Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Percobaan Monohibrib Mendel (Peluang Dan Uji Khi-Kuadrat)

FMIPA UNMUL 2015


02 Oktober 2015, Samarinda
Indonesia
PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL (PELUANG DAN UJI KHI-KUADRAT)
BERTY VEIBRITA SINAGA,
1407025008
Program Studi Biologi, Laboratorium Anatomi dan Mikroteknik Hewan
FMIPA, Universitas Mulawarman
Jalan Barong Tongkok Samarinda, 75123
bertyveibrita@gmail.com
2015
ABSTRAK
Genetika merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Genetika menjadi dasar bagi
pengembangan ilmu biologi maupun ilmu lain yang terkait dengan biologi. Individu yang terbentuk dari
hasil perkawinan yang dapat dilihat dalam wujud fenotip, pada dasarnya hanya merupakan kemungkinankemungkinan pertemuan gamet jantan dan gamet betina. Keturunan hasil perkawinan atau persilangan
dapat diduga berdasarkan peluang yang ada, tidak dipastikan begitu saja. Peranan teori kemungkinan
sangatlah penting dalam mempelajari ilmu genetika. Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk
memperoleh gambaran kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet bertemu secara acak dan
melakukan pengujian khi-kuadrat untuk menarik kesimpulan apakah hasil yang diperoleh dapat dianggap
baik atau tidak. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan analisis kualitatif tanpa
sampling khusus. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Oktober 2015 pukul 13.30-15.30 WITA,
bertempat di Laboratorium Anatomi dan Mikroteknik Hewan, gedung G, lantai 3, FMIPA, Universitas
Mulawarman, Samarinda. Cara kerjanya dengan menggunakan tiga metode percobaan. Pertama,
dengan dilemparkan sebuah kancing yang kedua mata sisinya mempunyai warna berbeda, dan dicatat
warna sisi yang muncul. Dilakukan pelemparan sebanyak 200 kali. Setelah pelemparan selesai, dihitung
banyaknya pemunculan masing-masing sisi. Kemudian diuji, apakah penyebaran data sesuai dengan
hipotesis bahwa kedua alel setibang. Kedua, dilemparkan sepasang kancing dengan sisi yang berbeda
warna. Kancing dilempar dengan serempak dan dicatat sisi yang muncul (RR,Rr,rr). Dilakukan
pelemparan kombinasi sebanyak 200 kali. Kemudian diuji apakah kemunculan sisi dari setiap kancing itu
bebas satu sama lain atau tidak. Ketiga, dilakukan berdasarkan data percobaan peluang dua kejadian
bebas. Diuji fenotip data percobaan peluang dua kejadian bebas tersebut sesuai dengan hipotesi yang
diperlukan. Kesimpulan yang didapat adalah Pada percobaan pertama hukum mendel I ditolak dan pada
percobaan kedua hukum mendel I diterima, karena pada percobaan pertama X2 hitung > X2 tabel (64 >
3,84) maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan X2 hitung > X2 tabel (64 >
3,84) maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan sehingga tidak berlaku hukum
mendel I. Sedangkan pada percobaan kedua, X2 hitung X2 tabel (1,48 3,84) maka sebaran
pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan sehingga berlaku hukum Mendel I. Pada
percobaan ketiga pada pada persilangan monohibrid penuh didapatkan 2 fenotip yaitu merah dan putih
sengan genotipnya 3 : 1. Sedangkan pada persilangan monohibrid dominasi tidak penuh (intermediet)
didapatkan 3 fenotip yaitu merah, merah muda dan putih dengan genotipnya 1 : 2 : 1.
Kata kunci : genetika, peluang, khi-kuadrat, mendel.
PENDAHULUAN
Sejak dahulu manusia menyadari bahwa
orang tua mewariskan ciri-cirinya kepada
keturunannya. Anak manusia mirip
orang
tuanya, domba dan sapi mirip induknya,
sementara tanaman gandum mirip dengan
tanaman induknya. Manusia juga percaya
bahwa sifat-sifat orang tua bercampur dalam
keturunannya. Namun, tidak ada orang yang
tahu cara kerja pewarisan sifat sampai
jawabannya ditemukan oleh biarawan yang
bernama Gregor Mendel. Banyak sifat pada
tanaman, binatang dan mikroba yang diatur oleh
satu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa
pasangan-pasangan alel dan masing-masing

orang tua mewariskan satu alel dari pasangan


gen tadi kepada keturunannya (Walker, 2003).
Keturunan
hasil
perkawinan
atau
persilangan dapat diduga berdasarkan peluang
yang ada. Oleh karena itu peranan teori
kemungkinan
sangatlah
penting
dalam
mempelajari ilmu genetika. Misalnya mengenai
pemindahan gen gen dari induk atau orang tua
ke gamet gamet, pembuahan sel telur oleh
spermatozoa, serta berkumpulnya kembali gen
gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi
berbagai macam kombinasi (Walker, 2003).
Gregor Mendel merupakan pencetus
berbagai prinsip dasar genetika. Pada akhir
abad kesembilan belas, beliau mengenali
adanya unit informasi yang diwariskan untuk

Jurnal Percobaan Monohibrib Mendel (Peluang Dan Uji Khi-Kuadrat)


FMIPA UNMUL 2015
02 Oktober 2015, Samarinda
Indonesia
pembentukan sifat yang dapat diamati pada
organisme. Ini merupakan konsep pertama gen
(Bresnick, 2003).
Resesif yaitu alel dari gen yang tidak
menghasilkan hasil yang berfungsi, hasil yang
defisien atau hasil yang jumlahnya sedikit.
Dominan yaitu hasil gen fungsional, menutup
penampilan dari alel mutan. Homozigot yaitu
keadaan dimana kedua alel sama, individunya
disebut homozigot. Heterozigot yaitu keadaan
dimana ada dua alel berbeda pada gen yang
sama, individunya disebut heterozigot. Alel yaitu
salah satu bentuk mutasi yang mungkin terjadi
dari satu gen tertentu (Crowder, 1990).
Kelahiran genetika dengan teori faktornya,
Mendel menunjukkan bahwa sifat diwariskan ke
generasi baru dalam kondisi terpisah. Terobosan
Mendel masih belum diakui saat ia meninggal
pada tahun 1884, namun ditemukan kembali di
awal abad ke-20 oleh para ilmuan yang sedang
menyelidiki pewarisan sifat. Faktor-faktor
Mendel diberi nama baru, yaitu gen. Penelitian
Mendel menjadi dasar ilmu genetika (Walker,
2003). Metode khi-kuadrat adalah cara yang
dapat dipakai untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari persilanganpersilangan dengan hasil yang diharapkan
berdasarkan hipotesis secara teoritis. Dengan
cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan
satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis
itu (Crowder, 1990). Salah satu cara untuk
menghitung uji kesesuaian adalah dengan
metode Khi-kuadrat. Maksud dari uji kesesuaian
khi-kuadrat adalah untuk menentukan apakah
persamaan distribusi peluang yang telah dipilih
dapat mewakili dari distribusi statistik sampel
data yang di analisis (Hartati, 2011).
Suatu uji yang dapat mengubah deviasi
deviasi dan nilai nilai yang diharapkan menjadi
probabilitas dari perbedaan yang terjadi oleh
peluang diperlukan adanya evaluasi hipotesis
genetik. Uji ini harus memperhatikan besarnya
sampel dan jumlah peuba (derajat bebas). Uji ini
dikenal dengan dengan uji X2 (Chi-Square Test).
Suatu uji nyata yang menentukan apakah hasil
observasi menyimpang dari nisbah yang
diharapkan, secara kebetulan atau tidak. Uji ini
dilakukan
karena
seringkali
percobaan
persilangan yang dilakukan menghasilkan
keturunan yang tidak sesuai dengan hukum
Mendel (Hartati, 2011).
Oleh karena itu dilakukan percobaan
monohibrid Mendel dengan menggunakan
metode khi-kuadrat dengan membandingkan
data percobaan yang sesuai dengan hipotesis
untuk membuktikan hukum Mendel I berlaku
atau tidak dalam kesimpulan yang ditarik pada
percobaan yang dilakukan.

Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu
untuk mengetahui kemungkinan dari gen-gen
yang dibawa oleh gamet-gamet yang bertemu
secara acak, menghitung peluang pada setiap
kejadian yang ada kemudian dilakukan
pengujian khi-kuadrat untuk menarik kesimpulan
apakah hasil yang diperoleh dapat dianggap
baik atau tidak.
Manfaat
Dapat
memperoleh
gambaran
kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gametgamet bertemu secara acak dan dapat
melakukan pengujian khi-kuadrat untuk menarik
kesimpulan apakah hasil yang diperoleh dapat
dianggap baik atau tidak.
Metodologi Percobaan
1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 01 Oktober 2015, pukul 13.30-15.30
WITA, bertempat di Laboratorium Anatomi dan
Mikroteknik Hewan, Fakultas Matematika dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas
Mulawarman, Samarinda.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah kalkulator, kantong kancing dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan adalah
beberapa buah kancing dengan warna sisi yang
berbeda.
3. Cara Kerja
Menggunakan tiga metode percobaan.
Pertama yaitu uji peluang munculnya alel R atau
r dalam pembentukan gamet dari individu
heterozigot Aa. Cara kerjanya dengan
dilemparkan sebuah kancing yang kedua mata
sisinya mempunyai warna berbeda, dan dicatat
warna sisi yang muncul. Dilakukan pelemparan
sebanyak 200 kali. Setelah pelemparan selesai,
dihitung banyaknya pemunculan masing-masing
sisi. Kemudian diuji, apakah penyebaran data
sesuai dengan hipotesis bahwa kedua alel
setibang. Kedua, uji peluang dua kejadian bebas
: penggabungan gamet (alel) pada saat
pembuahan (F1 x F1). Cara kerjanya dengan
dilemparkan sepasang kancing dengan sisi yang
berbeda warna. Kancing dilempar dengan
serempak dan dicatat sisi yang muncul
(RR,Rr,rr). Dilakukan pelemparan kombinasi
sebanyak 200 kali. Kemudian diuji apakah
kemunculan sisi dari setiap kancing itu bebas
satu sama lain atau tidak. Ketiga, uji segregasi
fenotip F2 monohibrid. Pengujian dilakukan

Jurnal Percobaan Monohibrib Mendel (Peluang Dan Uji Khi-Kuadrat)


FMIPA UNMUL 2015
02 Oktober 2015, Samarinda
Indonesia
berdasarkan data percobaan peluang dua
kejadian bebas. Diuji fenotip data percobaan
peluang dua kejadian bebas tersebut sesuai
dengan hipotesi yang diperlukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan-percobaan yang telah dilakukan
tentang
Percobaan
Monohibrid
Mendel
(Peluang
dan
Uji
Khi-Khuadrat)
hasil
pengamatannya dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut:
Tabel 1.1 Peluang munculnya alel R atau r
dalam pembentukan gamet dari individu
heterozigot Rr
Pengamatan

Diamati

Harapa
n

Gamet

(O)

(e)

RR

58

1/4
200
50

x
=

Rr

94

2/4
200
100

x
=

Rr

48

1/4
200
50

x
=

Total

200

200

x2

(Oi Ei ) 2
Ei

x2

(58 50) 2
1,28
50

x2

(94 100)
0,36
100

x2

( 48 50)
0,08
50

1,72

Db = K 1

gamet dari individu heterozigot Rr pada


pengamatan gamet R yang telah diamati
sebanyak 110, harapan yang didapat sebesar
150 dan X2 (Khi-khuadrat) sebesar 10,7. Pada
gamet r yang telah diamati sebanyak 90
harapan yang didapat sebesar 50 dan X2 (Khikhuadrat) sebesar 32, sehingga totalnya yang
didapat pada X2 = 10,7 + 32 = 42,7 dengan X 2
tabel = 3,84. Karena X2 hitung > X2 tabel (42,7 >
3,84) maka sebaran pengamatan berbeda nyata
dengan sebaran harapan sehingga tidak berlaku
hukum Mendel I.
Tabel 1.2 Peluang dua kejadian bebas,
penggabungan gamet alel pada saat
pembuahan (F1 X F2)
Penga
matan

Dia
mati

Harap
an

(O)

(e)

R1R1

49

1/4 x
200 =
50

R1r1

44

1/4 x
200 =
50

R1r2

56

1/4 x
200 =
50

r1r2

51

1/4 x
200 =
50

Total

200

200

(Oi Ei ) 2
Ei

Gamet

=21
=1

x2

1,48

X2 tabel = 3, 84
Db = K 1

X2 hitung = 42,7

=21

Kriteria uji:
2

H0 = X hitung X tabel, diterima bahwa


sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata
dengan harapan.
H1 = X2 hitung > X2 tabel, ditolak bahwa
sebaran pengamatan berbeda nyata dengan
sebaran harapan.
Kesimpulan tabel :
X2 hitung > X2 tabel (42,7 > 3,84) maka
sebaran pengamatan berbeda nyata dengan
sebaran harapan (Ho ditolak) sehingga hukum
Mendel I tidak berlaku.
Pada percobaan pertama tentang peluang
munculnya alel R atau r dari pembentukan

=1
X2 tabel = 3, 84
X2 hitung = 1,48
Kriteria uji:
H0 = X2 hitung X2 tabel, diterima bahwa
sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata
dengan harapan.
H1 = X2 hitung > X2 tabel, ditolak bahwa
sebaran pengamatan berbeda nyata dengan
sebaran harapan.
Kesimpulan tabel 2:

Jurnal Percobaan Monohibrib Mendel (Peluang Dan Uji Khi-Kuadrat)


FMIPA UNMUL 2015
02 Oktober 2015, Samarinda
Indonesia
X2 hitung X2 tabel (1,48 3,84) maka
sebaran pengamatan tidak berbeda nyata
dengan sebaran harapan (Ho berlaku) sehingga
berlaku hukum Mendel I.
Pada percobaan kedua tentang peluang dua
kejadian bebas, penggabungan gamet alel pada
saat pembuahan (F1 X F2) pada pengamatan
gamet R1R1 yang telah diamati sebanyak 49,
harapan yang didapat sebesar 50 dan X 2 (KhiKhuadrat) sebesar 0,02. Pada R1r1 yang telah
diamati sebanyak 44 harapan yang didapat
sebesar 50 dan X2 (Khi-khuadrat) sebesar 0,72.
Pada r1R2 yang telah diamati sebanyak 56
harapan yang didapat sebesar 50. dan X 2 (Khikhuadrat) sebesar 0,72. Pada gamet r1r2 yang
telah diamati sebanyak 51 harapan yang didapat
sebesar 50 dan X2 (Khi-Khuadrat) sebesar 0,02.
Sehingga totalnya yang didapat pada X 2hitung =
1,48 dengan X2 tabel = 3,84 karena X 2hitung
X2 tabel (1,48 3,84) maka sebaran
pengamatan tidak berbeda nyata dengan
sebaran harapan sehingga berlaku hukum
Mendel I.
Segregasi fenotip F2 monohibrid
Dominansi penuh persilangan monohibrid
P1

RR

Gamet

F1

rr
r

Rr
(merah 100%)

P2

Rr

Gamet

F2 =

X Rr

RR

Rr

Rr

Rr

Genotip =

RR :

Rr

rr

1 Merah : 2 merah : putih


Fenotip =
Dominasi
monohibrid
P

3 merah :
tidak

Gamet

penuh

RR
(merah)
=

1 putih

persilangan
rr

(putih)
R

F1

Rr
(merah muda)

Kemungkinan keturunan F1 100 % merah muda.


P

Rr

Rr

(merah muda) (merah muda)


Gamet
F2 =

RR

Rr

Rr

Rr

Perbandingan

= RR

: Rr

rr

(merah) (merah muda) (putih)


1

Pada percobaan ketiga tentang segregasi


fenotip F2 dengan data berdasarkan peluang
dua kejadian bebas. Dilakukan dua persilangan
yaitu dominansi penuh dan dominansi tidak
penuh. Genotip (RR) ini merupakan hasil
interaksi dari dua faktor dominan yang berdiri
sendiri-sendiri,
sedangkan
genotip
(rr)
merupakan hasil dari interaksi dua faktor resesif.
Kemudian (R) digunakan untuk menandakan
warna merah dan (r) untuk menandakan warna
putih. Hukum segregasi Mendel mengikuti
proses meiosis. Individu heterozigot untuk alel
Merah (R) dan alel putih (r). Setelah kromosom
mengganda,
melalui miosis
I
dan
II
menghasilkan sel-sel haploid. Tiap-tiap sel
memiliki alel tunggal untuk gen warna merah,
baik R atau r, maka alel R dan r bersegregai
bebas satu sama lain. Selama fertilisasi alel
bergabung secara acak. Pada dominansi penuh
keturunan yang dihasilkan memiliki rasio
genotipe: 1 RR : 2 Rr : 1 rr dan rasio fenotipe 3
Merah : 1 putih. Karena dominansinya Nampak
sepenuhnya. Sedangkan, pada dominansi tidak
penuh keturunan yang dihasilkan memiliki rasio
genotip : 1 RR : 2 Rr : 1 rr dengan rasio fenotip
1 merah : 2 merah muda : 1 putih
Pembahasan
Persilangan monohibrid memiliki ciri-ciri
antara lain adalah semua individu F1 seragam
atau sama, lalu pada waktu individu F1 yang
heterozigot
membentuk
gamet,
terjadi
pemisahan alel sehingga gamet memiliki salah
satu alel saja, kemudian jika dominasi tampak
sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotif

Jurnal Percobaan Monohibrib Mendel (Peluang Dan Uji Khi-Kuadrat)


FMIPA UNMUL 2015
02 Oktober 2015, Samarinda
Indonesia
seperti induk yang dominan. Selain itu dalam
perumpamaan,
ketika
dominasi
nampak
sepenuhnya maka perkawinan monohibrid (Rr
><
Rr)
menghasilkan
keturunan
yang
menghasilkan perbandingan fenotif 3 : 1 (
Merah : Putih), dan menghasilkan
perbandingan genotif 1 : 2 : 1 ( RR : 2/4
Rr : rr) (Roini, 2013).
Hukum Mendel I atau hukum segregasi,
alel memisah (segregasi) satu dari yang lain
selama pembentukan gamet dan diwariskan
secara seimbang kedalam gamet yang sama
jumlahnya. Sebagai dasar segregasi atau
pasang alel terletak pada lokus yang sama dari
kromosom homolog. Kromosom homolog ini
memisah secara bebas pada anafase I dari
meiosis dan tersebar kedalam gamet-gamet
yang berbeda (Crowder, 1990).
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum
Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung,
pasangan-pasangan kromosom homolog saling
berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set
kromosom itu terkandung di dalam satu sel
gamet. Proses pemisahan gen secara bebas
dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum
Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid.
(Syamsuri, 2004).
Salah satu cara untuk menghitung uji
kesesuaian adalah dengan metode khi-kuadrat.
Maksud dari uji kesesuaian khi-kuadrat adalah
untuk menentukan apakah persamaan distribusi
peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari
distribusi statistik sampel data yang di analisis
(Hartati, 2011). Khi-kuadrat adalah cara yang
dapat dipakai untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari persilanganpersilangan dengan hasil yang diharapkan
berdasarkan hipotesis secara teoritis. Dengan
cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan
satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis
itu (Crowder, 1990).
Faktor kesalahan yang sering terjadi yaitu
kesalahan dalam melakukan perhitungan
sehingga hasil yang didapat tidak akurat dan
kesalahan dalam melihat warna peluang yang
muncul.
KESIMPULAN
Pada percobaan pertama hukum mendel I
ditolak dan pada percobaan kedua hukum
mendel I diterima, karena pada percobaan
pertama X2 hitung > X2 tabel (64 > 3,84) maka
sebaran pengamatan berbeda nyata dengan
sebaran harapan X2 hitung > X2 tabel (64 > 3,84)
maka sebaran pengamatan berbeda nyata
dengan sebaran harapan sehingga tidak berlaku

hukum mendel I. Sedangkan pada percobaan


kedua, X2 hitung X2 tabel (1,72 3,84) maka
sebaran pengamatan tidak berbeda nyata
dengan sebaran harapan sehingga berlaku
hukum Mendel I. Pada percobaan ketiga pada
persilangan monohibrid penuh didapatkan 2
fenotip yaitu merah dan putih sengan
genotipnya 3 : 1. Sedangkan pada persilangan
monohibrid dominasi tidak penuh (intermediet)
didapatkan 3 fenotip yaitu merah, merah muda
dan putih dengan genotipnya 1 : 2 : 1.
DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Jakarta:
Hiprokates.
Crowder, L.V. 1990. Genetika Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Hartati, I. A. 2011. Rekayasa Sipil Volume VII,
Nomor 2. Padang: Politeknik Negeri
Padang.
Roini, C. 2013. Jurnal EduBio Tropika, Volume
1, Nomor 1. Maluku: Universitas
Khairun Ternate
Syamsuri, I. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Walker, R. 2003. Seri Pengetahuan Gen dan
DNA. Jakarta: Erlangga.

Jurnal Percobaan Monohibrib Mendel (Peluang Dan Uji Khi-Kuadrat)


FMIPA UNMUL 2015
02 Oktober 2015, Samarinda
Indonesia
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai