Anda di halaman 1dari 4

Dari data hasil praktikum tentang modifikasi pada batang yang telah dilakukan, dapat

diketahui bahwa pada batang memiliki modifikasi yang berfungsi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya, dari data hasil praktikum di atas, terdapat beberapa
perbedaan dari ke tiga belas sampel batang yang diamati. Modifikasi batang tersebut diamati
dan dikelompokkan menjadi perawakan, bentuk irisan melintang, permukaan, arah tumbuh
batang, arah tumbuh cabang, dan tipe percabangan.
Pada pengamatan batang tumbuhan jakang. Jakang memiliki perawakan batang basah
atau herba, karena batangnya yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata bentuk
irisan melintangnya pipih, bersifat filokladia dengan permukaan beralur. Arah tumbuh
batangnya mengangguk. Tipe percabangan pada tumbuhan jakang ini adalah monopodial
dengan batang dan percabangannya yang berwarna hijau. Hal ini sesuai menurut
Tjitrosoepomo (1985), bahwa jakang memiliki bentuk irisan melintang batang yang
berbentuk pipih, bersifat filokladia dikarenakan amat pipih dan mempunyai pertumbuhan
yang terbatas, arah tumbuh batang jakang mengangguk sebab pada awalnya batang tumbuh
lurus ke atas, tetapi kemudian ujungnya membengkok kembali ke bawah. Menurut Hidajat
(1994), tumbuhan jakang memiliki tipe percabangan monopodial, dimana batang utama
selalu tampak jelas, tidak ada cabang yang tumbuh lebih besar dari batang utama. Menurut
Campbel (2010), jakang memiliki batang dan percabangannya yang berwarna hijau sehingga
memiliki klorofil pada batang atau percabangannya, oleh karena itu memungkinkan
terjadinya fotosintesis, namun tidak semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau mampu
melakukan fotosintesis
Kaktus (Fenocactus pilosus) merupakan tanaman dengan habitus atau perawakan
herba karena batangnya lunak dan berair dengan tipe batang basah/semu (herbaceous).
Pada batang kaktus digunakan sebagai tempat peninbunan air jadi kaktus dapat hidup di
tempat yang kekurangan air. Permukaan batang yang beralur, berduri dan juga terdapat
rambut-rambut. Duri-duri yang melekat pada batang tersebut merupakan modifikasi dari
daun. Bentuk irisian melintang batang tanaman ini kladodia (cladodium) yaitu bentuk
pipih. Cabang-cabang pada tanaman ini tumbuh dengan arah tegak ke atas. Percabangan
monopodial dengan arah tumbuh batang tegak lurus serta batang berwarna yang hijau,
dengan jenis batang mendong, serta organ tambahan dan adaptasi lingkungan berupa
duri. Hal ini sesuai menurut Tjitrosomo (1983), bahwa Phyllocladium atau cladodium
adalah batang atau cabang yang mengambil alih fungsi daunnya karena daun itu mengalami
reduksi yang lanjut atau berubah menjadi duri. Batang meniru bentuk daun, menjadi pipih
dan lebar seperti pada tumbuhan kaktus lainnya. Kaktus memiliki bentuk irisan melintang
batang yang berbentuk pipih, bersifat kladodia dikarenakan terus mengadakan percabangan
(tumbuh tak berbatas), arah tumbuh batang kaktus tegak lurus dimana batang utama atau
pangkal batang tegak lurus dengan tanah. Menurut Hidajat (1994), tumbuhan kaktus
memiliki tipe percabangan simpodial, dimana batang utama sukar ditemukan, karena dalam
perkembangan selanjutnya terhenti pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat
tumbuhnya dengan cabangnya.

Pada batang lengkuas (Alpinia galanga) habitat biasanya di tanah yang lembab, namun
tidak basah. Pada praktikum ini didapati bahwa lengkuas modifikasi pada batangnya yaitu
rimpang (rhizoma), dengan batang yang berjenis basah/semu (herbaceus) yang berbentuk
bulat (teres) dengan pola percabangan monopodial dan berwarna hijau, organ tambahannya
yaitu akar dengan adaptasi morfologinya upih dan akar.
Hal ini sesuai menurut Rosanti (2013), bahwa arah tumbuh batang selalu menjauhi
pusat bumi juga dimiliki oleh rimpang. Rimpang tidak pernah tumbuh ke bawah, melainkan
mendatar di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang memiliki rimpang adalah Zingiberaeae
seperti kunyit (Curcuma domestica), jenis-jenis sanseviria (Sanseviera sp.) dan sebagainya.
Kangkung (Ipomoea aquatia) merupakan tanaman yang memiliki habitat di rawa-rawa,
atau tempat yang basah/lembab. Pada saat praktikum didapati bahwa batang kangkung
modifikasi pada batangnya yaitu dengan stolon, dengan jenis batang basa/semu (herbaceus)
yang berbentuk bulat dengan pola percabangan monopodial, berwarna hijau, yang memiliki
organ tambahan berupa akar dan beradaptasi dengan batang yang berongga.
Kaktus (Fenocactus pilosus) merupakan tanaman dengan habitus herba karena
batangnya lunak dan berair dengan tipe batang basah/semu (herbaceous). Pada batang
kaktus digunakan sebagai tempat peninbunan air jadi kaktus dapat hidup di tempat yang
kekurangan air. Permukaan batang yang licin berduri dan juga terdapat rambut-rambut.
Duri-duri yang melekat pada batang tersebut merupakan modifikasi dari daun. Bentuk
batang tanaman ini kladodia (cladodium) yaitu bentuk pipih tetapi terus mengadakan
percabangan (tumbuh tak berbatas). Cabang-cabang pada tanaman ini tumbuh dengan
arah condong ke atas. Percabangan monopodial dengan Arah tumbuh batang tegak lurus
serta batang berwarna yang hijau, dengan jenis batang mendong, serta organ tambahan
dan adaptasi lingkungan berupa duri. Hal ini sesuai menurut Tjitrosomo (1983), bahwa
Phyllocladium atau cladodium adalah batang atau cabang yang mengambil alih fungsi
daunnya karena daun itu mengalami reduksi yang lanjut atau berubah menjadi duri. Batang
meniru bentuk daun, menjadi pipih dan lebar seperti pada tumbuhan kaktus Opuntia, kaktus
Epiphyllum, Muehlenbackia platyclada, Asparagus sprengerii.
Sedangkan menurut Rosanti (2013), kaktus merupakan modifikasi dari daun. Karena
biasanya duri daun berbentuk halus dalam jumlah yang banyak. Duri daun biasanya terdapat
pada tumbuhan yang hidup di daerah kering, sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan
untuk mengurangi penguapan air. Bukti bahwa duri berasal dari daun, dapat terlihat dari
adanya kuncup atau tunas yang keluar dari ketiak batangnya. Duri daun dapat ditemukan
pada jenis-jenis kaktus (Opuntia sp.).
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tanaman yang hidup di air atau rawa-
rawa. Pada saar praktikum didapati bahwa eceng dondok memiliki bentuk bulat (teres),
dengan modifikasi batangnya berupa stolon, berwarna hijau dengan bentuk percabangan
simpodial dan untuk beradaptasi pada lingkungannya batang menjadi rongga, agar tanaman
eceng gondok dapat mengapung di air.
Menurut Tjitrosomo (1983), stolon adalah cabang yang ramping lagi panjang, dapat
mencapai lebih satu meter tumbuh ke samping di atas tanah atau di dalam tanah, bilamana
tumbuhan baru ini telah cukup berdaun dan berakar sehingga dapat berdiri sendiri, maka
stolon ini akan mati rusak.
Tanaman markisah (Passiflora quarangularis) memiliki habitat di tempat kering/tropis.
Pada praktikum ini didapati bahwa markisa memiliki bentuk bulat (teres), dengan modifikasi
pada batang berkayu (lignosus) dan bentuk batang basah/semu (herbaceus), berwarna hijau
dengan organ tambahan yaitu akar pembelit (sulur) dan adaptasi lingkungannya aquatik
dengan pola percabangan monopodial.
Hal ini sesuai menurut Tjitrosepomo (1985), bahwa batang berkayu (lignosus), yaitu
batang yang biasa keras dan kuat karena sebagian besar terdiri dari atas kayu, yang terdapat
pada pohon-pohon arbores dan semak-semak frutices pada umumnya. Contoh pohon
mangga (Mangifera indica), semak sidaguri (Sida rhombifolla L.).
Tanaman teratai (Nymphea sp) memiliki habitat di tempat air atau rawa-rawa. Pada
praktikum ini didapati bahwa teratai memiliki bentuk bulat (teres) pada batangnya, bentuk
modifikasi pada teratai ini berupa stolon, berwarna hijau tua, dengan pola percabangan
monopodial dengan bentuk batang berjenis basah/semu (herbaceus) dan organ tambahannya
berupa akar dan beradaptasi dengan lingkungan aquatik.
Menurut Putri (2014), kehilangan air pada jaringan tanaman akan menurunkan turgor
sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta senyawa-senyawa dengan berat molekul
rendah, mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air dalam tanaman. Peran
air yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak
langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya
sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman.
Sedangkan menurut Astuti (2010), penyediaan air bagi pertumbuhan tanaman
berpengaruh langsung terhadap sintesis hormon, proses metabolisme serta morfologi
tanaman. Pada penyediaan air yang rendah sintesis auksin, giberelin dan sitokinin menjadi
terhambat dan sintesis absisi bertambah. Defisit air akan mempengaruhi pertumbuhan
vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Selain itu
ketersediaan air juga mempengaruhi perluasan sel-sel pada jaringan penyusun organ
vegetatif.
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tanaman eceng gondok,
kangkung air, dan teratai yang memiliki bentuk modifikasi berupa stolon, hanya lengkuas
yang memilki bentuk modifikasi batang yang berupa rimpang (rhizoma), sedangkan yang
memiliki modifikasi akar pembelit (sulur) adalah tanaman jakang saja. Dan bentuk
modifikasi batangnya duri yaitu pada tanaman kaktus saja, pada tanaman markisah bentuk
modifikasi batangnya berkayu.

Anda mungkin juga menyukai