Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri umum/ Karakteristik Kelas Leptosporangiopsida

Kelas ini adalah yang terbesar di antara anggota Filicophyta, baik

gametofit maupun sporofitnya berbeda dengan kedua kelas di muka. Hampir

semua berumur panjang, jarang sekali yang berumur 1 tahun atau kurang.

Ciri-ciri dari kelas ini antara lain : cara pembentukan sporangiumnya

tergolong tipe leptosporangiate, dinding sporangium hanya terdiri 1 lapis sel.

Sporangium kebanyakan terkumpul dalam sorus. Bersifat homospor atau

heterospor. Jumlah spora di dalam sporangium tetap.

B. Klasifikasi Kelas Leptosporangiopsida

1. Bangsa Filicales (paku sejati)

Gambar 1 : Paku Sejati

Jenis tumbuhan paku yang termasuk bangsa ini merupakan golongan

paku yang terbesar jumlahnya. Tersebar di seluruh dunia. Kebanyakan di

daerah tropika berupa tumbuhan darat. Beberapa marga berupa tumbuhan

paku air. Ciri khas tumbuhan paku kelas ini daunnya besar, pada waktu

muda tergulung. Kedudukan daunnya menyirip. Spora dihasilkan dalam

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 3


sporangium yang tersusun dalam kumpulan sporangium yang disebut

sorus (jamak=sori) yang umumnya terletak pada permukaan bawah daun.

Paku kelas ini umumnya termasuk paku homospor dan paku hetrospor.

Bangsa Filicales beranggotakan kurang lebih 35 suku dengan 320

marga dan 10.500 jenis. Karakteristiknya dari sporangiumnya adalah

bertipe leptosporangiate dengan spora yang homospor. Gamerofitnya

jarang yang tumbuh didalam tanah. Daun tumbuh dari rhizoma,

embrionya memiliki akar sejati yang akan segera rusak dan digantikan

oleh akar serabut yang tumbuh dari bagian rizoma dekat pangkal daun.

Daun paku jenis ini pada umumnya besar dan majemuk, terdiri dari

bagian anak daun (“pinna) dan tangkai daun (rakhis). Daun mendominasi

penampakan dari tumbuhan ini. Daun mudanya menggulung. Daun dan

rizomanya tertutup oleh rambut halus atau sisik.

Sporangia tumbuh pada bagian tepi dari permukaan bawah daun,

pada bagian daun yang termodifikasi atau pada daun yang berbeda.

Sporangia mengelompok membentuk sori yang secara morfologis

tampak berwarna kuning, oranye, kecoklatan atau kehitaman. Tampak

sebagai garis, titik atau berkas pada permukaan bawah daun. Pada

beberapa marga, sori yang muda tertutup oleh tonjolan yang disebut

indusium yang akan membuka ketika spora masak. Bentuk sorus, dan

ada tidaknya indusium merupakan karakteristik penting untuk identifikasi

Filicales. Biasanya tiap sorus terdapat pada ujung tulang – tulang daun

atau sepanjang tulang-tulang daun di bagian dorsal dari daun. Bila tidak

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 4


terdapat sori, maka sporangia dapat terbentuk pada permukaan dari suatu

bagian yang sempit dari daun, seperti yang terdapat pada Osmunda.

Dekat tepi daun yang sempit, misalnya pada Schizaea. Seluruh

permukaan dorsal daun, misalnya pada Acrostichum. Sori dari paku ini

mendapat perlindungan dari terdapatnya suatu alur pada daun dimana

sori terletak di dalamnya, tertutup oleh rambut-rambut yang tumbuh di

sekitar sporangia, indusium, dan tepi daun yang menggulung.

a. Reproduksi

Gambar 2: Reproduksi

Spora akan tumbuh sebagai gameofit bebas, biasanya mudah

ditemukan ditempat-tempat lembab. Gametofit berupa struktur pipih

berbentuk hati dan disebut protalium, dan berizoid yang tumbuh di

permukaan bawah bagian tengah.Anteridia dan arkegonia

berkembang pada bagian permukaan gametofit.Anteridia tumbuh

lebih awal dan berada di antara rhizoid.Sedangkan arkegonia tumbuh

dekat dengan lekukan gametofit.Karena pemasakan dari kedua

gamet ini tidak dalam waktu yang bersamaan maka memungkinkan

terjadinya kawin silang.Air merupakan media utama untuk fertilisasi

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 5


baik pada paku homospos ataupun heterospor, karena spermanya

berflagela.

Setelah terjadinya fertilisasi maka pada bagian lekukan, tempat

arkegonia akan tumbuh sporofit muda. Tetapi ada juga spora yang

tidak mereduksi yang akan tumbuh menjadi gametofit, tetapi tanpa

anteridia dan arkegonia. Sporofit muda tumbuh secara vegetatif dari

bagian lekukan gametofit (tempat arkegonia). Cara reproduksi

semacam ini disebut sebagai apogami.Waktu yang dibutuhkan untuk

bereproduksi secara apogami lebih singkat , sehingga cara ini

dianggap lebih menguntungkan terutama pada waktu menghadapi

musim kering. Selanjutnya sporofit muda tumbuh dengan persediaan

makanan dari gametofit, sampai pada suatu saat dimana sporofit

sanggup tumbuh secara bebas.

b. Klasifikasi

Ordo Filicales adalah termasuk tumbuhan paku yang

homospora, hidup terestrial dan epifit. Ordo ini dibagi menjadi

beberapa familia yaitu

1) Suku Schizaeaceae

Suku ini hanya merupakan kelompok kecil tetapi sangat luas

penyebarannya. Kebanyakan hidup pada daerah yang beriklim

panas. Suku ini paling rendah tingkat perkembangannya

dibanding suku-suku lainnya. Suku ini dicirikan oleh

perkembangan sporangium dalam sorus tipe simplices,

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 6


Sporangium tidak bertangkai atau hampir tidak bertangkai,

terpisah-pisah, waktu masak membuka dengan suatu celah

membujur. Anulus pendek, tetapi terang, letaknya melintang

dekat ujung sporangium. Bagian daun yang fertil mempunyai

bentuk yang berlainan dengan bagian yang steril. Pada paku ini

terdapat rambut-rambut atau sisik-sisik.

Gambar 3. Lygodium longifolium

2) Suku Gleicheniaceae

Suku ini memiliki ciri-ciri batangnya bercabang menggarpu,

mempunyai rizom, Sorus hanya mengandung sedikit

sporangium tanpa tangkai dan membuka dengan suatu celah

membujur. Anulus melintang. Paku ini mempunyai sisik-sisik.

Sorus tidak tertutup oleh indusium. Dari suku ini yang paling

terkenal ialah marga Gelichenia, misalnya G.linearis,

G.Leavigata.

3) Suku Matoniaceae

Daun-daun menjari, panjang, kadang-kadang untuk memanjat.

Sporangium terdapat di keliling tiang sorus, dan ditutupi oleh

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 7


indusium berbentuk perisai. Anulus serong, celah jalan keluar

sporapun demikian. Proteliumnya belum dikenal, suku ini

meliputi marga Matonia, antara lain Matonia pectinata, dan

phanerosorus.

4) Suku Hymenophyllaceae

Kebanyakan berupa tumbuhan paku yang kecil, dan seing kali

hanya terdiri dari satu lapis sel aja. Soru pada tepi daun,

mempunyai indusium berbentuk piala atau bibir. Sporangium

tanpa bingkai dengan cincin yang sempurna dengan letak serong

atau melintang. Protalium berbentuk pita atau benang.

- Trichomanes. misalnya pada Tr. Teysmannii,Tr. Javanicum,

TrPalma tifidium.

5) Suku Dicksoiniceae

Sorus pada tepi daun dengan indusium yang terdiri dari dua

bagian. Sporangium dengan anulus yang serong. Dalam suku ini

termasuk antara lain : Dicksonia, contohnyaD. blumei ; D.

antarctica di Australia, Cibotium.

6) Suku Cyatheaeae

Sorus mengandung banyak sporangium tidak pada tepi daun

melainkan pada permukaan bawah, bentuk bola. Indusium tidak

ada atau jika ada berbentuk bola, piala atau mangkuk, seringkali

amat kecil. Daun tersusun sebagai rozet batang, menyirip ganda.

Yang masih muda tegak atau serong, akhirnya mendatar dan

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 8


yang telah kering bergantung. Paku tiang, batang dengan bekas

daun yang jelas. Bagian tengah terisi teras dikelilingi oleh

bagian yang berkayu. Bagian yang berkayu mempunyai berkas-

berkas pengangkut yang dikelilingi oleh lapisan-lapisan

sklerenkim. Dari suku ini yang terkenal adalah marga Cyathea

(paku tiang), Alsophila,

7) Suku Polypodiaceae

Sorus beragam terletak pada tepi daun, sporangium bertangkai

dengan annulus vertical, jika masak pecah secara melintang.

Suku ini dibedakan lagi dalam beberapa anak suku, yakni :

- Anak suku Woodsieae. Contoh Cystopteris enuisecta

- Anak suku onoclea. Contoh Onoclea sensibilis

- Anak suku Davalliea. Contoh Davalliea trichomanoides,

Lindsaya cultrate dan Nephrolepis exaltata.

- Anak suku Olendreae. Contoh Olendra musifolia, Dryopteris

filix-max, dan Dryopteris rufescens

- Anak suku Asplenieae; Contoh Asplenium nidus (paku

sarang) dan Blechnum patersonii

- Anak suku Pterideae. Contoh Pteridium aquilinum,

Adiantum cuneatum dan Pteris ensiformis

- Anak suku Vittarieae. Contoh Vittaria elongate

2. Bangsa Marsileales

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 9


Bangsa Marsileales merupakan segolongan kecil tumbuhan air yang

hidup di daerah rawa dengan akar yang melekat pada bagian dasar atau di

dalam lumpur, air dangkal, jarang berupa tumbuhan darat sejati dan jika

hidup di darat akan berbentuk umbi Bangsa Marsilelaes bersifat

heterosfor, makro dan mikrosporangium nya memiliki dinding tipis dan

tidak memiliki annulus. Sporangium pada bangsa Marsileales terkumpul

pada bagian dalam sorus, semua sorus berada di dalam satu sporofit yang

terdapat pada bagian dalam sporokarpium.

a b c

Gambar 4 : a. Marsilea, b. Regnellidum, c. Pilularia


(sumber :http://plantlife.ru/books/item/f00/s00/z0000029/st108.shtm)

Bangsa Marsilelaes terdiri dari satu suku yaitu Marsileaceae yang

memiliki ciri ciri, yaitu batang merayap kemudian ke atas membentuk

daun-daun dan kemudian ke bawah membentuk akar. Daun bertangkai

panjang. Helaian daun berbelah empat, berbelah dua atau tanpa helaian

daun. Terdapat yang bertangkai dan terdapat pula yang tidak bertangkai.

Bangun berbentuk ginjal atau bulat dengan dinding yang kuat.

Mempunyai 3 marga yaitu, Marsilea, Pilularia dan Regnellidum.

a. Suku Marsilea

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 10


Suku ini memiliki ciri yaitu, batang merayap, daun bertangkai

panjang dengan helaian daun berbelah 4, memiliki sporokarpium

berbentuk ginjal pada bagian atas pangkal tangkai daun. Pada bagian

dalam sporokarpium terdapat sornus yang terdiri dari indusium dan

mikro serta makrosporangium. Contoh dari suku marsilea adalah

Marsilea crenata.Marsilea crenata atau yang telah dikenal luas

sebagai Semanggi dan memiliki nama ilmiah lengkap yaitu Marsilea

crebata Presl.Marsilea crenata merupakan tumbuhan dengan daun

yang berdiri sendiri atau di dalam berkas yang dibagi menjari 4,

tangkai daun panjang dan tegak dengan panjang sekitar 2 – 30 cm,

anak daun menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul

atau hampir gundul dengan panjang 3 – 22 cm dan lebar 2- 18 cm.

Memiliki urat daun yang rapat berbentuk kipas, pada air dengan

kedalaman rendah maka tanaman ini akan terlihat muncul di

permukaan. Pada umumnya dapat ditemukan di daerah persawahan,

selokan dan genangan air dangkal pada daerah yang beriklim tropis.

Gambar 5: Marsiliaceae

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 11


Marsilea termasuk ke dalam heterospora yang menghasilkan 2 jenis

spora yang berlainan, spora yang berukuran besar dikenal dengan

nama megaspora. Megaspora merupakan gamet betina yang akan

membentuk arkegonium. Sedangkan spora yang berukuran kecil

dikenal dengan nama mikrospora yang akan membentuk gamet

jantan atau anteridium. Marsilea sama seperti pada tumbuhan paku

dalam melakukan reproduksi. Tumbuhan paku dapat bereproduksi

secara aseksual (vegetatif), yaitu dengan stolon yang menghasilkan

gemma atau tunas. Gemma merupakan anakan pada tulang daun atau

kaki daun yang mengandung spora. Sedangkan reproduksi secara

seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan

betina oleh alat kelamin (gametangium). Gametangium jantan akan

menghasilkan spermatozoid dan gametangium betina akan

menghasilkan sel telur. Marsilea ini dapat dimanfaatkan sebagai

bahan makann, sebagai sayuran yang mengandung fitostrogen

(estrogen tumbuhan) yang berpotensi mencegang osteoporosis.

Selain itu bermanfaat sebagai bioremediasi karena mampu menyerap

logam berat seperti Cd dan Pb. Namun kemampuan daun semanggi

sebagai bahan konsumsi perlu di awasi pemanfaatannya apabila

berasal dari lahan yang tercemar oleh logam berat.

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 12


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi : Pteridophyta (Paku-pakuan)

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Famili : Marsileaceae

Genus : Marsilea

Spesies : Marsilea crenata

b. Suku Pilularia

Suku Pilularia memiliki ciri ciri, yaitu pada setiap sporokarpium

mempunya 2 hingga 4 buah sorus. Daun yang dimiliki berbentuk

ginjal tanpa satu pun helaian daun dengan satu sporokarpium pada

bagian pangkalnya. Contoh tumbuhan adalah Pilularia globulifera L.

Gambar 6: Pilularia globulifera L.

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Division : Pteridophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Salvuniales

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 13


Family : Marsileaceae
Genus : Pilularia
Spesies : Pilularia globulifera

c. Suku Regnellidum

Suku Regnellidium mempunyai ciri-ciri yaitu, mikrosporangium

dengan 64 mikrospora, mikrosporangium dengan 1 makrospora,

daun dengan 2 helaian atau berbelah dua. Contoh dari Suku

Regnellidium adalah Regnellidium diphyllum

Gambar 7: Regnellidium diphyllum


Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Division : Polypodiopsida
Order : Salviniales
Family : Marsileaceae
Genus : Regnellidium
Spesies :Regnellidium diphyllum Lindm.

3. Bangsa Salviniales

Bangsa ini juga meliputi segolongan kecil tumbuhan paku air tetapi

berlainan dengan bangsa Marsileales karena hidupnya terapung bebas.

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 14


Tumbuhan ini juga heterospor. Sporangium terdapat dalam sorus dan

termasuk tipe gradatae, serta sorus tersebut terdapat dalam sporokarpium.

Pada bangsa ini tiap sporokarpium hanya mengandung satu sorus, dan

membentuk makrosporangium atau mikrosporangium saja. Hingga disini

terdapat makrosporokarpium dan mikrosporakarpium. Bangsa ini

dibedakan atas dua suku, yaitu Salviniaceae dan Azollaceae.

a. Salviniceae

Tumbuhan paku air yang mengapung bebas pada permukaan air.

Daun berkarang, pada tiap-tiap buku terdapat 3 daun. Dari ketiga

daun itu yang dua terdapat di sebelah atas, berhadapan dan

merupakan alat pengapung, sedang daun yang ketiga tenggelam.

Daun yang tenggelam ini berbuku-buku dan berbulu tebal serta

mempunyai bentuk seperti akar. Bulu-bulunya tidak seperti bulu-

bulu akar karena terdiri dari banyak sel-sel. Dengan demikian daun

yang tenggelam tadi tidak mempunyai fungsi seperti akar. Mungkin

sekali daun-daun tersebut berguna untuk melindungi sporokarpium

dan sebagai alat stabilator yang dapat mencegah atau mengurangi

kemungkinan terbawa oleh arus air. Daun-daun yang mengapung

biasanya telah mengalami modifikasi sehingga benar-benar

merupakan alat untuk mengapung, karena itu pada kebanyakan daun-

daun ini biasanya agak cekung sehingga seperti perahu. Kecuali itu

daun-daun ini permukaannya penuh dengan rambut-rambut dan

papila yang tak mudah menjadi basah. Pada tiap-tiap buku yang

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 15


terdapat antara daun mengapung dan daun tenggelam terdapat initial

cabang. Batang dan salvinia berupa rizom. Karena hidupnya di

dalam air maka padanya terdapat jaringan yang penuh dengan

saluran udara. Sporokarpium terdapat buku-buku dari daun yang

tenggelam. Jumlah sporokarpium antara 4-20 yang letaknya tersusun

dalam barisan. Sporokarpium bulat panjang sedikit pipih. Semua

sporokarpium dari luar sama bentuknya dan sama besarnya, tetapi

sporokarpium yang pertama atau dua sporokarpia yang dibentuk

pertama kali didalam suatu tandan mengandung makrosporangia,

sedang lainnya mengandung mikrosporangia.

Gametofit

Mikrospora yang berkecambah membentuk mikroprotalium

yang berupa buluh pendek terdiri dari beberapa sel saja dan

mempunyai dua anteridium, yang masing-masing mengeluarkan 4

spermatozoid. Mikroprotalium ini amat sederhana dan

perkembangannya berlangsung pada waktu mikrospora masih berada

didalam mikrosporangium. Dinding mikrosporangium tidak

membuka tetapi ditembus oleh mikroprotalium sehingga

spermatozoid dapat bergerak bebas. Makrospora juga tetap

diselubungi makrosporangium sampai terlepas dari tumbuhan

induknya lalu berenang-renang pada permukaan air, dan sama halnya

dengan mikrospora, makrospora juga mempunyai selubung

perisporium yang berasal dari plasma sel tapetum. Setelah

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 16


makrospora berkecambah tumbuhlah makroprotalium, pada

ujungnya. Makroprotalium mempunyai beberapa arkegonium, tetapi

sel telur salah satu arkegonium yang telah dibuahi saja yang

berkembang menjadi embrio.

Gambar 8 : Salvinia oblongifolia

b. Azolliceae

Tumbuhan ini juga merupakan paku air yang terapung bebas

tetapi ukurannya sangat kecil, lunak dan bercabang-cabang. Daunnya

hanya berukuran kira-kira 1 mm saja, tersusun berseling dalam dua

baris. Tiap daun terbelah dua, bagian atas terapung berguna untuk

asimilasi dan didalamnya terdapat ruangan-ruangan berisi koloni

Anabeae yang mempunyai daya mengasimilasi Nitrogen diudara.

Daun bagian bawah hanya terdiri dari satu lapis sel saja dan tidak

berwarna, berfungsi untuk penyerapan air dan zat makanan. Pada sisi

bawah tumbuhan ini mempunyai banyak akar. Sporokarpium

dibentuk pada cabang-cabang yang pendek. Makrosporokarpium

mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda dari

mikrosporakarpium. Mikrosporakarpium berbentuk bulat dan besar

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 17


sedangkan makrosporakarpium berbentuk bulat memanjang dan

kecil. Pada paku ini mikrospora yang keluar dari makrosporangium

berupa 5-8 gumpalan yang diselubungi oleh perisplasmodium yang

menyerupai buih yang dinamakan masula.

Gambar 9. Azolla microphylla

Setiap gumpalan berisi 8-12 mikrospora dan pada masula

tersebut terdapat alat semacam kait yang disebut glokidium.

Makrospora pada bagian atasnya membentuk alat renang yang terisi

udara hingga dapat terapung apung. Oleh glokidium makrospora

dapat dikait hingga saling berdekatan, dan apabila kedua spora telah

berkecambah seperti pada Salvinia, maka dapat memungkinkan

bersatunya gamet jantan dan gamet betina.

C. Peranan Kelas Leptosporangiopsida

1. Digunakan sebagai tanaman hias, yaitu Asplenium nidus

2. Dimanfaatkan manusia sebagai bahan baku dalam membuat obat-obatan

yaitu Dryopteris filix ma.

3. Lygodium circinnatum, Batangnya digunakan untuk pembuatan tas dan

topi serta sebagai obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular,

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 18


lipan dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada

paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu dengan

cara menumbuk halus daunnya.

4. Sebagai sayuran, contohnya Marsilea crenata (semanggi) dan Salvinia

natans.

Botani Tingkat Rendah : Divisi Filicophyta( Kelas Leptosporangiopsida) Page 19

Anda mungkin juga menyukai