suatu proses pengambilan dan usaha untuk menumbuhkan
mikroba diluar habitat aslinya dengan tujuan untuk memperoleh biakan alami dari
mikroba spesifik yang tidak bercampur dengan mikroba lain. Isolasi juga
memungkinkan untuk mempelajari sifatsifat penyebaran mikroorganisme baik

yang bermanfaat atau bersifat patogen, selain itu isolasi juga merupakan salah satu
proses untuk menemukan solusi untuk mengatasi suatu mikroorganisme patogen.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme adalah sifat
mikroorganisme, jenis mikroorganisme, habitat mikroorganisme, medium
pertumbuhan, cara menginokulasi dan inkubasi, cara mengidentifikasi serta cara
pemeliharaannya.
1. Sifat-sifat Umum Botryodiplodia sp.
Botryosphariaceae merupakan kelompok cendawan yang memuat sejumlah
species yang tersebar pada beberapa genus anamorp,diantaranya yang paling
dikenal adalah Diplodia, Lasiodiplodia Neofusicoccum, Pseudofusicoccum,
Dothiorella

dan

Sphaeropsis

(Henuk

2010).Anggota

Botryosphaeriaceae

mempunyai distribusi yang sangat luas dan terjadi dalam varietas yang luas pada
berbagai tanaman inang termasuk monokotiledon, dikotiledon, gymnospermae,
dan angiospermae, dimana anggota-anggota Botryosphaeriaceae ini dapat
berperan sebagai saprofit, parasit, dan endofit (Begoude et al2009). Von
Arx(1987) melaporkan bahwa spesies-spesies Botryosphaeriaceae telah lama
dikenal sebagai patogen penting pada beberapa tanaman. Tanaman yang terinfeksi
menunjukkan gejala yang beragam, misalnya mati pucuk, kanker, hawar, dan
busuk pada seluruh organ tanaman bagian atas.
2. Taksonomi dan Morfologi Botryodiplodia sp.
Klasifikasi Botryodiplodiasp. menurut Alexopoulos (1996) adalah sebagai
berikut :
Kingdom

:Fungi

Phylum

:Deuteromycota

Kelas

:Deuteromycetes

Ordo

:Sphaeropsidales

Famili

:Sphaeropsidaceae

Genus

:Botryodiplodia
Punithalingam

(1976)

menyebutkan

bahwa

karakter

morfologi

Botryodiplodia sp. ditandai dengan pertumbuhan miselia seperti benang rambut

halus atau kapas dan miselium udara berlimpah. Koloni mula-mula berwarna
sepia, berubah menjadi abu-abu dan kemudian menjadi hitam. Piknidia sederhana,
bergerombol, sering agregat, stromatik, ostiolate, lebar sampai dengan 5 mm.
Konidia awalnya uniseluler, hialin, granulosa, subovoid sampai ellipsoid-oblong,
berdinding tebal, memotong seperti sekat; konidia matang uniseptate, coklat
seperti warna kayu manis, berukuran 20-30 m x 10-15 m.
3. Habitat Botryodipodia sp
Botryodiplodiasp. ditemukan terdapat di berbagai belahan dunia
diantaranya, di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa, Afrika, Asia, dan
Oceania (Urbez-Torres et al. 2008). Sejak akhir 1980 area perkebunan kakao di
Kamerun mengalami kejadian penyakit mati pucukyang luar biasa yang
disebabkan oleh B. theobromae. Pada beberapa perkebunan di Kamerun, penyakit
ini dapat merugikan tanaman kakao sampai 100%, hal ini menjadi pembatas
produksi kakao di Kamerun (Mbenoun et al. 2008). Tahun 1998, B.
Theobromaeditemukan pada pohon karet di Vietnam dan menyebabkan mati
pucuk pada pembibitan, patogen terus berkembang dan menyebabkan kerusakan
yang serius sehingga menekan produksi perkebunan di Dau Tieng Rubber
Company (Pha et al. 2009). Menurut Rustini (2010) di Denpasar, Bali, hampir
53,24% dari buah pisang yang dijual mengalami pembusukan akibat cendawan B.
theobromae, hal ini menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pasar karena
permintaan pisang di Bali cukup tinggi untuk berbagai upacara keagamaan.
4. Reproduksi Botryodiplodia sp.
Fungi

Botryodiplodia

(sinonim

Lasiodiplodia)

merupakan

fungi

yangbereproduksi secara aseksual (anamorph). Fungi Botryodiplodia memiliki


fase seksual atau telemorf yang bergantung pada spesiesnya, seperti fase telemorf
jenisB. theobromae adalah fungi Botryosphaeria rhodina. Jenis Botryodiplodia
cukupbanyak namun secara taksonomi morfologis cukup membingungkan
(Burgess

et

al.

2006).

Berdasarkan

penelusuran

melalui

MycoBank

(www.mycobank.org),jumlah jenis Botryodiplodia sebanyak 224 jenis sejak tahun


1884 sedangkanLasiodiplodia terdata berjumlah 30 jenis.

Keterangan gambar :
1. Piknidia
2. Konidiofor
3. Konidia muda
4. Konidia matang.
Gambar 3 Profil fungi Botryodiplodia sp. (sumber : Barnet & Hunter 1999)
Fungi Botryodiplodia secara morfologi dicirikan dengan konidia yang
khas

dan

pertumbuhannya

yang

cepat

pada

media

agar.

Jenis

B.

theobromaemerupakan jenis dominan dari genus Botryodiplodia yang menjadi


patogen padabeberapa tanaman berkayu khususnya dominan di daerah tropis
(Punithalingham 1980 dalam Burgess et al. 2006). Menurut Gandjar et al. (1999),
koloniB. theobromae pada media OA (Oatmeal Agar) dan PDA (Potatoes
DextroseAgar) membentuk miselia aerial yang lebat dan berwarna coklat tua
dengan piknidia muncul berupa klaster dalam stromata, berbentuk bulat dengan
leher panjang dan berwarna gelap hitam kehijauan, sedangkan fialid berbentuk
silindrisdan berukuran 5 sampai 12 m x 2 sampai 4 m serta konidia bersel dua
bila tua,berukuran 22 sampai 28 m x 12 sampai 15 m, berbentuk elips,
berwarna coklat tua dan memiliki garis-garis longitudinal. Pematangan konidia B.
theobromae berjalan lambat.

Tabel 1 Pengamatan biakan murni jamur Botryodiplodia


Pengamtn
Hari Ke-

Diameter (cm)

D
x
y

Gambar

Keterangan

Belum terlihat
1

0.85

0.76

0.85

pertumbuhan
miselium

Mulai terlihat
2

1.4

1.45

1.5

pertumbuhan
miselium

Miselium mulai
3

2.5

1.6

2.5

menebal berwarna
putih

Miselium menebal
4

7,05

5.55

7.05

dan bidang
tumbuh meluas

Miselium tersebar
5

9,0

7.0

9,0

melebihi setengah
cawan petri

Tabel 2 Perbandingan diameter pertumbuhan jamur Botryodipodia pada 6


pengulangan selama 5 hari pengamatan
Kelomp
x

H1
y

H2
y

H3
y

H4
y

H5
y

ok

(c

(c

(c

m)
0,9

m)
0,8

0,5

0,8

(c

(c

(c

(c

(c

(c

(c

(c

(c

(c

(c

(cm

m)
0,8

m) m) m)
1, 1,0 1,3

m)
2,8

m)
2,2

m)
2,5

m)
3,3

m)
2,9

m)
3,1

m)
4,5

m)
4,0

)
4,2

0,6

5
0,5

7
1,

2,3

2,6

2,4

5,0

5,5

5,2

9,0

8,3

5
8,6

0,5

5
0,6

4
1,

1,4 1,3

5,3

5
5,7

6,5

5
6,3

7,1

5
7,3

3
1,

5
7
1,4 1,5

2,5

1,6

2,5

7,0

5,5

9
7,0

9,0

7,0

5
9,0

5
1,4 1,4

6,1

7,3

7,6

0,8

0,7

5
0,8

5
0,5

6
0,8

5
0,6

5
5,

5
5,5 5,2

5,5

5,6

5,5

5
6,0

5
6,0

5
6,0

6,3

6,5

6,4

0,5

0,5

5
0,5

0
0,

5
0,8 0,8

0,8

0,9

5
0,8

3,0

3,0

3,0

7,5

7,0

7,2

Grafik 1.Perbandingan diameter pertumbuhan jamur Botryodipodia pada 6


pengulangan selama 5 hari pengamatan

Diameter Pertumbuhan Jamur


10

Diameter (cm)

5
0

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6

Hari Pengamatan

Pengamatan selama 5 hari pada pertumbuhan jamur Botryodipodia dengan 6 kali


pengulangan menunjukkan perbandingan yang berbeda-beda. Jamur kelompok 1
menunjukkan pertumbah yang stabil namun merupakan diameter terendah jika
dibandingkan dengan jamur dari kelompok lainnya yaitu 4,25 cm. Jamur
kelompok 5 terjadi pertumbuhan yang signifikan pada hari-2 yaitu 5,25 cm,

namun terjadi pertumbuhan yang lambat. Jamur yang menunjukkan diameter


terbesar pada hari-5 terdapat pada jamur kelompok 4 yaitu 9,0 cm dan
menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Perbedaan kecepatan pertumbuhan jamur
tersebut disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya kurangnya keterampilan
praktikan dalam memidahkan jamur kedalam cawan petri, perbedaan ukuran awal
jamur yang diambil oleh praktikan, gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh
kontaminan, dan tempat penyimpanan cawan petri yang gelap atau terang
sehingga memengaruhi laju pertumbuhan jamur.

BAB III
KESIMPULAN
Hasil pemurnian mikroba Botryodipodia menunjukkan bahwa pada hari
pertama tidak menunjukkan tanda-anda pertumbuhan. Namun, pada hari
berikutnya tumbuh dengan stabil ditandai dengan bertambahnya ukuran diameter.
Pengembangbiakkan Botryodipodia bisa dikatakan berhasil karena keberadaan
kontaminan sangat sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos CJ, Mims CW and Blackwell M. 1996.Introductory Mycology. Ed
ke-4. New York (US): John Willey & Sons, Inc.
Barnet HL, Hunter BB. 1999. Ilustrated genera of Imperpect fungi 3rd
Edition.Minesota (US): Burges Publishing Company.

Begoude BAD, Bernard S, Michael JW, Jolanda R. 2009. Botryosphaeriaceae


associated with Terminalia cattapa in Cameroon, South Africa and
Madagascar. Mycol Progress 9: 101-123.
Buckle. 2007. Mikrobiologi Terapan. Yogyakarta(ID) : Universitas Gajah Mada
Gandjar I, Samson RA, Vermeulen, Oetari A, Santoso I. 1999. Pengenalan
Kapang TropikUmum.Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.
Henuk JBD. 2010. Identifikasi dan uji patogenisitas penyebab busuk pangkal
batang pada jeruk (Citrus spp.) dari beberapa sentra produksi jeruk di
Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mbenoun M, Momo ZEH, Samuels G, Amougou FN, Nyasse S. 2008. Dieback
due to Lasiodiplodia theobromae, a new constraint to cocoa production in
Cameroon.Plant Pathology. 57: 381. [internet]. [diacu 2012 Juli 17].
Tersedia
dari:
hhtp://ddr.nal.usda.gov/bitstream/10113/13435/1C
/IND44.32848.pdf.23
Pha TA, Dung PT, Hieu ND, Nghia NA. 2009. Disease caused by Botryodiplodia
theobromae Pat. on rubber tree in Vietnam. Rubber Research Institute of
Vietnam. [internet]. [diacu 2012 Desember 2010]. Tersedia dari:
http://www.rriv.org.vn/uploads/userfiles
/28-BCMalaysia-Pha.ppt.
Pelczar M.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta(ID) : Erlangga
Punithalingam E. 1976. CMI Descriptions of Pathogenic Fungi and Bacteria.
England (NL): Commonwealth Mycological Institute.
Rustini NL. 2010. Aktivitas antijamur minyak atsiri rimpang dringo (Acorus
calamus l.) terhadap jamur Botryodiplodia theobromae penyebab
busukbuah pisang. Jurnal Kimia 4 (2): 173-179.
Urbez-Torres JR, Leavitt GM, Guerrero JC, Gubler WD. 2008. Identification and
pathogenicity of Lasiodiplodia theobromaeand Diplodia seriata, the causal
agents of Bot canker disease of grapevines in Mexico. Journal of Plant
Disease92: 519-529

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai