Anda di halaman 1dari 14

BAHAN

AJAR
Pteridophyta
(Tumbuhan Paku)

Kompetensi Dasar
Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio
3.8 berdasarkan pengamatan dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam
kelangsungan kehidupan di bumi

Menyajikan data hasil pengamatan dan analisis fenetik dan filogenetik tumbuhan serta peran
4.8
tumbuhan dalam kelangsungan hidup di bumi

Indikator Pencapaian Kompetensi


3.8.6. Menjelaskan ciri-ciri umum tumbuhan paku
3.8.7. Menjelaskan reproduksi tumbuhan paku
3.8.8. Mengklasifikasikan tumbuhan paku berdasarkan morfologinya
3.8.9. Menjelaskan peranan tumbuhan paku bagi kehidupan

A. Ciri-ciri umum tumbuhan paku


1. Tubuh sudah berbebntuk kormus atau sudah memiliki bagian akar, batang, dan daun sejati
2. Susunan daun seperti bulu (menyirip)
3. Tumbuhan paku dapat bereproduksi dengan spora sehingga disebut Cormophyta berspora
4. Tumbuhan vascular (Tracheophyta) karena sudah memiliki pembuluh angkut xylem
(pembuluh kayu) dan floem (pembuluh tapis)
(a) (b)
Gambar 1. Berkas pembuluh pada (a) Lycopodium clavatum dan (b) Selaginella kraussiana

5. Termasuk organisme fotoautotrof, artinya dapat membuat makanan sendiri dengan cara
berfotosintesis.
6. Tumbuhan paku dapat tumbuh di berbagai habitat, terutama di tempat yang lembab
(higrofit), di air (hidrofit), permukaan batu, tanah, dan menempel (epifit) di kulit pohon.
Tumbuhan paku yang tumbuh di tanah, misalnya Adiantum cuneatum (suplir) dan Alsophila
glauca (paku tiang). Tumbuhan paku yang hidup di tanah berair misalnya Marsilea sp.
Tumbuhan paku yang hidup menempel di pohon, misalnya Platycerium bifurcatum (paku
tanduk rusa) dan Asplenium nidus (paku sarang burung).
7. Tumbuhan paku melimpah dan tumbuh subur di daerah hutan hujan tropis.
8. Bentuk dan Ukuran Tubuh Pteridophyta
Tumbuhan paku termasuk Cormophyta, berbentuk seperti tumbuhan tingkat tinggi,
dengan ukuran tunuh yang bervariasi. Ada yang berukuran beberapa sentimeter, misalnya
paku air Azolla caroliniana. Ada pula yang berbentuk seprti pohon dengan tinggi sekitar 5
meter, misalnya paku tiang Alsophila glauca. Para ahli menduga tumbuhan paku di masa
Karboniferus ada yang tinginya mencapai 15-40 m.
Tumbuhan paku juga mengalami pergantian bentuk gametofit dan sporofit. Sporofit
mdah dibedakan karena memiliki ukuran yang lebih besar dan memiliki bentuk yang lebih
kompleks daripada gametofit.
Gambar 2. Tumbuhan paku bentuk sporofit dan gametofit

9. Struktur dan Fungsi Tubuh Pteridophyta Berbentuk Sporofit


Sporofit memiliki bagian-bagian tubuh, yaitu akar, batang, dan daun. Rizoidnya sudah
berkembang ke bentuk akar. Sel-sel penyusun batang dan daun memiliki klorofil sehingga
tampak bewarna hijau. Batang tumbuhan paku bercabang-cabang dan ada yang berkayu. Ada
juga batang yang memiliki rambut-rambut halus (berbulu). Tumbuhan paku memiliki batang
yang tumbuh di bawah tanah (rizom). Pembuluh xylem berfungsi untuk mengangkut air dan
garam-garam mineral dari akar ke daun, sedangkan pembuluh floem berfungsi mengangkut
zat organik hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh.
Pada umumnya, tumbuhan paku berdaun dan daunnya memiliki urat-urat daun. Daun
tumbuhan paku ada yang berukuran besar disebut makrofil. Ada pula daun yang berukuran
kecil, mikrofil contohnya Equisetum (paku ekor kuda). Tumbuhan paku yang tidak berdaun
disebut paku telanjang, misalnya Psilotum. Daun tumuhan paku yang menggulung disebut
fiddlehead.
Daun dewasa dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu:
 Tropofil adalah daun yang berfungsi khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung
spora
 Sporofil adalah daun yang menghasilkan spora

Gambar 3. Tropofil dan Sporofil pada


Drymoglossum sp. dan Platycerium
biforme
Berdasarkan ukuran dan bentuk daunnya, tumbuhan paku dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
 Paku Heterofil memiliki dua macam daun yang berbeda ukuran dan bentuknya
 Paku Homofil memiliki daun dengan ukuran dan bentuk yang sama

Spora dihasilkan di dalam sporangium (kotak spora). Sporangium pada tumbuhan paku
terkumpul dalam bentuk berikut:
 Sorus. Sporangium terletak pada kotak terbuka atau tertutup oleh indusium. Didalam
sporangium terdapat annulus, yaitu sejumlah sel punutup yang berdinding tebal dan
berbentuk cincin. Bila sporangium kering, anulus akan membuka dan menyebarkan
spora. Sorus terdapat di permukaan bawah daun/diujung/ditepi daun dengan susunan
yang beraneka ragam. Contoh: Nephrolepis dan Adiantum
 Strobilus. Sporangium membentuk suatu bangun kerucut bersama sporofil. Contoh:
Lycopodium dan Selaginella (paku kawat).
 Sporokarp. Sporangium dibungkus oleh daun buah (karpelum). Contohnya, Salvinia,
Marsilea, Azolla, dan paku air lainnya.

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:

 Paku Homospora
Tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora dengan bentuk dan ukuran yang
sama. Pteridophyta homospora disebut juga berumah satu karena sporanya akan tumbuh
menjadi protalium pembentuk anteridium maupun arkegonium. Contohnya Lycopodium,
Nephrolepis, Drymoglossum, dan Dryopteris filix-mas.
 Paku Heterospora
Tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis spora dengan ukuran yang berbeda. Spora
yang berukuran besar (makrospora atau megaspora) berkelamin betina yang akan
tumbuh menjadi makroprotalium atau megaprotalium pembentuk arkegonium. Spora
yang berukuran kecil (mikrospora) berkelamin jantan yang akan tumbuh menjadi
mikroprotalium pembentuk anteridium. Pteridophyta heterospora disebut juga berumah
dua. Contohnya Selaginella, Salvinae, dan Marsilea.
 Paku Peralihan
Tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang berukuran sama, tetapi jenisnya berbeda
(berkelamin jantan atau betina). Spora dapat tumbuh menjadi protalium yang akan
membentuk salah satu alat kelamin, arkegonium atau anteridium saja. Contohnya
Equisetum
10. Struktur dan Fungsi Tubuh Pteridophyta Bentuk Gametofit
Gametofit pada tumbuhan paku berupa talus, ada yang berukuran kecil dan ada yang
berukuran besar. Pada umumnya, gametofit berbentuk lembaran seperti hati atau daun waru
yang disebut protalium (protalus). Pada umumnya, sel-sel gametofit mengandung klorofil
dan dapat berfotosintesis. Pada jenis tumbuhan paku tertentu, misalnya yang bersimbiosis
dengan jamur, zat organic diperoleh dari jamur simbion karna gametofitnya tidak memiliki
klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis.

B. Reproduksi Tumbuhan Pakuan


Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) maupun seksual (generatif).
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan spora melalui pembelahan meiosis
sel induk spora yang terdapat di dalam sporangium (kotak spora). Spora akan tumbuh
menjadi gametofit. Selain melalui pembentukan spora, reproduksi secara aseksual juga dapat
dilakukan dengan rizom. Rizom akan tumbuh menjalar dan membentuk tunas-tunas
tumbuhan paku yang berkoloni (bergerombol). Reproduksi seksual terjadi melalui fertilisasi
ovum oleh spermatozoid berflagel yang menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan tumbuh
menjadi sporofit.
Dalam siklus hidupnya, tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis)
atau generasi gametofit yang berkromosom haploid (n) dan generasi sporofit yang
berkromosom diploid (2n). Generasi sporofit hidup lebih dominan atau memiliki masa hidup
yang lebih lama dibandingkan generasi gametofit.
Gambar 4. Siklus hidup tumbuhan paku homospora

Gambar 5. Skema pergiliran keturunan (metagengesis) pada tumbuhan paku homospora


Gambar 6. Skema pergiliran keturunan (metagenesis) pada tumbuhan paku heterospora

Gambar 7. Skema pergiliran keturunan (metagenesis) pada tumbuhan paku peralihan

C. Klasifikasi Pteridophyta
Terdapat sekitar 20.000 spesies tumbuhan paku yang sudah dikenali dan diklasifikasikan.
Klasifikasi Tumbuhan paku dilakukan berdasarkan, antara lain sebagai berikut.
 Ada atau tidak adanya daun, serta bentuk dan susunan daunnya.
 Susunan sporangium, jenis, bentuk, dan ukuran sporanya.
 Bentuk, susunan anatomi tubuh, dan lain-lain.

1. Psilopsida (paku purba)


Sebagian jenis Psilopsida telah banyak yang punah, jenis-jenis yang sekarang ada
hanyalah sebagian kecil dari golongan Tumbuhan paku yang semula meliputi jenis yang
lebih banyak. Psilopsida memiliki struktur tubuh yang relatif masih sangat sederhana,
dengan tinggi sekitar 30 cm – 1 m.
Sporofit (2n) pada umumnya tidak memiliki batang dan akar sejati, tetapi memiliki rizom
(batang yang berada di dalam tanah) yang dikelilingi rizoid. Pada Psilopsida yang memiliki
daun, ukuran daun kecil (mikrofil) dan berbentuk seperti sisik. Batang bercabang-cabang
dikotomus, berklorofil, dan sudah memiliki sistem vaskuler (pembuluh) untuk mengangkut
air serta garam mineral.

Gambar 8. Sporangium pada Psilotum


Sporangium dibentuk di ketiak ruas batang. Sporangium menghasilkan satu jenis spora
dengan bentuk dan ukuran yang sama (homospora). Gametofit (n) tersusun dari sel-sel yang
tidak berklorofil sehingga zat organik didapatkan dari simbiosis dengan jamur.
Contoh Psilopsida, antara lain, Rhynia major, Taeniocrada deeheniana, Zosterophyllum
australianum, Asteroxylon mackei, Asteroxylon elberfeldense, Psilotum nudum, Psilotum
triquetrum, dan Tmesipteris tannensis. Dari contoh di atas, hanya bangsa Psilotum yang
masih dapat ditemukan sampai sekarang, misalnya, Psilotum nudum masih terdapat di Pulau
Jawa, Psilotum triquetrum hanya terdapat di daerah tropika, dan Tmesipteris tannensis di
Australia.
(a) (b) (c)
Gambar 9. (a) Psilotum nudum, (b) Psilotum triquetrum dan (c) Tmesipteris tannensis

2. Lycopsida (Paku Kawat)


Lycopsida (paku kawat atau paku rambut) disebut juga club moss (lumut gada) atau
ground pine (pinus tanah), tetapi sebenarnya bukan termasuk kedalam lumut atau pinus.
Lycopsida banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis, tumbuh di tanah atau epifit di kulit
pohon, tetapi tidak bersifat parasit.
Bagian tubuh Lycopsida yang mudah dilihat merupakan fase sporofitnya (2n). sporofit
tersusun dari sel-sel yang mengandung klorofil dan memiliki daun berbentuk seperti rambut
atau sisik yang tersusun rapat pada batang. Batang berbentuk seperti kawat. Pada ujung
cabang-cabang batang terdapat sporofil dengan struktur berbentuk gada (strobilus) yang
mengandung sporangium.

Gambar 10. Sporofil pada Lycopodium


Gametofit (n) berukuran kecil dan tidak berklorofil sehingga zat organik diperoleh
dengan cara bersimbiosis dengan jamur.
Contohnya adalah Lycopodium clavatum (bahan obat-obatan), Lycopodium cernuum
(buket bunga), Selaginella selaginoides, Selaginella caudata, dan Isoetes lacustris.
Ada juga Lycopsida yang telah menjadi fosil, seperti Drepanophycus spinaeformis yang
merupakan tumbuhan paku tertua dan Protolepidodendron scharynum.
(a)

(b)
Gambar 11. (a) Lycopodium cernuum dan (b) Isoetes lacustris

3. Subdivisi Sphenopsida (paku ekor kuda)


Sphenopsida disebut paku ekor kuda (horsetail) karena memiliki percabangan batang
yang khas berbentuk ulir atau lingkaran sehingga menyerupai ekor kuda. Sphenopsida
sering tumbuh di tempat berpasir. Sporofitnya berdaun kecil (mikrofil) atau berbentuk sisik,
warnanya agak transparan dan tersusun melingkar pada batang.
Batang Sphenopsida berongga dan beruas-ruas. Batang tampak keras karena tersusun
oleh sel-sel dengan dinding sel yang mengandung silika (sehingga dikenal juga sebagai
scouring rushes atau ampelas, yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok). Batang
memiliki rhizome. Pada ujung beberapa batang terdapat strobilus yang di dalamnya terdapat
sporangia. Sporangium menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama, tetapi ada
yang berjenis jantan maupun betina, sehingga Sphenopsida disebut sebagai paku peralihan.

Gambar 12. Batang pada equisetum arvense


Gametofit Sphenopsida berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan mengandung
klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang menghasilkan alat kelamin
jantan (anteridium), ada pula yang menghasilkan alat kelamin betina (arkegonium).
Gametofit jantan tumbuh dari spora jantan, sedangkan gametofit betina tumbuh dari spora
betina.
Sphenopsida tumbuh di tepian sungai yang lembab dan daerah subtropis belahan bumi
utara. Contoh Sphenopsida antara lain Equisetum ramosissimum, Equisetum arvense, dan
Calamites (sudah punah).

(a) (b)
Gambar 13. (a) Equisetum ramosissimum dan (b) Equisetum arvense

4. Subdivisi Pteropsida (paku sejati)


Pteropsida (paku sejati) merupakan kelompok tumbuhan paku yang sering ditemukan di
berbagai habitat, terutama di tempat yang lembap. Pteropsida hidup di tanah, di air, atau
epifit di pohon. Pteropsida yang hidup di hutan hujan tropis sangat beraneka ragam jenisnya,
namun Pteropsida juga ditemukan di daerah beriklim sedang (subtropis).
Sporofit Pteropsida memiliki akar, batang, dan daun. Ukuran batang bervariasi; ada yang
kecil dan ada pula yang besar seperti pohon. Ada batang yang berada di bawah permukaan
tanah (rizom) dan ada yang tumbuh di atas permukaan tanah. Daun Pteropsida berukuran
lebih besar dibanding kelompok tumbuhan paku lainnya. Pada umumnya daun berbentuk
lembaran, berukuran besar (makrofil), dan majemuk (terbagi menjadi beberapa lembaran),
dengan tulang daun bercabang-cabang. Daun yang masih muda menggulung (circinate).
Pteropsida memiliki sporofil (daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun untuk
fotosintesis dan tidak mengandung spora). Pada sporofil terdapat sporangium yang
terkumpul di dalam sorus di bawah permukaan daun. Pada Pteropsida yang hidup di air,
sporangium terkumpul di dalam sporokarp.
Gambar 14. Circinate pada Pteropsida
Gametofit Pteropsida memiliki klorofil, dengan ukuran yang bervariasi (protalium).
Gametofit bersifat aseksual atau uniseksual.
Terdapat sekitar 12.000 species Pteropsida, antara lain Adiantum fimbriatum, Asplenium
nidus, dan Marsilea crenata.

(a) (b) (c)


Gambar 15. (a) Adiantum fimbriatum,(b) Asplenium nidus, dan (c) Marsilea crenata.

D. Peranan Tumbuhan Paku


Tumbuhan paku memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, namun ada pula yang
merugikan. Tumbuhan paku yang bermanfaat antara lain sebagai berikut.
 Tanaman hias, misalnya Adiantum (suplir), Platycerium sp. (paku tanduk rusa),
Asplenium nidus (paku sarang burung), Nephrolepis, dan Alsophila glauca (paku tiang).
 Bahan obat-obatan, antara lain Equisetum (paku ekor kuda) yang memiliki fungsi diuretik
(melancarkan pengeluaran urin) dan Selaginella plana (obat luka).
 Bahan makanan (sayuran), misalnya Marsilea crenata (semanggi) dan Pteridium
aquilinum (paku garuda).
 Pupuk organik, misalnya Azolla pinnata bersimbiosis dengan ganggang biru Anabaena
azollae yang mampu mengikat gas nitrogen (N2) bebas.
 Pembuatan petasan (pyrotechnics), dengan menggunakan spora Lycopodium sp.
 Tiang bangunan, misalnya Alsophila glauca.
 Bahan penggosok (ampelas), misalnya Equisetum sp.
Tumbuhan paku yang merugikan manusia, misalnya Salvinia molesta (kayambang),
merupakan gulma tanaman padi.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 16. Beberapa contoh tumbuhan paku yang memiliki peranan dalam kehidupan manusia
(a) Salvinia molesta, (b) Pteridium aquilinum, (c) Selaginella plana, (d) Alsophila glauca, (e)
Platycerium elephantotis, dan (f) Azolla pinnata

Anda mungkin juga menyukai