Anda di halaman 1dari 10

Kultur Kalus

Tanaman dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan teknik kultur in vitro dengan teknik kultur
kalus atau kultur sel.

Kultur kalus merupakan pemeliharaan bagian kecil tanaman dalam lingkungan buatan yang steril dan
kondisi yang terkontrol. Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan
yang berproliferasi secara terus menerus dan tidak terorganisasi sehingga memberikan penampilan
sebagai massa sel yang bentuknya tidak teratur. Proliferasi jaringan ini dapat dilakukan secara tidak
terbatas dengan cara melakukan subkultur sepotong kecil jaringan kalus pada medium yang segar
dengan interval waktu yang teratur.

Penelitian pembentukan kalus pada jaringan terluka pertama kali dilakukan oleh Sinnott pada tahun
1960. Pembentukan kalus pada jaringan luka dipacu oleh zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin
endogen. Secara in vivo, kalus pada umumnya terbentuk pada bekas-bekas luka akibat serangan infeksi
mikro organisme seperti Agrobacterium tumefaciens, gigitan atau tusukan serangga dan nematoda.
Kalus juga dapat terbentuk sebagai akibat stress. Kalus yang diakibatkan oleh hasil dari infeksi bakteri
Agrobacterium tumefaciens disebut tumor.

Kalus adalah jaringan meristematik yang merupakan wujud dari dediferensiasi. Dalam kultur jaringan
menginduksi terbentuknya kalus merupakan langkah yang penting. Setelah terbentuknya kalus baru
diberikan perlakuan/rangsangan untuk berdiferensiasi membentuk akar atau tunas.

Tujuan kultur kalus adalah untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam
lingkungan terkendali. Kalus diharapkan dapat memperbanyak dirinya (massa selnya) secara terus
menerus.

Jika suatu eksplan ditanam pada medium yang sesuai, dalam waktu 2-4 minggu, tergantung spesiesnya,
akan terbentuk massa kalus yaitu massa amorf yang tersusun atas sel-sel parenkim berdinding sel tipis
yang berkembang dari hasil proliferasi sel-sel jaringan induk. Kalus dapat disubkultur dengan cara
mengambil sebagian kalus dan memindahkannya pada medium baru. Dengan sistem induksi yang tepat,
kalus dapat berkembang menjadi tanaman yang utuh (plantlet).

Kultur kalus dapat dikembangkan dengan menggunakan eksplan yang berasal dari berbagai sumber,
misalnya tunas muda, daun, ujung akar, buah, dan bagian bunga. Kalus dihasilkan dari lapisan luar sel-sel
korteks pada eksplan melalui pembelahan sel-sel berulang. Kultur kalus tumbuh berkembang lebih
lambat dibanding kultur yang berasal dari suspensi sel. Kalus terbentuk melalui tiga tahapan, yaitu
induksi, pembelahan sel, dan diferensiasi. Pembentukan kalus ditentukan sumber eksplan, komposisi
nutrisi pada medium dan faktor lingkungan.eksplan yang berasal dari jaringan meristem berkembang
lebih cepat dibanding jaringan dari sel-sel berdinding tipis dan mengandung lignin. Untuk memelihara
kalus, maka perlu dilakukan subkultur secara berkala, misalnya setiap 30 hari.

Eksplan terbaik untuk induksi kalus adalah jaringan bagian-bagian semai (seedling) yang dikecambahkan
secara in vitro, jaringan yang mengandung parenkim tidak hijau, seperti parenkim empulur, mempunya
respon yang lebih baik dibandingkan dengan sel-sel daun yang mengandung kloroplas. Ukuran eksplan
juga penting untuk diperhatikan, idealnya ukuran eksplan yang dikehendaki adalah yang kecil tetapi
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membelah, hal ini dimaksudkan agar diperoleh sel-sel yang
relatif homogen.

Sel yang berasal dari tanaman apapun dapat dibiakkan atau dikulturkan secara aseptic pada atau dalam
medium hara. Kultur biasanya dimulai dengan menanamkan satu iris jaringan steril pada medium hara
yang dipadatkan dengan agar. Dalam waktu 2-3 minggu akan berbentuk kalus. Kalus semacam ini dapat
disubkulturkan dengan memindahkan potongan kecil pada medium agar segar. Proses terbentuknya
kalus sampai terjadi diferensiasi berbeda-beda tergantung macam dan bagian tanaman yang dipakai
untuk eksplan, bahan kimia atau hormon yang terkandung pada media kultur.

Dalam perbanyakan mikro, produksi kalus biasanya dihindari karena dapat menimbulkan variasi dan,
terutama pada zona perakaran, mengakibatkan diskontinyuitas dengan sitem berkas pengangkut utama.
Kadang-kadang eksplan menghasilkan kalus, bukan tunas baru, khususnya jika diberikan hormon dengan
konsentrasi tinggi pada media. Dalam hal lain, kalus sengaja diinduksi karena potensinya untuk produksi
massal plantlet baru. Faktor pembatasnya adalah sulitnya menginduksi inisiasi tunas baru, terutama
pada tanaman berkayu dan tingginya kejadian mutasi somatik.

Potensi terbesar penggunaan kultur kalus adalah dimana sel–sel kalus dapat dipisahkan dan diinduksi
untuk berdiferensiasi menjadi embrio somatic. Secara morphologi, embryo ini mirip dengan yang ada
pada biji, tapi tidak seperti embrio biji, mereka secara genetik bersifat identik dengan tanaman tetua,
jadi, segregasi seksual materi genetik tidak terjadi. Karena 1 milimeter kalus berisi ribuan sel, masing–
masing memiliki kemampuan untuk membentuk embrio, sehingga kecepatan multiplikasi sangat tinggi.

Kultur kalus dapat dilakukan pada media cair dan embrio berkembang sebagai individu terpisah,
sehingga penanganan kultur relatif mudah.

2.3 Sel-Sel Penyusun Kalus

Sel-sel penyusun kalus berupa sel parenkim yang mempunyai ikatan yang renggang dengan sel-sel lain.
Dalam kultur jaringan, kalus dapat dihasilkan dari potongan organ yang telah steril, di dalam media yang
mengandung auksin dan kadang-kadang juga sitokinin. Organ tersebut dapat berupa kambium vaskular,
parenkim cadangan makanan, perisikle, kotiledon, mesofil daun dan jaringan provaskular. Kalus
mempunyai pertumbuhan yang abnormal dan berpotensi untuk berkembang menjadi akar, tunas dan
embrioid yang nantinya akan dapat membentuk plantlet.

Beberapa kalus ada yang mengalami pembentukan lignifikasi sehingga kalus tersebut mempunyai tekstur
yang keras dan kompak. Namun ada kalus yang tumbuh terpisah-pisah menjadi fragmen-fragmen yang
kecil, kalus yang demikian dikenal dengan kalus remah (friable). Warna kalus dapat bermacam-macam
tergantung dari jenis sumber eksplan itu diambil, seperti warna kekuning-kuningan, putih, hijau, atau
kuning kejingga-jingaan. (karena adanya pigmen antosianin ini terdapat pada kalus kortek umbi wortel).
Dalam kultur kalus, kalus homogen yang tersusun atas sel-sel parenkim jarang dijumpai kecuali pada
kultur sel. Untuk memperoleh kalus yang homogen maka harus menggunakan eksplan jaringan yang
mempunyai sel-sel yang seragam. Dalam pertumbuhan kalus, citodiferensiasi terjadi untuk membentuk
elemen trachea, buluh tapis, sel gabus, sel sekresi dan trikoma. Kambium dan periderm sebagai contoh
dari proses hitogenesis dari kultur kalus. Anyaman kecil dari pembelahan sel-sel membentuk
meristemoid atau nodul vaskular yang nantinya menjadi pusat dari pembentukan tunas apikal,
primordial akar atau embrioid.

