Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta),
adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati
(kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji,
kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat
perbanyakangeneratifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku
(Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki
akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut.Tumbuhan
paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan
adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora.
Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh
(Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.Tumbuhan paku
tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah
kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan
3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah
tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan
kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman
Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena
merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang
memfosil sekarang ditambang orang sebagai batubara. Salah satu anggota dari
Pteridophyta ialah kelas Lycopodiinae ( paku kawat atau paku rambat ).
Merupakan tumbuhan liar di pinggir-pinggir jalan, semak belukar atau di
hutan-hutan,sering memanjat di pohon. Tumbuh dari dataran rendah sampai
pegunungan dari ketinggian 100 m sampai 2.000 m di atas permukaan laut.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana morfologi Lycopodiinae?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi Lycopodiinae?
1.2.3 Bagaimana siklus hidup Lycopodiinae?
1.2.4 Apa manfaat Lycopodiinae dalam kehidupan?

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui morfologi Lycopodiinae.
1.3.2 Untuk mengetahui klasifikasi Lycopodiinae.
1.3.3 Untuk mengetahui siklus hidup Lycopodiinae.
1.3.4 Untuk mengetahui manfaat Lycopodiinae dalam kehidupan.

























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Morfologi Lycopodiinae
Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku. Paku kawat
banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis. Paku kawat
menempel di pohon atau hidup bebas di tanah. Anggota paku kawat memiliki
akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil,
tersusun rapat, majemuk, menyirip ganjil, helaian daun bentuk bulat telur,
ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata atau bergerigi, panjang 1-3 cm,lebar
0,5-2 cm, pertulangan menyirip, permukaan halus, licin, hijau, Batangnya
bulat, liat, kaku, hijau kecoklatan. Sporangium terdapat pada sporofil yang
tersusun membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut
seperti konus pada pinus.Sorus terdapat dibawah permukaan daun bagian tepi,
terdapat pada daun-daun yang tertile, tersusun melingkar disemua tepi daun,
berwarna putih kekuningan. Akarnya serabut, liat, kaku, berwarna coklat
kehitaman. Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah. Gametofit
paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit memperoleh
makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannnya. Gemetofit paku kawat
ada yang uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau arkegonium saja.
Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium
dan arkegonium. Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella
merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit biseksual
terdapat pada Lycopodium.

