Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ vegetatif
yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun. Sedangkan organ generatif terdiri atas
spora, sporangium, anteridium, dan arkegonium. Sporangium tumbuhan paku umumnya
berada di bagian bawah daun serta membentuk gugusan berwarna hitam atau coklat. Gugusan
sporangium ini dikenal sebagai sorus. Letak sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang
sangat penting dalam klasifikasi tumbuhan paku. Menurut Tjitrosoepomo (1994) divisi
Pteridophyta dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae,
Equisetinae dan Filiciane; dan menurut Steennis (1988), tumbuhan pakupakuan dapat dibagi
ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae, Equicetaceae, Selagillaceae,
Lycopodiaceae, Ophiglossaceae, Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae,
Ceratopteridaceae, dan Polypodiaceae.
Tumbuhan yang dikenal sebagai tumbuhan pakunya adalah pada fase sporofit. Pada
tumbuhan paku, gametofit dikenal sebagai prothallium dan usianya hanya beberapa minggu.
Morfologinya yang hanya berukuran beberapa sentimeter dan seringkali berbentuk hati,
berwarna hijau, dan terhubung ke substrat dengan rizoid, mirip dengan talus Hepaticae. Di
bagian bawah prothallium, di antara rizoid, terdapat antheridia dan archegonium. Memiliki
akar berbentuk rizoid pada generasi gametofit, tumbuhan paku menunjukkan ciri-ciri akar
serabut pada generasi sporofit. Titik perkembangan akar berbentuk segiempat, yang
aktivitasnya bergerak ke luar untuk menghasilkan kaliptra sementara ke dalam untuk
membentuk sel-sel akar, terdapat kaliptra untuk melindungi struktur anatomi akar di
ujungnya. Ada fasikel (ikatan pembuluh) dari jenis konsentris di silinder tengah (xilem
dikelilingi oleh floem) (Mulyadi, 2014).
Tumbuhan paku menunjukkan ciri-ciri seperti batang sejati berupa sporofit dan batang
berupa protalium pada generasi gametofit. Sel-sel sklerenkim yang membentuk penguatan
jaringan struktur arsitektur batang epidermis, banyak lubang korteks (ruang antar sel), xilem
dan floem merupakan pusat silinder yang membentuk bundel pengangkut tipe konsentris.
(Mulyadi, 2014). Selain itu, batang Pteridophyta tidak muncul dari ketiak daun dan malah
bercabang atau menghasilkan cabang samping. (Hasnunidah, 2018).
Daun yang tumbuh pada percabangan tulang daun disebut dengan frond, dan dalam satu
tangkai keseluruhan daunnya disebut dengan pinna.. Daun pada tumbuhan paku dibedakan
menjadi tiga berdasarkan fungsinya, diantaranya:
1) Daun tropofil
Daun yang hanya mengandung klorofil dan dimanfaatkkan untuk melakukan
fotosintesis.
2) Daun sporofil
Daun yang pada bawah permukaannya memiliki bentuk berupa titik-titik hitam yang
dapat disebut dengan sorus, di dalam sorus terdapat kumpulan sporangium yang
menjadi tempat untuk spora.
3) Trofosporofil
Daun yang dalam satu tangkainya memiliki anak-anak daun ada yang menghasilkan
spora dan ada yang tidak menghasilkan spora.
Regnum : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Classis : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Familia Polypodiaceae adalah salah satu kelompok yang paling kaya spesiesnya dari
pakis yang masih ada, menampilkan keragaman morfologi dan sistematis yang luar biasa.
Leptosporangi memakan paku-pakuan yang terdiversifikasi dalam kanopi yang didominasi
angiosperma selama periode radiasi Kenozoikum, sehingga membentuk keragaman
Polypodiaceae. Sebagian besar spesies dalam Polypodiaceae adalah epifit, dan Familia ini
mewakili salah satu kelompok epifit vaskular pantropis yang paling beragam dan melimpah
di hutan tropis dan subtropis (Liu, Wang, Su, & Wang, 2021).
Jenis-jenis tumbuhan paku
Sub divisi dari sistem klasifikasi tumbuhan paku yang pertama ialah Psilopsida atau paku
purba.
Sesuai dengan namanya jenis tumbuhan paku satu ini telah ada sejak zaman purba.
Sebagian di antara mereka telah mengalami kepunahan dan hanya ditemukan dalam bentuk
fosil.
Contohnya seperti paku tidak berdaun atau Rhynia yang keberadaannya sudah dalam
bentuk fosil. Kemudian masih ada sebagian kecil yang bisa ditemukan saat ini, seperti paku
tmesipteris yang tumbuh di kepulauan dan psilotum nudum tumbuh di daerah tropis dan
subtropis.
Akan tetapi dari ciri-ciri tersebut, ada pula beberapa pengecualian. Sebagian paku purba
yang memiliki daun mempunyai ciri yang lebih spesifik di antaranya:
Sphenopsida atau Equisetopsida dinamai paku ekor kuda karena jenis tumbuhan paku ini
memiliki percabangan pada batangnya dengan bentuk yang menyerupai ekor kuda. Paku ekor
kuda memiliki beberapa ciri, di antaranya:
Paku kawat ini diperkirakan telah tumbuh di Bumi pada masa Devonian. Mereka terus
berkembang biak sampai jumlahnya sangat melimpah pada masa Karboniferus.
Hampir semua Lycopsida telah mengalami kepunahan, mereka kebanyakan telah ditemukan
dalam bentuk fosil atau endapan batu bara.
Namun beberapa di antaranya yang berukuran kecil sampai kini dapat kita temui di
permukaan tanah atau kulit pohon di ekosistem hutan hujan tropis.
Tumbuhan paku jenis ini umumnya dengan mudah kita temui pada habitat lembap, seperti di
daerah ekosistem hutan hujan tropis.
Pakis yang tumbuh di sela pohon sawit adalah salah satu spesies dari golongan tumbuhan
paku ini. Selain itu spesies golongan paku sejati juga dapat kita temui dengan melihat ciri-
cirinya, yaitu:
Dengan memiliki akar, batang dan daun sejati dengan ukuran variative
Daunnya berukuran lebih besar dibanding paku-pakuan jenis lain, bentuknya
lembaran dan tulang daunnya bercabang.
Daun atau tunas mudanya menggulung Terdapat lebih dari 12.000 spesies paku sejati
di dunia saat ini.
Beberapa contoh tumbuhan paku dari sub divisi ini antara lain Asplenium nidus,
Adiantum fimbriatum dan Marsilea crenata.
Daftar Pustaka
Diah Irawati Dwi Arini dan Julianus Kinho. 2012. KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN
PAKU (PTERIDOPHYTA) DI CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG SULAWESI
UTARA dalam ” Info BPK Manado Volume 2 No 1”. Manado: Balai Penelitian Kehutanan
Manado