Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU

DISUSUN OLEH:

NAMA: CUT AZURA IZATUL NUFUS


NIM: 180602013

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang telah memiliki kormus atau
tumbuhan yang sudah mempunyai akar, batang, dan daun sejati,juga telah memiliki
jaringan pengangkut xilem dan floem yang terdapat pada daun, batang, dan
akarnya. Tumbuhan paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit
pohon (epifit), di tepi sungai di tempat tempat yang lembap (higrofit), hidup di air
(hidrofit), atau di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit).Sebagian
besar tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah yang disebut
rhizoma. Daun mulai tumbuh dari rhizoma tersebut. Daun paku muda ujungnya
selalu menggulung. Daun paku dewasa terdiri atas daun fertil dan daun steril. Daun
steril adalah daun yang tidak ada bintil-bintil hitam di permukaan bawah daunnya.
Daun ini disebut juga daun mandul. Daun fertil adalah daun paku yang di
permukaan bawah daunnya terdapat bintil-bintil kehitaman.Daun ini disebut juga
daun subur.Bintil-bintil kehitaman yang terletak di permukaan bawah daun ini
adalah kumpulan sporangium yang disebut sorus.( Arini, D. I., & Kinho, J. (2012).
Tumbuhan paku (Fern) atau Pteridophyta ( Yunani, pteron= bulu ,phyton=
tumbuhan) merupakan kelompok plantae yang tubuhnya sudah berbentuk kormus
atau sudah memiliki bagian akar, batang dan daun sejati. Susunan daun seperti bulu
(menyirip). Tumbuhan paku dapat bereproduksi dengan spora sehingga disebut
Cormophyta berspora. Berbeda dengan lumut, Pteridophyta merupakan tumbuhan
vaskuler (Tracheophyta) karena sudah memiliki pembuluh angkut xilem dan floem
(pembuluh tapis). Masyarakat juga mengenal tumbuhan paku dengan istilah pakis.
Kajian evolusi mengatakan bahwa tumbuhan vaskuler berspora ( tumbuhan paku)
diperkirakan sudah ada dan mendominasi hutan selama masa Karboniferus sekitar
360 juta tahun silam.( Irnaningtyas,2013).
Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan
tempat hidupnya, tumbuhan paku di temukan tersebar luas mulai daerah tropis
hingga dekat kutub utara dan selatan. Mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam
terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab, basah,
rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai.
Tumbuhan yang ada di alam ini mempunyai jumlah yang beranekaragam
sehingga menimbulkan kesadaran manusia untuk menyederhanakan objek studi
melalui klasifikasi, identifikasi, dan pemberian nama yang tepat untuk setiap
kelompok tumbuhan dengan memanfaatkan karakter yang terdapat pada setiap
tumbuhan, dan menggolongkan ke dalam kelompok-kelompok tertentu
(Tjitrosoepomo,2009).

Epifit adalah tumbuhan yang hidupnya menempel pada tumbuhan lain


sebagai penompang tidak berakar pada tanah, berukuran lebih kecil dari tumbuhan
penopang atau inang, tetapi tidak menimbulkan akibat apa-apa terhadap tumbuhan
penopang (Kusumaningrum, 2018). Epifit berbeda dengan parasite karena epifit
mempunyai akar untuk menghisap air dan nutrisi yang terlarut dan mampu mengha-
silkan makanan sendiri (Kusumaningrum, 2018).
Identifikasi jenis paku-pakuan epifit pada berbagai jenis pohon, tingkat
pertumbuhan dan bagian- bagian pohon yang menjadi inang karena
ketergantungannya pada kondisi iklim mikro tegakan hutan, menyebabkan
keberadaan sejumlah koloni paku-pakuan epifit hanya dapat dijumpai pada jenis
pohon tertentu. (Syamsiah ,2009 : 34).

Penyebaran dan keanekaragaman tumbuhan paku memang sangat besar,


begitu pula dengan potensi dan manfaatnya yang cukup penting baik untuk tanaman
hias, sayuran, obat-obatan hingga peranannya sebagai keseimbangan ekosistem.
Namun, data dasar tumbuhan paku berkenaan dengan komposisi, keanekaragaman
dan distribusi belum banyak terungkap. Oleh karena itu, pada laporan ini dibahas
tentang klasifikasi dan deskripsi dari berbagai tumbuhan paku.

1.2 Tujuan Penelitian


• Mahasiswa mengetahui komunitas tumbuhan paku dengan melihat
ciri-ciri secara morfologi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan


yang dapat dijumpai disetiap wilayah di indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan
dalam satu divisi yang jenisnya mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga
organ pokok yaitu akar,batang,dan daun , Dilihat dari segi segi habitat dan cara
hidupnya,selain tumbuh di tanah tumbuhan paku (Pteridophyta) juga hidup dengan
cara menempel pada organisme lain untuk memperoleh nutrisi dan zat hara dari
organisme tersebut. Salah satu inang tempat menempelnya tumbuhan paku adalah
pada batang kelapa sawit.(Tjitrosoepomo,2009).Kelapa sawit ialah tanaman
penghasil minyak masak. Kelapa sawit dapat menghasilkan keuntungan besar
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dialih fungsikan menjadi perkebunan
kelapa sawit.(Syahza Almasdi,2015).

Anggota tumbuhan berpembuluh tidak berbiji adalah tumbuhan paku.


Tumbuhan paku sudah termasuk kedalam tumbuhan kormus (Cormophyta) karena
sudah memiliki akar,batang,dan daun yang sangat jelas. Akar pada paku bersifat
seperti serabut yang ujungnya dilindungi oleh kaliptra (tudung akar). Batang pada
sebagian besar tanaman paku tidak terlihat karena berada didalam tanah dalam
bentuk rimpang.Akan tetapi, ada juga yang memiliki batang di permukaan tanah
yang bercabang,seperti Cyanthea.Daun pada tumbuhan paku tampak jelas.
Daunnya selalu melingkar dan bergulung pada usia muda. Tumbuhan berpemuluh
tidak berbiji memiliki dua macam bentuk daun, yaitu daun yang memiliki spora
(Sporofil) dan daun yang tidak mengandung spora (Tropofil) (Fictor Ferdinand
P.,Moekti Ariebowo,2019).

Terdapat beberapa bentuk spora pada paku yakni,paku homospora,paku


heterospora, dan paku peralihan. Paku homospora menghasilkan spora dengan
jenis dan ukuran yang sama, contohnya paku kawat (Lycopodium sp.).Paku
heterospora menghasilkan spora frngan jenis dan ukuran yang berbeda, contohnya
(Selaginella sp.). Paku peralihan menghasilkan spora dengan brntuk dan ukuran
yang sama, namun berjenis kelamin jantan atau betina, contohnya paku ekor kuda
(Equisetum sp.).Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok,
yatiu Psilophytinae ( paku purba), Lycopodinae ( paku rambut), Equisetinae ( Paku
ekor kuda),dan Filicinae (paku sejati)(Fictor Ferdinand P.,Moekti Ariebowo,2009).

Tumbuhan epifit adalah bagian signifikan seluruh jenis tumbuhan yang bisa
dijumpai pada hutan tropis. Walaupun hanya sebagian kelompok kecil,tetapi
memegang peranan yang amat penting dalam pencirian tipe hutan tropis dan setiap
tumbuhan tentu memiliki ciri khas tersendiri dari setiap tempat pertumbuhannya
begitupun tumbuhan paku epifit yang menempel pada inangnya tentu memiliki ciri
khas tersendiri. (Wahyu Ragil Prastyo,2015).

Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu


Psilophytinae (paku purba), Lycopodinae (paku rambut), Equisetinae (paku ekor
kuda), dan Filicinae (paku sejati).
1. Psilophytinae ( Paku purba)
Sebagian jenis paku purba telah banyak yang punah. Sekarang ini hanya
tinggal sedikit jenis paku purba yang masih ada. Anggota paku purba merupakan
paku telanjang (tidak daun) atau memiliki daun kecil-kecil (mikrofil) yang belum
terdeferensiasi. Ada sebagian yang belum memiliki akar, bercabang menggarpu
dengan sporangium pada ujung batang dan bersifat homospor.
Contoh paku purba,antara lain,Rhynia major,Taeniocrada deeheniana,
Zosterophyllum australianum, Asteroxylon mackei, Asteroxylon elberfeldense,
Psilotum nudum, Psilotum triquetrum, dan Tmesipteris tannensis. Dari contoh di
atas, hanya bangsa Psilotum yang masih dapat ditemukan sampai sekarang,
misalnya, Psilotum nudum masih terdapat di Pulau Jawa, Psilotum triquetrum
hanya terdapat di daerah tropika, dan Tmesipteris tannensis di Australia.
2. Lycopodinae (Paku Rambut)
Jenis tumbuhan paku ini daunnya kecil-kecil, tidak bertangkai, dan
bertulang satu. Daun ada yang berbentuk seperti jarum dan tersusun rapat menurut
garis spiral serta tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis.
Makanan diperoleh dari jamur yang bersimbiosis dengannya. Tumbuhan ini biasa
hidup dengan menempel pada batang pohon. Sporofil merupakan daun penghasil
sporangium. Contohnya adalah Lycopodium clavatum (bahan obat-obatan),
Lycopodium cernuum (buket bunga), Selaginella selaginoides, Selaganella
caudata, dan Isoetes lacustris. Ada juga Lycopodiinae yang telah menjadi fosil,
seperti Drepanophycus spinaeformis yang merupakan tumbuhan paku tertua dan
Protolepidodendron scharynum.
3) Equisetinae (Paku Ekor Kuda)
Paku ekor kuda sampai sekarang masih dapat ditemukan,khususnya di
tempat-tempat yang lembap. Batangnya bercabang, berkarang, beruas-ruas, dan
mengandung zat kersik yang dapat dijadikan bahan penggosok, contohnya,
Equisetum.
4) Filicinae (Paku Sejati)
Tumbuhan paku sejati juga disebut dengan tumbuhan paku benar.
Tumbuhan paku ini merupakan kelompok tumbuhan paku yang sering kita jumpai
karena sering dijadikan tanaman hias, seperti suplir (Adiantum cuneatum), simbar
menjangan (Platycerium coronatium), dan paku sarang burung (Asplenium
nidus).Tumbuhan ini biasa hidup di tempat yang lembap dan sedikit berair. Daun
lebar dan tulang daunnya terlihat jelas. Selain itu, tidak ada perbedaan bentuk daun
antara daun fertil dan daun streril.

5)Hydropteridales (Paku Air)


Paku air merupakan tumbuhan paku yang hidup di air, misalnya, Salvinia
natans dan Marsilea crenata (semanggi).

Kelas Filicinae merupakan kelompok tumbuhan paku yang mendominasi


kepulauan Indonesia,Filipina,Guinea dan Australia Utara. Kelas Filicinae dikenal
sebagai paku sejati karena memiliki daun sempurna. Ditinjau dari lingkungan
hidupnya dibedakan menjadi tiga golongan paku, yaitu paku tanah,paku air dan
paku epifit. Semua warga Filicinae mempunya daun-daun besar
(makrofil),bertangkai,mempunyai banyak tulang daun. Daun yang masih muda
menggulung pada bagian ujungnya,dan pada sisi bawah mempunyai banyak
Sporangium, spora dihasilkan dalam sporangium yang tersusun membentuk sorus
terletak pada bagian bawah daun. Dari segi ekologi tumbuhan ini termasuk kedalam
higrofit, banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab, sehingga di
tempat-tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang
terlalu intensif.(Herdina Pranita,dkk.2016)

Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ
vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun. Sedangkan organ
generatif terdiri atas spora, sporangium, anteridium, dan arkegonium. Sporangium
tumbuhan paku umumnya berada di bagian bawah daun serta membentuk gugusan
berwarna hitam atau coklat. Gugusan sporangium ini dikenal sebagai sorus. Letak
sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang sangat penting dalam klasifikasi
tumbuhan paku. Menurut Tjitrosoepomo (2009) divisi Pteridophyta dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae,
Equisetinae dan Filiciane; dan menurut Steennis (2010), tumbuhan paku-pakuan
dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae, Equicetaceae,
Selagillaceae,Lycopodiaceae,Ophiglossaceae,Schizaeaceae,Gleicheniaceae,Cyat
heaceae,Ceratopteridaceae, dan Polypodiaceae.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

1.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fitografi ini dilakukan pada hari Senin tanggal 2 November
2020 yang dimulai pukul 13.20 – 15.00 WIB, Praktikum ini di adakan di
Laboratorium Biologi Dasar di Fakultas Pertanian Universitas Samudra.

2.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Mikroskop, objek
glass dan deck glass, silet, pipet tetes, gelas arloji, lap kasar, lap halus, kamera,
pinset, buku album, alat tulis menulis.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Tumbuhan


paku yang permukaan bawah daunnya telah berbintik-bintik atau telah memiliki
sorus, karton manila sebagai latar, alkohol 70%, aquades, koran, label gantung.

3.1 Cara Kerja


1. Tiap kelompok menyiapkan tumbuhan paku yang utuh (terdiri dari akar,
batang dan daun) antara 5-10 jenis yang permukaan bawah daunnya telah
memiliki bitnik-bintik sorus.
2.Menempatkan tiap spesimen yang disiapkan di atas meja yang telah dialasi
dengan latar berupa karton manila.
3. Dengan kamera digital/Hp yang dilengkapi kamera digital, tiap spesimen
dipotret secara keseluruhan meliputi akar, batang, dan daun.
4. Potret letak-letak sorus pada permukaan bawah daun.
5. Dengan pinset, ambil satu sorus tumbuhan paku kemudian letakkan di atas
objek glass. Tetesi dengan air secukupnya dan tutup dengan deck glass.
6. Amati preparat yang telah dibuat dengan mikroskop cahaya.
7. Gambar bentuk sporangium dan bentuk spora yang ditemukan pada tiap
jenis. Ataukah potret bentuk sporangium dan spora tersebut jika ada
kamera yang dapat terhubung ke mikroskop.
8. Buatkan herbarium tiap spesies untuk setiap kelompok.
9. Berdasarkan data-data yang diperoleh dengan melihat langsung morfologi
tumbuhan paku dan informasi dari buku serta penjelasan asisten/dosen
maka cari nama spesimen tersebut lengkap dengan susunan klasifikasinya
berdasarkan system terbaru serta merujuk pada satu sumber.
10. Buatkan laporan lengkap hasil praktikum dan kumpul pada asisten
pendamping.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Perbandingan

NO Karakter
JENIS TANAMAN

Adiantum Blechnum sp. Polypodium Asplenium Equisetum sp.


sp.
1 Habitus Herba Semak Herba Semak Air

2 Habitat Tanah/ Tanah/ Tanah/epifit Tanah/Epifit Herba


teresterial teresterial pada pohon
3 Sifat Akar Serabut Serabut Serabut Serabut Serabut

Warna akar Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat

Percabangan Monopodial Monopodial Monopodial Monopodial Monopodial

4 Batang Berbuku Berbuku Berbuku Berbuku Berongga

Bentuk Silidris Bulat dan padat Stolon bentuk Bulat tidak Bulat,berongga
batang silindris kaku
Arah Vertikal Vertical Vertical dan Vertical Vertical dan
tumbuh Horizontal Horizontal

Percabangan Berseling Tersebar Bebas Berseling Berkarang


(bebas)
Warna Hijau muda Merah/Hijau Hijau Coklat Hijau
batang tua keunguan
5 Bentuk daun Persegi Lanset Lanset Lanset Sisik

Tipe daun Seperti Daun tunggal Tunggal bentuk Daun majemuk Daun tunggal/
kipas bertoleh dalam oval bergerigi jarum
Letak daun Roset Roset Roset Roset Roset

Jenis daun Homofil Homofil Homofil Homofil Heterofil

Warna daun Hijau muda Merah/Hijau Hijau Hijau tua Hijau


tua muda/hijau tua
6 Letak sorus Di tepi daun Berderet Di ujung daun Berjejer Di ujung cabang
sepanjang anak sepanjang anak
tulang daun tulang daun
7 Pembawa Sorus Sorus Sorus Sorus Strobilus
spora
8 Jenis paku Homospora Homospora Homospora Homospora Peralihan

9 Ciri khas Daun Daun muda Daun tunggal Daunnya Daun bentuk sisik
berbentuk berwarna berukuran panjang lebar
Batang berongga
persegi merah umunya besar seperti dasi
diujung
daun
10 Kemiripan Daun mirip Seperti payung Seperti menara Seperti dasi Seperti bambu
kipas terbalik
11 Kelamin Generatif Generatif Generatif Generatif Generatif
paku
4.2 Gambar dan Keterangan Objek

1. Gambar Tumbuhan (Adiantum sp).

2. Gambar Tumbuhan (Blechnum)


3. Gambar Tumbuhan (Polypodium).

4, Gambar Tumbuhan (Asplenium nidus).


5. Gambar Tumbuhan ( Equisetum debile).

4.3. Klasifikasi Tanaman Paku (Pteridophyta)

Divisi Pteridophyta
1. Klasifikasi Tanaman Suplir (Adiantum sp)
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum sp. (Hanifan,2011).
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain.
Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus
terletak di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium
yang dilindungi indusium. Tangkai nya khas, berwarna hitam mengkilap
kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain,
daunnya tumbuh dari rhizoma dalam bentuk melingkar ke dalam seperti tangkai
biola (circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan
tumbuh dari rhizoma.( Hanifan,2011.)
2. Klasifikasi Tanaman Pakis Rusa (Blechnum sp.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Filiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Blechnaceae
Genus : Blechnum
Spesies : Blechnum sp. (Tjitrosoepomo, 2009).
Termasuk Famili Blechnaceae. Jenis paku ini termasuk golongan paku
tanah yang dapat dikumpulkan dari daerah yang berketinggian 800 meter sampai
dengan 2.000 meter di atas permukaan laut. Paku ini biasanya terdapat di tempat-
tempat yang terbuka atau di jalan-jalan setapak atau hutan yang tidak terlalu lebat.
Di atas disebutkan bahwa paku ini memiliki dua macam daun yaitu daun fertil dan
daun steril.
3. Klasifikasi Tumbuhan Paku Polypodium
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Superfisiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Polypodium

Spesies : Polypodium sp. ( Jubaidah,2018).

Habitat di alam, paku ini tumbuh ditempat terbuka dan kadang-kadang


juga tumbuh di tempat terlindung dari sinar matahari. Di dataran rendah yang
tidak terlalu kering. Tumbuhan paku ini hidup epifit (tumbuh di bagian batang
atau ranting pohon). Tumbuhan ini ada yang tumbuh di tanah (terestris), namun
ada juga yang tumbuh sebagai epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting
pohon). Polypodium sp adalah beberapa contoh paku yang epifit di hutan yang
memiliki tajuk cukup rapat (Gembong,2001).

4. Klasifikasi Tumbuhan Paku Sarang Burung ( Asplenium sp).

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Species : Asplenium sp. (Purnawati et.al., 2014).

Enthal tunggal, tersusun menyirip, warna hijau; tepi bergerigi. Sori


terdapat pada percabangan urat enthal yang pertama dekat anak tulang enthal;
indusia tipis seperti selaput. Terestrial, paku epifit pada pohon tinggi, Tumbuh
tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240 m dpl. Tumbuh
epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon besar. Secara
umum tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah
pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang di batang
pohon tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap sinar
matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis.Paku Sarang
Burung atau nama saintifiknya (Sastrapraja, dkk. 2010).

5. Klasifikasi Tanaman Paku Ekor Kuda ( Equisetum debile.)

Kingdom : Plantae
Divisi : Arthophyta
Kelas : Equisetopsida
Ordo : Equisetales
Famili : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Spesies : Equisetum sp. ( Campell,2003)

Equisetum adalah yang paling umum ditemukan di Bumi Belahan


Utara. Kata Equisetum berasal dari kata equus yang berarti kuda dan saeta
yang berarti rambut tebal dalam bahasa Latin. Sehingga tumbuhan yang
termasuk genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies dari genus ini
umumnya tumbuh di lingkungan yang basah seperti kolam dangkal, daerah
pinggiran sungai, atau daerah rawa (Campbell, 2003).

4.4. Deskripsi Tumbuhan Paku

1. Deskripsi Tanaman Suplir ( Adiantum sp.)

Adiantum sp. hidup di tanah, hampir semua paku-pakuan adalah


herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam,
pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya
rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap
berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau
memanjat, bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangnya
halus, warna coklat dan percabangan monopodial. Jenis daun
pada Adiantum sp. adalah majemuk, tulang daunnya menyirip atau
sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai
organ untuk fotosintesis. Suplir memiliki penampilan yang jelas
berbeda dari jenis paku-pakuan lain. daunnya tidak berbentuk
memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-
kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora. terlindungi oleh
sporangium yang dilindungi oleh indusium. Pada daun Adiantum sp.
bentuk indisiumnya memanjang (Puspitasari, 2010). Adiantum sp.
biasanya digunakan sebagai tanaman hias. Selain itu paku ini juga
mengandung bhan organi yang baik untuk menjaga kelembaban tanah.
Dapat juga mencegah kekeringan (Latifah, 2013).

Adiantum sp atau dikenal dengan nama daerah yaitu suplir


merupakan divisi dari Pteridophyta dan famili Polypodiaceae (Poly=
banyak, podia = kaki, tangkai). Adiantum sp mempunyai daun, bentuk
daun persegi, jenis daun homofil ( daun-daunnya memiliki bentuk
sama), tipe daun majemuk, letak daun roset, serta daun mudanya
menggulung secara spiral. Mempunyai batang yang berbuku dan tipe
percabangan bebas, tapi adanya akar rimpang yang kerap kali bersisik.
Jenis spora yaitu homospora, pembawa spora sorus, dan letak sorus
ditepi daun berderet melekuk sesuai dengan tepi daunnya. Habitat dari
Adiantum sp berupa herba. Ciri khas dari spesies ini yaitu daun
berbentuk persegi di ujung daun. (Hypermash,2014).

2. Deskripsi Tanaman pakis Rusa (Blechnum sp.)

Memiliki daun yang agak lebar dengan sorus yang berbentuk garis
pada bagian sisi bawah daun. Ada indusium dari tepi daun. Daun
menyirip. Habitatnya epifit pada batang pohon besar atau bebatuan
yang lembab. Alat reproduksinya berupa aseksual dan seksual, dimnana
aseksualnya dengan pembentukan spora dan seksualnya dengan cara
oogami (Mali’ah,2012).

Blechnum (paku keras) adalah genus dari 150-220 spesies paku


famuli Blechnaceae, dengan distribusi kosmopolitan. Sejauh
keragaman spesies terbesar adalah di daerah tropis di belahan bumi
selatan, dengan hanya beberapa spesies yang mencapai garis lintang
beriklim dingin di belahan bumi selatan. Kebanyakan tanaman herba,
tetapi beberapa spesies (misalnya B buchtienii dan B. Schomburgkii
adalah pohon paku dengan batang sampai 3 m. Blechnum bervariasi
dari paku yang paling dalam memiliki pemisahan steril dan fertil daun
dalam tanaman yang sama (A’tourrohman, M. (2020))

Bentuk dari daun lanset, bertipe daunhomofil, dengan jenis daun


tunggal,letak duduk daun roset. Pada bagain batang berbuku, memiliki
percabangan bebas, jenis spora homospora dengan pembawa spora
sorus, sorus terletak dibagian bawah daun dengan bentuk yang
memanjang dan berhadapan. Habitat di tanah atau epifit. Habitus herba
dengan ciri khas yaitu bentuk daun panjang dengan ujung daun muda
berwarna merah. Jenis daunnya troposporofil dan letak sorus tersebar
di belakang daun ( Arini, D. I., & Kinho, J. (2012)

3. Deskripsi Tanaman Polypodium

Habitat di alam, paku ini tumbuh ditempat terbuka dan kadang-


kadang juga tumbuh di tempat terlindung dari sinar matahari. Di dataran
rendah yang tidak terlalu kering. Tumbuhan paku ini hidup epifit
(tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Tumbuhan ini ada yang
tumbuh di tanah (terestris), namun ada juga yang tumbuh sebagai epifit
(tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Polypodium sp adalah
beberapa contoh paku yang epifit di hutan yang memiliki tajuk cukup
rapat (Gembong,2009).

Akarnya serabut keluar dari rimpang,memiliki bentuk daun berbagi


menyirip tepi daun rata,dengan ujung yang meruncing, lebar biasa
mencapai 4 cm dan panjang bisa mencapai 17 cm. Tulang daun
menyirip. Batangnya berwarna hijau kecoklatan panjang, berbentuk
bulat lonjong. Warna biasanya hijau daun (A’tourrohman, et al. 2020).

Tumbuhan paku ini bersifat homospora atau isospora (hanya


menghasilkan satu macam spora), terletak pada sorus di bawah daun
terletak didekat dengan tulang daun.berbentuntuk lonjong berwarna
coklat (Ali. 2011).

Polypodium sp merupakan pterydophyta yang memiliki perwakan


herba tapi sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan agak
keras. Bagian daun pada Polypodium sp yaitu linier bentuk ujungnya
meruncing dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk simetris, ukuran
daunnya berupa isofil, biasanya tangkai daun langsing, warna daunnya
hijau muda, tekstur pada daun berupa helaian, pada permukaan daun
ramenta, daunnya memiliki urat daun menyirip, tulang daunnya
memiliki tipe makrofil, yaitu tulang daunnya bercabang dari pangkal ke
ujung, terdapat ental yaitu daun muda yang masih menggulung dan
tangkai ental disebut stipe, yakni untuk membedakan dari tangkai yang
lainnya. Bagian pipih ental disebut lamina yang berbentuk menyirip.
Tiap anak daun dari daun yang menyirip disebut sirip dan porosnya
rachis.(Hypermash,2014).

Tumbuhan paku terbagi menjadi dua kelompok yaitu tumbuhan


daerah terbuka dan tumbuhan daerah ternaungi. Polypodium sp adalah
beberapa contoh paku yang epifit di hutan yang memiliki tajuk cukup
rapat.( Diliarosta, S. 2020).

4. Deskripsi Tanaman Asplenium sp.

Daun tunggal tersusun pada batang sangat pendek melingkar


membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 -150 cm,
lebar 3 – 30 cm. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata dengan
permukaan yang berombak dan mengkilat. Daun bagian bawah
warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang,
daun bentuk lanset, tersusun melingkar, ujung meruncing, warna daun
bagian atas hijau terang, bagian bawah hijau pucat. Rhizome yang
pendek ditutupi oleh sisik yang halus dan lebat, sisik berwarna coklat.
Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung
mendukung daun-daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya
terdapat kumpulan akar yang besar dan rambut berwarna coklat, bagian
ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm, berwarna coklat hitam
(Darma & Peneng, 2013)

A. nidus dikenal dengan nama paku sarang burung yang masuk


dalam famili Aspleniaceae. A. nidus banyak dijumpai dikawasan hutan
rawa, gambut dan krangas. Hidup epifit dengan menempel atau
menumpang pada batang pohon-pohon yang tinggi.A. nidus memiliki
ujung daun roset,bagian bawahnya terdapat kumpulan akar berwarna
coklat, dan memiliki akar rimpang. Jenis ini memiliki daun yang
bervariasi dan tunggal. Daun berwarna hijau dengan pucat dibagian
bawahnya, ujung daun meruncing, tekstur daun seperti kertas, tepi rata,
dengan permukaan mengkilap dan licin. Sporangium berbentuk garis-
garis coklat yang berada di sepanjang tulang daun yang terletak di
bagian bawah daun (Purnawati et al.,2014).

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang tegak. Tangkai


daun berwarna hitam. Bentuk helaian daun sederhana,berumbai, bentuk
roset dengan ujung runcing, tekstur keras dan licin. Warna daun bagian
bawah lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang
daunnya. Pada garis-garis ini spora melekat. Tangkainya sangat pendek
dan tidak tampak karena tertutup oleh bulu-bulu halus. Letak daun
tersusun pada batang yang sangat pendek, melingkar membentuk
keranjang. Tertancapnya daun yang melingkar pada batang jika dilihat
dari samping tampak seperti sarang burung ( Jubaidah,2018).

Asplenium sp adalah genus dari sekitar 700 spesies paku, sering


diperlakukan sebagai genus satu-satunya dalam famili Aspleniaceae.
Klasifikasi baru menempatkan dalam kelompok subordinal disebut
Eupolypods dalam ordo Polypodiales, letak sorus di pinggir daun,
memiliki daun muda yang menggulung, duduk daun berseling, habitat
ditanah, arah tumbuh horizontal,dan batang silindris,termasuk paku
heterospora ( Betty, J., Linda, R., & Lovadi, I. 2015).

5.. Deskripsi Tanaman Paku Ekor Kuda ( Equisetum debile.)

Daunnya meruncing pada bagian ujungnya dengan satu berkas


pengangkut yang kecil. Karangan daun kebawah berlekatan dengan suatu
sarung yang menyelubungi batang. Banyaknya daun tergantung dari pada
besarnya batang, tetapi karena daun-daun tersebut amat kecil maka yang
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis adalah batangnya
yang berwarna hijau. Cabang-cabang batang tidak keluar dari ketiak daun
melainkan keluar dari antara dun-daun. Ada jenis yang batangnya tidak
bercabang dan baru bercabang apabila ujungnya dihilangkan. Jenis yang
mempunyai percabangan banyak adalah jenis yang paling primitif, misalnya
E. arvense, sebaliknya jenis yang tidak bercabang dianggap jenis yang
sudah agak maju (Dasuki, 2011).

Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis.


Equisetum memiliki akar, batang,daun sejati. Batangnya beruas-ruas
dan pada setiap ruasnya dikelilingi oleh daun kecil seperti sisik.
Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti
ekor kuda. Sporangium terdapat pada strobilus. Equisetum tergolong
pada tumbuhan peralihan. Pada paku ekor kuda saat ini hanya tinggal
25 spesies dari satu genus yaitu Equisetum, Tumbuhan yang bersifat
tahunan, batang beruas-ruas dan tegak lurus berbentuk bulat,
Tumbuhan ini tidak memiliki bunga, namun pada ujung batangnya
terdapat suatu badan yang berbentuk gada atau kerucut, habitusnya
terna. Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas , berlubang
ditengahnya yang berperan sebagai organ fotosintesis, batangnya
banyak mengandung silika, batangnya bercabang-cabang berkarang
dan ada juga tunggal (Diliarosta, S., (2020).
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan pada tumbuhan jenis paku pada 5 spesies


yang ditemukan di perkarangan rumah dan di deskripsikan di atas maka kesimpulan
pada laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Beberapa spesies tumbuhan didapat diantaranya adalah Adiantum sp, Blechnum


sp, Polypodium, Asplenium, Equisetum sp.

2. Tumbuhan paku tergolong tumbuhan kormus berspora yang disebut


Pteridophyta. Pteridophyta tergolong kormofita sejati karena sudah menyerupai
tumbuhan tinggi, secara morgologi ciri-ciri pteridophyta yaitu:
• Btangnya bercabang-cabang dan ada yang berkayu.
• Biasanya daun mudanya menggulung dan membentuk bangun sayap
( menyirip).
• Daunnya sudah memiliki urat-urat daun tetapi ada yang tidak berdaun dan
berdaun menyerupai sisik.
• Rhizoidnya sudah berkembang menjadi bentuk akar.
• Tumbuhan paku yang terlibat adalah fase sporofitnya
• Sedangkan sudah memiliki berkas pembuluh angkut
3. Pteridophyta dapat dikalsifikasikan menjadi 4 kelas yaitu : Kelas Psilotinae,
Kelas Lycopodiinae, Kelas Equisetiinae. Kelas Filiicinae
DAFTAR PUSTAKA

Arini, D. I., & Kinho, J. (2012). The pteridophyta diversity in Gunung Ambang
Nature Reserve North Sulawesi. Info BPK Manado, 2(1), 17–40.

A’tourrohman, M. (2020). Inventarisasi dan Kajian Etnobotani Tanaman Akuatik


di Taman Akuatik Kebun Raya Eka Karya Bali. Biosel (Biology Science
and Education):Jurnal Penelitian Sains Dan Pendidikan, 9(1), 1–10.

Betty, J., Linda, R., & Lovadi, I. (2015). Inventarisasi Jenis Paku-pakuan
(Pteridophyta)Terestrial di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar
Kabupaten Landak. Jurnal Protobiont, 4(1), 94–102.

Campbell, at al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Darma, I., & Peneng, I. (2013). Inventarisasi Tumbuhan Paku di Kawasan Taman
Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur, Waingapu, Nusa
Tenggara Timur. Biodiversitas, 8(3), 242–248.

Dasuki, Undang Ahmad. 2011. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Pusat Antar
Universitas Bidang ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung.

Diliarosta, S., Ramadhani, R., & Indriani, D. (2020). Diversity of Pteridophyta in


Lubuak Mato Kuciang Padang Panjang, Sumatera Barat. Pharmacog J,
12(1), 180–185.

Hypermash,2014., Penjelasan Tumbuhan Paku Pteridophyta., Biology Science and


Education):Jurnal Penelitian Sains Dan Pendidikan, 9(1), 1–10.

Irnaningtyas,2013.Biologi untuk SMA/Ma Kelas X.Jakarta:Erlangga.

Jubaidah Nasution, Jamilah Nasution,Emmy Harso Kardhinata (2018).,


Inventarisasi Tumbuhan Paku Di Kampus I Universitas Medan Area.,
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 105-110
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada


University Press.

Latifah, Eva. 2013. Biologi 2. Bandung: Remaja Ros Dakarya.

Purnawati, U, dkk. 2014. Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan


Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak. Protobiont Vol 3 (2): 155 – 165.

Puspitasari, Deisy. 2010. Adiantum sp. (paku suplir). Yogyakarta: Universitas


Ahmad Dahlan
Lampiran

(Gembong,2009)
(Gembong,2009)

Anda mungkin juga menyukai