2.2 Klasifikasi Lycopodiinae
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Class : Lycopodinae
Ordo : Lycopodiales
Famili : Licopodiaceae
Genus : Lycopodium (Mader,2001:565)
Lycopodinae di dalam zaman karbon telah
berkembang lebih luas dari pada pada zaman
sekarang, bahkan di zaman itu ada yang telah
berkembang menjadi tumbuhan berbiji, yaitu
Lepidospermae. Mungkin karrena tidak sempurnanya
alat-alat penyerap dan pengangkut air, maka
tumbuhan tumbuhan yang telah berupa pohon itu
kemidian punah menjelang akhir akhir zaman
Palaezoikum, karena iklim di bumi kita ini bertambah kering. Kelas Lycopodinae
terbagi atas 4 bangsa, yakni bangsa Lycopodiales, bangsa Selaginellales, bangsa
Lepidodendrales, dan bangsa Isoetales. Namun disini hanya akan dibahas 2
bangsa dari kelas Lycopodinae, yakni bangsa Lycopodiales (paku kawat) dan
bangsa Selaginellales (paku rane). Hal tersebut dikarenakan hanya spesies dari
kedua bengsa itulah yang masih ada hingga saat ini. Bangsa ini terdiri lebih atas
200 jenis tumbuhan yang hampir semua tergolong dalam suku Lycopodiaceae dari
marga Lycoodium (graham,1993:539)
a. Lycopodiales (paku kawat)
Bangsa ini terdiri kurang lebih
atas 200 jenis tumbuhan yang hampir
semua tergolong dalam suku
Lycopodiaceae dari marga Lycopodium.
Lycopodium itu kebanyakan berupa terna
kecil yang sering sekali dipakai untuk pembuatan buket bersama dengan
bunga. Batang mempunyai berkas pengangkut yang masih
sederhana,tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang
menjulang ke atas. Daun-daun berambut,berbentuk garis atau jarum,yang
dianggap homolog dengan mikrofil Psilophytinae dan hanya memiliki satu
tulang yang tidak bercabang.
Akar biasanya bercabang-cabang mengarpu. Bagian-bagian batang yang
berdiri tegak,di atas bagian yang agak jarang daun-daunnya,mempunyai
rangkaian sporofil. Sporofil berbentuk segitiga sama sisi,mempunyai
sporangium yang agak pipih,berbentuk ginjal,menghasilkan isospora.
Letak sporangium pada sisi atas daun dekat dengan pangkalnya. Dinding
sporangium terdiri atas beberapa lapis sel. Sporangium membuka dengan
dua katup menurut suatu retak yang telah tampak dari susunan anatomi
sel-selnya. Sesudah 6 atau7 tahun spora itu baru
berkecambah,menghasilkanbadan yang terdiri dari 5 sel, yang semula
mendapat makanan dari cadangan di dalam spora. Sesudah mengalami
waktu istirahat,baru badan itu berkembang terus,jika dalam sel-selnya
yang sebelah bawah dimasuki hifa cendawan yang berkelakuan sebagai
mikoriza.Jadi untuk perkembangan prolatalium harus ad simbiosis dengan
mikoriza.
Protalium hidup di dalam tanah, berbentuk seperti umbi kecil,keputih-
putihan dan bersifat saprofit. Baru sesudah 12-15 tahun, alat-alat
kelaminnya menjadi masak, sehingga umur protalium itu dapat sampai 20
tahun. Jika protalium muncul di atas tanah,lalu membentuk kloroplas dan
warnanya menjadi hijau. Protalium itu berumah satu,alat-alat kelaminnya
terdapat pada bagian apikal. Anetridium terbenam dalam jaringan
protalium dan terdiri atas banyak sel. Tiap sel anteridium ( selain
dindingnya) menghasilkan spermatozoid berbentuk jorong, masing-masing
mempunyai dua bulu cambuk.
Zigot mula-mula dengan suatu dinding dasar yang melintang membelah
menjadi dua sel. Yang bawah mula-mula membagi diri menjadi 4 kuadran
kemudian menjadi oktan dan selanjutnya menjadi enmbrionya,sedang sel-
sel yang atas yang menghadapleher arkegonium menjadi pendukung
embrio atau suspensor. Jadi embrio itu tidak menghadap kearah leher
arkegonium. Letak embrio yang demikian itu disebut endoskopik. Di
daerah tropika banyak pula terdapat terdapat warga Lycopodium, di
antaranya
Ada yang hidup sebagai epifit, misalnya L. nummularifolium. Yang
banyak dikenal di Indonesia adalah :
L. cernuum, di Jawa Barat banyak digunakan dalam pembuatan karangan
bunga.
L. clavatum, yang sporanya dikumpulkan sebagi serbuk licopodium
(pulvis lycopodii) yang dipergunakan sebagai pembalut pil agar tidak
lengket satu sam, lain,dan juga digunakan dalam percobaan Kundt untuk
mengukur panjang gelombang suara.Sisa-sisa Lycopodiinae sebagai fosil
ditemukan dari zaman Devon tengah, bahkan ada yang dari zaman Silur.
Lycopodiinae yang telah fosil antara lain ialah :
Drepanophycus spinaeformis, merupakan tumbuhan darat yang tertua bagi
Eropa.
Protolepidodendrom scharyanum, pada ujung cabang-cabangnya
terdapat daun-daun yang menggarpu. Sporangium terdapat pada sisi atas
daun.
Pada kedua jenis tersebut sporofil belum terkumpul menjadi rangkaian
sporofil (bunga). Sublepidodendraceae dan Archaeosigillariaceae
mempunyai daun-daun yang melekat pada alas berbentuk belah ketupat
atau persegi enam. Tumbuhan ini dianggap sebagai nenek moyang pohon
pohon sisik-sisik (Lepidondraceae).

b. Selaginellales (paku rane)
Habitus paku rane dalam
beberapa hal memperlihatkan
persamaan dengan Lycopodinae.
Sebagian mempunyai batang
berbaring dan sebagian tegak,
bercabang-cabang menggarpu
anisotom, tidak memperlihatkan
pertumbuhan menebal sekunder. Ada yang tumbuhnya membentuk
rumpun,ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai panjang sampai
beberapa meter. Pada batang terdapat beberapa daun-daun kecil yang
tersusun dalam 4 baris. Cabang-cabang sering kali mempunyai susunan
dorsiventral. Dari 4 baris daun itu yang dua baris terdiri atas daun-daun
yang lebih besar dan tersusun kesamping, yang dua baris lagi terdiri atas
daun-daun yang lebih kecih terdapat pada sisi atas cabang-cabang yang
menghadap kemuka. Akar-akar yang keluar dari bagianbagian batang yang
tidak berdaun yang dinamakan pendukung akar. Pada bagian bawah sisi
atas daun terdapat suatu sisik yang dinamakan lidah-lidah (ligula). Lidah-
lidah tersebut merupakan alat penghisap air (misalnya tetes air hujan), dan
sering kali dengan perantaraa suatu trakeida mempunyai hubungan dengan
berkas-berkas pembuluh pengangkutan.
Selaginella bersifat heterospor, protakliumnya sangat kecil, jadi
telah mengalami reduksi yang jauh. Rangkaian sporofil
terminal,merupakan suatu bulir tunggal atau bercabang,biasanya
radial,jarang sekali drsiventral. Sporangium itu menghasilkan mikro dan
makrospora, akan tetapi keduaduanya ditemukan dalam satu rangkaian
sporofil. Dalam makrosporangium sel-sel induk spora yang terbentuk
semua mati,kecuali satu yang akhirnya dengan pembelahan reduksi
menghasilkan 4 spora yang dindingnya penjol-penjol. Mikrosporangium
pipih,di dalamnya banyak terkandung mikrospora.
Dinding sporangium terdiri atas 3 lapis sel,yang paling dalam
merupakan tapetum yang berguna untuk memberi makanan kepada spora.
Dinding sel-sel tapetum tidak terlarut. Sporangium membuka dengan suatu
mekanisme kohesi, dan membukanya sporangium spora terlempar keluar.
Spora selagi masih berada dalam sporangium telah memulai
perkembangannya untuk membentuk protalium. Mula-mula spora
membelah menjadi suatu sel kecil berbentuk lensa dan satu sel yang lebih
besar. Sel yang lebih besar berturut-turut mengadakan
pembelahan,sehingga menghasilkan 8 sel dinding yang steril,dan 2 atau 4
sel yang di pusat. Sel kecil berbentuk lensa bersifat vegetatif dan
dinamakan sel rizoid. Sel-sel yang merupakan dinding anteridium lalu
terlarut dindingnya menjadi suatu lapisan lendir yang di dalamnya terdapat
spermatozoid. Seluruh protalim jantan sampai stadium itu tetap berada
dalam kulit mikrospora, tetapi akhirnya kulit itu pecah, sel-sel anteridium
menjadi bebas , dan keluarlah spermatozoid berbentuk gada yang sedikit
bengkok.
Inti spora membelah secar bebas menjadi banyak,yang lalu tersebar
dal plasma pada bagian atas spora. Baru kemudian mulai terbentuk
dinding-dinding sel yang meluas kebawah, sehingga akhirnya seluruh
spora terisi dengan sel-sel protalium. Akhirnya dinding makrospora
pecah,dan protalium yang terdiri atas sel-sel kecil dan tidak berwarna
tersebut keluar dan membentuk 3 rizoid pad 3 tempat. Setelah satu atau
beberapa arkegonium dibuahi,mulailah perkembangan embrio yang
biasanya bersifat endoskopis. Untuk membebaskan diri dari protalium,
embroi yang endoskopik itu membelok seperti pada Lycopodium. Bangsa
ini hanya terdiri atas satu suku Selaginellaceae, dan satu marga
Selaginella. Di Indonesia antara lain kita dapati Selaginella caudata, S.
plana, S. wildenowii.
2.3 Siklus Hidup Lycopodiinae

Spora yang telah berkecambah dan menghasilkan badan yang terdiri atas 5
sel akan mengalami waktu istirahat. Setelah itu jika dalam sel-selnya yang sebelah
bawah dimasuki hifa cendawan yang berkelakuan sebagai mikoriza maka akan
terbentuklah protalium ( Backer,1939:118).
Protalium hdup di dalam tanah, berbentuk seperti umbi kecil, keputih-
putihan dan bersifat saprofit. Bentuk protalium bermacam-macam, mempunyai
rizoid-rizoid dan di samping itu di dalam lapissan sel-sel di periferi terdapat
cendawan yang seperti mikiriza memainkan peranan penting dalam soal
penyerapan zat-zat makanan. Baru sesudah 12-15 tahun, alat-alat kelaminnya
menjadi masak, sehingga umur protalium itu dapat sampai 20 tahun. Jika
protelium muncul di atas tanah, lalu membentuk kloroplas dan warnanya menjadi
hijau (Rosenburgh,1908:112).
Protalium itu berumah satu, alat-alat kelaminnya terdapat padda bagian
apikal. Anteridium terbenam dalam jaringan protalium dan terdiri atas banyak sel.
Tiap sel anteridium (selain dindingnya) menghasilkan spermatozoid berbentuk
jorong, masing-masing mempunyai bulu cambuk. Arkegonium mempunyai
banyak sel-sel saluran leher yang sering tereduksi sampai hanya tinggal saut saja.
Sel dindingnya yang paling atas pada waktu masaknya arkegonium lalu di lepas
(Hartini.2005:5).
Setelah dihasilkan sel spermatozoa dan sel telur dari mmasing-masing alat
kelamin maka akan terjadi fertilisasi sehingg terbentuklah zigot. Zigogt mula-
mula dengan satu dinding dasar yang melintang membelah menjaadi dua sel.
Yang bawah mula-mula membagi diri menjadi 4 kuadran kemudian menjadi oktan
dan selanjutnya menjadi embrio, sedang sel-sel yang menghadap leher
arkegonium menjadi pendukung embro atau suspensor. Jadi embrio itu tidak
menghadap ke arah leher arkegonium. Letak embrio yang demikian itu disebut
endoskopik. Suspensor mendesak embrio ke dalam jaringan protalium. Untuk
dapa keluar dari jaringan protalium itu, embrio lalu membelok ke atas, dan bagian
yang cembung pada belokan itu lalu berfungsi sebagai haustorium. Daun yang
pertama terbentuk berupa suatu sisik dan terdapat pada ujung tunas. Kemudian
pada bagian batang yang berdekatan dengan suspensor terbentuk akar-akar ke
samping. Pertumbuhan berjalan terus karena kegiatan titik tumbuh yang tidak
mempunyai sel ujung sebagai pemulanya(Rosenburgh,1908:123).
Deskripsi spesies lycopodium
a. Licopodium serratum

Tumbuhan ini banyak di temukan di daerah hutan tropis dan sub
tropis. Lycopodium serratum ini tumbuh menempel di pohon (epifit),
namun ada pula yang hidup bebas di tanah, pada bebatuan, dan tebing
sungai. Batang naik atau agak menjalar di dasar, dengan tegak bercabang
cabang dicotomously beberapa kali bagian atas beberapa kali bantalan
gemmae dekat apex.leaves eliptic untuk sempit, acuminate di puncak,
petiolate, irregullarly bergerigi di urat margin yang berbeda, dibesarkan di
atas; chartaceous twexture tipis, dalam hijau. sporophylls lanset, kecil, 3-5
mm panjang, konstan pada bagian atas tanaman, tetapi tidak membentuk
kerucut yang berbeda (Hartini.2005:6).

b. Licopodium squarrosum
Jenis ini termasuk dalam
suku Lycopodiaceae.Mempunyai
sinonim Huperzia squarrosa (G.
Forster)Trevisan dan Phlegmaria
squarrosus (G. Forster) Lve
&Lve. Biasa disebut dengan
rock tassel fern, water tassel fern
atau ikur-ikur biang. Tumbuhan
ini merupakan jenis epifit,
berukuran sedang, berumpun, menjuntai atau tegak.Batang panjang mencapai
1,5 m, lebar 1,5-2,5 cm, selalu hijau, beberapa kali bercabang dan
percabangannya khasyaitu setiap cabang bercabang dua lagi. Daun steril
bundar telur menyempit sampai memanjang menggaris, panjang 1,5-2 cm,
mirip kawat tetapi tidak kaku, tersusun rapat, tersebar kecuali di bagian ujung
batang. Daun fertil mirip dengan daun steril. Strobili terdapat di ujung cabang,
tidak bercabang, panjang mencapai 20 cm. Strobili ini mudah dibedakan
dengan batang yang berdaun karena ukurannya lebih kecil. L. squarrosum
biasanya tumbuh epifit di pohon-pohon besar dan menempel pada humus yang
tebal. Jenis ini umumnya terdapat di tempat yang agak ternaung sampai
terbuka, pada ketinggian 1.440 m dpl. Jenis ini tersebar di Afrika, Asia, New
Guinea, Australia, dan Polinesia. Perawakannya yang menawan menjadikan
jenis ini berpotensi sebagai tanaman hias. Masyarakat Karo di Sumatera Utara
memanfaatkannya untuk angin-angin (mengusir setan atau membebaskan diri
dari pengaruhsantet) (Jones, 1987).

c. Licopedium cernuum L.

Tumbuhan paku ini hidup di
tanah. Jenis ini di kenal dengan
nama paku kawat karena batangnya
yang kecil menjalar, kaku seperti
kawat. Batang tersebut bercabang-
cabang tak beraturan. Daunnya kecil
dan tumbuh rapat menutupi batang.
Banyak dimanfaatkan sebagai
rangkaian bunga.Tidak halnya paku-
pakuan pada umumnya, paku kawat mempunyai daun yang subur yng tersusun
dalam bentuk bulir yang disebut strobilii. Daun strobilii tumbuh pada akhir
percabangan. Strobil ini letaknya tegak dan bentuknya seperti bumbung
(Mader.2001:565).
Akhir-akhir ini paku kawat telah mulai di budidayakan karena
kegunaanya sebagai tanaman hias. Disamping itu dapat pula dipakai sebagai obat
batuk dan obat sesak nafas dengan cara meminum air rebusannya. Selain itu, abu
paku kawat untuk menyembuhkan kulit yang terserang bisul, dengan cara
mencampurnya dengan cuka.dapat pula dimanfaatkan sebagai pengisi bantal atau
pengganti bantal (Graham. 1993:201).
Paku kawat ini mudah dijumpai karena tumbuhan ini banyak terdapat di
daerah tertutup atau terbuka. Bahkan, tumbuhan ini masih bisa tumbuh di daerah
kering dan di tanah yang kurang subur (Mader.2001:565)..

