Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Filicinae merupakan salah satu kelas divisi Pteridophyta. Pteridophyta
merupakan tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi
tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya

Tumbuhan ini benar-benar telah berupa kormus, jelas adanya akar, batang
dan daun. Ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi epifit. Paku
menyukai tempat lembab (higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut)
sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah)

Akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Pada akar paku, xilem terdapat
di tengah dikelilingi floem membentuk berkas pembuluh angkut yang konsentris

Batangnya jarang tumbuh tegak di atas tanah, kecuali pada paku tiang
(Alsopila sp. dan Cyathea sp.). Batang tersebut kebanyakan berupa akar tongkat
(Rhizoma). Tipe berkas pembuluh angkut batang sama dengan akar, yaitu tipe
konsentris.

Kelas FILICINAE| 1
BAB II

PEMBAHASAN

KELAS FILICINAE

Filicinae berasal dari kata filix yang berarti tumbuhan paku sejati. Kelas
Filicinae merupakan kelompok tumbuhan paku yang mendominasi kepulauan
Indonesia, Filipina, Guinea dan Australia Utara. Kelas Filicinae dikenal sebagai
paku sejati karena memiliki daun sempurna. Ciri khas tumbuhan paku kelas ini
daunnya besar, daun muda menggulung, daun menyirip. Hal tersebut terjadi
karena sel-sel pada bagian bawah daun lebih cepat berkembang. Sporangium
terbentuk dengan jumlah besar pada sisi bawah daun. Bentuk sporofil biasanya
sama dengan bentuk daun-daun yang steril.
Spora dihasilkan dalam sporangium yang tersusun membentuk sorus
terletak pada bagian bawah daun. Tumbuhan paku banyak dimanfaatkan sebagai
tanaman hias, bahan dasar obat, pupuk hijau dan sayuran.
Akar pada kelas ini terdapat rizofora (pendukung akar) yang terletak di
dekat percabangan batang. Rizofora berbentuk seperti batang, tidak berdaun , dan
tidak berwarna. Rizofora tumbuh ke bawah menuju tanah dan pada ujungnya
tumbuh akar.
Batang pada tumbuhan paku kelas Filicinae ini ada yang memilki batang
di dalam tanah yang pendek, pada bagian bawah masih mempunyai prostele,
tetapi ke atas mengadakan diferensiasi dalam berkas pengangkutannya seperti
pada bangsa Ophioglossales. Ada juga batangnya dapat mencapai besar satu
lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya terdapat suatu
rozet daun.
Semua warga Filicinae mempunyai daun-daun besar (makrofil), bertangkai
mempunyai banyak tulang-tulang. Waktu masih muda daun itu akan tergulung
pada ujungnya, dan pada sisi bawah mempunyai banyak sporangium. Ada daun
paku yang berukuran kecil (mikrofil) dan ada pula yang berukuran besar
(makrofil). Ada daun tumbuhan paku yang khusus menghasilkan spora, daun ini
disebut sporofil dan ada daun yang tidak menghasilkan spora, disebut tropofil.

Kelas FILICINAE| 2
Akan tetapi, tidak semua tumbuhan paku memiliki tipe daun yang berfungsi
khusus. Misalnya pada suplir. Bentuk daun pada tumbuhan paku muda dan
dewasa berbeda. Pada tumbuhan paku muda daun akan menggulung, sedangkan
pada tumbuhan paku dewasa daunnya dapat dibedakan menjadi:
a. Tropofil : Daun khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora.
b. Sporofil : Daun penghasil spora.
c. Troposporofil : Dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang
menghasilkan spora dan ada yang tidak ada spora.
Cara bereproduksi pada kelas Filicinae ialah spermatozoid terdiri atas zat
inti, pada bagian belakangnya mempunyai sisa plasma yang membesar dengan
bulir-bulir tepung sebagai zat makanan cadangan, akan tetapi sisa plasma itu akan
dilepaskan pada waktu spermatozoid memasuki arkegonium. Arkegoinium
terdapat pada bagian protalium yang berlekuk dan mulai muncul dari suatu sel
permukaan pada protalium yang telah agak tua.sel permukaan itu membelah
melintang menjadi dua sel, atas dan bawah. Sel yang di atas dengan pembentukan
dinding-dinding pemisah yang bersilang membelah lagi menjadi 4 sel yang
kemudian dengan membelah-belah lagi akan menonjol keluar membentuk leher
akegonium.
Kelas Filicinae dikenal dengan bahasa sehari-hari dikenal sebagai
tumbuhan pakis. Berdasarkan ekologinya, tumbuhan paku ini termasuk hidrofit
dan banyak tumbuh pada tempat yang teduh dan lembab. Tempat yang terbuka
dapat menyebabkan kelas Felicinae mengalami kerusakan akibat penyinaran yang
relatif tinggi.
Ditinjau dari lingkungan hidupnya kelas Filicinae dibedakan menjadi tiga,
yaitu Eusporangiatae, Leptosporangiatae, dan Hydropterides. Namun, kami hanya
akan membahas 2 saja, yaitu Leptosporangiatae dan Hydropterides.
1. Anak kelas Leptosporangiatae
Tumbuhan ini paling banyak terdapat di daerah tropika, meliputi jenis-
jenis paku dari yang terkecil (hanya beberapa mm saja) sampai yang terbesar
(yang berupa pohon). Paku yang berupa pohon, batangnya dapat mencapai
besar satu lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang, dan pada ujungnya

Kelas FILICINAE| 3
terdapat rozet daun. Daun-daun itu menyirip ganda, panjangnya dapat sampai
dengan 3 m, dan jika telah gugur meninggalkan bekas-bekas yang telah jelas
pada batang. Kambium tidak ada, jadi batang tidak mengadakan pertumbuhan
menebal sekunder dan tidak mempunyai bagian kayu. Kekuatan batang
diperoleh dari berkas-berkas pengangkut yang mempunyai susunan
konsentrik, lempeng-lempeng sklerenkim, dan batang diselubungi oleh akar-
akar pendek yang kaku.
Leptosporangiatae (Filices) terdiri atas beberapa suku, yaitu:
1. Schizaeceae
Sporangiumnya telah mempunyai beberapa jenis anulus dan
mempunyai daun yang besar. Suku ini memiliki dua marga antara lain
Shcizaea dan Lygodium. Adapun Shcizaea memiliki ujung daun terdapat
daun fertil yang berbagi menyirip. Contohnya Shcizaea digitata dan
Shcizaea dichotoma. Lygodium memiliki batang yang membelit.
Sporangium terdapat pada bagian-bagian daun yang tersendiri atau sering
pada ujung-ujung daun yang bersifat steril. Contohnya Lygodium
circinnatum.
 Contoh Klasifikasi Lygodium circinnatum

Kelas FILICINAE| 4
Gambar: Lygodium circinnatum (Burm.f) Sw.

 Morfologi:
Akar: Rimpang menjalar.
Batang: Menjalar dan membelit pada tumbuhan lain, kadang-kadang
paku ini bercabang dua dan setiap percabangan bercabang lagi.
Daun: Warna hijau, susunan daunnya menyirip, dengan bentuk menjari
antara 2-5 helai tepi daun bergerigi dan berwarna pucat.
Sorus: Pada daun yang subur sorusnya terletak di tepi ujung-ujung
gerigi daun. Warna sorus coklat, bentuk bulat.
Habitat: Teresterial dan epifit pada tanaman lain, tumbuh di
tempat terbuka dengan ketinggian tempat 30 m dpl.
2. Loxsomaceae
Sporangium membuka dengan celah yang membujur. Sebagian
daun fertil dengan sorus diperbesar. Contohnya adalah Loxsoma
cunninghami.
 Contoh Klasifikasi Loxsoma cunninghami.
3. Hymenophylaceae
Sorus terdapat di bagian tepi daun, mempunyai indusium yang
berbentuk piala atau bibir. Sporangium tanpa tangkai dengan cincin yang
sempurna dengan letak yang melintang. Hymenophylaceae memiliki dua
marga 29 yakni Hymenophyllum dengan 300 spesies dan Trichomanes
dengan 350 spesies.
a. Trichomanes Indusium
Berbentuk buluh atau piala, pada tiang pendukung sporangium
akhirnya muncul ke atas indusium. Dinding sporangium terdiri atas
sejumlah kecil sel-sel yang tidak sama. Contohnya adalah
Trichomanes teysmani, Trichomanes javanicum dan Trichomanes
palmatifidum.
b. Hymenophyllum
Panjang indusium mencapai sepertiga berkatup dua. Tiang
pendukung sporangium sedikit atau muncul sampai jauh di luar

Kelas FILICINAE| 5
indusium. Banyak sel-sel berukuran kecil yang berukuran sama besar.
Contohnya adalah Hymenophyllum junghuhnii dan Hymenophyllum
austral.
 Contoh Klasifikasi Hymenophyllum junghuhnii
 Hymenophyllum austral.
 Trichomanes javanicum
4. Dicksoniaceae
Tumbuhan paku suku Dicksonia termasuk pakis terestrial yang
kebanyakan mirip pohon. Batang tegak lurus, radial, kadang tinggi, kuat,
besar, dan berumbi (Cibotium). Batang ditutupi dengan banyak rambut
yang tidak bercabang, misal pada Cibotium rambut bisa tumbuh mencapai
panjang 3 – 5 cm. Daunnya membentuk mahkota di puncak batang dan
sangat panjang. Sori terdapat di tepi hingga ujung pembuluh angkut yang
dilindungi oleh indusium berbentuk mangkok atau bilabial.
Adapun marga yang dimiliki yakni ada dua, antara lain:
a. Dicksonia
Dicksonia mencakup 17 spesies (beberapa spesies telah
dipindahkan ke Dennstedtia) yang memiliki batang radial tegak.
Sorus berbentuk bulat dan agak memanjang, dekat dengan tepi daun
pada ujung urat. Memiliki dua katub indusium. Contohnya adalah
Diksonia blumei dan Diksonia antartica.
b. Cibotium
Cibotium mencakup 13 spesies yang menyerupai pohon
dengan tinggi mencapai 1 – 5 meter. Batanganya tidak memiliki
rambut yang tebal, tidak bercabang dan tidak ada sisik. Sorus
berbentuk bulat yang terdapat pada tepi taju daun dengan dilindungi
indusium berkatub dua. Contohnya adalah Cibotium barometz.
 Contoh Klasifikasi Cibotium barometz
 Diksonia blumei
 Diksonia antartica
6.Davalleaeae 7.Oleandeeae

Kelas FILICINAE| 6
5. Thyrsopteridaceae
Sangat menyerupai Dicksoniaceae, daun dengan bagian-bagian
khusus yang fertil. Indusium bulat dengan lubang pada ujung. Tumbuhan
paku ini terdapat di kepulauan Juan Fernandes.
Regnum : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Cyatheales
Famili : Thyrsopteridaceae
6. Cyatheacea
Sorus yang mengandung banyak sporangium terletak pada bagian
bawah berbentuk bola. Ada yang tidak memiliki indusium dan ada yang
memiliki indusium. Jika memiliki indusium maka berbentuk bola, piala
atau mangkuk. Terdapat tiga marga yakni Cyathea (300 spesies),
Alsophila (300 spesies), dan Hemetelia (100 spesies).
a. Cyathea
Letak sorus agak jauh dari tepi daun dan saat muda akan
ditutupi indusium berbentuk bola. Contohnya adalah Cyathea
javanica dan C. criniti (Hook).
b. Alsophila
Letak sorus agak jauh dari tepi daun. Berbeda dengan Marga
Cyathea, Marga Alsophila tidak memiliki indusium atau sangat kecil.
Contohnya adalah Alsophila glauca.
 Contoh Klasifikasi Alsophila glauca
 Cyathea javanica
 C. criniti

7. Polipodiaceae
Bentuk sorus bermacam-macam yang terletak pada tepi atau dekat
tepi daun, adapula pada urat-urat yang berbentuk garis, memanjang atau

Kelas FILICINAE| 7
bulat. Sporangium kadang-kadang menutupi seluruh permukaan daun
fertil.
Polipodiaceae dibedakan menjadi beberapa Sub Suku, antara lain:
Sub Suku Woodsieae, Sub Suku Onocleae, Sub Suku Davallieae, Sub
Suku Oleandreae, Sub Suku Aspidieae, Sub Suku Asplenieae, Sub Suku
Pterideae, Sub Suku Vittarieae, Sub Suku Polypodieae, dan Sub Suku
Acrosticheae.
2. Anak Kelas Hydropterides (Paku Air)
Tumbuhan yang tergolong Hydropterides hampir selalu berupa
tumbuhan air atau tumbuhan rawa. Hydropterides memiliki sifat-sifat yang
menyimpang dari Filicinae, akan tetapi tidak sukar untuk menunjukkan
adanya hubungan dengan Filicinae.
Umumnya Hydropterides bersifat heterospor, menghasilkan
makrospora dan mikrospora. badan yang mengandung sporangium dinamakan
sporokarpium. makrosporangium dan mikrosporangium berdinding tipis, tidak
memiliki annulus, terdapat dalam suatu pangkal daun, memiliki sporokarpium
yang berdinding tebal dan mula-mula selalu tertutup, makrosporangium
menghasilkan makrospora yang akan tumbuh menjadi makrosporotalium
dengan arkegonium, mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang
tumbuh menjadi mikrosporotalium dengan anteridium, spora terdiri dari
perisporium dengan bentuk susunan yang aneh.
Hydropterides meliputi dua ordo, yaitu ordo Salviniaceae dan ordo
Marsileaceae.
A. Ordo Salviniaceae
Karakteristik dari ordo ini ialah: mengapung bebas pada permukaan
air, percabangan sedikit, daun berkarang, pada tiap buku terdapat 3 daun
yang terdiri dari 2 di sebelah atas dan berhadapan berfungsi sebagai alat
pengapung, yang 3 lainnya terdapat di dalam air terbagi-bagi yang
merupakan badan-badan yang bentuk dan fungsinya menyerupai akar-
akar.

Kelas FILICINAE| 8
Sporangium terkumpul pada pangkal daun yang berada dalam air,
memiliki 1 sorus yang berdinding homolog dengan indusium sedangkan
sporokarpium hanya mengandung mikro atau makrospotangium.
Mikrosporangium bulat, tangkai panjang, berisi 64 mikrospora,
dibungkus oleh substansi yang berasal dari periplasmodium, mikrospora
yang berkecambah merupakan suatu mikroprotalium berbentuk buluh
pendek, punya dua anteriudium. Protalium berkembang dalam
sporangium, dinding tidak terbuka dan dapat ditembus oleh
mikroprotalium, sehingga spermatozoid bergerak bebas.
Makrosporangium lebih besar, bertangkai pendek, dari 32 sel
tetrade hanya 1 yang menjadi makrospora sempurna, makrospora
mengandung butir-butir zat putih telur, tetes-tetes minyak dan butir-butir
amilum, pada ujungnya terdapat inti plasma yang lebih kental, dinding
makrospora berwarna pirang, tebal, punya selubuing perisporium
Salviniaceae terdiri atas dua marga (Genus) yaitu:
1) Salvinia
Disebut paku air yang mengapung. Penyebaran di Eropa, Asia,
Afrika, Amerika Selatan. Contoh: Salvinia natans, Salvinia minima,
Salvinia molesta, Salvinia cucullata.
 Contoh Klasifikasi Salvinia natans

2) Azolla
Umumnya terdapat di daerah tropika, bentuknya kecil, lunak,
bercabang-cabang, terapung pada permukaan air, daun di sebelah atas
berseling, tersusun dalam dua baris, dan terbelah dua, terapung dan
berguna untuk asimilasi.
Memiliki Anabaena (termasuk dalam Cyanophyceae) yang
berfungsi untuk mengasimilasi N2 dari udara. Hubungan Anabaena
dan Azolla analog dengan hubungan Leguminosae dan Rhizobium.
Memiliki akar pada sisi bawah, ada daun yang tenggelam
sebagai penyerapan air, ada taju-taju daun yang tenggelam yang

Kelas FILICINAE| 9
berubah menjadi sporokarpium. Sporokarpium mengandung satu sorus
yang hanya berisi mikro atau makrosporangiumsaja. Punya usaha
untuk menjamin terjadinya pembuahan.
Genus ini juga memiliki masula (gumpalan yang dapat
berenang) yang ada kaitnya (glokidium) dan periplasmodium.
Glikodium berfungsi untuk mengait pada makrospora. Contoh: Azolla
pinnata sering menutupi sawah-sawah di Asia dan Indonesia Azolla
caroliniana.
 Contoh Klasifikasi Azolla pinnata

B. Ordo Marsiliaceae
Ciri-ciri dari ordo ini yaitu: hidup di paya-paya atau air dangkal,
berakar dalam tanah, jarang berupa tumbuhan darat sejati, berbentuk umbi
jika hidup di darat, batang berupa rimpang yang merayap, ke atas
membentuk daun-daun, ke bawah membentuk akar, daun pada jenis
tertentu bersifat polimorf, helaian daun berjumlah 4 atau 2, daun muda
menggulung, sporangium pada pangkal tangkai daun, ada yang bertangkai
dan tidak bertangkai, bentuk ginjal dengan dinding yang kuat dan
terkandung makro dan mikrosporangium.
Berdasarkan sifat sporokarpiumnya, Marsiliaceae dibedakan dalam
beberapa marga, antara lain:
1) Marsilea
Ciri-cirinya: batang merayap, daun bertangkai panjang dengan
helaian berbelah 4, memiliki sporokarpium berbentuk ginjal pada atas
pangkal tangkai daun, di dalam sporokarpium terdapat sorus yang
terdiri indusium dan mikro dan makrosporangium. sporokarpium yang
masuk pecah dengan 2 katup. Contoh: Marsilea crenata
 Contoh Klasifikasi Marsilea crenata
2) Pilularia

Kelas FILICINAE| 10
Ciri-cirinya: tiap sporokarpium mempunyai 2 – 4 sorus, daun
berbentuk ginjal tanpa helaian daun dengan satu sporokarpium pada
pangkalnya. Contoh: Pilularia globulifera.
 Contoh Klasifikasi Pilularia globulifera
3) Regnellidium
Ciri-cirinya: mikrosporangium dengan 64 mikrospora,
makrosporangium dengan 1 makrospora, daun berbelah dua. Contoh:
Regnellidium diphyllum.
 Contoh Klasifikasi Regnellidium diphyllum

Penggolongan Hydropterides sebagai suatu anak kelas tersendiri


kebenarannya banyak diragukan. Ada yang beranggapan Hydropterides hanya
merupakan cabang Leptosporangiatae yang heterospor, yang karena adanya
penyesuaian terhadap hidup di air kemudian terpisah perkembangannya.

Kelas FILICINAE| 11
DAFTAR PUSTAKA
http://genderi.org/kata-pengantar-v2.html?page=17
http://aissylovesains.blogspot.com/2011/04/osmunda.html
https://sainsmini.blogspot.com/2014/10/klasifikasi-tumbuhan-paku-
pteridophyta.html
http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2012/01/divisi-pteridophyta.html

Kelas FILICINAE| 12

Anda mungkin juga menyukai