Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG
JURNAL BELAJAR
A. Identitas Jurnal
Nomor : 15
Mata Kuliah : Botani Tumbuhan Rendah
Bobot (SKS) : 3 (2-1)
Pengampu : Dr. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si.
Disusun(hari, tgl,jam) : Kamis, 7 Desember 2023 (pukul 16.20)

B. Pengantar
Perkuliahan kali ini membahas divisi Pteridophyta kelas equisetineae dan Filicineae.
Perkuliahan dilangsungkan di gedung G ruang G7. Adapun topik yang dibahas meliputi
ciri khusus divisi ini, morfologinya dan umum tentang kelas equisetineae dan filicineae,
dan perbedaan mencolok diantara kelas-kelasnya. Dan juga membahas secara detail
morfologi, anatomi, bagian-bagiannya, dan siklus hidup serta klasifikasi dari Pteridophyta.
Manfaat yang dapat diambil adalah sebagai bahan pengetahuan sebagai bekal menjadi
guru serta yang paling utama adalah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga adanya wawasan tentang mereka dimaksudkan sebagai bahan pengetahuan dan
bekal di kemudian hari.

C. Catatan Kuliah
1. KELAS EQUISETINEAE (PAKU EKOR KUDA)
Anggota dari kelas ini yang sekarang masih ada umumnya berupa terna yang
menyukai tempat-tempat lembab, kadang-kadang dalam jumlah besar dan bersifat
dominant dalam komunitas tertentu. Bentuk strobilus pada sporofit seperti ekornya
kuda, Batang bercabang-cabang berkarang dan berbuku-buku dan beruas ruas Daun-
daun kecil seperti selaput, tersusun berkarang. Sporofil berbeda dengan daun biasa
(berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium di sisi bawahnya). Sporofil tersusun
sebagai badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang Protalium
berwarna hijau dan berkembang di luar sporanya.
1) Bangsa Equisetales
Hanya terdiri atas satu suku yaitu Eqisetaceae dan satu marga yaitu
Equisetum dengan 1 25 jenis Tumbuhan ini hidup di darat atau di rawa-rawa
Mempunyai semacam rimpang dengan cabang yang berdiri tegak. Batang yang
berdiri tegak tersebut berumur hanya 1 tahun. Pada penampang melintang
batang mempunyai lingkaran berkas pengangkut kolateral, dua lingkaran
saluran-saluran antar sel, dan satu ruang udara lisigen di pusat Berkas
pengangkut dalam sporofil mempunyai susunan konsentris. Batang atau
cabang beralur dan beruas-ruas panjang, Pada buku-buku batang terdapat
karangan daun serupa selaput atau sisik. Daun-daun itu di bagian bawah
berlekatan menjadi suatu sarung yang menyelubungi batang. Cabang-cabang
keluar di antara daun-daun dan menembus sarung Pada beberapa warga
Equisetales terdapat beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi untuk
menghadap kala yang buruk. Sporofil tersusun dalam rangkaian yang
menyerupai kerucut pada ujung batang. Spora mempunyai dinding yang terdiri
atas endo dan eksosporium, dan perisporium yang berlapis-lapis. Lapisan
perisporium yang terluar terdiri atas dua pita sejajar yang ujungnya melebar
seperti lidah. Jika spora itu kering, pita terlepas dari gulungannya tetapi di
tengah-tengahnya tetap melekat pada eksosporium.

2. KELAS FILICINEAE (PAKU SEJATI)


Warga kelas ini sehari-hari dikenal sebagai tumbuhan paku atau pakis yang
sebenarnya. Berupa higrofit (hidup di tempat teduh, lembab), terrestrial, aquatik
atau epifit (penyusun underground di hutan). Berdasarkan lingkungan hidupnya,
kelas ini dibedakan menjadi paku tanah, paku air dan paku epifit. Daun berupa
makrofil dengan ukuran dan bentukyang beraneka ragam, serta pertulangan daun
yang bercabang-cabang Sporangium kebanyakan dalam sorus, keluar dari suatu
bantalan atau plasenta atau reseptakel. Biasanya sorus dilindungi oleh indusium
atau tepi daun yang melipat. Dinding sporangium mempunyai annulus.
Kabanyakan bersifat homospor, hanya yang termasuk golongan paku air yang
bersifat heterospor Gametofitnya untuk yang heterospor bersifat endosporik,
sedang yang homospor bersifat eksosporik. Filicinae yang sekarang masih hidup
dibedakan dalam 3 anak kelas, yaitu: Eusporangiatae, Leptosporangiatae dan
Hydropteris.
1) Anak kelas Eusporangiatae
- Sporangium terbentuk dari beberapa sel inisial. Pembelahan pertama
berlangsung di dalam epidermis, sel luar membentuk dinding
sporangium, sel yang dalam membentuk jaringan sporogen, dan sel-sel
tapetum berasal dari lapisan dinding sporangium yang paling dalam.
- Anak kelas ini dibedakan menjadi 2 bangsa, yaitu Ophioglossales dan
Marattiales
a. Bangsa Ophioglossales Bangsa ini hanya terdiri dari satusuku, yaitu
Ophioglossaceae Batang pendek di dalam tanah, pada batang tiap tahun
hanya ada satu daun yang bertangkai panjang dengan upih yang
menyerupai selaput (Gambar 9.12) Di dalam akar selalu terdapat
mikoriza. Daun baisanya mempunyai bagian yang streril yang khusus
untuk asimilası dan bagian fertile yang menghasilkan spora Bagian
daun yang fertile itu berbentuk malai atau bulir dan keluar dari tangkai,
dari pangkal, dari tengah atau dari tepi daun yang steril. Sporangium
besar tidak mempunyai annulus. Bersifat homospor. Protalium berumah
satu, berklorofil, hidup dalam tanah. Anteridium dan arkegonium
terbenam dalam jaringan protalium yang berbentuk umbi dan dapat
berumur sampai beberapa tahunHidup sebagai paku tanah atau epifit,
hanya terdiri dari 3 marga, yaitu Ophioglossum, Botrycluum, dan
Helminthostachys
b. Bangsa Marattiales.
Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku Marattiaceae. Batang pendek
dan tegak. Daun amat besar, majemuk menyirip ganda beberapa kali.
Tangkai daun lunak mempunyai stipula yang tebal. Daun fertile sama
dengan daun steril Sporangium berdinding tebal, tidak mempunyai
annulus. Bersifat homospor. Protalium di atas tanah mempunyai
mikoriza, berwarna hijau bentuknya menyerupai talus lumut hati.
Meliputi 4 marga yaitu Christensema, Angtopteris, Marattia dan
Dangea.

2) Anak kelas Leptosporangiatae.


Sporangium terbentuk dari sel permukaan. Dari hasil pembelahan
pertama, sel yang luar membentuk sporangium lengkap termasuk tangkai,
dinding tapetum dan jaringan sporogen. Sel yang dalam tidak ikut dalam
pembentukan sporangium.
Tumbuhan yang termasuk anak kelas ini tersebar di daerah tropika,
meliputi jenis-jenis paku yang berukuran hanya beberapa millimeter saja
sampai paku yang berupa pohon. Kebanyakan berupa terna dengan
rimpang yang mendatar atau bangkit ujungnya, dan biasanya jarang
bercabang. Daun yang masih muda selalu tergulung, disebabkan karena
sel- sel pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya.
Susunananatomi daun sudah menyerupai daun Spermatophyta. Tulang
daun bercabang-cabang dengan bermacam-macam pola. Pada batang,
tangkai daun, kadang sebagian daun tertutup oleh lapisan rambut
berbentuk sisik yang disebut palea. Sporangium terdapat dalam jumlah
banyak di sisi bawah daun. Biasanya sporofil mempunyai bentuk yang
sama dengan daun- daun yang steril, hanya pada beberapa jenis saja
sporofil berbeda dengan tropofil.
Anak kelas Leptosporangiatae terbagi menjadi beberapa suku, yaitu:
a) Suku Osmundaceae
- Sporangium tidak tersusun berkelompok, tidak bertangkai, tanpa
annulus, tetapi mempunyai sekelompok msel berdinding tebal yang
akan retak jika sudah masak.
- Sporangium tersebar, kadang menutupi sebagian besar permukaan
daun. Indusium tidak ada, tidak terdapat sisik sisik, tetapi pada daun
yang muda seringkali terdapat rambut-rambut yang menghasilkan
lendir.