d. Lycopodium nummularifium L

Lycopodium nummularifium jenis tumbuhan paku perrenial dan
hidup sebagai epifit di bawah dan melekat pada batang pohon-pohon pada
habitat aslinya, yaitu hutan tropis. Dibandingkan dengan kerabat
Lycopodium lain yang tumbuh merumpun (menggerombol), spesies ini
cenderung bertipikal tumbuh menjalar, memanjang atau menggantung.
Batang berbentuk bulat, kecil, keras dan memanjang seperti kawat (wiry
stem). Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada ujung
batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang-
cabang baru. Cabang-cabang kemudian dapat tumbuh hingga mencapai
tanah dan menjalar membentuk system perakaran baru (rhizoma).
Rhizoma berakar adventif merupakan bentuk modifikasi batang yang
berfungsi selain sebagai alat trasport air dan nutrient untuk proses
photosynthesis, juga sebagai alat perekat tanaman pada tempat
tumbuhnya(Mader.2001:567).
Tergantung pada tempat tumbuhnya, rizhoma berakar adventif
dapat menjalar di atas maupun di bawah media tempat tumbuhnya hingga
mencapai kedalaman 5 15 cm. Rizhoma-rhizoma ini pun berpotensi
untuk membentuk tunas baru yang kemudian dapat tumbuh menjadi
tanaman baru (vegetative reproduction). Daun kecil (microphyll) berwarna
hijau, berbentuk bulat hingga oval lonjong/lanceolate (scale-like leaves),
pipih dengan satu tulang daun yang berada di tengah helaian. Daun
melekat pada segmen-segmen batang yang mirip buku dengan susunan
duduk daun berpasangan dengan sedikit alternasi (opposite, slightly
alternate). Sudut duduk daun berjarak seragam pada batang. Susunan
daun-daun pada batang tanaman overlap linier dengan daun yang lain pada
buku yang berikutnya, sehingga membentuk suatu rangkaian radial mirip
mata rantai dengan bidang datar yang rata(Holtum,1996:330).
Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Tenggara beriklim
tropis, dengan pusat endemik di sekitar semenanjung Melayu, di Malaysia
bagian timur, Indonesia di sekitar Kalimantan hingga Filipina bagian
selatan, Irian dan Papua nugini. Beberapa penelitian eskplorasi akhir-akhir
ini mengindikasikan bahwa Lycopodium nummularifolium juga
diketemukan tumbuh secara alami di hutan-hutan sebelah timur Papua
nugini hingga bagian utara Australia. Penyebaran secara alami
diperkirakan dengan menggunakan spora yang ringan dan dapat terbang
terbawa oleh angin serta dapat bertahan lama hingga mencapai tempat
tumbuh yang kondusif untuk berkecambah.Kerabat-kerabatnya dalam satu
genus, mempunyai area dispersal yang luas hingga ke daratan Amerika
yang beriklim tropis(Hartini.2005:7).
Dahulu spora Lycopodium yang dikeringkan sering digunakan
pada acara teaterikal. Spora kering ini digunakan untuk memberikan efek
seperti kobaran api. Spora dapat terbakar dengan cepat dan terang, tetapi
dengan panas yang rendah dan aman. Selain spora, bentuk segar tanaman
baik berupa untaian batang potong atau tanaman dalam pot digunakan
sebagai tanaman hias, sebagai filler atau suplemen dalam rangkaian bunga
atau tanaman hidup dalam pot maupun pada taman.
Beberapa spesiesLycopodium juga digunakan salah satu bahan
pembuat pembungkus pil/kapsul obat-obatan hingga saat ini. Untuk bahan
obat-obatan spesies ini dijual dalam bentuk tepung. Spesies-spesies
tertentu oleh suku Aborigin juga digunakan sebagai bahan obat-obatan
untuk penyakit (homeophatic). Pada pengobatan modern spesies
Lycopodium masih digunakan digunakan untuk homeophatic.
Homeophatic merupakan suatu sistem pengobatan yang aman dan efektif
serta tanapa efek samaping. Cara ini membantu mendorong tubuh untuk
melakukan penyembuhan baik secara fisik, mental maupun emosional
Kandungan bahan/sifat fisik/kimia bagian tanamanNuansa terang karena
daya terbakar spora yang cepat dengan suhu rendah pada efek teateritikal
diduga karena (Raven, 1998:390).
Untuk reproduksi seksual, tanaman ini membentuk organ yang
disebut strobilus yang biasanya tumbuh pada dasar duduk daun
(microphyll axils). Sporangium sebagai sebagai tempat sel induk spora
terdapat pada strobilus, berbentuk seperti ginjal. Pada fase gametofit, spora
akan membentuk organ-organ gametangia, seperti arkegonium dan
anteridium sebagai penghasil gamet-gamet jantan dan
betina(Rosenburgh,1908:123).
e. Licopodium phlegmaria L

Jenis paku ini sangat tahan kekeringan.
Dari namanya dapat diketahui bahwa masih
termasuk satu marga dengan kumpai. Seperti
jenis-jenis marga Lycopodium pada umumnya,
kumpai pure tumbuh menumpang. Batangnya
tumbuh bergantung dan percabangannya khas
yaitu setiap cabang bercabang lagi menjadi dua. kadang- kadang tumbuhan
ini dapat mencapai panjang 0.9 m. Jenis ini mudah di bedaka dari jenis
lainnya dalam marga lycopedium Karen adaunnya kasar, berbentuk bulat
dengan ujungnya yang runcing(Raven, 1998:394).
Berbeda dengan kumpai, strobilii kumpai pure membentuk
percabangan yang khas seperti batangnya. Panjang strobilii tersebut
mencapai 20 cm. dapat dibedakan dengan batang yang berdaun dan
ukurannya yang lebih kecil sporofilnya pendek dan bentuknya menyirip.
Pada tumbuhan ini mengandung saponin yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan mecuci rambut serta dapat digunakan untuk hiasan
kebun(Hartini.2005:7).

f. Lycopodium carinatum

Batang pendoulus panjangnya dapat mencapai lebih dari 50 cm. kadang-
kadang memiliki diameter 2-3 mm. Daunnya pendek berbentuk lancet Subulate di
pucuk, penyempitan ke arah dasar, sesil sampai 1,3 panjang, lebar 1,3 mm,
seluruh; vena tidak jelas, tekstur chartaceous. Sporophylls sedikit berbeda dari
tropophills, oblong subdeltoid, sampai 5 mm, 1,5 luas, ditempatkan hanya pada
bagian apikal atau kadang ke bawah ke bagian tengah, tidak membentuk kerucut
yang berbeda. Ephypitic pada batang pohon berlumut di hutan evergen padat
sampai dengan 900 m ( Tagawa & Iwats, 1979:8).

g. Licopodium hamiltonii

Batang biasanya gantung, 20-50
cm, bercabang dikotomis beberapa kali,
1-1,5 mm diameter pangkalan dekat.
Batang biasanya gantung, 20-50 cm,
bercabang dikotomis beberapa kali, 1-
1,5 mm diameter pangkalan dekat. Batang biasanya gantung, 20-50 cm,
bercabang dikotomis beberapa kali, 1-1,5 mm diameter dasar dekat. naik
daun, jarang subpatent, lanset, melainkan variabel dalam bentuk dan
ukuran, akut untuk berkumpul di pucuk, penyempitan terhadap sessile atau
setiap dasar segera stalkeed, mereka pada bagian tengah atau lebih rendah
yang terbesar, 1-1,5 cm panjang, 2-5 mm luas, seluruh; vena lebih atau
kurang jelas di bawah; tekstur lembut chartaccous untuk lebih tebal, hijau
ke hijau kekuningan. biasanya lebih kecil daripada tropophylls sporophills,
untuk 7 mm, 1.5mm luas, yang konstan yang berkumpul di bagian apikal,
tidak membentuk kerucut yang berbeda, fertille batang biasanya sekitar 1 /
3 di ketebalan yang sterille yang lain( Tagawa & Iwats, 1979:9)

h. Licopodium piscium

Mirip dengan L. hamiltonii tetapi dapat dibedakan dari: daun
sangat sempit, linier, paling 1,5 mm luas, margin seringkali rumit; ramping
porsi subur, sekitar 1 mm, sporophylls jauh lebih kecil daripada
tropophills( Tagawa & Iwats, 1979:10).

i. Licopodium clavatum

Batang utama menjalar,
bawah tanah, bercabang tidak
teratur, bantalan daun sempit jarang
berdiameter 3-4 mm; udara naik ke
batang tegak, percabangan
dikotomus beberapa kali, bantalan
denses daun 0,5 -1 cm diameter termasuk daun. Daun sebenarnya,
melengkung di bagian atas, linier-lanceoplate, berkumpul di pucuk
berakhir di setae membranosus panjang canucosus, 4-6 mm panjang, 0.5-1
mm luas, seluruh, sessile; urat nyaris tidak terlihat; tekstur seperti kulit,
hijau atau hijau kekuningan. kerucut tegak tangkai 7-15 cm, dengan daun
linier jarang tampak lurus, menghasilkan beberapa kerucut di setiap pucuk
dengan tangkai pendek; kerucut silinder, tegak, 3-8 cm panjang, 4-5 mm;
sporophylls lonjong bulat telur, berkumpul di pucuk dengan membran
setaceous, tepi transparan, membran, dentate, sekitar 2,5 mm, 1,5 mm
luas( Tagawa & Iwats, 1979:11).

2.4 Manfaat Lycopodiinae
Dapat diketahui berbagai manfaat dari genus lycopodium ini. Sebagian
telah dijelaskan pda masing masing spesies akan tetapi secra umum lycopodium
banyak dimanfaatkan sebagai hiasan dikebun dan karangan bunga.
Dahulu spora Lycopodium yang dikeringkan sering digunakan pada acara
teaterikal. Spora kering ini digunakan untuk memberikan efek seperti kobaran api.
Spora dapat terbakar dengan cepat dan terang, tetapi dengan panas yang rendah
dan aman. Selain spora, bentuk segar tanaman baik berupa untaian batang potong
atau tanaman dalam pot digunakan sebagai tanaman hias, sebagai filler atau
suplemen dalam rangkaian bunga atau tanaman hidup dalam pot maupun pada
taman. Beberapa spesies Lycopodium juga digunakan salah satu bahan pembuat
pembungkus pil/kapsul obat-obatan hingga saat ini. Untuk bahan obat-obatan
spesies ini dijual dalam bentuk tepung. Spesies-spesies tertentu oleh suku
Aborigin juga digunakan sebagai bahan obat-obatan untuk penyakit
(homeophatic). Pada pengobatan modern spesies Lycopodium masih digunakan
digunakan untuk homeophatic. Homeophatic merupakan suatu sistem pengobatan
yang aman dan efektif serta tanapa efek samaping. Cara ini membantu mendorong
tubuh untuk melakukan penyembuhan baik secara fisik, mental maupun
emosional Kandungan bahan/sifat fisik/kimia bagian tanamanNuansa terang
karena daya terbakar spora yang cepat dengan suhu rendah pada efek teateritikal
diduga karena (Raven, 1998:390).
L. Cernuum, yang di Jawa Barat banyak digunakan dalam pembuatan
karangan bunga L. Clavatum, yang sporanya dikumpulkansebagai serbuk
likopodium (pulvis licopodii) yang dipergunakan sebagai pembalut pil agar tidak
lengket satu sama lain. Juga dipergunakan dalampercobaan Kundt untuk
mengukur panjang gelombang suara (Sastrapradja.1985:30).






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Morfologi Lycopodiinae mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku.
Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis.
Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah. Anggota
paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan
paku kawat berukuran kecil, tersusun rapat, majemuk, menyirip ganjil,
helaian daun bentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi
rata atau bergerigi, panjang 1-3 cm,lebar 0,5-2 cm, pertulangan
menyirip, permukaan halus, licin, hijau, Batangnya bulat, liat, kaku,
hijau kecoklatan.
2. Klasifikasi Lycopodiinae :
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Class : Lycopodinae
Ordo : Lycopodiales
Famili : Licopodiaceae
Genus : Lycopodium
Kelas Lycopodinae terbagi atas 4 bangsa, yakni bangsa
Lycopodiales, bangsa Selaginellales, bangsa Lepidodendrales, dan
bangsa Isoetales.
3. Spora yang telah berkecambah dan menghasilkan badan yang terdiri
atas 5 sel akan mengalami waktu istirahat. Setelah itu jika dalam sel-
selnya yang sebelah bawah dimasuki hifa cendawan yang berkelakuan
sebagai mikoriza maka akan terbentuklah protalium (
Backer,1939:118). Protalium hdup di dalam tanah, berbentuk seperti
umbi kecil, keputih-putihan dan bersifat saprofit.
4. Manfaat Lycopodiinae ialah, Dapat diketahui berbagai manfaat dari
genus lycopodium ini. Sebagian telah dijelaskan pda masing masing
spesies akan tetapi secra umum lycopodium banyak dimanfaatkan
sebagai hiasan dikebun dan karangan bunga.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
pembaca dapat lebih memahami morfologi, klasifikasi, siklus hidup, dan
manfaat dari Lycopodiinae.


























DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Lycopodiopsida
http://www.psychologymania.com/2013/09/pterydhophyta-kelas-
lycopodinae-paku_5242.html
http://hiddennumb.wordpress.com/2011/04/30/lycopodium/

Anda mungkin juga menyukai