Pada umumnya untuk eksplan yang mempunyai kambium tidak perlu penambahan ZPT untuk
menginduksi terbentuknya kalus karena secara alamiah pada jaringan berkambium yang mengalami luka
akan tumbuh kalus untuk menutupi luka yang terbuka. Namun pada kasus lain, keberadaan kambium di
dalam eksplan tertentu dapat menghambat pertumbuhan kalus bila tanpa penambahan zat pengatur
tumbuh eksogen. Penambahan ZPT tersebut dapat satu macam atau lebih tergantung dari jenis eksplan
yang digunakan. Pembelahan sel di dalam eksplan dapat terjadi tergantung dari ZPT yang digunakan,
seperti auksin, sitokinin, auksin dan sitokinin, dan ekstrak senyawa organik komplek alamiah.

Berdasarkan kebutuhan akan zat pengatur tumbuh untuk membentuk kalus, jaringan tanaman
digolongkan dalam 4 kelompok:

1) Jaringan tanaman yang membutuhkan hanya auksin selain gula dan garam-garam mineral untuk
dapat membentuk kalus seperti umbi artichoke.

2) Jaringan yang memerlukan auksin dan sitokinin selain gula dan garam-garam mineral.

3) Jaringan yang tidak perlu auksin dan sitokinin, hanya gula dan garam-garam mineral seperti
jaringan kambium.

4) Jaringan yang membentuk hanya sitokinin, gula dan garam-garam mineral seperti parenkim dan
xylem akar turnip.

Pada umumnya kemampuan pembentukkan kalus dari jaringan tergantung juga dari:

1) Umur fisiologi dari jaringan waktu diisolasi.

2) Musim pada waktu bahan tanaman diisolasi.

3) Bagian tanaman yang dipakai.

4) Jenis tanaman.

Kalus dari eksplan yang berasal dari satu macam tipe sel akan mengandung sel-sel yang seragam pula,
misalnya sel-sel parenkim floem dari wortel. Eksplan batang, akar dan daun sel-sel penyusunnya sangat
heterogen, kalus yang terbentuk dari eksplan tersebut sel-selnya juga sangat heterogen dan terdiri dari
bermacam-macam tipe sel misalnya sel-sel meristematik (ditengah), sel-sel yang parenchymatous, sel-sel
yang mengandung vakuola, sel-sel raksasa, sel-sel seperti trakeid dan sebagainya, heterogenitas ini
mencerminkan asal dari eksplannya. Sel-sel yang heterogen dari jaringan yang kompleks menunjukkan
pertumbuhan yang berbeda. Dengan mengubah komposisi media, terjadi seleksi sel-sel yang mempunyai
sifat khusus. Media seleksi dapat didasarkan pada unsur-unsur hara atau zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan kedalam media. Selain dari eksplannya, sel-sel yang heterogen pada kalus juga dapat
disebabkan karena masa kultur yang terlalu lama melalui serangkaian subkultur yang berulang-ulang.

2.4 Inisiasi Kalus

Inisiasi pembentukan kalus dimulai dari hasil pembelahan sel yang terus menerus pada jaringan induk
yang tidak perlu harus berhubungan langsung dengan medium kultur. Pertumbuhan yang tercepat
terjadi didaerah perifer. Hal ini disebabkan karena pada daerah tersebut ketersediaan hara dan
oksigennya lebih baik. Pertumbuhan kalus merupakan hasil interaksi yang sangat komplek antara
eksplan, komposisi medium dan kondisi lingkungan selama periode inkubasi. Sel-sel memperlihatkan
peningkatan aktivitas sitoplasmik yang ditandai dengan meningkatnya respirasi dan jaringan kembali
kekeadaan meristematik (dediferensiasi). Selama pertumbuhannya kalus dapat mengalami lignifikasi
yang cukup kuat hingga menyebabkan kalus bertekstur keras dan kompak, ada juga yang friabel dan
lunak sehingga mudah terpecah-pecah menjadi serpihan-serpihan kecil. Kalus dapat berwarna
kekuningan, putih, hijau atau terpigmentasi oleh antosianin. Pigmentasi dapat seragam pada
keseluruhan kalus atau sebagian daerah tidak terpigmentasi. Sel-sel pembentuk antosianin dan non-
antosianin telah berhasil diisolasi dari kalus wortel.

Kalus dapat diinisiasi dari hampir semua bagian tanaman, tetapi organ yang berbeda menunjukkan
kecepatan pembelahan sel yang berbeda pula. Jenis tanaman yang menghasilkan kalus, meliputi dikotil
berdaun lebar, monokotil, gymnospermae, pakis dan moss. Bagian tanaman seperti embrio muda,
hipokotil, kotiledon dan batang muda merupakan bagian yang mudah untuk dediferensiasi dan
menghasilkan kalus.

Pada perbanyakan tanaman hortikultura, dianjurkan melalui tunas aksilair, karena dapat menghasilkan
bibit yang true-to-type (sesuai dengan sifat induknya). Tunas adventif, terutama yang melalui fase kalus,
tidak dianjurkan dalam perbanyakan tanaman hortikultura, kecuali untuk tujuan seleksi dan variasi.
Tunas adventif langsung, juga menunjukkan kemungkinan variasi, hanya dalam taraf lebih rendah
daripada regenerasi melalui fase kalus. Suatu sifat yang diamati dalam jaringan yang membentuk kalus
adalah bahwa pembelahan sel tidak terjadi pada semua sel dalam jaringan asal, tetapi hanya sel di
lapisan perisfer yang membelah terus menerus sedangkan sel-sel di tengah tetap quiscent.

Faktor-faktor yang menyebabkan inisiasi pembelahan sel hanya terbatas di lapisan luar dari jaringan
kalus, adalah:

1) Ketersediaan oksigen yang lebih tinggi.

2) Keluarnya gas CO2.

3) Ketersediaan hara yang lebih banyak.


4) Penghambat yang bersifat folatik lebih cepat menguap.

5) Cahaya.

Eksplan batang, akar dan daun menghasilkan kalus yang heterogen dengan berbagai macam sel. Kadang-
kadang jaringan yang kelihatannya seragam histologinya, ternyata menghasilkan kalus dengan sel yang
mempunyai DNA yang berbeda yang mencerminkan level ploidi yang berbeda. Begitupun pada kultur
akar kalus yang dihasilkan dapat berupa campuran sel dengan tingkat ploidi yang berbeda.

Sel-sel yang heterogen dari jaringan yang komplek menunjukkan pertumbuhan yang berbeda. Dengan
mengubah komposisi media, terjadi seleksi sel-sel yang mempunyai sifat khusus. Hal ini berarti bahwa
media tumbuh menentukan komposisi kalus. Sel yang jumlahnya paling banyak merupakan sel-sel yang
paling cepat membelah dan sel yang paling sedikit adalah sel yang paling lambat pertumbuhannya.
Media seleksi dapat berdasarkan unsur-unsur hara atau zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke
dalam media. Sel heterogen berasal dari materi asal yang heterogen pula, atau dapat terjadi karena
massa kultur yang panjang melalui sub kultur yang berkali-kali.

Perubahan yang terjadi dapat merupakan:

a) Aberasi kromosom.

b) endo-reduplikasi yang menghasilkan poloploidi.

c) Amplifikasi gen, jumlah gen untuk suatu sifat tertentu per genome haploid bertambah.

d) Hilangnya suatu gen (deletion).

e) Mutasi gen.

f) Transposisi urutan DNA (DNA sequences transposition).

2.5 Fase-Fase Pertumbuhan Pada Kalus

Agar kalus dapat dijaga pertumbuhannya dan dapat diperbanyak secara berkesinambungan, maka perlu
dipindahkan secara teratur pada media baru dalam jangka waktu terentu (subkultur). Apabila kalus
disubkultur pada media agar yang dilakukan secara regular, maka akan menunjukkan fase pertumbuhan
kurva S (sigmoid). fase pertumbuhan kalus terbagi menjadi lima fase, yaitu:

1) Fase lag, dimana sel-sel mulai membelah.

2) Fase eksponensial, dimana laju pembelahan sel berada pada puncaknya.

3) Fase linear, dimana pembelahan sel mengalami perlambatan tetapi laju ekspansi sel meningkat.

4) Fase deselerasi, dimana laju pembelahan dan pemanjangan sel menurun.


5) Fase stationer, dimana jumlah dan ukuran sel tetap.

Kecepatan perubahan-perubahan dalam kromosom ini, tergantung juga dari macam media yang
digunakan, serta jenis tanamannya. Ketidakstabilan kromosom ini menyulitkan aplikasi kultur kalus untuk
perbanyakan maupun untuk produksi bahan-bahan/persenyawaan sekunder. Sebaliknya ketidak-stabilan
tersebut dapat dipergunakan dalam seleksi dan pemuliaan invitro, untuk memperoleh sifat-sifat baru
yang menguntungkan seperti resistensi terhadap penyakit, hilangnya morfologi yang memang tidak
diinginkan seperti duri atau warna pada bunga.

Kalus yang tumbuh secara invivo pada batang tanaman biasanya disebut dengan tumor, ciri-ciri tumor
adalah sebagai berikut:

1) Terjadi penyakit yang infeksinya melalui luka (Crown gall disease).

2) Jaringan tumor yang terjadi dapat tumbuh terus, walaupun penyebabnya yang berupa bakteri
Agrobacterium tumefacien telah dihilangkan.

3) Tumor ini bila ditumbuhkan pada media buatan tidak memerlukan auksin maupun sitokinin.
Ketidaktergantungan jaringan tanaman untuk tumbuh dan terus membelah disebut habituation.

Massa Pada Kultur Kalus

Massa kultur yang ditumbuhkan terlalu lama dalam media yang tetap, akan menyebabkan terjadinya
kehabisan hara dan air. Kehabisan hara dan air dapat terjadi karena selain terhisap untuk pertumbuhan
juga karena media menguapkan air dari masa ke masa. Kalus tersebut kecuali kehabisan unsur hara,
kalus juga mengeluarkan persenyawaan-persenyawaan hasil metabolisme yang menghambat
pertumbuhan kalus itu sendiri. Untuk menjaga kehidupan dan perbanyakan yang berkesinambungan,
kalus yang dihasilkan perlu disubkulturkan.

Massa sel yang dipindahkan pada subkultur harus cukup banyak antara 5-10 mm atau seberat 20-100
mg, supaya ada pertumbuhan yang cepat dalam media baru. Subkultur sebaiknya dilakukan 28 hari
sekali (4-6 minggu sekali). Namun waktu yang tepat untuk memindahkan kultur, tergantung dari
kecepatan pertumbuhan kalus. Massa kalus ada 2 macam yaitu massa yang remah (friable) dan kompak.
Bila massa kalus remah maka pemindahan kalus cukup dilakukan dengan menyendok kalus dengan
spatula atau skapel langsung disubkultur ke media baru. Namun bila kalus kompak mesti dipindah ke
petridish steril untuk dipotong-potong dengan skapel baru disubkultur ke media baru. Kalus yang sudah
mengalami nekrosis (pencoklatan) sebaiknya tidak ikut disubkultur karena tidak akan tumbuh dengan
baik.

Inti keberhasilan system in vitro tergantung pada kemampuan manipulasi regenerasi melalui pengaturan
komposisi medium, lingkungan, dan sumber eksplan. Regenerasi eksplan dapat terjadi melalui beberapa
cara, yaitu:

1) Pembentukan pucuk adventif langsung dari permukaan eksplan.


2) Pembentukan pucuk adventif melalui fase kalus.

3) Pembentukan embrio somatic langsung dari eksplan.

4) Pembentukan embrio somatic melalui fase kalus.

5) Pembentukan protocorm-like bodies (khusus pada anggrek).

Regenerasi tanaman setelah melalui fase kalus , dapat terjadi melalui salah satu dari keadaan di bawah
ini:

1) Regenerasi melalui dua langkah prosedur:

a) Masa inkubasi pada medium yang mengandung auksin + sitokinin.

b) Masa regenerasi dengan memindahkan kalus ke medium tanpa auksin tapi mengandung sitokinin.

2) Regenerasi terjadi melalui medium dengan perbandingan sitokinin dan auksin yang tepat. Pada
Solanaceae dibutuhjan sitokinin lebih tinggi daripada auksin.

3) Regenerasi terjadi pada konsentrasi absolute auksin dan sitokinin tertentu, misalnya NAA 2 µM
+ kinetin 2µM.

4) Regenerasi terjadi pada kalus yang diinduksi dengan jenis auksin tertentu, misalnya asparagus
dengan NAA atau IAA, bukan 2,4-D.

5) Regenerasi terjadi bila ada penambahan zat-zat tertentu, misalnya ABA atau giberelin.

Massa kultur yang terlalu lama juga dapat menyebabkan adanya heterogenitas karyologis, yang
dicerminkan dengan adanya perubahan dari siklus sel dan ketidak teraturan pembelahan mitosis selama
massa kultur. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berupa :

1) Poliploidi meningkat secara progresif sejalan dengan lamanya kultur kalus, zat pengatur tumbuh
2,4-D dapat meningkatkan frekuensi poliploidi.

2) Aneuploidi yang kerapkali berkaitan dengan fragmentasi inti dan abnormalitas dari mitotic
spindle.

3) Perubahan struktural pada kromosom, misalnya disentrik, fragmen aksentrik, cincin kromosom
dan sebagainya.

4) Transposisi urutan DNA.

5) Amplifikasi gen, jumlah gen untuk sifat tertentu per genom haploid bertambah.

6) Delesi, hilangnya suatu gen.


Adanya perubahan-perubahan karyologis ini menyulitkan aplikasi kultur kalus untuk mikropropagasi dan
produksi metabolit sekunder, tetapi dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan in vitro karena dapat
menambah keragaman genetik.

Setelah periode waktu tertentu, biasanya 2 minggu sampai 3 bulan, pertumbuhan kalus akan menurun,
kalus akan menunjukkan gejala-gejala penuaan seperti nekrosis atau menjadi coklat dan akhirnya
mengering. Hal tersebut sebagai akibat dari beberapa faktor berikut :

1) Kandungan nutrisi media menyusut.

2) Penguapan (evaporasi) yang mengakibatkan agar-agar semakin mengeras sehingga


menghambat difusi nutrien dan meningkatnya konsentrasi dari beberapa komponen medium.

3) Sel-sel pada kalus juga mengeluarkan persenyawaan-persenyawaan hasil metabolisme yang


menghambat karena terakumulasinya sejumlah senyawa toksik pada medium disekitar eksplan.

4) Sel-sel yang terdapat ditengah-tengah massa sel mengalami kekurangan oksigen.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas, kalus harus disubkultur pada medium baru, tergantung dari
tujuannya medium baru yang digunakan untuk subkultur dapat sama atau berbeda dengan medium
semula. Secara umum dapat dikatakan, tujuan dilakukannya subkultur adalah untuk menjaga kehidupan
dengan mempertahankan laju pertumbuhan sel terhadap konstan sehingga dapat diperoleh kalus
dengan sel-sel yang homogen, untuk memperbanyak kalus dan untuk diferensiasi kalus.

Hal yang perlu diperhatikan pada subkultur adalah massa sel yang dipindahkan harus cukup banyak. Hal
ini dapat dilakukan dengan membiarkan kalus tumbuh hingga mencapai diameter 2-3 cm sebelum
dipisahkan dari eksplan dan membaginya menjadi 4-8 inokula untuk disubkulturkan pada medium baru.
Bila kalus menunjukkan rupa yang heterogen, maka harus dipilih sebagai inokulum adalah kalus yang
menunjukkan pertumbuhan tercepat, biasanya yang berwarna agak pucat dan lunak.

3.2 Manfaat Kultur Kalus

Kultur kalus bermanfaat untuk mempelajari beberapa aspek dalam metabolisme tumbuhan dan
diferensiasinya, antara lain:

1) Mempelajari aspek nutrisi tanaman.

2) Dalam beberapa hal, perlu fase pertumbuhan kalus sebelum regenerasi via somatic
embryogenesis atau organogenesis. Embrio aseksual atau embrio somatik (somatic embryo) adalah
embrio yang terbentuk bukan dari penyatuan sel-sel gamet jantan dan betina atau dengan kata lain
embrio yang terbentuk dari jaringan vegetatif/somatik. Embrio ini dapat terbentuk dari jaringan tanaman
yang dikulturkan tanpa melalui proses yang dikenal dengan nama somatic embryogenesis. Jika proses ini
terbentuk langsung pada eksplan tanpa melalui proses pembentukan kalus terlebih dahulu, maka
prosesnya disebut somatic embryogenesis langsung (direct somatic embryogenesis).

3) Untuk menghasilkan varian somaklonal (genetic atau epigenetic).

4) Sebagai bahan awal kultur protoplast dan kultur suspensi.

5) Untuk produksi metabolit sekunder dan regulasinya.

6) Transformasi genetik menggunakan teknik biolistik.

7) Digunakan untuk seleksi in-vitro.

3.3 Mutasi Kalus

Mutasi kalus adalah teknik kultur jaringan untuk menghasilkan individu baru yang bersifat lain dari
induknya melalui cara-cara trial and error dan pasti.

Trial and error merupakan teknik coba-coba karena hasilnya baru diketahui setelah individu dewasa. Cara
ini dengan menggunakkan radiasi sinar X, pemanasan gelombang mikro dan pemanasan dengan alat
solder. Individu yang dihasilkan biasanya menyimpang dari induknya sehingga memberikkan nilai plus
(mutan atau albino).

Teknik yang memberikan kepastian terhadap percobaaan yang diinginkan dapat dari kalus yang ditanam
dimedia yang sengaja diberi kondisi yang tidak diinginkan sehingga jika kalus tersebut bisa bertahan,
maka individu yang dihasilkan akan resisten terhadap kondisi yang tidak diinginkan tersebut.

Teknik mutasi anggrek di dalam kultur bertujuan untuk meningkatkan peluang mutasi dengan cara
memberikan perlakuan atau rangsangan yang dapat berupa bahan kimia, fisik/ lingkungan atau radiasi.
Mutasi anggrek diharapkan akan memeri peluang munculnya sifat-sifat anggrek yang baru yang belum
ada sebelumnya yang mempunyai nilai komersial. Bahan kultur anggrek yang biasa digunakan untuk
perlakuan mutasi adalah kalusnya. Setelah Anda mempunyai stok kalus anggrek tertentu maka kalus
tersebut diberi perlakuan mutasi dan kemudian diamati mana yang memperlihatkan pertumbuhan yang
berbeda dan memperlihatkan sifat yang baik.

Untuk pemberian perlakuan radiasi maka anda dapat membawa spesimen kalus anggrek Anda ke BATAN
(Badan Tenaga Atom Nasional) yang berlokasi di Pasar Jumat Jakarta Selatan. Setelah itu biarkan kalus-
kalus tersebut tumbuh dan diperbanyak sampai jumlah yang memadai. Kemudian sebagian diakarkan
dan ditumbuhkan sampai besar.

Kemudian dicari anggrek mana yang memperlihatkan mutasi dengan sifat yang baik dan mempunyai nilai
komersial yang tinggi. Memang dalam hal ini kita tidak dapat mengontrol arah mutasi atau kita tidak
dapat mengatur mutasi ke arah sifat yang kita harapkan/inginkan.

Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Kultur kalus merupakan pemeliharaan bagian kecil tanaman dalam lingkungan buatan yang
steril dan kondisi yang terkontrol.

2) Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang membelah
diri secara terus menerus.

3) Tujuan kultur kalus adalah untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan
ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Kalus diharapkan dapat memperbanyak dirinya (massa
selnya) secara terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai