Anda di halaman 1dari 13

PTERIDOPHYTA

Nama : Ni Luh Eka Lentari Putrinia


NIM : 1909484010071

PRODI D III FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia sehingga
dijuluki sebagai megabiodiversitas. Di indonesiaterdapat sekitar 30.000-40.000 spesies
tumbuhan atau sekitar 10% dari keseluruhan tumbuhan yang terdapat di planet bumi,
termasuk di dalamnya tumbuhan rendah (Alga, Lumut dan Tumbuhan Paku).
Beragamnya mahkluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan dengan adanya
variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka mendorong diperlukannya
suatu cara untuk mengelompokkan mahklukhidup agar mudah dipelajari dan dipahami.
Para ilmuwan dari bidang biologi mengembangkan suatu sistem pengelompokan yang
memudahkan untuk memahami, mempelajari, dan mengenali mahkluk hidup dengan
suatu sistem klasifikasi. Cabang ilmu yang mempelajari klasifikasi suatu tumbuhan
disebut dengan Taksonomi Tumbuhan.
Taksonomi tumbuhan adalah suatu kegiatan mengklasifikasikan tumbuhan yang ada
di sekitar dengan cara membedakan tumbuhan yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan ukuran, warna dan dengan kelompok – kelompok tertentu. Engler membagi
dunia tumbuhan dan hewan ke dalam sebuah divisi yang dikelompokkan berdasarkan
ukuran, penamaan, divisi, kelas, ordo, subordo, dan keluarga dengan sistem yang
mungkin menunjukkan kesamaan secara filogenetik atau tidak. Dimana pengelompokan
dalam dunia tumbuhan terdapat 6 bagian, meliputi Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta,
Gymnospermae, Angiospermae yang mencakup Dicotyle dan Monocotyldoneae, serta
Hewan.
1.2Rumusan Masalah
a. Apa itu divisi Pteridophyta?
b. Apa saja yang merupakan tumbuhan divisi Pteridophyta?
c. Apa saja klasifikasi tumbuhan divisi Pteridophyta?
d. Bagaimana habitat tumbuhan divisi Pteridophyta?
e. Apa saja manfaat tumbuhan divisi Pteridophyta
1.3Tujuan Pembahasan
a. Agar mengetahui apa itu divisi Pterydophyta
b. Agar mengetahui apa saja yang merupakan tumbuhan divisi Pteridophyta
c. Agar mengetahui apa saja klasifikasi tumbuhan divisi Pteridophyta
d. Agar mengetahui bagaimana habitat tumbuhan divisi Pteridophyta
e. Agar mengetahui apa saja manfaat tumbuhan divisi Pteridophyta
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Divisi Pteridophyta

Divisi Pteridophyta merupakan kelompok tumbuhan yang sedikit lebih sempurna


daripada Divisi Thallophyta dan Bryophyta karena pada Divisi Pteridophyta sudah terdapat
akar, batang dan daun yang telah dapat dibedakan dengan jelas meskipun belum sempurna
sehingga disebut tumbuhan berkormus atau kormophyta.

2.2 Tanaman Pteridophyta

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan divisi tumbuhan yang telah memiliki


kormus yaitu akar, batang dan daun. Namun, tumbuhan paku merupakan tumbuhan tingkat
rendah, karena belum mampu menghasilkan biji. Tumbuhan paku mempunyai ciri khas
yaitu pada setiap daun muda yang baru muncul membentuk gulungan (crozier). Tumbuhan
paku sejati memiliki akar serabut, batang berupa rhizome, dengan arah tumbuh batang
menjalar dan tegak (Gambar 2.1). Jika muncul diatas permukaan tanah, batangnya sangat
pendek. Akan tetapi pada kelompok Cyatheaceae batangnya berkayu dan dapat mencapai 5
m (Tjitrosoepomo, 2003).

Daun tumbuhan paku memiliki klorofil untuk fotosintesis (Haryadi, 2000). Pada
tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya terletak pada daun yang fertil (sporofil).
Daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada
yang berupa helaian dan ada yang berbentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan
beberapa sporofil yang membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang. Pada
sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok membentuk sorus di ujung
permukaan atau di tepi daun. Sorus sporangium berkelompok membentuk sorus di ujung
permukaan atau di tepi daun. Sorus dilindungi oleh suatu selaput yang disebut indusium
yang umumnya berbentuk ginjal. Susunan dan bentuk sorus tersebut berbeda-beda
tergantung dari masing- masing spesies (Raven et al., 1992). Letak sorus terhadap tulang
daun merupakan sifat yang sangat penting dalam klasifikasi tumbuhan paku
(Tjitrosoepomo, 2005).
2.3 Klasifikasi Tumbuhan Pteridophyta

Tumbuhan paku dimasukkan kedalam kelompok divisi Pteridophyta. Pteridophyta


dapat dibagi menjadi empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae, dan
Filicinae. Berikut merupakan contoh tumbuhan paku sesuai dengan klasifikasinya :
a. Paku Purba (Psilophytinae)

Tumbuhan paku ini dinamakan paku purba karena sebagian besar telah punah.
Anggota tumbuhan paku purba ada yang merupakan paku telanjang (tidak berdaun)
dan ada yang berdaun kecil (mikrofil). Tumbuhan paku yang tergolong kelas ini
hanya memilki satu ordo yaitu Psilophytales,

i. Ordo Psilophytales

Ordo Psilophytales sering disebut sebagai paku telanjang, psilos yang berarti
telanjang. Hal ini disebabkan karena tumbuhan paku ini masih tergolong
tumbuhan primitif dan tidak memiliki daun. Sebaian anggota dari tumbuhan
paku ini sudah punah. Kelas ini mempunyai sporangium yang dibentuk
diketiak buku. Contohnya adalah Psilotum.
b. Paku Kawat (Lycopodiinae)

Kelas Lycopodiinae mempunyai daun yang serupa rambut atau sisik dan duduk
daunnya tersebar. Paku ini batang dan akarnya bercabang-cabang menggarpu, Paku ini
juga memiliki batang yang seperti kawat. Karena itulah paku ini sering disebut sebagai
paku kawat. Sporangium pada Lycopodiinae tersusun dalam strobilus dan sibentuk
diujung cabang. Contohnya Lycopodium dan Selaginella.

Kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu:


i. Ordo Selaginella
Ordo ini mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri tegak,
bercabang menggarpu. Tumbuh membentuk rumput, ada yang memanjat
dan tunasnya dapat mencapai beberapa meter. Pada batang terdapat daun-
daun kecil yang berhadapan dan tersusun dalam empat baris. Contohnya
paku rane dan paku lumut

ii. Ordo Lycopodium


Ordo ini terdiri kurang lebih atas 200 jenis tumbuhan yang hampir semua
tergolong dalam famili Lycopodiaceae dari genus Lycopodium.
Lycopodium kebanyakan berupa tumbuhan paku berukuran kecil,
batangnya mempunyai berkas pengangkut yang masih sederhana, tumbuh
tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang menjulang ke atas.
Daun-daun sederhana, dengan pertulangan daun tunggal, tanpa ligula, dan
duduk daun spiral

c. Equisetinae (Paku Ekor Kuda)


Equisetiinae berasal dari kata equus yang berarti kuda dan seta yang berarti tangkai.
Anggota paku Equisetiinae memiliki daun yang serupa sisik dan transparan yang
susunannya berkarang (dalam satu lingkaran). Batangnya berongga dan berbuku-buku
atau beruas. Kelas Eqisetiinae memiliki sporangium yang tersusun dalam stobilus dan
mempunyai bentuk seperti ekor kuda, Anggota tumbuhan paku ekor kuda umumnya
memiliki batang berupa rhizome. Cabang-cabang batangnya beruas-ruas. Pada ujung
cabang batang sering ditemukan badan bulat penghasil spora. Sporanya memiliki elater
sebanyak 4 buah. Contohnya adalah Equisetum. Tumbuhan paku ini memiliki tiga ordo
yaitu Equisetales, Sphenophyllales, dan Protoarticulatales.
i. Ordo Equisetales
Dalam tumbuhan ini mempunyai rimpang yang merayap, dengan
cabangyang terdiri tegak. Cabangnya berdiri tegak biasanya hanya
mencapai umur 1 tahun.Batang atau cabang beralur danterdiri dari ruas-
ruas yang panjang. Pada penampang melintang, batang kelihatan
mempunyai suatu lingkaran berkas-berkas pengangkut kolateral, dua
lingkaran saluran-saluran antar sel dan satu ruang udara lisigen di pusat.
ii. Ordo Sphenophyllales
Tumbuhan dari ordo ini dikenal sebagai fosil dai zaman
Palaeozoinkum.Daun-daunnya menggarpu atau berbentuk pasak dengan
tulang-tulang terdiri dari atas 6 daun.
iii. Ordo Protoarticulatales
Warga bangsa ini pun telah fosil. Diantaranya yang paling terkenal ialah
anggota marga Rhynia, berupa semak- semak kecil yang bercabang-
cabang menggarpu, daun- daunnya tersusun berkarang tidak beraturan.
Helaian daun sempit, berbagi menggarpu, sporofil tersusun dalam suatu
bulir, tetapi sporofil itu belum berbentuk perisai, melainkan masih
bercabang-cabang menggarpu tidak beraturan dengan sporangium yang
bergantung.
d. Ordo Protoarticulatales
Warga bangsa ini pun telah fosil. Diantaranya yang paling terkenal ialah anggota
marga Rhynia, berupa semak- semak kecil yang bercabang-cabang menggarpu, daun-
daunnya tersusun berkarang tidak beraturan. Helaian daun sempit, berbagi
menggarpu, sporofil tersusun dalam suatu bulir, tetapi sporofil itu belum berbentuk
perisai, melainkan masih bercabang-cabang menggarpu tidak beraturan dengan
sporangium yang bergantung.

e. Filicinae (Paku Sejati)


Filiciinae berasal dari kata filix yang berarti tumbuhan paku sejati. Tumbuhan Paku
kelompok ini paling banyak anggota spesiesnya. Habitatnya di darat, air dan epifit.
Paku sejati juga termasuk tumbuhan yang memiliki struktur tubuh lengkap. Paku
sejati sudah mempunyai akar, batang, dan daun yang sejati. Batangnya membentuk
rhizome. Daunnya berupa makrofil dan bentuknya bermacam-macam, bertangkai, dan
tulangnya bercabang-cabang. Saat masih muda, daunnya akan tergulung pada
ujungnya. Sementara, sisi bawahnya banyak terdapat sorus yang mana pada setiap
sori terdapat banyak sporangium. Contohnya adalah Nephrolepis, Dryopteris.
Filicinae terbagi menjadi tiga sub kelas yaitu Eusporangiatae, Hydropterides (paku
air), Leptosporangiatae .
i. Sub Kelas Eusporangiatae
Tumbuhan yang tergolong dalam anak kelas ini kebanyakan berupa terna.
Protalium di bawah tanah dan tidak berwarna atau diatas tanah dan
berwarna hijau. Protalium selalu mempunyai cendawan endofitik.
Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri atas beberapa
lapis sel, spora sama besar.Sub classis ini dibedakan dalam dua ordo,
yaitu :
a) Ordo Ophioglossales
Ordo Ophioglossales hanya memiliki satu famili saja yaitu
Ophioglossaceae dengan beberapa jenis saja. Ophioglossaceae
memiliki 4 genus yaitu Botrychium, Helminthostachys,
Mankyua, Ophioglossum. Botrychium meliputi Botrychium,
Sceptridium,Botrypus, dan Japanobotrychium. Tumbuhan ini
biasanya mempunyai batang dalam tanah yang pendek, pada
bagian bawah masih mempunyai protostele, tetapi keatas
mengadakan diferensiasi dalam berkas pengangkutannya. Dalam
mendapatkan makanannya tumbuhan ini selalu mendapat
pertolongan dari mikoriza yang selalu ada di dalam akar-akarnya.
Sporangium besar, hampir bulat, tidak mempunyai annulus,
dindingnya kuat, membuka dengan suatu retak melintang atau
membujur. Ophioglossaceae hidup sebagai paku tanah atau epifit
terdiri atas 3 marga, yaitu Ophioglossum, Botrychium,
dan Helminthostachys.
b) Ordo Marattiales
Ordo Ophioglossales hanya memiliki satu famili saja yaitu
Ophioglossaceae dengan beberapa jenis saja. Ophioglossaceae
memiliki 4 genus yaitu Botrychium, Helminthostachys,Mankyua,
Ophioglossum. Botrychium meliputi Botrychium ,Sceptridium ,
Botrypus, dan Japanobotrychium. Tumbuhan ini biasanya
mempunyai batang dalam tanah yang pendek, pada bagian
bawah masih mempunyai protostele, tetapi keatas mengadakan
diferensiasi dalam berkas pengangkutannya. Dalam mendapatkan
makanannya tumbuhan ini selalu mendapat pertolongan dari
mikoriza yang selalu ada di dalam akar-akarnya. Sporangium
besar, hampir bulat, tidak mempunyai annulus, dindingnya kuat,
membuka dengan suatu retak melintang atau membujur.
Ophioglossaceae hidup sebagai paku tanah atau epifit terdiri atas
3 marga, yaitu Ophioglossum, Botrychium, dan
Helminthostachys.

ii. Sub Kelas Leptosporangiatae

Golongan ini terdiri atas beraneka ragam paku-pakuan yang luar biasa
banyaknya, meliputi + 90 % dari seluruh jumlah marga yang tergolong
dalam Filicinae dan tersebar diseluruh muka bumi ini. Kebanyakan paku-
pakuan itu berupa terna dengan rimpang yang mendatar atau bangkit
ujungnya dan biasanya jarang bercabang-cabang. Daun yang masih muda
selalu tergulung dan sifat ini sangat karakteristik bagi Filices umumnya.
Tergulungnya daun itu disebabkan karena sel-sel pada sisi bawah daun
lebih cepat pertumbuhannya dan baru ditiadakan dengan terbukanya daun.
Pada kebanyakan Filices, batang, tangkai daun dan kadang-kadang
sebagian dari daun tertutup dengan suatu lapisan sisik yang dinamakan palea.
Leptosporangiatae dibedakan dalam 3 golongan, yaitu :

a) Simplices, sporangium di dalam sorus terjadi secara


serempak
b) Gradatae, sporangium didalam sorus timbulnya dari
atas ke bawah (basipetal).
c) Mixtae, pembentukan sporangium di dalam sorus tidak
beraturan.
iii. Sub Kelas Hydropterides (paku air)

Tumbuhan yang tergolong dalam Hydropterides hampir selalu berupa


tumbuhan air atau tumbuhan rawa. Tumbuhan ini selau heterospor.
Makrosporangium dan mikrosporangiumnya berdinding tipis, tidak
mempunyai annulus dan terdapat dalam suatu badan pada pangkal daun.
Badan yang mengandung sporangium itu dinamakan sporokarpium, yang
seringkali mempunyai dinding yang tebal dan mula-mula selalu tertutup.

Tumbuhan paku ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula yang epifit.
Paku menyukai tempat lembab (higrofit), daerah tumbuhnya mulai dari pantai
(paku laut) sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah).

2.3 Habitat Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku telah memiliki klorofil, sehingga bersifat autotrorof. Tumbuhan paku
ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula yang epifit. Paku menyukai tempat lembab
(higrofit), daerah tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar kawah-kawah
(paku kawah). Tumbuhan paku banyak dijumpai di daerah tropis sampai daerah beriklim
sedang. Pada kawasan tropis dan subtropis, tumbuhan paku tumbuh pada habitat lembab,
di bawah pepohonan, di pinggir jalan maupun sungai, di pegunungan, di lereng-lereng
yang terjal sampai dekat kawah gunung berapi. Pada kawasan ternaungi dengan
kelembaban udara tinggi terdapat jenis paku yang berbeda dengan habitat yang lebih
terbuka dari naungan. Sedangkan pada lokasi terbuka beberapa tumbuhan paku epifit,
teradaptasi dengan tumbuh pada permukaan tanah. Pada ekosistem hutan hujan tropis,
tumbuhan paku sangat berperan penting sebagai habitat bagi beberapa hewan.
Menurut LIPI (1980), bahwa tumbuhan paku epifit ikut membantu dalam
mempertahankan kelembaban lapisan vegetasi dasar karena mampu beradaptasi terhadap
kekeringan. Vegetasi pada pegunungan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim pada
ketinggian yang berbeda-beda. Suhu menurun secara teratur sejalan dengan ketinggian
yang meningkat.
Pada hutan pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis dan struktur serta
karakter yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali di semua gunung di
daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggian. Di dataran rendah, semua zona
vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung yang tinggi atau di bagian yang tengah suatu
pegunungan mempunyai zona yang lebih luas. Namun dengan naiknya ketinggian tempat,
pohon- pohon semakin pendek, kelimpahan epifit serta tumbuhan pemanjat berubah.
Umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis tumbuhan paku lebih banyak daripada di
dataran rendah. Hal ini disebabkan oleh kelembaban tinggi, adanya kabut, serta curah
hujan tinggi

2.4 Siklus Hidup Tumbuhan Paku


Tumbuhan paku terdiri atas dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi
gametofit. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan
generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada
tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama
dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku
disebut generasi dominan. Generasi sporofit umumnya memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Gametofit tumbuhan paku hanya berukuran beberapa milimeter dan darisebagian
besar tumbuhan paku memiliki gametofit berbentuk hati yang disebut protalus. Protalus
berupa lembaran, memiliki rhizoid pada bagian bawahnya, serta memiliki klorofil untuk
fotosintesis. Protalus hidup bebas tanpa bergantung pada sporofit untuk kebutuhan
nutrisinya. Gametofit jenis tumbuhan paku tertentu tidak memiliki klorofil sehingga tidak
dapat berfotosintesis. Makanan tumbuhan paku tanpa klorofil diperoleh bersimbiosis
dengan jamur
Gametofit pada tumbuhan paku memiliki alat reproduksi seksual jantan berupa
anteridium yang menghasilkan spermatozoid berflagelum sedangkan alat reproduksi
betina berupa arkegonium yang menghasilkan ovum. Gametofit tumbuhan paku jenis
tertentu memiliki dua jenis alat reproduksi pada satu individu. Gametofit dengan dua
jenis alat reproduksi disebut gametofit biseksual. Gametofit yang hanya memiliki
anteridium saja atau arkegonium saja disebut disebut gametofit uniseksual. Gametofit
biseksual dihasilkan oleh paku heterospora (tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis
spora yang berbeda.
Tumbuhan paku berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Reproduksi seksual
berlangsung selama fertilisasi antara sel sperma dan sel telur didalam arkegonium yang
menghasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi embryo dan prothalium serta selanjutnya
terjadi diferensiasi organ membentuk akar, batang, daun, dan kaki. Kaki berperan sebagai
perantara sporofit untuk mendapatkan nutrisi selama awal perkembangan prothalium.
Daun steril dari tumbuhan paku terdiferensiasi membentuk struktur sporangium untuk
menghasilkan keturunan aseksual dalam bentuk spora. Selama pembentukan spora,
meiosis berperan dalam menjaga keragaman genetik pada generasi anakannya.
2.5 Manfaat Tumbuhan Paku
Banyak tumbuhan paku memiliki manfaat dan peranan penting dalam kehidupan
manusia, antara lain :
a. Tanaman hias : Adiantum (suplir), Platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku
sarang burung), Nephrolepis, Alsophoila (paku tiang) dan lainnya.
b. Bahan obat : Equisetum (paku ekor kuda) untuk antidiuretik (lancar seni),
Cyclophorus , untuk obat pusing dan obat luar, Dryopteris untuk obat cacing pita,
Platycerium bifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodium untuk
antidiuretik dan pencahar lemah dari sporanya.
c. Bahan sayuran : Marsilea (semanggi), Pteridium aquilinum (paku garuda), dan lain-
lain.
d. Kesuburan tanah : Azolla pinnata, karena mampu bersimbiosis dengan Anabaena
(alga biru) sehingga dapat mengikat unsur nitrogen dari udara.
e. Gulma pertanian : Salvinia natans (kayambang), pengganggu tanaman padi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Divisi Pteridophyta merupakan kelompok tumbuhan yang sedikit lebih sempurna
daripada Divisi Thallophyta dan Bryophyta karena pada Divisi Pteridophyta sudah
terdapat akar, batang dan daun yang telah dapat dibedakan dengan jelas meskipun belum
sempurna sehingga disebut tumbuhan berkormus atau kormophyta. Divisi Pteridophyta.
Pteridophyta dapat dibagi menjadi empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae,
Equisetinae, dan Filicinae. Tumbuhan paku dimasukkan kedalam kelompok divisi
Pteridophyta. Tumbuhan paku telah memiliki klorofil, sehingga bersifat autotrorof.
Tumbuhan paku ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula yang epifit. Paku menyukai
tempat lembab (higrofit), daerah tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar
kawah-kawah (paku kawah). Tumbuhan paku terdiri atas dua generasi, yaitu generasi
sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan
spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel
kelamin).
DAFTAR PUSTAKA
Adi Yudianto, M.Pd, Drs. Suroso.1992. Pengantar Botany Cryptogamae. Bandung: Tarsito.

Silalahi, M.Si. Marina. 2013. Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Rendah. Jakarta : Prodi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Indonesia

Tjitrosoepomo, G., 2003. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,


Bryophyta, Pterydophyta). Gajah Mada University Press, Universitas Gajah
Mada, Jogjakarta.

Prakosa. Gayut Widya,2015. Jenis-Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Berpotensi Obat di


Sepanjang Jalur Pendakian Kawasan Hutan Lumut Suaka Margasatwa “DataranTinggi
Yang” Pegunungan Argopuro. Jember : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNEJ

Van CGGJ, Steenis.1978. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.

Anda mungkin juga menyukai