Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Struktur Perkembangan Tumbuhan

(Struktur dan Perkembangan internal Bunga)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. RAHMAWATI (9181140211026)
2. ARDIANA RIZKA (91811402111005)
3. MARYAM PANDALA (91811402111013)
4. SITI RAMLA A.KASANG (91811402111008)
5. DEBY MARSELA RANTE (91811402111015)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO

POSO

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah biologi mengenai
“STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN INTERNAL BUNGA” ini.

Adapun makalah biologi ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah biologi ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah biologi ini kita dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Poso, 25 november 2019

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan........................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Maslah...............................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................1

BAB II Pembahasan.......................................................................................................2

A. Pengertian bunga................................................................................................2
B. Struktur internal bunga.......................................................................................2
C. Perkembangan daun...........................................................................................10

BAB III Penutup.............................................................................................................14

A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................15

Daftar Pustaka................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bunga adalah bagian tanaman yang mengandung struktur alat perkembang biakan
generatif. Pada umumnya bunga memiliki 4 organ utama yaitu kelopak (sepal), mahkota
(petal), benang sari (stamen sebagi kelamin jantan, dan putik (pistilum) sebagai kelamin
betina. Adapun bagian benang sari tersebut terdiri dari tangkai sari (Filamen) sedangkat putik
terdiri dari tangkai putik (stilus) dan bakal buah (ovary). Menurut pendapat Stace (1980)
bunga merupakan struktur pembuahan pada tumbuhan berbunga yaitu pada Magnoliophyta.
Bunga mengandung organ-organ yang berfungsi dalam menghasilkan biji melalu pembiakan
untuk tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi.

Menurut Sumardi (1992) bunga merupakan alat reproduksi Angiospermae, dibentuk


oleh meristem ujung khusus yang berkembang dari ujung pucuk vegetatif setelah dirangsang
oleh faktor internal dan eksternal untuk keperluan tersebut. Bunga yang mempunyai kelopak,
mahkota, stamen dan putik disebut bunga lengkap. Namun kebanyakan bunga mempunyai
struktur yang tidak lengkap misalnya tidak mempunyai salah satu alat kelamin atau
keduanya. Bila hanya mempunyai alat kelamin jantan saja disebut bunga jantan dan
sebaliknya bila hanya mempunyai alat kelamin betina saja disebut bunga betina.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan bunga ?
2. Bagaimana struktur internal bunga ?
3. Bagaimana perkembangan bunga ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan bunga
2. Memahami struktur internal bunga
3. Memahami perkembangan bunga

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. pengertian bunga

Bunga atau kembang (bahasa Latin: flos) adalah alat reproduksi seksual pada
tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji
tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi, yaitu benang sari dan putik.

Secara botani, bunga adalah bagian tanaman untuk menghasilkan biji. Penyerbukan
dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang lebih
lanjut membentuk buah. Pada tumbuhan berbunga, buah adalah struktur yang membawa dan
melindungi biji.

Bunga sebenarnya merupakan suatu modifikasi tunas batang atau tunas daun yang
berwarna, bentuk, serta susunannya di sesuaikan dengan kepentingan tumbuhan itu sendiri.
Modifikasi tersebutlah yang akan membentuk beberapa bagian bunga yang masing-masing
mempunyai fungsinyamasing-masing.

B. Struktur Internal Bunga

Struktur bunga merupakan pembeda yang lebih jelas untuk membandingkan antar
tumbuhan berpembuluh. Pada bunga terdapat alat reproduksi jantan dan betina. Bunga
sebagai struktur reproduksi, biasanya berwarna mencolok untuk menarik serangga penyerbuk
yang akan membantu membawa polen pada proses reproduksi seksual. Struktur bunga
merupakan karakter yang penting dan dapat digunakan dalam penggolongan tumbuhan
berdasarkan takson, jenis, marga, dan suku.

Bunga merupakan kumpulan dari bagian fertil dan steril yang tersusun dalam susunan
yang sangat rapat dan memiliki nodus yang sangat pendek. Bagian steril dari bunga adalah
sepal dan petal. Sepal dan petal menyusun periantium atau perhiasan bunga. Apabila sepal
dan petal memiliki kemiripan dalam ukuran dan bentuknya maka dinamakan tepal, dan secara
kolektif dinamakan perigonium. Bagian reproduksi (fertil) terdiri dari stamen, secara kolektif
dinamakan andresium dan pistilum, yang secara kolektif dinamakan ginesium. Bunga tumbuh
pada bagian dasar bunga yang dinamakan reseptakel, di ujung batang atau cabang yang

2
berfungsi sebagai pemegang, dinamakan pedunkulus (bunga tunggal) atau pedicelus
(perbungaan).

1. Bagian Steril

Bagian steril bunga terdiri dari sepal, secara kolektif dinamakan kaliks, dan petal, secara
kolektif dinamakan korola.

 Sepal atau kelopak bunga merupakan lingkaran terluar atau terdalam dari struktur
bunga. Pada umumnya, sepal berwarna hijau dan memiliki penampilan seperti
daun meski ukurannya lebih kecil dibanding daun. Seluruh sepal pada bunga
menyusun kaliks dan memiliki fungsi utama untuk melindungi tunas bunga yang
sedang berkembang. Pada saat bunga mekar, kaliks kerap melipat ke arah luar.

 Petal merupakan bagian bunga yang umumnya berwarna mencolok, dapat menarik
perhatian serangga dan hewan-hewan lainnya seperti tikus, burung, dan kelelawar,
yang merupakan vektor dalam proses penyerbukan (polinasi). Petal biasanya
berwarna terang. Seluruh tumbuhan berbunga memiliki bunga, tetapi tidak semua
bunga berwarna terang. Petal pada bunga-bunga tertentu tereduksi (tidak tumbuh
sempurna) atau tidak ada sehingga tumbuhan sangat tergantung pada angin atau air
untuk membantu polinasinya. Petal terdapat di bagian dalam atau atas dari sepal
dan menyusun lingkaran kedua dari bunga. Biasanya petal berukuran lebih besar
dibanding sepal dan berwarna cerah.

3
 Lapisan epidermis sepal dan petal tersusun atas beberapa lapis sel yang
isodiametris Bagian mesofil biasanya tidak terdiferensiasi sempurna menjadi
palisade dan bunga karang. Secara anatomi mempunyai struktur yang sama (sel-
sel parenkimatis). Parenkim dasar terletak di antara epidermis atas dan bawah
(mesofil). Sistem pembuluh terletak di jaringan dasar. Sel-sel mengandung kristal,
idioblas, saluran sel getah pada jaringan dasar & berhubungan dengan sel
pembuluh.

 Kumpulan petal akan menyusun korola. Petal berfungsi memberikan perlindungan


tambahan di samping untuk menarik hewan penyerbuk melalui sinyal penglihatan
seperti warna, pola, dan bentuk bunga. Baik kaliks maupun korola keduanya tidak
terlibat langsung dalam menghasilkan gamet, tetapi mereka berperan sangat
penting agar proses reproduksi tumbuhan dapat berlangsung dengan sukses. Pada
beberapa tumbuhan, dinding antiklinal epidermis petal bergelombang atau
beralur. ,kl,sepal dan petal dapat mengandung stomata dan trikom. Stomata pada
petal memiliki struktur seperti pada daun atau dapat juga tidak terdiferensiasi
secara sempurna

 Warna petal berperan penting agar bunga tampak menarik bagi agen polinator.
Warna petal disebabkan oleh pigmen-pigmen dalam kromoplas, yaitu karotenoid
dan dalam cairan sel, yaitu flavonoid terutama antosianin, atau dapat juga
disebabkan oleh berbagai perubahan kondisi seperti keasaman cairan sel. Studi
mengenai pigmen flavonoid pada bunga anting-anting (impatiens balsamina)
memperlihatkan adanya pigmentasi yang berbeda antara petal, sepal, dan bagian-
bagian vegetatif tumbuhan. Perbedaan ini sesuai dengan fungsi petal dalam

4
menarik serangga penyerbuk, diartikan sebagai seleksi yang terjadi selama proses
evolusi berlangsung, dan akhirnya menghasilkan pigmentasi yang terspesialisasi.
Pada Rudbeckia hirta, dasar petal mengandung glukosida flavonol yang menyerap
sinar ultra violet (uv) dan membuat dasar petal mudah dikenali sebagai penunjuk
adanya nektar untuk mendatangkan serangga penyerbuk. Pada kubis-kubisan
(Brassicaceae), yang juga dipolinasi oleh serangga, bunga memperlihatkan pola
refleksi uv yang bervariasi. Pola ini berhubungan sangat erat dengan taksa dan
mungkin dapat dijadikan sebagai petunjuk taksonomi. Sel-sel epidermis petal kerap
mengandung minyak volatil yang menunjukkan sifat fragrans dari bunga.

2. Bagian Fertil

Bagian reproduktif atau fertil bunga terdiri dari struktur reproduksi jantan atau stamen
(mikrosporofil) dan struktur reproduksi betina atau karpel (megasporofil). Stamen
menyusun andresium sedang karpel atau pistil menyusun ginesium.

a) Stamen

Gambar. Struktur anatomi stamen

Struktur reproduksi jantan atau stamen terdiri dari antera yang menghasilkan polen dan
filamen yang mendukung antera. Polen yang dihasilkan antera kemudian akan dibawa
serangga atau hewan polinator lain ke bunga yang lain untuk membuahi sel telur.

5
Stamen atau alat perkembangbiakan jantan, menyusun lingkaran ketiga dari bunga,
yaitu di bagian dalam atau atas korola. Kumpulan dari stamen menyusun androecium.
Pada umumnya, stamen terdiri dari filamen yang berbentuk seperti tangkai dengan
antera di ujungnya. Antera adalah tempat di mana butir polen dibentuk, terdiri dari
kantung polen atau mikrosporangia. Setiap kantung polen disusun oleh lapisan
dinding dan lokulus tempat pembentukan mikrospora. Kebanyakan angiospermae
memiliki antera yang tetrasporangiate (empat sporangium) dengan dua lokulus pada
setiap lobusnya yang juga berjumlah dua. Beberapa angiospermae memiliki antera
yang bisporangiate dengan satu lokulus pada setiap setengah anteranya Pada saat
dewasa, sebelum antera pecah, dinding pemisah pada lokulus rusak sehingga antera
yang tetrasporangiate tampak seperti bilokulus dan antera yang bisporangiate tampak
seperti unilokular.

Filamen umumnya memiliki struktur yang relatif sederhana dengan parenkima


mengelilingi jaringan pembuluh yang amfikibral. Epidermis yang berkutin dapat
memiliki trikom, sedang pada antera dan filamen dapat pula dijumpai stomata.
Jaringan pembuluh yang terdapat di sepanjang filamen dapat berakhir pada dasar
antera atau pada konektivum yang berada di antara dua belahan antera.

Antera pada umumnya membuka secara memecah atau membuka secara spontan.
Pecahnya antera didahului dengan rusaknya dinding pemisah di antara dua lokulus
pada lobus yang sama. Kemudian jaringan terluar dari antera, yaitu epidermis bersel
tunggal juga rusak sehingga polen dilepaskan melalui celah panjang atau stomium.
Dinding sub epidermis antera, yaitu endotesium, yang memiliki penebalan sekunder
berupa ‘strips thickening’, tampaknya yang menginduksi rusaknya stomium karena
adanya perbedaan derajat pengerutan saat antera mengalami kekeringan. Pada

6
beberapa spesies, stomium merupakan pori yang dibentuk di tepi atau pada apeks
lobus antera.

b) Pistilum

Pistilum atau alat perkembangbiakan betina, dapat terdiri dari satu atau lebih daun
buah (karpel), berada di bagian tengah bunga. Kumpulan dari karpel disebut sebagai
ginoecium. Bunga dapat memiliki satu atau lebih karpel. Jika bunga memiliki 2 atau
lebih karpel, karpel-karpel tersebut dapat bebas satu dari yang lain (ginesium apokarp)
atau bersatu (ginesium sinkarp). Ginesium dengan satu karpel diklasifikasikan
sebagai apokarp. Pistilum terdiri dari 3 bagian yaitu:

i. Stigma yang merupakan bagian teratas dari pistil, biasanya lengket dan
merupakan tempat melekatnya polen;

ii. Stilus merupakan tabung panjang yang melekatkan stigma ke ovarium


(bakal buah).

iii. Ovarium (bakal buah), merupakan bagian basal dari pistil berupa suatu
ruangan dengan satu atau lebih bakal biji (ovulum) di dalamnya.

Sperma dari polen akan bergerak turun melalui tabung tersebut menuju ke ovulum
(bakal biji). Selanjutnya, ovulum dan sel telur akan tersimpan dalam ovarium sampai
terjadinya fertilisasi (pembuahan). Fertilisasi hanya dapat terjadi pada tumbuhan dari
spesies yang sama. Senyawa-senyawa kimia tertentu dari telur akan mencegah
pembuahan oleh sperma yang berasal dari bunga spesies yang berbeda. Stilus

7
merupakan pemanjangan ke arah atas dari karpel. Pada ginesium sinkarp dengan satu
stilus, stilus berasal dari semua karpel yang menyusun ginesium.

Karpel mungkin saja tidak bersatu secara sempurna sehingga stilus menyatu di
bagian dasar tetapi terpisah di bagian atas; atau ada banyak unit stilus (stilus
bercabang atau ’stylodes’) sejumlah karpel pada ovarium yang sinkarp. Stilus dan
’stylodes’ mungkin memiliki struktur yang padat atau dengan saluran di tengahnya.
Pada kebanyakan angiospermae, stilus adalah padat. Stigma dewasa memberikan
lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan butir polen dan saat matang disebut
sebagai reseptif. Stigma yang reseptif dapat ditutupi senyawa-senyawa yang
disekresikan (stigma basah) atau tidak ditutupi senyawa-senyawa yang disekresikan
(stigma kering). Stigma basah sebenarnya merupakan suatu kelenjar. Sel epidermis
stigma umumnya memanjang membentuk papila dengan rambut pendek atau panjang
bercabang, seperti pada bunga rumput-rumputan.

Jaringan stigma dihubungkan dengan ovulum di ruang ovarium oleh ’pollen


transmitting tissue’ yang berfungsi sebagai jalan dan sumber makanan untuk tabung
polen yang sedang berkembang. Pada stilus yang memiliki saluran maka ’pollen
transmitting tissue’ tadi akan menjadi batas terluar saluran. Pada stilus padat, ’pollen
transmitting tissue’ membentuk satu atau lebih ’benang’ yang tertanam dalam
jaringan pengisi atau berasosiasi dengan ikatan pembuluh.

Stigma yang berkelenjar memiliki struktur dan fungsi yang mirip nektar. Lapisan
epidermis dan sub epidermis menghasilkan sekret (hasil sekresi) yang akan melapisi
dinding epidermis. Dari sejumlah tumbuhan yang telah dianalisis ternyata sekret ini
mengandung sedikit gula atau tidak mengandung gula, tetapi terutama senyawa lipid
dan fenolat seperti antosianin, flavonoid, asam sinamat. Lipid kemungkinan
berhubungan dengan komponen lilin pada dinding epidermis yang berfungsi untuk
mencegah hilangnya air. Fenol yang ada dalam bentuk glikosida dan ester serta hasil
hidrolisanya dapat menyuplai gula yang diperlukan untuk perkecambahan polen.
Senyawa fenol juga memiliki fungsi yang lain yaitu sebagai pelindung dari serangga,
infeksi penyakit, dan stimulasi atau inhibisi perkecambahan polen, mungkin dalam
kaitannya dengan fenomena polinasi yang kompatibel atau inkompatibel.

8
Karpel dari ginesium apokarp maupun seluruh ginesium sinkarp umumnya
berdiferensiasi menjadi bagian bawah yang fertil (ovarium) dan bagian atas yang
steril (stilus) yang merupakan hasil pemanjangan dinding ovarium. Bagian paling atas
dari stilus biasanya berdiferensiasi menjadi stigma. Bila stilus tidak berkembang,
stigma tampak melekat pada ovarium. Stilus memiliki struktur

sempit, berukuran pendek atau panjang, merupakan jaringan tempat tabung polen
tumbuh dalam perjalanannya menuju ovulum, dan stigma yang berada di ujung stilus
dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi.

Karpel yang terletak pada posisi lebih tinggi dibanding reseptakel maka ovarium
disebut sebagai superior dan bunga hipogin. Pada tumbuhan tertentu periantium dan
stamen terletak pada tepi tengah reseptakel, bunga seperti itu disebut sebagai perigin
dan ovariumnya intermediate atau pseudo inferior. Bila ovarium berada di bawah
organ bunga yang lain, ovarium disebut inferior dan bunga epigin.

Di dalam struktur ovarium terdapat dinding ovarium, ruangan ovarium


(lokul/lokulus), dan pada ovarium yang memiliki banyak ruang, terdapat dinding
pemisah/sekat. Ovulum berada pada tempat tertentu di dinding ovarium paling dalam.
Tempat perlekatan ovulum di dinding ovarium disebut sebagai plasenta. Pada setiap
karpel, plasenta dapat berada dekat tepi karpel atau agak jauh dari tepi karpel
sehingga dikenal plasenta marginal dan laminar. Plasenta kadang dapat tumbuh secara
nyata dan menutupi lumen dari ruang ovarium.

C. Perkembangan bunga

Tahap awal dari perkembangan bunga adalah proses induksi yaitu suatu tahap yang
menyebabkan perubahan fase vegetatif menjadi fase reproduktif. Perkembangan
bunga memasuki lima fase berikut:

1. Fase Induksi bunga (evokasi).

Evokasi merupakan tahap pertama dari proses pembentukan bunga, yaitu suatu
tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem
reproduktif. Induksi pembentukan bunga berkaitan dengan faktor genetik dan nutrisi.
Faktor genetik melibatkan aktivasi flowering genes secara bertahap pada waktu

9
pertumbuhan vegetatif maksimum. Faktor nutrisi karena untuk berbunga diperlukan
alokasi asimilat ke bagian apikal untuk memasuki fase reproduktif. Bahan organik
sebagai sumber energi dan bahan penyusun senyawa yang berguna dalam proses
reproduktif.

Induksi bunga dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam
nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel. Induksi
pembentukan bunga juga tergantung pada lingkungan meskipun bentuk bunga dan
morfogenesisnya diatur secara endogen (developmental homeostasis). Pembentukan
bunga merupakan tahap penting dalam perkembangan tanaman. Bunga dibentuk
karena ujung batang vegetatif selain membentuk daun, mikro dan megasporofil, juga
struktur perhiasan bunga. Transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif seiring
dengan perubahan karakteristik pada meristem

2. Fase inisiasi

Fase inisiasi merupakan tahap ketika perubahan morfologis menjadi


bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makrokopis untuk
pertama kalinya. Fase ini ditandai dengan munculnya kuncup bunga pada ketiak
daun ataupun pada ujung batang berupa kuncup campuran. Kuncup campuran
merupakan kuncup yang berkembang menghasilkan tunas dengan daun dan
bunga Kuncup diselimuti oleh rambut-rambut yang lebat seperti vilt (tomentose),
berwarna hijau kemerahan. Pada fase ini secara kasat mata belum terlihat jelas per-
bedaan antara tangkai bunga dengan bagian bunga lainnya, namun secara
mikroskopik telah terlihat perbedaan antara primordial bunga dengan tangkai
bunga . Struktur beberapa bakal organ kelamin seperti benang sari dan putik belum
terbentuk. Struktur bunga majemuk yang didukung oleh daun pelindung (bractea)
mulai terlihat di akhir fase inisiasi. Daun pelindung yang ber-jumlah 2–3 helai
diselimuti oleh rambut yang tebal berwarna hijau berujung merah.

Panjang bakal bunga dari bagian pangkal tangkai hingga ujung kuncup
pada saat awal inisiasi berkisar antara 0,22-0,61 cm dan pada akhir fase berkisar
antara 0,56-2,03 cm. Lama waktu inisiasi rata-rata 16 hari dengan standar deviasi 9
hari. Waktu inisiasi yang relatif cepat ditemukan pada kuncup bunga yang muncul
di ujung ranting yang biasanya bersamaan dengan munculnya tunas primordial daun,

10
sedang-kan waktu insiasi yang relatif lama di-temukan pada kuncup bunga yang
muncul di ketiak daun, terutama ketiak daun tua. Hal ini dapat terjadi seperti halnya
pada tanaman kopi, yakni bakal bunga dapat keluar dari ketiak-ketiak daun yang
ter-letak pada batang utama atau cabang produktif terutama pada tanaman-tanaman
kopi yang masih muda Jumlah kuncup bunga yang paling banyak berasal dari
ketiak daun cabang primer. Kuncup bunga selanjutnya berkembang menjadi
bunga dengan struktur bergerombol (klaster). Dalam satu klaster terdapat rata-rata
45 bunga.

3. Fase kuncup kecil

Fase inisiasi berakhir dengan terlihatnya secara makroskopik perbedaan


antara tangkai bunga dengan bagian yang membentuk bunga. Tangkai bunga dan
daun pelindung diselimuti oleh rambut dengan ujung berwarna merah, sedangkan
bagian bunga terlihat diselimuti oleh rambut-rambut halus berwarna putih. Fase
kuncup kecil rata-rata berlangsung 38 hari dengan standar deviasi 11 hari. Fase
ini cukup lama bila dibandingkan fase-fase lainnya dalam perkembangan .

Pada fase ini terjadi pemanjangan ibu tangkai bunga yang cukup signifikan
yaitu sebesar 3,38 cm. Panjang tangkai pada awal fase rata-rata adalah 0,99 cm
dengan standar deviasi 0,22 cm dan diakhir fase rata-rata mencapai 4,37 cm dengan
standar deviasi 2,04 cm. Pemanjangan ibu tangkai bunga diikuti oleh penambahan
ukuran karena bagian-bagian bunga yang ada di dalam-nya semakin berkembang.
Penambahan ukuran kuncup menandakan bakal-bakal bunga yang ada di dalam
kuncup me-nampakkan pertumbuhan dan pe-rkembangan. Perkembangan pada
fase kuncup kecil terlihat jelas karena bagian bakal bunga sudah mengalami
perkembangan. Pada akhir fase ini secara mikroskopis bagian-bagian kelopak,
mahkota, benang sari dan bakal putik sudah terlihat jelas meskipun belum
sempurna. Kelopak bunga yang berwarna hijau diselimuti oleh rambut berwarna
putih. Rambut-rambut ini semakin berkurang dengan semakin membesarnya
bunga. Bakal buah terlihat terdiri dari lima ruang dengan bakal biji yang berwarna
putih kekuningan. Benang sari juga berwarna putih kekuningan. Bakal mahkota
terlihat seperti lembaran-lembaran di bawah kelopak.

4. Fase kuncup besar

11
Pecahnya kelopak bunga dan mulai munculnya mahkota bunga berwarna
putih merupakan tanda berakhirnya fase kuncup kecil dan awal bagi fase kuncup
besar. Perhitungan jumlah hari yang dibutuhkan sejak awal inisiasi menuju awal
fase kuncup besar adalah 51 hari dengan standar deviasi 3 hari. Fase ini
kemudian berlangsung selama 16 hari dengan standar deviasi 3 hari. Selama fase
ini pemanjangan tangkai bunga terus berlangsung dengan rata-rata pemanjang-an
tangkai bunga 4,13 cm. Nilai ini lebih besar bila dibandingkan fase kuncup kecil.

Saat awal fase, mahkota bunga terlihat keluar dari kelopak yang mem-
bungkusnya, namun putik dan benang sari masih dibungkus oleh mahkota yang
belum mekar. Lembaran-lembaran mahkota terlihat berwarna putih. Tidak terjadi
perubahan warna lembaran mahkota dari awal hingga akhir fase. Berbeda bila
dibandingkan dengan tanaman surian yakni diawal fase mahkota berwarna hijau
keputihan menjadi merah keputihan saat akhir fase. Pada awal fase terlihat benang
sari masih dalam proses perkembangan dan menjadi hampir matang saat akhir fasek.
Kondisi ini menunjukkan bahwa benang sari telah siap untuk menyerbuki putik
disaat bunga mekar. Bakal buah juga terlihat telah terbentuk dengan sempurna.

5. Fase bunga terbuka

Tahap selanjutnya adalah tahap bunga mekar, terjadi rata-rata setelah hari
ke-65 dengan standar deviasi 4 hari sejak awal tahap inisiasi. Bunga mekar
sempurna 2-3 hari setelah mulai membukanya mahkota bunga. Mekarnya bunga
didahului dengan terbukanya mahkota kemudian diikuti dengan munculnya putik
dari tabung mahkota. Saat awal fase terlihat penumpukan polen di kepala sari
dan akhirnya pecah. Ketika bunga mekar, benang sari yang berwarna kuning
menarik serangga penyerbuk untuk datang. Aroma, warna dan bentuk bunga
merupakan bagian yang atraktif untuk menarik perhatian serangga untuk
mengunjungi bunga. Beberapa serangga yang teramati pada saat bunga mekar
adalah lebah, semut hitam bersayap, dan kumbang. Setelah bunga mengalami
pemekar-an sempurna, struktur morfologi bunga yang ada dapat bertahan 3-4 hari.
Bunga betina juga bertahan selama 3-4 hari, sedangkan bunga jantan-nya mekar
selama 8-11 hari. Bunga memiliki 5-6 daun bunga yang berwarna putih dengan
ukuran yang lebih besar dari pada kelopak bunga.

12
Kebanyakan bunga jenis Saurauia memiliki kelopak berwarna hijau dan daun
bunga berwarna putih. Pada bagian dasar mahkota melekat tangkai sari yang
berjumlah 33-36 buah dengan kepala sari yang berwarna kuning. Di akhir fase
bunga mekar terlihat kepala sari sudah terbuka dan benang sari sudah mulai layu
dibandingkan saat awal fase. Hal ini dapat digunakan sebagai ciri-ciri bahwa bunga
sudah terjadi proses penyerbukan dan fertilisasi. Pada bagian putik terlihat serbuk
sari telah menempel di kepala putik. Ciri lain dari akhir fase adalah bagian bunga
seperti mahkota dan benang sari akan gugur (absisi), sedang-kan daun kelopak dan
tangkai putik tetap menempel pada bakal buah. Mahkota tidak mengalami proses
pelayuan ataupun perubahan warna sebelum proses absisi sehingga mahkota yang
jatuh ke lantai hutan berwarna putih dan terlihat masih segar.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bunga atau kembang (bahasa Latin: flos) adalah alat reproduksi seksual pada
tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji
tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi, yaitu benang sari dan putik.

1. Bagian bagian bunga

 Bagian steril bunga terdiri dari sepal, secara kolektif dinamakan kaliks, dan
petal, secara kolektif dinamakan korola, Sepal atau kelopak bunga merupakan
lingkaran terluar atau terdalam dari struktur bunga. Petal merupakan bagian
bunga yang umumnya berwarna mencolok, dapat menarik perhatian serangga
dan hewan-hewan.
 Bagian Fertil : Bagian reproduktif atau fertil bunga terdiri dari struktur
reproduksi jantan atau stamen (mikrosporofil) dan struktur reproduksi betina
atau karpel (megasporofil). Stamen menyusun andresium sedang karpel atau
pistil menyusun ginesium.
o Kepala Sari (Antera) :Kepala sari adalah bagian paling ujung dari tangkai
sari Di dalam kepala sari terdapat ruang-ruang yang berfungsi sebagai
penampung serbuk sari.
o Tangkai sari (Filament) :Tangkai sari adalah adalah bagian dari benang
sari yang berfungsi untuk membuat posisi kepala sari berada cukup tinggi
dari bunga, sehingga memungkinkan kepala sari mudah terkena angin atau
tersentuh serangga dan serbuk sari dapat bertemu dengan putik.
o Tepung sari adalah bagian dari benang sari yang terdiri dari sel-sel
kelamin jantan yang digunakan pada saat proses penyerbukan.
 Pistilum atau alat perkembangbiakan betina, dapat terdiri dari satu atau
lebih daun buah (karpel), berada di bagian tengah bunga.

14
o Stigma yang merupakan bagian teratas dari pistil, biasanya lengket
dan merupakan tempat melekatnya polen;
o Stilus merupakan tabung panjang yang melekatkan stigma ke
ovarium (bakal buah).
o Ovarium (bakal buah), merupakan bagian basal dari pistil berupa
suatu ruangan dengan satu atau lebih bakal biji (ovulum) di
dalamnya.

6. Perkembangan bunga :Tahap awal dari perkembangan bunga adalah proses induksi
yaitu suatu tahap yang menyebabkan perubahan fase vegetatif menjadi fase
reproduktif. Perkembangan bunga memasuki lima fase berikut:

o Fase induksi

o Fase inisiasi

o Fase kuncup kecil

o Fase kuncup besar

o Fase bunga terbuka

B. Saran

Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu
pengkajian yang lebih mendalam mengenai materi ini. Dan demi perbaikan makalah kami
selanjutnya kami mohon saran dan ktitik pembaca yang tentunya membangun. Demikianlah
hasil karya tulis kami yang terangkum dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan akhirnya
kami ucapkan terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 14 No. 2, Desember 2017, 103-113

https://alponsin.wordpress.com/2018/10/09/anatomi-bunga-buah-biji-dan-embrio/

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. No. , 201 , 10 3 September 3 147 - 154

16

Anda mungkin juga menyukai