“Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda) dan Kelas Filicinae (Paku Sejati)”
“BOTANI CRYPTOGAMAE”
Dosen Pengampu:
ARBAUL FAUZIAH, M. Si
Oleh Kelompok 10 :
TADRIS BIOLOGI 3B
NIM : 126208213103
Equisetinae disebut sebagai paku ekor kuda di karenakan bentuk batangnya seperti
ekor kuda. Equisetinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Paku ekor kuda memiliki akar
sejati berupa rizoma. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti
sisik. Nama kelompok ini mengacu pada penampilan batangnya yang seperti sikat, dengan
tekstur kasar. Beberapa spesies memiliki batang fertile (yang mengandung rujung) dan
vegetatif yang terpisah. Paku ekor kuda bersifat homosporus, dengan runjung yang
mengeluarkan spora yang biasanya memunculkan gametofit biseksual. Batangnya yang keras
disebabkan dinding selnya mengandung silika yang berfungsi untuk meningkatkan ketebalan
dinding sel sebagai proteksi hama. Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas,
berlubang di tengahnya yang berfungsi sebagai organ fotosintetik untuk menggantikan daun. 1
Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang berpihak kepada yang
benar, hanya menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora yang dihasilkan
paku ekor kuda umumnya hanya satu jenis yaitu homospora meskipun spora yang lebih kecil
misalnya pada tumbuhan Equisetum arvense ketika tumbuh dijadikan sebagai protalium
1
Campbell, N. A & Jane B. Reece. 2012. Biology Edisi 8 Jilid 2. Jakarta:Erlangga. Hal:180 1
jantan. Spora keluar dari sporangium yang tersusun pada strobilus. Stobilus berfungsi sebagai
alat perkembangbiakan. Strobilus jantan dan betina ada dalam satu pohon. Strobilus jantan
lebih kecil daripada strobilus betina. Sedangkan sporanya selisih dengan spora paku-pakuan
karena memiliki empat "rambut" yang disebut dengan elater. Elater berfungsi untuk pegas
untuk menolong pemencaran spora. 2
Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetinae digolongkan pada
tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetinae hanya berukuran beberapa milimeter yang
mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Gametofit berasal dari
perkembangan spora. Gametofitnya mengandung Anteridium dan Arkegonium. Batang dan
cabang dari tumbuhan paku ini memiliki fungsi sebagai asimilator dengan warna hijau karena
berklorofil. Sporofit paku ekor kuda memiliki daun kecil berbentuk sisik, agak transparan, dan
tersusun melingkar pada batang. 3
2
Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University Press.Yogyakarta. Hal:248
3
Benson, L. 1957. Plant Classification. D. C Heath and Co. Boston. 688
Filiciinae berasal dari kata filix yang berarti tumbuhan paku sejati. Kelas Filicinae
merupakan golongan paku terbesar jumlahnya. Ciri khas tumbuhan paku kelas ini daunnya
besar, pada waktu muda tergulung. Tumbuhan paku pada kelas ini ada yang hidup di air dan
ada yang hidup di darat. Tumbuhan paku yang hidup di darat sporangiumnya terbentuk dalam
sorus, sedangkan yang hidup di air sporangiumnya terbentuk dalam sporokarpium. 4
Beriku ini merupakan struktur tubuh Filicinae beserta fungsinya:
1. Akar
Akar adalah organ penting untuk menahan udara di dalam tanah yang menyerap
material anorganik dari dalam tanah. Perbandingan bukti anatomi dan fosil yang
dikombinasikan dengan pemetaan filogenetik menunjukkan bahwa akar berevolusi
setidaknya dua kali. Akar tumbuhan paku memiliki asal-usul adventif dan endogen yang
serupa pada batang yang berfungsi untuk memproduki organ, dengan akar embrio kurang
berkembang. Ciri yang paling menonjol dari karakteristik akar tumbuhan paku adalah akar
lateral monopodial ataupun dikotom. 5
Menurut poros bujurnya, pada embrio tumbuhan paku telah dapat dibedakan dua
kutub yaitu kutub atas dan bawah. Kutub atas akan berkembang membentuk tunas (batang
beserta daun-daunnya). Kutub bawah dinamakan kutub akar. Kutub akar tidak terus
berkembang membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke
samping dari batang. Akar yang keluar pertama-tama tidak dominan, melainkan segera
disusul oleh akar-akar lain yang semuanya muncul dari batang. 6
4
Herdina Sukma Pranita, dkk.Inventarisasi Tumbuhan Paku Kelas Filicinae di Kawasan Watu Ondo
Sebagai Media Belajar Mahasiswa.( Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Seminar Nasional
Pendidikan dan Saintek 2016 (ISSN: 2557-533X) .h. 733
5
Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta.
6
Gembong Tjitrosoepomo.Taksonomi Umum.( Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.1998),,h.208
2. Batang
Pada tumbuhan paku kelas Filicinae ini ada yang memilki batang di dalam tanah yang
pendek, pada bagian bawah masih mempunyai protostele akan tetapi ke atas mengadakan
diferensiasi dalam berkas pengangkutannya seperti pada bangsa Ophioglossales. Ada juga
batangnya dapat mencapai besar satu lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan
pada ujungnya terdapat suatu roset daun. Batangnya juga dapat berupa batang dalam
(rizom) atau batang diatas permukaan tanah. 7
3. Daun
Semua warga Filicinae mempunyai daun-daun besar (makrofil), bertangkai mempunyai
banyak tulang-tulang. Waktu masih muda daun itu akan tergulung pada ujungnya, dan
pada sisi bawah mempunyai banyak sporangium. Daun Filicinae umumnya berukuran
besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun – daun menyirip ganda sampai beberapa
kali, batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk ke dalam tanah akar-
akar itu tidak akan bertambah panjang, kambium tidak ada, jadi batang tidak mengadakan
pertumbuhan menebal sekunder. Kebanyakan tumbuhan paku ini berupa herba dengan
rimpang yang mendatar dan biasanya jarang bercabang. Pada daun Filicinae tulang
daunnya bercabang – cabang dengan beberapa pola. Pada kebanyakan Filicinae batang,
tangkai daun, dan sebagian daun tertutup oleh suatu lapisan rambut – rambut berbentuk
sisik yang dinamakan palea.8
Ada daun paku yang berukuran kecil (mikrofil) dan ada pula yang berukuran besar
(makrofil). Ada daun tumbuhan paku yang khusus menghasilkan spora, daun ini disebut
sporofil dan ada daun yang tidak menghasilkan spora, disebut tropofil. Akan tetapi, tidak
semua tumbuhan paku memiliki tipe daun yang berfungsi khusus, misalnya pada suplir.
Bentuk daun pada tumbuhan paku muda dan dewasa berbeda. Pada tumbuhan paku muda
daun akan menggulung (Circinnatus), sedangkan pada tumbuhan paku dewasa daunnya
dapat dibedakan menjadi :
a) Tropofil : Daun khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora. Tropofil
mempunyai fungsi yaitu sebagai alat fotosintesis atau juga dapat sebagai alat
perkembangbiakan vegetatif.
b) Sporofil : Berfungsi sebagai penghasil spora yang disimpan di dalam sporangium (kotak
spora).
c) Troposporofil : Dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang menghasilkan spora
dan ada yang tidak ada spora. Troposporofil merupakan daun yang dapat melakukan
fotosintesis dan menghasilkan spora. 9
7
Gembong Tjitroesopomo. Taksonomi Tumbuhan.Ibid. h. 245-246
8
Gembong Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan.Ibid. h.246
9
Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan Schizophyta. h.257
Nama : Citra Sari Agustina
NIM : 126208213104
Sub Topik : Contoh Spesies dan Habitat Dari Kelas Equisetinae dan Filicinae
A. Kelas Equisetinae
Paku ekor kuda (Equisetinae) merupakan tanaman paku yang umumnya memiliki batang
berupa rhizome, cabang batangnya beruas-ruas, pada ujung batangnya sering ditemukan badan bulat
penghasil spora. Tanaman ini memiliki tiga ordo, yaitu Equisetales, Sphenophyllales, dan
Protoarticulatales. Kelas Equisetinae diwakili hanya oleh satu genus hidup (Equisetum) dan sekitar 18
genus yang sudah punah misalnya Calamites annularia. Saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari
satu genus, yaitu Equisetum. Paku ekor kuda (Equisetinae) yang sekarang masih hidup umumnya
terna yang menyukai tempat-tempat yang lembab seperti di daerah sub tropis, kadang – kadang dalam
jumlah yang sangat besar dan bersifat dominan dalam komunitas tertentu (Tjitrosoepomo, 2003 :
248). Paku ekor kuda (Equisetinae) yang masih hidup dan banyak ditemukan di Indonesia antara lain;
Equisetum debile, Equisetum ranosissimum, dan Equisetum arvense.
1. Ordo Equisetales
Ordo ini hanya terdiri dari famili Equisetaceae dan satu marga Equisetum dengan 25 jenis saja.
Tumbuh sebagian di darat, sebagian di rawa-rawa. Memiliki semacam rimpang yang merayap, dengan
cabang yang berdiri tegak. Pada buku – buku batang terdapat suatu karangan daun serupa selaput
atau sisik, berbentuk runcing, mempunyai satu berkas pengangkut kecil. Karena daun amat kecil,
batang dan cabang-cabangnya yang mempunyai fungsi sebagai asimilator, tampak berwarna hijau
karena mengandung klorofil. Diantara warga Equisetales terdapat beberapa jenis yang mempunyai
semacam umbi untuk menghadapi kondisi yang buruk, ada pula yang tetap berwarna hijau.
a) Equisetum debile
Salah satu spesies tumbuhan paku yang banyak tumbuh dan tersebar di seluruh
wilayah Indonesia adalah Equisetum debile L. Spesies ini tersebar luas dari Afrika, Asia, Jepang
melalui selatan Filipina, Indonesia, daratan Guinea Baru, Kepulauan Bismarck, Kepulauan
Solomon, ke arah timur menuju Kaledonia Baru dan Fiji. Spesies ini memiliki toleransi terbesar
di Papuasia dan relatif dominan diantara tanaman lainnya (Croft, 1985).
Terdapat satu tipe batang yaitu batang hijau aerial annual, tegak berongga yang
menghasilkan bentukan seperti kerucut pada bagian ujungnya (apeks) yang berperan sebagai
organ fotosintetik menggantikan daun, sehingga batang ini berperan ganda baik sebagai
batang generatif maupun vegetatif. Memiliki spora yang terkumpul pada bentukan tertentu
seper kerucut yang berada pada bagian apeks dari batang. Kerucut ini berisi poros sentral
utama yang terspesialisasi dengan struktur penghasil dan penunjang sporangium, dinamakan
sporangiofor, terbentuk dari gelungan – gelungan tersebut.
Habitat Equisetum hiemale ialah hidup di air (aquatik) di ketinggian 800 mdpl dengan
akar yang tumbuh pada tanah. Tumbuhan paku ekor kuda ini digunakan sebagai obat sakit
otot dan tulang karena mengandung asam kersik dan kalium yang tinggi, dan juga sebagai
tanaman hias. Taksonomi dari Equisetum hiemale sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : pteridophyta
Kelas : equisetinae
Ordo : eqisetales
Famili : equisetinaceae
Genus : equisetum
Spesies : Equisetum hiemale
c) Equisetum arvense
Equisetum arvense berasal dari waktu yang sangat lama dan dianggap asli sebagian
besar daerah beriklim belahan bumi utara. Seperti daerah asli Amerika Utara (yaitu Kanada
dan Amerika Serikat), sebagian besar Eropa dan sebagian besar Asia (yaitu Siprus, Iran, Irak,
Lebanon, Turki, Armenia, Azerbaijan, Georgia, Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan,
Turkmenistan, Uzbekistan, Bhutan, India utara, Nepal, Mongolia, Cina, Jepang, dan Korea).
Spesies ini telah dibudidayakan sebagai tanaman hias di kebun, khususnya di daerah beriklim
Australia.
Morfologi dari Equisetum arvense adalah sebagai berikut. Batang sebagian besar dan
tegak (yaitu tegak atau menanjak) dan bersendi. Tanaman ini termasuk sebagai tanaman
berumur panjang (abadi) biasanya tumbuh setinggi 5-60 cm. Bagian atas tanahnya berumur
pendek (yaitu tahunan) dan tumbuh kembali setiap tahun dari batang bawah tanah yang
merayap (yaitu rimpang) yang panjangnya bisa mencapai beberapa meter. menghasilkan dua
jenis batang yang berbeda yaitu batang vegertatif dan batang generatif, tanpa daun yang jelas,
dan tidak memiliki bunga sejati. Batang vegetatif (steril) memiliki warna hijau (tinggi 5-60 cm
dan tebal 1,5-5 mm) dengan selubung kecil berbentuk cangkir di persendiannya (simpul).
Mereka berongga, beralur memanjang (yaitu membujur), dan menghasilkan kelompok
(lingkaran) dari cabang tipis (panjang 8-15 cm dan tebal sekitar 5 mm) yang kadang-kadang
disebut sebagai daun. Cabang-cabang ini bersudut empat dan biasanya berasal dari masing-
masing sendi batang (yaitu node). Selubung sebenarnya adalah daun yang diperkecil, seperti
sisik. Mereka berwarna hijau sampai coklat tua, tersusun dalam kelompok (yaitu lingkaran)
dari 6-18. Jenis batang kedua memiliki warna keputihan atau coklat pucat, lebih pendek dan
agak tebal (tingginya mencapai 30 cm dan tebal 8 mm). Ini dikenal sebagai batang subur
(geberatif) dan memiliki struktur reproduksi di ujungnya. Mereka bersendi dan berselubung
seperti batang vegetatif tetapi tidak memiliki lingkaran cabang hijau.
Karena berkerabat dekat dengan pakis, tanaman ini tidak menghasilkan bunga atau biji
sejati. Sebaliknya ia menghasilkan spora dalam struktur seperti kerucut yang dikenal sebagai
strobilus. Struktur strobili berada di ujung batang generatif dan biasanya muncul selama awal
musim semi, sebelum batang vegetatif (steril) muncul. Memiliki warna kehijauan, keputihan,
atau kecoklatan (panjang 1-4 cm) dengan banyak struktur seperti sisik bertangkai (yaitu
sporangiofor) yang mengandung spora. Massa spora kecil berwarna kehijauan pucat sampai
kuning.
Habitat paku ekor kuda (Equisetum arvense) lebih menyukai iklim yang lebih dingin
dan lebih basah di daerah beriklim Australia. Tanaman ini adalah gulma potensial di hutan
terbuka, padang rumput, tanaman pinggir jalan, kebun, rawa, lahan basah, saluran air dan tepi
badan air lainnya yang memiliki curah hujan tahunan di atas 500 mm. Ketika tumbuh di kebun
dan daerah semak, ia menyebar dengan cepat dengan merambat di batang bawah tanah (yaitu
rimpang) dan sulit untuk diberantas. Satu-satunya kejadian yang diketahui dari spesies ini
yang lolos dari budidaya dan menyebar ke padang semak di Australia adalah di distrik Sydney
dan Moonan di New South Wales. Populasi ekor kuda biasa (Equisetum arvense) dilaporkan
menempati ratusan meter persegi di sepanjang anak sungai di situs ini. Akan tetapi tanaman
ini juga telah dibudidayakan sebagai salah satu tanaman hias. Taksonomi Equisetum arvense
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Equisetinae
Ordo : Equisetales
Famili : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Spesies : Equisetum arvense L.
d) Equisetum telmateia
Gambar Equisetum telmateia
(Sumber: https://www.researchgate.net)
Paku ekor kuda besar (Equisetum telmateia) adalah tanaman tahunan herba yang
sepanjang siklus hidupnya ada sebagai batang subur berbunga kuning pucat non-fotosintetik,
diproduksi di awal musim semi. Batang steril fotosintesis hijau diproduksi di akhir musim semi
dan mati di akhir musim gugur. Mereka banyak bercabang, dengan lingkaran 14-40 cabang
hingga 20 cm, diameter 1-2 mm dan tidak bercabang, muncul dari axils cincin bracts. Ia
mendiami daerah lembab dan basah umumnya di dekat sungai, sungai dan lahan basah di
Eropa, Asia Barat, Afrika barat laut dan Amerika Utara ( Equisetum , 1970[ 5 ]). Taksonomi
Equisetum telmateia adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Equisetinae
Ordo : Equisetales
Famili : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Spesies : Equisetum telmateia var. braunii Ehrh.
2. Ordo Sphenophyllales
Ciri dari tumbuhan paku ordo sphenophyllales yaitu daun menggarpu atau berentuk pasak
dengan tulang–tulang yang bercabang menggarpu, tersusun berkarang, dan tiap karang biasanya
terdiri atas 6 daun. Contohnya yaitu Sphenophyllum cuneifolium, S. dawsoni, S. fertile.
a) Sphenophyllum cuneifolium
Gambar Sphenophyllum cuneifolium
(Sumber:http://luirig.altervista.org)
Deskripsi tumbuhan paku Sphenophyllum cuneifolium meliputi, memiliki bentuk daun
berbentuk pasak, tersusun berkarang. Termasuk pada tumbuhan terna dengan tebal batang
mencapai satu jari, beruas-ruas panjang, bercabang-cabang, memiliki satu berkas pengangkut,
dan batang dapat memanjat. Rangkaian sporofit menyerupai Equisetum, sebagian bersifat
isopor dan sebagian heterospor (Tjitrosoepomo, 2011). Tumbuhan paku ini dikenal sudah
berupa fosil dari zaman paleozoikum. Hidup dan banyak tersebar diperkirakan pada zaman
devon akhir sampai perm.Taksonomi Sphenophyllum cuneifolium:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom :Tracheobionta
Divisi :pteridophyta
Kelas :equisetinae
Ordo :Sphenophyllales
Famili :Sphenophyllaceae
Genus :Sphenophyllum
Spesies :Sphenophyllum cuneifolium
3. Ordo Protoarticulatales
B. Kelas Filicinae
Tumbuhan Paku kelompok ini paling banyak anggota spesiesnya. Habitatnya di darat, air dan
epifit. Paku sejati juga termasuk tumbuhan yang memiliki struktur tubuh lengkap. Paku sejati sudah
mempunyai akar, batang, dan daun yang sejati. Batangnya membentuk rhizome. Daunnya berupa
makrofil dan bentuknya bermacam-macam, bertangkai, dan tulangnya bercabang-cabang. Saat masih
muda, daunnya akan tergulung pada ujungnya. Sementara, sisi bawahnya banyak terdapat sorus yang
mana pada setiap sori terdapat banyak sporangium. Filicinae terbagi menjadi tiga sub kelas yaitu
Eusporangiatae, Hydropterides (paku air), Leptosporangiatae (Tjitrosoepomo, 2005). Kelas Filicinae
merupakan kelompok tumbuhan paku yang mendominasi kepulauan Indonesia, Filipina, Guinea dan
Australia Utara. Berbagai jenis menjadi penyusun (ndergrowth) dalam hutan di daerah-daerah
pegunungan dan hutan-hutan sebtripoka basah (Tjitrosoepomo, 2003 : 258). Paku sejati diperkirakan
berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae.
Sub kelas Eusporangiatae terdiri dari dua ordo, yaitu ordo Ophioglossales dan ordo
Marattiales. Spesies dari ordo Ophioglossales memiliki ciri batang di dalam tanah yang pendek dan
daunnya memiliki bagian khusus yang berfungsi untuk berlangsungnya fotosinteisis dan bagian
lainnya berfungsi untuk menghasilkan alat reproduksi. Ciri berikutnya yaitu memiliki sporangium
dengan ukuran yang besar dan berbentuk hampir bulat. Contoh marga dari ordo Ophioglossales, yaitu
Ophioglossum, Botrychium, dan Helminthostachys. Spesies dari ordo Marattiales memiliki ciri daun
makrofil dengan tulang daun menyirip ganda, terdapat sporangium yang terletak di bawah daun, dan
mempunyai dinding yang tebal. Contoh marga dari ordo Marattiales, yaitu Christensenia, Angiopteris,
dan Marattia (Afifah, 2018).
a) Helminthostachys zeylanica
10
Sudarnadi, Jenis-jenis Paku di Indonesia. (Bogor: Lembaga Biologi Nasional LIPI, 1980), h. 27.
Gambar Helminthostachys zeylanica
(Sumber: https://commons.wikimedia.org)
b) Angiopteris evecta
Gambar Angiopteris evecta
(Sumber: https://www.flickr.com)
Pada umumnya memiliki daun amat besar, menyirip ganda sampai berkali kali.
Sporangium pada sisi bawah daun, mempunyai dinding tebal, tidak mempunyai cincin
(anulus), membuka dengan suatu celah atau liang. Dalam suatu sorus sporangium sering
berlekatan menjadi sinangium. Kebanyakan paku ini berupa paku tanah yang isopor.
Protalium berumur panjang, mempunyai mikoriza endofitik, tumbuh di atas tanah, berwarna
hijau, bentuknya menyerupai talus lumut hati yang terdiri atas beberapa lapis sel. Contoh
spesiesnya Christensenia aesculifolia, Angiopteis angustifolia, Angiopteris evecta dan Marattia
fraxinea.
Deskripsi Angiopteris atau sering disebut paku gajah atau paku raksasa karena
memiliki ukuran yang besar. Angiopteris evecta berwarna hijau pada lamina dan bentuk stipe
nya panjang dan ramping, permukaannya halus dan percabangannya monopodial. Jenis
laminanya majemuk menyirip, berwarna hijau dan permukaannya kasar. Bentuk lamina secara
keseluruhan adalah memanjang, bentuk ujung meruncing dan tepi pinna nya bergerigi.
Angiopteris evecta mempunyai sorus yang terletak di bagian sub marginal pinna dan dilindungi
oleh insidium yang berbentuk cup atau seperti cangkir. Memiliki akar serabut, batang tegak,
berbentuk rimpang, bagian pangkal batang bersisik. Daun berwarna hijau, menyirip tunggal,
ujung daun meruncing. Sorus terletak di bawah daun, menyebar, tidak beraturan, bentuk sorus
bulat, warna coklat muda. Habitat teresterial (Kinho, 2009). Klasifikasi dari Angiopteris evecta
sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Marattiopsida
Bangsa : Marattiales
Suku : Marattiaceae
Marga : Angiopteris
Jenis : Angiopteris evecta
2. Sub Kelas Leptosporangiatae
Terdapat sepuluh ordo yang termasuk ke dalam sub kelas Leptosporangiatae, yaitu ordo
Osmundales, Shizacales, Gleicniales, Matoniales, Laxomales, Hymenophyllales, Dicksoniales,
Thyrsopteridales, Cyatheales, dan Polypodiales (Sugiarti, 2017).
a) Osmunda javanica
b) Lygodium circinnatum
11
Gembong, Citrosupomo, Taksonomi tumbuhan obat-obatan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1994),h. 110
Jenis paku ini termasuk tumbuhan paku terestrial. Memiliki batang yang membelit,
serta daun yang menyirip dengan membelit pada tumbuhan yang berada didekatnya dengan
tepian daun yang berbentuk gerigi dan berwarna coklat. 12 Taksonomi dari Lygodium
circinnatum adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Bangsa : Schizales
Suku : Schizaeaceae
Marga : Lygodium
Spesies : Lygodium circinnatum
c) Hymenophyllum Sp
Gambar Hymenophyllum Sp
(Sumber: Advend Sianturi, 2020)
Pada suku ini hidup pada batang pohon, dengan spora yang berada diujung daun. Ciri
khas pada paku ini yaitu adanya lamina yang transparan karena tersusun atas selapis sel.
Lamina ini berbentuk kipas atau oval. Mempunyai sporangium tanpa tangkai dengan cincin
yang terletak serong atau melintang,serta protalium dengan bentuk pita atau benang.
Habitus : epifit, tumbuh dikenggian 1.500 m dpl. 13 Taksonomi Hymenophyllum sp adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Hymenophyllales
Suku : Hymenophyllaceae
Marga : Hymenophyllum
12
Nasution, Nasution, and Kardhinata, “Inventarisasi Tumbuhan Paku Di Kampus I Universitas Medan Area.”
Jurnal Klorofil, Vol 1. No 2, (2018), h.108.
13
Gembong, Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan : Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta,
(Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2009),h.275.
Spesies : Hymenophyllum sp.
d) Davallia trichomanoides
e) Davallia canariensis
Gambar Davallia canariensis
(Sumber: https://eol.org/pages/6843003)
Davallia canariensis memiliki perawakan herba dan tumbuhan ini umumnya tumbuh
menempel pada tumbuhan lain. Akar berupa serabut. Batang berbentuk rimpang yang
merayap dan memperlihatkan batang yang nyata. Rimpangnya kuat, berambut halus yang
tersusun rapat dan berwarna coklat. Tangkainya berwarna coklat keemasan. Daun menyirip
ganda tiga dan berbentuk segitiga dengan urat-urat daun bebas. Daun berwarna keemasan
dengan tekstur tipis, tepi daun beringgit, daunnya berjumbai ke bawah, dan permukaannya
licin. Sorus terdapat pada ujung anak daun. Berikut merupakan klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteriopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Davalliaceae
Genus : Davallia
Spesies : Davallia canariensis
Spesies dari sub kelas Hydropterides merupakan paku air atau tumbuhan rawa. Sub kelas
Hydropterides terdiri dari dua suku, yaitu suku Salviniaceae dan Marsileaceae. Suku Salviniaceae
memiliki ciri paku air kecil yang mengapung pada permukaan air, sporocorpia bisa terletak pada
bagian daun yang tenggelam di dalam air, berkelamin tunggal dan biasanya berumah satu. Contoh
spesies dari suku Salviniaceae adalah Salvinia mata lele dan Salvinia lukut cae. Ciri suku Marsileaceae
yaitu memiliki akar rimpang merayap dan daun muda menggulung. Megaspore terdiri dari satu apora
betina yang besar dan beberapa spora jantan yang kecil. Contoh spesies dari suku Marsileaceae adalah
Marsilea crenata (Komaria, 2015).
a) Salvinia natans
Gambar Salvinia natans
(Sumber: https://lincspplants.co.uk)
Tumbuhan paku air terapung bebas, heterospor, tiap sporokarpium berisi satu sorus
dan tiap sorus hanya membentuk makro dan mikrosporangium saja. Deskripsi dari tanaman
paku Salvinia natans meliputi; memiliki rhizome membulat, tanpa akar, mengapung bebas,
daun berbentuk karangan mengapung, dengan tangkai pendek dan mengapung. Habitat di air
(Usman, 2004). Taksonomi Salvinia natans adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Clade : Tracheophytes
Division : Polypodiophyta
Class : Polypodiopsida
Ordo : Salviniales
Family : Salviniaceae
Genus : Salvinia
Species : Salvinia natans
b) Marsilea crenata
Bangsa Marsileaceae meliputi golongan kecil tumbuhan air yang hidup di paya-paya
dengan akar melekat di dasar atau di dalam lumpur, heterospor, makro dan mikrosporangium
terdapat dalam satu sorus, semua sorus pada sporofil terlindung dalam sporokarpium.
Memiliki morfologi tubuh Batang merayap, daun bertangkai panjang dengan helaian yang
biasanya berbelah 4. Sporokarpium berbentuk ginjal atau jorong (Tjitrosoepomo, 2011).
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicianae
Bangsa : Salviniales
Suku : Marsileaceae
Marga : Marsilea
Spesies : Marsilea crenata (Van Steenis, 1975)
Nama : Andry Nur Faradila
NIM : 126208213105
Tanaman ini biasanya banyak ditemukan di daerah yang lembab dan tanaman paku ekor kuda banyak
digunakan sebagai tanaman hias dan pengobatan karena tanaman ekor kuda Ini adalah ramuan obat
luar biasa yang menawarkan banyak manfaat kesehatan. Pengobatan menggunakan tanaman ekor
kuda sudah ada sejak zaman romawi. Tanaman ini mencakup banyak senyawa antioksidan, silika, dan
fitokimia. Sehingga dapat meningkatkan roduksi urin dan bisa menghilangkan kelebihan garam
mineral dan racun yang menumpuk diginjal. 14 Ini tersedia di banyak toko makanan kesehatan dalam
berbagai bentuk suplemen seperti kapsul dan ekstrak cair. Tanaman ekor kuda juga digunakan
sebagai ramuan kering untuk menyeduh teh. Ada berbagai manfaat kesehatan dari hadiah alam ini.
Tanaman paku ekor kuda memiliki banyak macam spesies diantaranya :
Tanaman ekor kuda ladang (Equisetum arvense) adalah tumbuhan paku yang termasuk ke dalam
genus Equisetaceae. Tumbuh liar di tempat lembap dengan iklim sedang, tanaman ini memiliki
batang panjang, hijau, dan bercabang. Tanaman ini mengandung banyak senyawa bermanfaat
yang memberikan banyak efek untuk meningkatkan kesehatan. Dari jumlah tersebut, antioksidan
dan silika adalah salah satu senyawa yang paling menonjol. Antioksidan adalah molekul yang
berguna melawan radikal bebas dalam tubuh Anda untuk mencegah kerusakan sel. Sedangkan
silika adalah senyawa yang terdiri dari silikon dan oksigen. Ini diyakini menjadi kontributor atas
14
Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta. Hal:248
manfaat ekor kuda untuk kesehatan kulit, kuku dan tulang,pertumbuhan rambut, serta
membantu penyembuhan luka. 15
Berperan sebagai tanaman hias, digunakan sebagai obat sakit otot atau sakit tulang dengan cara
membuatnya sebagai param, paku ini dapat dan Sebagai penghias akuarium atau pot di taman,
tumbuhan ini juga dapat digunakan.
15
Campbell Jilid 2. (2012). Biologi Edisi kedelapan Jilid 2. Penerbit Erlangga
Karena bentuknya yang unik biasanya tanaman ini dijadikam sebagai hiasan taman rumah dan
digunakan untuk pembuatan teh sebagai pengobatan tradisional untuk melawan berbagai jenis
penyakit peradangan seperti rheumatoid arthitis. Karena didalamnya terkandung komposisi
metabolik sekunder yang sangat penting untuk berbagai aktifits biologis seperti etil palmitat,
kaempferol, glokosida dan komposisi fenol lainya
B. Filicinae (paku sejati)
Tumbuhan ini termasuk higrofit, banyak tumbuhan di tempat – tempat yang teduh dan lembab,
sehingga ditempat – tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu
intensif. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis.
Kegunaan paku sejati sama dengan paku kawat dan telanjang, yaitu sebagai dekorasi dan pemanis
ruangan.16 Filicinae juga terdapat beberapa spesies dan peranya masing-masing seperti :
16
Aksa Piniranginan, S. (2007). Identifikasi Jenis Paku-Pakuan. Jurnal Media Konservasi.
3. Azolla pinata sebagai bahan pupuk hijau dan pakan ternak karena memiliki kandungan protein
kasar yang cukup tinggi sekitar 23 sampai 30%
4. Sebagai tanaman hias, misalnya paku tanduk rusa (platycerium bifurcatum), paku sarang
burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum)
DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta. Hal:248
Herdina Sukma Pranita, dkk.Inventarisasi Tumbuhan Paku Kelas Filicinae di Kawasan Watu Ondo
Sebagai Media Belajar Mahasiswa.( Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Seminar
Nasional Pendidikan dan Saintek 2016 (ISSN: 2557-533X) .h. 733
Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta.
Riana Dyah Suryaningrum, d. (2017). AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK TUMBUHAN PAKU EKOR
KUDA (Equisetum debile L.) TERHADAP PEROKSIDASI LIPID PLASMA DARAH MENCIT (Mus
musculus). Jurnal Metamorfosa, Journal of Biological Sciences ISSN: 2302-5697.
Tjitrosoepomo G. (1994). Taksonomi Tumbuhan Obat – obatan. Gadjah Mada University Press
Anvend sri Rizky Sianturi, dkk.. (2020). Eksploitasi Tumbuhan Paku Pteridophyta di Wilayah
Ketinggian yang Berbeda. Semarang: LPPM Universitas Negeri Semarang.
Meliza, R. (2019). Morfologi Spora dan Perkembangan Gametofit Davallia denticulata dan Davallia
trichomanoides. Jurnal Bioteknologi dan BioSains Indonesia, Vol. 6 No. 1.
Siti Sutarmi Tjitrosomo, Dkk. (1986). Bontani Umum 4. Bandung : Penerbit Angkasa.
Riskiani, Sri. Identifikasi Tumbuhan Paku Sejati Teresterial Digunung Pesagi Kabupaten Lampung Barat.
Terbit : 2019