b) Suku Hymenophyllaceae
Paku ini banyak dijumpai di daerah tropika, hidup sebagai epifit,
dan sangat suka akan tempat yang lembab. Tetapi ada juga yang
xerofit dan hidup pada batuan bersama dengan lumut dan
lichens.
Hanya memuat 2 marga, yaitu Hymenphyllum dan Trichomanes.
Daun kecil dan tipis, seringkali hanya terdiri dari 1 lapisan sel.
Tetapi ada juga yang berukuran lebih besar dengan tebal daun
dapat 3-4 lapis sel.
Bentuk daun fertile sama dengan daun steril. Sporangium
terkumpul dalam sorus yang letaknya di tepi daun. Sorus
mempunyai indusium berbentuk seperti piala atau bibir.
Sporangium bertangkai pendek atau tidak bertangkai,
mempunyai annulus yang letaknya melintang atau serong Paku
ini termasug gradate, yaitu sporangium di dalam sorus
timbulnya dari atas ke bawah (basipetal. Jumlah spora dalam
tiap sporangium antara 32-420 buah Protalium berbentuk piala.
c) Suku Cyatheaceae
- Anggota dari suku ini tergolong sebagai paku pohon, banyak
dijumpai didaerah tropika dan sub tropika. Terdiri dari 3 marga,
yaitu: Alsophila, Hemitelia dan Cyathea.
- Batangnya kuat sehingga sering digunakan untuk bahan
bangunan Tinggi batang dapat mencapai 15-5 m, diameter 25-
50 cm. Daun besar dan panjang berupa daun majemuk menyirip
ganda.
- Sporangium terdapat di dalam sorus yang letaknya dipermukaan
bawah daun. Sorus berbentuk bola, termasuk tipe gradate Sorus
dilindungi oleh indusium atau tidak
d) Suku Polypodiaceae
a. Suku ini sangat besar, memuat lebih dari 115 marga dan
kira-kira 3.000 jenis
b. Habitusnya bermacam-macam sekali.
c. Daunnya tunggal atau majemuk dengan bentuk dan ukur-
an yang beragam.
d. Rizoma merayap dengan ruas ruas yang panjang, jarang
memperlihatkan bantang yang nyata.
e. Akar dan daunnya seringkali bersisik atau berambut. Daun
yang fertil sama dengan daun yang steril, meskipun ada
juga yang dimorfisme.
f. Pada warga suku Polypodiaceae, sporangium terkumpul
menjadi sorus. Sebelum masak, sorus tertutup oleh selaput
indusium Sporangium muncul dari tonjolan jaringan daun
yang disebut reseptakulum.
g. Dinding sporangium memiliki suatu cincin/annulus yang
terdiri atas sel-sel yang menonjol keluar dengan penebalan
pada dinding radial dan dinding dalam. Cincin itu meliputi
punggung, ujung sampai bagian tengah sisi perut,
sedangkan bagian sisi perut yang sel-selnya tidak menebal
disebut stomium. Annulus bekerja melalui mekanisme
kohesi yang dapat menyebabkan terbukanya sporangium
serta terlemparnya spora melalui celah stomium
h. Sorus bentuknya bermacam-macam, letaknya di tengah
atau tepi daun, dan dapat pula pada urat-urat daun, ber-
bentuk garis memanjang atau membulat Kadang-kadang
sporangia menutupi seluruh permukaan bawah daun yang
fertile, bertangkai dengan annulus yang membujur tidak
sempurna. Jika masak, sporangium pecah.
i. dengan celah melintang Indusium ada atau tidak ada, bila
ada melekat pada satu sisi saja atau dapat pula hanya
berupa tepi daun yang melipat Semua sorus bertipe mixtae,
yaitu pembentukan sporangium di dalam sorus tidak
beraturan
3) Anak kelas Hydropteris
Berupa tumbuhan air atau tumbuhan rawa.nSelalu heterospor,
makro dan mikrosporangium berdinding tipis, tidak beranulus, terdapat di
pangkal daun pada sporokarpium yang berdinding tebal.
Makrosporangium menghasilkan makrospora yang nantinya tum- buh
menjadi makroprotalium dengan arkegonium. Mikrosporangium
menghasilkan mikrospora yang nantinya tumbuh menjadi mikroprotalium
dengan anteridium Spora diliputi perisporium dengan bentuk susunan
yang aneh Meliputi 2 bangsa, yaitu Marsileales dan Salviniales
a. Bangsa Marsileales
Bangsa ini meliputi segolongan kecil tumbuhan air yang hidup
di paya-paya, dengan akar yang melekat di dasar atau di dalam
lumpur Selalu heterospor, makro dan mikrosporangiumnya.
berdinding tipis dan tidak mempunyai annulus Sporangium
terkumpul dalam sorus, semua sorus dalam satu sporofil terdapat
dalam sporokarpium.
Terdiri dari 1 suku yaitu Marsileaceae, dengan ciri-ciri
batangnya merayap, kemudian ke atas membentuk daun daun dan
ke bawah membentuk akar-akar, daun bertangkai panjang, helaian
daun berbelah empat atau dua atau tanpahelaian daun, bertangkai
atau tidak, bangun ginjal atau bulat dengan dinding yang kuat
Mempunyai 3 marga, yaitu: Marsilea, Pilularia, dan Regnellidum.

b. Bangsa Salviniales
Meliputi segolongan kecil tumbuhan paku air yang
hidupnya terapung bebas Heterospor, sporangium terdapat di
dalam sorus dan ter masuk tipe gradate. Sorus terdapat dalam
sporokarpium.
Tiap sporokarpium mengandung 1 sorus yang hanya mem
bentuk microsporangium atau makrosporangium sajaBangsa ini
dibedakan menjadi suku, yaitu: Salviniaceae dan Azollaceae.
- Suku Salviniaceae
Tumbuhan paku air yang mengapung bebas di permukaan air.
Daun berkarang, pada tiap-tiap buku terdapat 3 daun, dua di sebelah
atas dan berhadapan serta nerupakan alat pengapung, sedangkan daun
yang ketiga tenggelam. Daun yang tenggelam itu berbuku-buku dan
berbulu tebal serta mempunyai bentuk seperti akar, tetapi terdiri dari
banyak sel. Batang berupa rizoma, padanya terdapat saluran udara.
Sporokarpium terdapat pada buku-buku dari daun yang tenggelam
Jumlahnya 4-20, letaknya merupakan barisan atau tandan Bentuk
sporokarpium bulat panjang atau sedikit pipih Dinding sporokarpium
berasal dari bagian basal indusium, yang tumbuh memanjang dan
melengkung menutupi sorus.
- Suku Azollaceae
Merupakan tumbuhan air yang mengapung bebas, tetapi
ukurannya sangat kecil, lunak dan bercabang- cabang. Daunnya hanya
berukuran 1 mm saja, tersusun berseling dalam dua baris. Tiap daun
terbelah dua, bagian atas terapung karena berisi ruang udara yang di
dalamnya terdapat koloni Anabaena yang dapat mengasimilasi N, dari
udara. Daun bagian bawah hanya terdiri dari 1 lapis sel saja dan tidak
berwarna, berfungsi untuk membantu penyerapan air dan zat makanan.
Akar terdapat di sisi bawah. Sporokarpium dibentuk pada cabang-
cabang yang pendek. Makrosporokarpium berbeda bentuk dan
ukurannya dengan microsporokarpium. Mikrosporokarpium bulat dan
besar, sedang makrosporokarpium bulat memanjang dan kecil.
Mikrospora keluar dari microsporangium berupa 5-8 gumpalan yang
diselubungi oleh periplasmodium dinamakan masula. Tiap gumpalan
berisi 8-12 mikrospora, dan pada masula tersebut terdapat semacam
kait yang disebut glokidium. Makrosprora pada bagian atasnya
membentuk alat renang yang terisi udara, sehingga bias terapung-
apung. Oleh glokidium makrospora dapat dikait hingga saling
berdekatan.

D. Identifikasi Masalah
Bagaimana morfologi dan anatomi Pteridophyta kelas Lycopodineae serta apa
hubungannya dengan siklus hidup dan cara hidupnya?

E. Catatan Hasil Ulasan Dosen


1. Equisetineae berasal dari bahasa Latin, “Equus” yang artinya kuda dan seta/seti artinya
ekor. Maka artinya adalah paku ekor kuda karena strobilusnya (kumpulan sporangium
seperti ekor kuda. Terdiri atas rhizome, batang berbuku-buku dan beruas-ruas, dan daun
seperti sisik di tiap-tiap buku. Buku adalah tiap garis nodus dimana merupakan daerah
meristematik sedangkan ruas adalah internodus atau daerah antar buku. Batang
membentuk roset batang artinya tiap buku terdapat cabang-cabang yang banyak.
Rhizome adalahh batang yang tertanam di dalam tanah yang berbuku-buku serta
Sporanya homospora (didalam sporangium yang berkumpul diujung batang membentuk
strobilus. Sporongiofor adalah pendukung sporangium. Spora menempel pada daun
spora (sporofil). Gametofit equisetineae berwarna hijau dan dapat berfotosintesis maka
disebut protalus atau gametofit yang bertaloid (seperti talus).

2. Filicineae berasal dari bahasa latin, “Filix” yang artinya sejati maka ia disebut juga
paku sejati (karena ciri-ciri tumbuhan paku tampak secara jelas terlihat pada habitus
paku filicineae/ daunnya sudah seperti tumbuhan tingkat tinggi, batang dan juga
akarnya). Ia memiliki daun majemuk, artinya satu ibu tangkai memiliki daun yang
banyak. Sporanya umumnya terletak di sisi abaksial daun (bawah) yang berupa sorus.
Sorus adalah ruangan yang isinya terdiri dari beberapa sporangium. Didalam
sporangium terdapat spora. Indusium adalah lapisan penutup sorus.

Filicineae terdapat 2 bangsa yaitu leptosporangiatae dan Eusporangiatae.


Leptosporangitae adalah bangsa yang dicirikan perkembangan sporanya berasal dari
satu sel inisial yang kemudian akan membelah menjadi 2, 4 dan seterusnya membentuk
spora. Sedangkan Eusporangiatae adalah bangsa yang dicirikan dengan perkembangan
sporanya berasal dari banyak sel yaitu satu lapis sel terluar yang kemudian akan
membelah masing-masing sehingga membentuk 2 lapisan dan seterusnya hingga
membentuk spora.

F. Refleksi Diri
1) Apakah Anda benar-benar telah belajar tentang topik perkuliahan hari ini? disertai
fakta konkret.
Jawaban: Ya, saya benar-benar sudah belajar tentang topik tentang Pteridophyta kelas
equisetineae dan Filicineae. Adapun fakta pendukungnya berupa pembuatan jurnal
belajar ini dan kehadiran saya serta saya sebagai kelompok penyaji. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa saya sudah benar-benar belajar tentang topik ini.

2) Apakah Anda dapat mengikuti kegiatan belajar? disertai fakta konkret.


Jawaban: Ya, saya dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik yang dibuktikan
dengan meningkatnya pemahaman saya tentang pemateri yang berdampak pada
partisipasi saya di diskusi selama kelas berlangsung.
3) Jika tidak, mengapa Anda tidak dapat belajar dengan baik? Apa penyebabnya?
Bagaimana alternatif solusinya (disertai alasan, analisis yang mendalam, dan jika
mungkin dasar rujukan sesuai).
Jawaban: tidak ada.

4) Bagaimana usaha dosen dalam mendorong mahasiswa yang tidak aktif untuk belajar?
Jawaban: Dosen memberikan bimbingan intensif dan memfasilitasi kegiatan
pembelajaran dengan baik. Beliau menstimulus agar mahasiswa mampu berpikir kritis
dan cerdas dan mengoptimalkan potensinya masing-masing dalam memahami materi.

5) Pembelajaran berharga apa yang dapat dipetik dari observasi pembelajaran ini?
Jawaban: Hal menarik yang perlu diperhatikan setelah observasi pembelajaran materi
tentang Pteridophyta adalah kita mengenal dan mampu mengidentifikasi organisme
yang termasuk kelas equisetineae dan Filicineae sehingga memperluas pengetahuan.
Selain itu memanfaatkannya ke arah yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai