Anda di halaman 1dari 29

Nama : Cut Azura Izatul Nufus

Nim : 180602013

Prodi : Biologi

Mata Kuliah : Fisiologi Mikroba (Tugas)

Proses Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat yang masuk ke tubuh berasal dari makanan. Sel-sel di dalam tubuh
tentunya tidak dapat langsung menyerap karbohidrat, tetapi karbohidrat tersebut harus
dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana lagi yaitu monosakarida, terutama dalam
bentuk glukosa. Karena glukosa merupakan monosakarida yang paling utama yang
dapat diserap oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Karbohidrat akan dipecah menjadi
monosakarida melalui proses digesti di saluran pencernaan. Setelah berubah menjadi
glukosa, baru akan terjadi metabolisme glukosa di tingkat sel (respirasi sel). Respirasi
sel ini mencakup tiga peristiwa: glikolisis, siklus Krebs, sistem transpor sitokrom/
elektron.

1. Proses Metabolisme Karbohidrat

Lintasan metabolisme dapat digolongkan menjadi 3 kategori:


1.  Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)
Merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa pembentuk struktur dan
mesin tubuh. Salah satunya sintesis protein.
2  Lintasan katabolik (pemecahan)

Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan


energi bebas, biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur
ekuivalen pereduksi, seperti rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.

3.   Lintasan amfibolik (persimpangan)

Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan
metabolisme sehingga bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan
lintasan katabolik. Contoh dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat (Siklus
Kreb).

1. Glikolisis

Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi senyawa triosa (C 3), yaitu
piruvat. Siklus Asam Sitrat atau Siklus Krebs merupakan proses oksidasi senyawa
trikarboksilat menjadi senyawa sumber elektron atau sumber energi yang kemudian
difosforilasi oksidatif menjadi energi.

Terdapat empat jalur (Pathway) Glikolisis untuk metabolisme glukosa yaitu Embden
Meyerhoff Parnas (EMP) disebut jalur Heksosa Bisfosfat, Jalur Heksosa Monofosfat (HMP)
disebut jalur fosfoketolase, Jalur Pentosa Fosfat (PP) dan Jalur Etner Doudoroff (ED) disebut
jalur Ketoglukonat.. Tiga jalur tersebut mengubah glokosa 6-fosfat menjadi 6-fosfo-glukonat,
sedangkan jalur EMP mengubah Glukosa 6 fosfat menjadi Fruktosa 6-fosfat. Keempat jalur
tersebut mempunyai persamaan, yaitu memecah heksosa (glukosa) menjadi triosa, yaitu
gliseraldehid 3-fosfat dengan jalur berbeda dan mengoksidasi triosa menjadi asam triosa yaitu
piruvat.

Pada jalur tersebut glukosa dipecah menjadi 2 piruvat. Jalur EMP mempunyai 3
tahapan penting metabolisme, yaitu fosforilasi ganda heksosa, pemecahan heksosa bisfosfat
menjadi 2 triosa fosfat dan defosforilasi triosa bisfosfat menjadi energi dan piruvat. Pada
Glikolisis, setiap 1 molekul glukosa menghasilkan 2 molekul asam piruvat, 2 molekul
NADH, 2 molekul ATP, dan molekul H 2O. Sebenarnya setiap 1 molekul glukosa
menghasilkan 4 ATP, tetapi 2 molekul ATP diperlukan kembali dalam reaksi. Reaksi yang
menghasilkan ATP bersifat eksergonik. Sementara itu, reaksi yang membutuhkan ATP
bersifat endergonik. NADH merupakan NAD+ yang tereduksi dengan penambahan 1 atom
hidrogen. Glikolisis tidak memerlukan O2.

Tahap pertama fosforilasi ganda heksosa dimulai dari fosforilasi glukosa menjadi
glukosa 6-fosfat dengan bantuan heksokinase. Glukosa 6-fosfat diisomerasi (mutasi gugus
karboksil dari karboksilat menjadi keto) menjadi fruktosa 6-fosfat dengan bantuan
fosfoglukoisomerase. Selanjutnya, fruktosa 6-fosfat difosforilasi menjadi fruktosa 1,6-
bisfosfat dengan bantuan fosfofruktokinase.
Tahap kedua pemecahan heksosa bisfosfat menjadi 2 triosa fosfat dimulai dari
pemecahan fruktosa 1,6- bisfosfat menjadi gliseraldehid 3-fosfat (G3P) dan di hidroksi aseton
dengan bantuan aldolase. Dihidroksiaseton fosfat dapat direduksi menjadi gliserol 3-fosfat
dengan bantuan gliserol fosfat dehidrogenase atau diisomerisasi menjadi G3P dengan bantuan
triosa fosfat isomerase, sehingga menghasilkan 2 triosa fosfat (G3P).

Tahap ketiga defosforilasi triosa bisfosfat manjadi energi dan piruvat, dimulai dari
fosforilasi G3P oleh fosfat anorganik menjadi triosa bisfosfat (1,3-difosfogliserat) dengan
bantuan G3P dehidrogenase. Proses itu juga menghasilkan NADH (sumber elektron bagi
respirasi). 1,3 Difosfogliserat didefosforilasi menjadi 3 fosfogliserat dengan bantuan
fosfogliserokinase. Gugus fosfat dimutasi dari 3 ke posisi 2, sehingga menghasilkan 2-
fosfogliserat dengan bantuan fosfogliserat mutase. Pembentukan ikatan rangkap antara atom
C no 2 dan no 3, sehingga 2-fosfogiserat menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan
enolase. PEP didefosforilasi menjadi piruvat dengan bantuan piruvat kinase.

Dari semua reaksi di jalur EMP terdapat beberapa reaksi yang ireversibel. Reaksi
yang ireversibel adalah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat, fruktosa 1,6 bisfosfat menjadi
gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat, dan fosfoenol piruvat menjadi piruvat.
Tujuannya agar proses glikolisis tidak berlangsung bersamaan dengan proses
glukoneogenesis.

Hasil akhir adalah 2 piruvat, 2 NADH dan 2 ATP. Piruvat akan diproses lebih lanjut
melalui siklus asam nitrat. NADH dioksidasi lanjut pada respirasi atau fermentasi tergantung
ada tidaknya elektron akseptor dan enzim-enzim rantai respirasi.

Pada jalur EMP dihasilkan senyawa antara yang menjadi prekursor untuk proses
biosintesis. Glukosa 6-fosfat merupakan prekursor polisakarida, pentosa fosfat, dan asam
amino aromatik. Fruktosa 6-fosfat merupakan prekursor asam amino gula (glikoprotein).
Dihidroksiaseton fosfat merupakan prekursor fosfolipid. 3- fosfogliserat merupakan
prekursor glisin, serin, dan sintein. PEP merupakan prekursor asam amino.

Tahapan-Tahapan Singkat Glikolisis

1. Fosforilasi glukosa, terjadi pemindahan gugus fosfat dari ATP ke glukosa pada atom C
nomor 6 sehingga membentuk glukosa-6-fosfat. Senyawa ini akan memperoleh energi bebas
dari penguraian ATP menjadi ADP dengan bantuan enzim heksokinase
2. Glukosa-6-fosfat dikatalis oleh enzim fosfoglukoisomerase sehingga terbentuk isomer
fruktosa-6-fosfat.

3. Fruktosa-6-fosfat mengikat fosfat yang dilepaskan ATP menjadi fruktosa-1,6-bisfosfat.


Senyawa ini mendapat energi bebas dari penguraian ATP menjadi ADP untuk kedua kalinya.

4. Enzim aldolase menguraikan fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi dua senyawa beratom 3 C,


yaitu dihidroksi aseton fosfat dan gliseraldehida fosfat (PGAL).

5. Enzim mengatalisis perubahan bolak-balik (reversible) antara kedua gula beratom 3 C


tersebut, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehida fosfat (PGAL).

6. Gliseraldehida fosfat dioksidasi oleh transfer elektron sehingga H+ ditambahkan ke NAD+


yang membentuk NADH. Reaksi berlangsung secara eksergonik. Energi yang dilepaskan
kemudian digunakan untuk mengikat gugus fosfat yang selalu ada dalam sitosol sehingga
terbentuk 1,3-bisfosfogliserat.

7. Gugus fosfat di transfer ke ADP sehingga menghasilkan ATP. Sementara itu, gula berubah
menjadi 3-fosfogliserat.

8. Enzim fosfogliseromutase merelokasi/ memindahkan gugus fosfat sehingga terbentuk 2-


fosfogliserat.

9. Enzim enolase membentuk ikatan ganda dalam substrat dengan cara mengekstraksi
molekul air membentuk fosfoenolpiruvat (PEP).

10. Reaksi terakhir glikolisis ini menghasilkan ATP dengan mentrasfer gugus fosfat dari PEP
ke ADP sehingga fosfoenolpiruvat (PEP) berubah menjadi asam piruvat (beratom 3 C).
Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs).

Asetil dari asetil KoA di transfer ke asam oksaloasetat menjadi asam sitrat oleh sitrat
kinase. Proses ini menandakan dimulainya siklus asam sitrat. Siklus asam sitrat mempunyai
nama lain yaitu siklus trikarboksilat dan siklus krebs.

Reaksi asetik KoA dan oksaloasetat menjadi sitrat yang dikatalis oleh sitrat kinase. Dehidrase
sitrat menjadi cis-akonitat yang dikatalis akonitat. Hidrasi cis akonitat menjadi isonitrat yang
juga dikatalis oleh akonitase. Dehidrogenasi isositrat menjadi oksalositrat menjadi α-
ketoglutarat yang dikatalis oleh isositrat dehidrogenase. Dekarboksilasi dan dehidrogenasi α-
ketoglutarat menjadi suksinil KoA yang dikatalis α-ketoglutarat dehidrogenase (diperlukan
KoA). Konveksi suksinil KoA menjadi suksinat yang dikatalisis oleh suksinil tiokinase.
Karena ada gugus KoA yang berenergi tinggi maka dengan fosforilasi tingkat substrat
sehingga menghasilkan ATP. Dehidrogenasi suksinat menjadi fumarat yang dikatalis suksinat
dehidrogenase. Penerima proton FAD+ . Hidrasi fumarat menjadi malat yang dikatalis
fumarase. Dehidrogenasi malat menjadi oksaloasetat yang dikatalis malat dehidrogenase.

Siklus asam sitrat menghasilkan 3 NADH, 1 FADH2, 2 CO2, dan 1 ATP dari 1
molekul asetil KoA. Karena siklus asam sitrat menghasilkan CO2, maka dimungkinkan suatu
dugaan bahwa terdapat organisme autotrof yang mampu melakukan jalur kebalikan siklus
sitrat untuk menambat CO2.

Adapun Jalur Singkat Siklus Krebs.

1. Asetil KoA masuk ke siklus krebs dengan melepaskan KoA dua atom karbonya berikatan
dengan asam oksaloasetat (4C) membentuk asam sitrat (6C).

2. Suatu molekul air (H2O) dikeluarkan dan satu molekul air yang lainnya ditambahkan
kembali sehingga asam nitrat (6C) membentuk isomernya menjadi asam isositrat (6C).

3. Asam isositrat melepaskan gugus karboksil (COO-) dalam bentuk CO2 dan memberikan
atom hidrogen beserta elektronnya kepada NAD+ untuk membentuk NADH. Sementara itu,
asam isositrat (6C) berubah menjadi asam α-ketoglutarat (5C)

4. Asam α-ketoglutarat (5C) berikatan dengan KoA membentuk senyawa antara suksinil KoA
(ber atom 4C) dengan melepaskan CO2 dan memberikan atom hidrogen beserta elektronnya
kepada NAD+ untuk membentuk NADH kembali.
5. Fosforilasi tingkat substrat dimulai dengan dilepaskannya kembali KoA sehingga
membantu pengikatan fosfat (P) oleh GDP (guanosin difosfat) menjadi GTP (guanosism
trifosfat). GTP serupa dengan ATP apabila menyumbangkan satu gugus fosfat ke ADP.
Senyawa antara suksinil KoA berubah menjadi asam suksinat (4C).

6. Asam suksinat memindahkan 2 atom hidrogen dan elektronnya kepada FAD + untuk
membentuk FADH2. Asam suksinat berubah menjadi asam fumarat (4C)

7. Asam fumarat berikatan dengan H2O membentuk asam malat (4C)

8. Asam malat menstransfer kembali atom H dan elektronnya ke NAD + sehingga membentuk
NADH dan asam malat berubah menjadi asam oksaloasetat (4C) yang akan digunakan dalam
siklus krebs selanjutnya.

Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah produksi gula baru yaitu biosintesis karbohidrat dari tiga atau
empat karbon (umumnya bukan berasal dari karbohidrat) yang menjadi prekursor/bahan baku
(substrat) misalnya asam laktat yang berasal dari otot atau eritrosit, asam amino yaitu alanin
hasil dari degradasi protein pada saat kelaparan,propionat (asam lemak dan asam amino),dan
gliserol (degradasi lemak). Reaksi kebalikan dari glikolisis ditandai dengan arah panah keatas
merupakan reaksi tahap pertama glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari piruvat ) adalah
reaksi yang kompleks yang melibatkan beberapa enzim dan organel sel yaitu mitokondria
yang diperlukan untuk terlebih dahulu mengubah piruvat menjadi malat sebelum
terbentuknya fosfoenol piruvat. Pada jalur metabolisme ini piruvat diangkut kedalam
mitokondria dengan cara pengangkutan aktif melalui membran mitokondria.

Selanjutnya piruvat bereaksi dengan CO2 menghasilkan oksaloasetat. Reaksi ini


dikatalis oleh enzim piruvat karboksilase. Enzim ini hanya terdapat di dalam mitokondria
tetapi tidak dijumpai dalam sitoplasma, enzim piruvat karboksilase memerlukan koenzim
biotin dan kofaktor ion serta ATP sebagai sumber energi.

Oksaloasetat kemudian direduksi menjadi malat oleh NADH dan dikatalis oleh malat
dehidrogenase. Malat lalu diangkut ke luar mitokondria dengan cara pengangkutan aktif
melalui membran mitokondria yang kemudian di oksidasi kembali menjadi oksaloasetat oleh
NAD+ dan enzim malam dehidrogenase yang terdapat di dalam sitoplasma.

Akhirnya oksaloasetat dikarboksilasi dengan CO2 dan difosforilasi dengan gugus


fosfat dari GTP sebagai sumber energi yang khas samping ATP dan dikatalis oleh enzim
fosfoenol piruvat karboksi kinase menghasilkan fosfoenol piruvat.

Dengan mengubah satu molekul piruvat menjadi fosfoenol piruvat membutuhkan energi
sebanyak 1 ATP ditambah 1 GTP dan melibatkan paling sedikit 4 macam enzim.
Dibandingkan dengan reaksi kebalikannya yaitu perubahan 1 molekul fosfoenol piruvat
dihasilkan 1 ATP dan melibatkan hanya 1 enzim saja.

2. Proses Metabolisme Asam Lemak.

Asam lemak adalah rantai karbon metilen dengan gugus karboksil di salah satu
ujungnya. Asam lemak dapat berupa rantai metilen lurus, atau bercabang, bahkan aromatik.
Sebagian besar asam lemak dalam bakteri sudah teresterifikasi dengan senyawa lain
membentuk senyawa ester.

Lemak merupakan sumber nutrisi yang disimpan dari tubuh dan berasal dari makanan
yang dikonsumsi. Zat gizi ini menyumbangkan 60 % dari total energi yang dibutuhkan pada
saat beristirahat dan juga dibutuhkan dalam jumlah lebih besar saatz berolahraga. Ketika
mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, maka akan terjadi penyimpanan dalam
tubuh. Selain itu jika terdapat kelebihan konsumsi protein dan karbohidrat, maka kedua zat
ini akan dikonversi menjadi lemak. Namun, reaksi ini tidak terjadi sebaliknya, lemak tidak
dapat diubah kembali menjadi protein dan karbohidrat. Lemak, disebut juga lipid, adalah
suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses
metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari
makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai
cadangan energy
2.1.1 Metabolisme lemak
Metabolisme Lemak Ada 3 fase:
 â oksidasi: proses merubah asam lemak menjadi asetil Co-A
 Siklus Kreb: proses merubah asetil Co-A menjadi H
 Fosforilasi Oksidatif: proses mereaksikan H + O menjadi H2O + ATP
Metabolisme Lemak:
1. Di mulut, lemak mulai mengalami tahapan pencernaan, terjadi penyesuaian suhu
tertentu pada saat lemak dikunyah di mulut.
2. Pada lambung, lemak mengalami proses pencernaan dengan bantuan asam dan enzim
menjadi bentuk yang lebih sederhana.
3. Selanjutnya lemak akan memasuki hati, empedu, dan masuk ke dalam usus kecil.
4. Dari kantung empedu lemak akan bergabung dengan bile yang merupakan senyawa
yang penting untuk proses pencernaan pada usus kecil. Selanjutnya hasil pemecahan
tersebut akan diubah oleh enzim lipase pankreas menjadi asam lemak dan gliserol
5. Kelebihan lemak kemudian disimpan dalam tubuh, dan sebagai akan bergabung
dengan senyawa lain seperti fiber yang akan di keluarkan melewat usus besar.

2.1.2 JALUR PENGANGKUTAN LEMAK DALAM DARAH


Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan
jalur endogen.
 Jalur eksogen: Trigliserida & kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus
dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron.
Kilomikron ini akan membawanya ke dalam aliran darah. Kemudian trigliserid dalam
kilomikron tadi mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga
terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan
menembus jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali
sebagai cadangan energi. Sedangkan kilomikron remnant akan dimetabolisme dalam
hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai
organ hati diubah menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam usus,
berfungsi seperti detergen & membantu proses penyerapan lemak dari makanan.
Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa
dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan
kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron
yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati.
Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang disebut HMG
Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran darah.
 Jalur endogen: Pembentukan trigliserida dalam hati akan meningkat apabila
makanan sehari-hari mengandung karbohidrat yang berlebihan. Hati mengubah
karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida, trigliserida ini
dibawa melalui aliran darah dalam bentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL).
VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL
(Intermediate Density Lipoprotein). Kemudian IDL melalui serangkaian proses akan
berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. Kira-
kira ¾ dari kolesterol total dalam plasma normal manusia mengandung partikel LDL.
LDL ini bertugas menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak
diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, dimana pertama-tama akan berikatan
dengan HDL (High Density Lipoprotein). HDL bertugas membuang kelebihan
kolesterol dari dalam tubuh. Itulah sebab munculnya istilah LDL-Kolesterol disebut
lemak ¯jahat. dan HDLKolesterol disebut lemak baik. Sehingga rasio keduanya harus
seimbang. Kilomikron membawa lemak dari usus (berasal dari makanan) dan
mengirim trigliserid ke sel-sel tubuh. VLDL membawa lemak dari hati dan mengirim
trigliserid ke sel-sel tubuh. LDL yang berasal dari pemecahan IDL (sebelumnya
berbentuk VLDL) merupakan pengirim kolesterol yang utama ke sel-sel tubuh. HDL
membawa kelebihan kolesterol dari dalam sel untuk dibuang (Tika, 2011).
Pencernaan Lemak secara sederhana
 Makanan akan melewati kerongkongan menuju lambung, tempat penyerapan lemak
berlangsung. Di sini, 10-20% lemak dari makanan dipecah.
 Lemak tersebut akan memasuki usus kecil, di mana tetes-tetes lemak besar diuraikan
lebih lanjut oleh kontraksi usus (peristaltik) dan emulsifier (asam empedu dan lesitin)
menjadi tetesan lemak yang lebih kecil.
 Sebagian besar lemak pada makanan berbentuk trigliserida
 Trigliserida terdiri dari rangka struktur gliserol dengan tiga asam lemak yang
menempel dan menjadi bentuk molekuler seperti huruf besar E.
 Enzim lipase gastrointestinal memecah trigliserida yang terdapat di tetesan lemak
kecil menjadi asam lemak bebas dan monogliserida, yang cukup kecil untuk
memasuki sel-sel mukosa dinding usus.
 Untuk itu, molekulmolekul ini harus dapat larut dalam air.
 Asam empedu membungkus asam lemak bebas, monogliserida, vitamin yang larut
dalam lemak, lesitin dan kolesterol untuk membentuk tetesan mikroskopik larut air
yang disebut misel.
 Misel kemudian menuju dinding sel dinding usus, di mana asam lemak bebas dan
monogliserida melewati membran dan memasuki sel.
 Misel sendiri tidak melewati membran. Setelah memasuki sel mukosa, asam lemak
dan monogliserida bergabung lagi menjadi trigliserida.
 Proses pencernaan selesai dan lemak dapat diedarkan melalui sistem limfatik menuju
sistem peredaran darah lalu ke seluruh tubuh untuk digunakan sebagai energi atau
disimpan di sel lemak yang disebut dengan adiposity
Lemak yang terdapat dalam diet sebagian besar merupakan lemak netral (trigliserida)
yang tersusun atas molekul gliserol, dan 3 molekul asam lemak. Pelarutan (solubilisasi)
hasil lipolisis di dalam garam empedu. Digesti lemak sudah mulai terjadi di mulut dan
lambung oleh enzim lipase ludah Lipase ludah dihasilkan oleh kelenjar Ebner di
pemurkaan dorsal lidah. Lipase ludah berfungsi untuk hidrolisa asam lemak, proses
emulsifikasi dan membantu kerja lipase pankreas dan lipase lambung. Lipase lambung
berfungsi untuk hidrolisa asam lemak dan gliserol. Namun demikian proses digesti lemak
dalam mulut dan lambung sangat kecil jumlahnya. Tetapi bila pankreas mengalami
gangguan fungsi, aktifitas lipase ludah dan lambung akan meningkat. Digesti lemak
sebagian besar terjadi di usus halus yaitu di duodenum oleh enzim lipase pankreas.Enzim
ini melakukan hidrolisa semua trigliserida hanya dalam waktu beberapa menit. Sel epitel
usus halus juga menghasilkan lipase enterik dalam jumlah kecil. Aktifitas enzim lipase
pankreas mencapai puncaknya pada pH 8.0. pH yang lebih rendah dari 3.0 akan merusak
enzim ini
2.1.3 Penyimpanan Lemak dalam Tubuh
Lemak yang disimpan dalam tubuh dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
 lemak subkutan Lemak subkutan terdapat tepat dibawah jaringan kulit dan
 lemak visceral. Lemak visceral terdapat di dekat organ tubuh bagian dalam.
Lemak visceral ini berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh bagian dalam.
Kedua jenis lemak tersebut dapat dikurangi dengan cara yang berbeda. Lemak
visceral dapat dikontrol dengan menjaga pola makan lemak yang tidak berlebihan,
sementara lemak yang terdapat langsung dibawah kulit dapat dikurangi dengan
berolahraga. Kelebihan lemak ini biasanya akan menumpuk pada bagian tertentu pada
tubuh seperti perut, pinggul, dan paha, namun yang paling jelas terlihat pada bagian
perut. Faktor lain yang juga mempengaruhi penumpukan lemak tersebut adalah stress.
Stress dapat mempengaruhi selera makan dan dapat menyebabkan penumpukan lemak
semakin meningkat, secara mudah mekanismenya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Stress merupakan stimulus yang dikirimkan ke otak dan kemudian otak akan
mengirimkan sinyal ke tubuh untuk meningkatkan nafsu makan. Hasilnya,
kecenderungan untuk mengonsumsi makanan akan mengalami peningkatan
Emulsifikasi Lemak
Tahap pertama dari digesti lemak ialah memecahkan globulus lemak kedalam
ukuran yang lebih kecil sehingga enzim-enzim lipolitik yang larut dalam air dapat
bekerja pada permukaan globulus. Proses ini disebut sebagai proses emulsifikasi
lemak, yang berlangsung di bawah pengaruh empedu yang dihasilkan oleh hati.
Empedu tidak mengandung enzim pencernaan tetapi mengandung garam empedu dan
lesitin-fosfolipid yang sangat penting untuk emulsifikasi lemak. Bila garam empedu
di dalam usus meningkat, lemak dan garam empedu secara spontan membentuk
micelles yang merupakan globulus dengan ukuran 3- 6nm yang terdiri dari molekul
garam empedu dan molekul lemak yang terutama asam lemak, monogliserida, dan
kholesterol. Pembentukan micelles akan
melarutkan lemak yang selanjutnya
memungkinkan lemak tersebut di absorbsi
melalui sel epitel usus halus. Setelah melewati
epitel usus halus , monogliserida dan asam lemak
akan diproses oleh retikulum endoplasmik
halus ,yang kemudiannya akan dirubah menjadi
molekul trigliserida yang baru dan ditransportasi
ke dalam limpe chylomicrons dan mengalir
melalui duktus thoracikus limpatikus dan
selanjutnya ke sirkulasi darah.
 Bile + agitation
Fat —————————–> emulsified fat
 Pancreatic lipase
Emulsified fat————————> fatty acids + 2-monoglycerides
Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida menjadi
asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding usus,
monogliserida dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih dahulu dengan garam
empedu untuk membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil diselimuti dengan apa yang
disebut villi yang berfungsi memperluas permukaan, guna mempercepat penyerapan
hasil-hasil pencernaan. Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small lymph vessels , yang
disebut lacteal, untuk kemundian didisstribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke
dalam sistim sirkulasi
3. Proses Metabolisme Asam Amino
A. Jalur metabolik utama dari asam amino

Jalur metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam amino
dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati.
Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah katabolisme asam
amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil
sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah sintesis protein dari asam-asam amino.
Jalur-jalur metabolik utama asam amino

B. Sintesis asam amino

Semua jaringan memiliki kemampuan untuk mensintesis asam amino non esensial,
melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam amino menjadi
asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Tetapi, hati merupakan tempat
utama metabolisme nitrogen. Dalam kondisi surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam
amino dikeluarkan melalui transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon
umumnya diubah menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam
lemak melalui jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal ini, asam amino
dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu asam amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik
dan ketogenik.
Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi
piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti α-ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua
asam amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Semua
asam amino kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin adalah
asam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat asetil KoA
atau asetoasetil KoA.
Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin, triptofan, dan
tirosin bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3
kemungkinan penggunaan asam amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka
karbon digunakan untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO2 dan H2O.
Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga
harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini dinamakan asam amino
esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam amino lain. Asam
amino ini dinamakan asam amino non-esensial.

Asam amino Alanine, Asparagine, Aspartate, Cysteine, Glutamate, Glutamine,


non-esensial Glycine, Proline, Serine, Tyrosine

Asam amino Arginine, Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine,


esensial Phenylalanine, Threonine, Tyrptophan, Valine

Biosintesis asam-asam amino terjadi melalui jalur yang berbeda-beda, akan tetapi
meskipun begitu mereka mempunyai suatu ciri yang sama, yaitu bahwa rangka karbonnya
berasal dari zat-zat antara glikolisis, jalur pentose fosfat atau dari siklus asam sitrat. Bila
disederhanakan, dapat dikatakan bahwa terdapat 6 golongan menurut biosintesis asam amino.
Biosintesis glutamat dan aspartat

Glutamat dan aspartat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi transaminasi sederhana.
Katalisator reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase dan selanjutnya oleh aspartat
aminotransferase, AST.

Reaksi biosintesis glutamat

Aspartat juga diturunkan dari asparagin dengan bantuan asparaginase. Peran penting
glutamat adalah sebagai donor amino intraseluler utama untuk reaksi transaminasi.
Sedangkan aspartat adalah sebagai prekursor ornitin untuk siklus urea.

Biosintesis alanin
Alanin dipindahkan ke sirkulasi oleh berbagai jaringan, tetapi umumnya oleh otot.
Alanin dibentuk dari piruvat. Hati mengakumulasi alanin plasma, kebalikan transaminasi
yang terjadi di otot dan secara proporsional meningkatkan produksi urea. Alanin dipindahkan
dari otot ke hati bersamaan dengan transportasi glukosa dari hati kembali ke otot. Proses ini
dinamakan siklus glukosa-alanin. Fitur kunci dari siklus ini adalah bahwa dalam 1 molekul,
alanin, jaringan perifer mengekspor piruvat dan amonia ke hati, di mana rangka karbon
didaur ulang dan mayoritas nitrogen dieliminir.
Ada 2 jalur utama untuk memproduksi alanin otot yaitu:
1. Secara langsung melalui degradasi protein
2. Melalui transaminasi piruvat dengan bantuan enzim alanin transaminase, ALT (juga
dikenal sebagai serum glutamat-piruvat transaminase, SGPT).

Glutamat + piruvat α-ketoglutarat + alanin

Siklus glukosa-alanin

Biosintesis sistein

Sulfur untuk sintesis sistein berasal dari metionin. Kondensasi dari ATP dan metionin
dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menghasilkan S-adenosilmetionin (SAM).
Biosintesis S-adenosilmetionin (SAM)

SAM merupakan precursor untuk sejumlah reaksi transfer metil (misalnya konversi
norepinefrin menjadi epinefrin). Akibat dari tranfer metil adalah perubahan SAM menjadi S-
adenosilhomosistein. S-adenosilhomosistein selanjutnya berubah menjadi homosistein dan
adenosin dengan bantuan enzim adenosilhomosisteinase. Homosistein dapat diubah kembali
menjadi metionin oleh metionin sintase.
Reaksi transmetilasi melibatkan SAM sangatlah penting, tetapi dalam kasus ini peran S-
adenosilmetionin dalam transmetilasi adalah sekunder untuk produksi homosistein (secara
esensial oleh produk dari aktivitas transmetilase). Dalam produksi SAM, semua fosfat dari
ATP hilang: 1 sebagai Pi dan 2 sebagai Ppi. Adenosin diubah menjadi metionin bukan AMP.
Dalam sintesis sistein, homosistein berkondensasi dengan serin menghasilkan
sistationin dengan bantuan enzim sistationase. Selanjutnya dengan bantuan enzim sistationin
liase sistationin diubah menjadi sistein dan α-ketobutirat. Gabungan dari 2 reaksi terakhir ini
dikenal sebagai trans-sulfurasi.

Peran metionin dalam sintesis

Biosintesis tirosin
Tirosin diproduksi di dalam sel dengan hidroksilasi fenilalanin. Setengah dari
fenilalanin dibutuhkan untuk memproduksi tirosin. Jika diet kita kaya tirosin, hal ini akan
mengurangi kebutuhan fenilalanin sampai dengan 50%.
Fenilalanin hidroksilase adalah campuran fungsi oksigenase: 1 atom oksigen
digabungkan ke air dan lainnya ke gugus hidroksil dari tirosin. Reduktan yang dihasilkan
adalah tetrahidrofolat kofaktor tetrahidrobiopterin, yang dipertahankan dalam status tereduksi
oleh NADH-dependent enzyme dihydropteridine reductase (DHPR).

Biosintesis tirosin dari fenilalanin

Biosintesis ornitin dan prolin


Glutamat adalah prekursor ornitin dan prolin. Dengan glutamat semialdehid menjadi
intermediat titik cabang menjadi satu dari 2 produk atau lainnya. Ornitin bukan salah satu
dari 20 asam amino yang digunakan untuk sintesis protein. Ornitin memainkan peran
signifikan sebagai akseptor karbamoil fosfat dalam siklus urea. Ornitin memiliki peran
penting tambahan sebagai prekursor untuk sintesis poliamin. Produksi ornitin dari glutamat
penting ketika diet arginin sebagai sumber lain untuk ornitin terbatas.
Penggunaan glutamat semialdehid tergantung kepada kondisi seluler. Produksi ornitin
dari semialdehid melalui reaksi glutamat-dependen transaminasi. ketika konsentrasi arginin
meningkat, ornitin didapatkan dari siklus urea ditambah dari glutamat semialdehid yang
menghambat reaksi aminotransferase. Hasilnya adalah akumulasi semialdehid. Semialdehid
didaur secara spontan menjadi Δ1pyrroline-5-carboxylate yang kemudian direduksi menjadi
prolin oleh NADPH-dependent reductase.
Biosintesis serin
Jalur utama untuk serin dimulai dari intermediat glikolitik 3-fosfogliserat. NADH-
linked dehidrogenase mengubah 3-fosfogliserat menjadi sebuah asam keto yaitu 3-
fosfopiruvat, sesuai untuk transaminasi subsekuen. Aktivitas aminotransferase dengan
glutamat sebagai donor menghasilkan 3-fosfoserin, yang diubah menjadi serin oleh fosfoserin
fosfatase.

Biosintesis glisin
Jalur utama untuk glisin adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh serin
hidroksimetiltransferase. Reaksi ini melibatkan transfer gugus hidroksimetil dari serin untuk
kofaktor tetrahidrofolat (THF), menghasilkan glisin dan N5, N10-metilen-THF.

Biosintesis aspartat, asparagin, glutamat dan glutamin


Glutamat disintesis dengan aminasi reduktif α-ketoglutarat yang dikatalisis oleh
glutamat dehidrogenase yang merupakan reaksi nitrogen-fixing. Glutamat juga dihasilkan
oleh reaksi aminotranferase, yang dalam hal ini nitrogen amino diberikan oleh sejumlah asam
amino lain. Sehingga, glutamat merupakan kolektor umum nitrogen amino.
Aspartat dibentuk dalam reaksi transaminasi yang dikatalisis oleh aspartat transaminase,
AST. Reaksi ini menggunakan analog asam α-keto aspartat, oksaloasetat, dan glutamat
sebagai donor amino. Aspartat juga dapat dibentuk dengan deaminasi asparagin yang
dikatalisis oleh asparaginase.
Asparagin sintetase dan glutamin sintetase mengkatalisis produksi asparagin dan
glutamin dari asam α-amino yang sesuai. Glutamin dihasilkan dari glutamat dengan
inkorporasi langsung amonia dan ini merupakan reaksi fixing nitrogen lain. Tetapi asparagin
terbentuk oleh reaksi amidotransferase.

C. Katabolisme asam amino


Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan
atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan
menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam
amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena bersifat
toksik bagi tubuh.
Ada 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:

1. Transaminasi
Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat menghasilkan glutamat
atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat.
2. Deaminasi oksidatif
Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium.

1. Transaminasi
Transaminasi adalah reaksi awal tersering pada katabolisme asam amino. Reaksi
selanjutnya mengeluarkan semua nitrogen tambahan dan merekstrukturisasi rangka karbon
untuk dikonversi menjadi oksaloasetat, ketoglutarat, piruvat dan asetil-KoA
Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat menghasilkan
glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat.

Contoh reaksi transaminasi. Perhatikan alanin mengalami transaminasi menjadi


glutamat. Pada reaksi ini dibutuhkan enzim alanin aminotransferase.

2. Deaminasi oksidatif glutamate

Glutamat juga dapat memindahkan amin ke rantai karbon lainnya, menghasilkan


asam amino baru.
Contoh reaksi deaminasi oksidatif. Perhatikan glutamat mengalami deaminasi
menghasilkan amonium (NH4+). Selanjutnya ion amonium masuk ke dalam siklus
urea.

Deaminase oksidatif glutamate merupakan pelepasan amin dari glutamat menghasilkan


ion ammonium dengan bantuan enzim L-glutamat dehidrogenase. Pada enzim tersebut gugus
α-amino pada sebagian besar asam amino akhirnya akan dipindahkan kepada α-ketoglutarat
melalui transaminasi sehingga terbentuk L-glutamat. Kemudian pelepasan nitrogen ini
sebagai amonia dikatalisis oleh enzim L-glutamat dehidrogenase, yaitu suatu enzim yang
terdapat di mana-mana pada jaringan tubuh mamalia yang menggunakan NAD+ atau NADP+
sebagai oksidan. Jadi, konversi neto gugus α-amino menjadi amonia memerlukan kerja yang
seirama antara enzim glutamat transaminase dan glutamat dehidrogenase.
Aktivitas enzim glutamat dehidrogenase hati diatur oleh inhibitor alosterik ATP, GTP
serta NADH, dan oleh aktivator ADP. Reaksi yang bersifat reversibel bebas ini bekerja baik
pada katabolisme maupun biosintesis asam amino.
Secara katabolik, reaksi ini menyalurkan nitrogen dari glutamat kepada ureum. Secara
anabolik, enzim ini mengatalisis aminasi α-ketoglutarat melalui amonia bebas. Enzim ini
terdapat didalam berbagai jaringn terutama dalam sitoplasma dan mitokondria.

Ringkasan skematik mengenai reaksi transaminasi dan deaminasi oksidatif

3. Pengangkutan Ammonia
Ammonia bersifat toksik, jadi tidak dapat diangkut dalam bentuk bebas dari jaringan
ekstrahepatik. Pengankutan ammonia ini kebanyakan terjadi pada jaringan dimana glutamine
sintetase akan mengubah ammonia menjadi glutamine yang non-toksik. Glutamine sintetase
didapat dari α-ketoglutarat (TCA cycle) melalui reaksi transaminase dengan asam amino lain.
Glutamine diangkut dalam darah kehati, ginjal, dan usus. Sedangkan didalam hati
glutamine di hidrolisis untuk melepaskan ammonia yang akan masuk ke dalam siklus urea.

GLN +H2O → GLU + NH4+Glutaminase


Sedangkan di dalam ginjal glutaminase membebaskan ammonia untuk dieksresikan
dengan kelebihan asam dari darah.

4. Siklus Urea
Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus
asam sitrat melalui jalur yang beraneka ragam.

Tempat-tempat masuknya asam amino ke dalam sikulus asam sitrat untuk produksi energi

Gugus-gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH 4+) yang selanjutnya masuk ke
dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui
ginjal berupa urin.
Daur urea terdiri atas lima reaksi yang mengubah ammonia, CO2 dan nitrogen-α dari
aspartat menjadi urea. Daur ini terlukis pada gambar. Perlu diperhatikan bahwa dua reaksi
dalam daur ini berlangsung di dalam mitokondria, sedangkan sisanya terjadi di sitoplasma.
Dalam reaksi yang pertama, CO2 yang berada di dalam mitokondria mengalami
fosforilasi oleh ATP dan kemudian berkondensasi dengan ammon ia dengan menggunakan
energi yang berasal dari hidrolisis satu molekul ATP lainnya. Hasilnya terbentuklah
karbamoil fosfat. Reaksi ini adalah reaksi yang mengatur laju sintesis urea, dikatalisis oleh
karbamoil fosfat sintetase dan memerlukan N-asetil glutamat sebagai suatu kofaktor.
Dalam reaksi kedua yang juga terjadi di dalam mitokondria, karbamoil fosfat
berkondensasi dengan ornitin sehingga terbentuklah sitrulin dan fosfat bebas. Reaksi ini
adalah reaksi kedua yang mengatur laju sintesis urea. Selanjutnya sitrulin meninggalkan
mitokondria. Di dalam sitoplasma sitrulin ini berkondensasi dengan aspartat dan inilah reaksi
yang ketiga. Dalam reaksi ini ATP diubah menjadi AMP. Arginosuksinat yang terbentuk
sebagai produk diubah dalam reaksi keempat menjadi arginin dan fumarat.
Fumarat dapat masuk ke dalam mitokondria dan dioksidasi menjadi oksaloasetat
melalui daur Krebs. Dengan transaminasi maka aspartatpun terbentuk kembali. Arginin
dihidrolisis untuk menghasilkan urea dan ornitin. Ornitin ini kemudian masuk lagi ke dalam
mitokondria dan menyelesaikan daur.
Secara keseluruhan diperlukan empat ikatan fosfat kaya – energi atau ekivalen ATP
untuk sintesis satu molekul urea. Dua ikatan diperlukan untuk menghasilkan karbamoil
fosfat dan dua lagi untuk kondensasi aspartat dengan sitrulin.

Tahapan-tahapan proses yang terjadi di dalam siklus urea

4. Nukleotida
Nukleotida adalah polimer molekul purin dan pirimidin,ribosa atau deoksiribosa dan fosfat.
Jika tanpa fosfat, maka polimer dinamakan nukleosida, Jadi nukleotida adalah nukleosida
fosfat. Tiga molekul pirimidin penyusun nukleotida adalah sitosin,timin hingga urasil dan
nama nkleosidanya adalah sitidin, timidin, dan uridin. Duan molekul purin penyusun
nukleotida guanin dan adenin dan nama nukleosidanya adalah guanosin dan adenosin.

Struktur umum penyusun monomer nukleosida


1. Sintesis Pirimidin
Berdasarkan asal atom karbon dan nitrogen, pirimidin disintesis dari aspartat, amonia
yang berasal dari glutamin, dan CO2 yang berasal dari karbonat

Sintesis nukleotida pirimidin dimulai dari fosforilasi dan aminasi karbonat. Proses
sintesis nukleotida oirimidin. Aminasi dan fosforilasi karbonat menjadi karbamonil fosfat.
Reaksi tersebut dikatalis oleh karbamoil fosfat sintase. Selanjutnya, aspartat terikat pada
karbamoil, sehingga menghasilkan karbamoil aspartat (melepaskan fosfat). Reaksi tersebut
dikatalis oleh aspartat transkarbamoilase. Hidrasi karbamoil aspartat menjadi dihidroorotat.
Reaksi tersebut dikatalis oleh dihodroorotase. Dehidrogenasi (oksidasi) dihidroorotat menjadi
orotat. Reaksi dihidroorotat dehidrogenase. Terikatnya 5-fosforibosil pirofosfat (disintesis
dari fosforilasi ribosa 5- fosfat) pada orotat, sehingga menghasilkan orotidin monofosfat
( melepaskan pirofosfat). Reaksi tersebut dikatalis oleh orotat fosforibosil transferase.
Dekarboksilasi orotidin monofosfat menjadi uridin monofosfat (UMP). Reaksi tersebut
dikatalis oleh orotidin fosfat dekarboksilase. Fosforilasi uridin monofosfat menjadi uridin
difosfat (UDP). Reaksi ini dikatalis oleh nukleosidamonofosfat kinase. Fosforilasi uridin
difosfat menjadi uridin trifosfat (UTP). Reaksi ini dikatalis oleh nukleosidadifosfat kinase.
Uridin trifosfat merupakan prekursor uridin.
Terikatnya amonia pada uridin trifosfat menghasilkan sitidin trifosfat. (CTP) Reaksi
itu memerlukan energi ATP. Sitidin trifosfat merupakan prekursor sitidin. Timidin disintesis
dari metilasi UTP.

2. Sintesis Purin.
Atom karbo dari purin berasal dari format atau serin, glisin, dan karbon dioksida.
Atom nitrogen dari purin berasal dari aspartat, glisin dan glutamin.
Sintesis cincin purin dimulai dari terikatnya atom nitrogen glutamin pada fosforibosil.
Terikatnya nitrogen (berasal dari glisin) ke fosforibosil pirofosfat menghasilkan 5-
fosforibosilamin. Reaksi itu dikatalis oleh fosforibosil pirofosfat amidotransferase.
Tersisipnya glisin ke 5- fosforibosilamin, sehingga menghasilkan 5- fosforibosil glisinamida.
Reaksi ini memerlukan ATP dan dikatalis oleh fosforibosil glisinamida sintase.Terikatnya
formil pada fosforibosil glisinamida, sehingga menghasilkan 5- fosforibosil N
Formilglisinamida. Reaksi itu dikatalis oleh fosforibosil Formilglisinamida sintase.
Pengikatan NH2 dari glutamin, sehingga menghasilkan 5 - fosforibosil N Formilglisinamidin.
Reaksi ini dikatalis oleh fosforibosil Formilglisinamidin sintase dan memerlukan energi.
Pembentukan struktur cincin pada fosforibosil N Formilglisinamidin, sehingga
menghasilkan 5 fosforibosil 5 aminoimidazol.Reaksi itu dikatalis oleh fosforibosil
aminoimidazol sintase. Karboksilasi 5 fosforibosil 5 aminoimidazol, sehingga asam 5
fosforibosil 5 aminoimidazol 4- karboksilat. Reaksi itu dikatalis oleh fosforibosil
aminoimidazol karboksilat. Terikatnya aspartat pada asam 5 fosforibosil 5 aminoimidazol 4-
karboksilat, sehingga menghasilkan asam 5 fosforibosil 4-N Suksinokarboksamida 5
aminoimidazol. Reaksi itu dikatalis oleh fosforibosilaminoimidazol Suksinokarboksamida.
Terlepasnya 4 karbon yang semula berasal dari aspartat dari reaksi sebelumnya, sehingga
menghasilkan 5- fosforibosil 4- karboksamida 5- amidoimidazol. Reaksi itu dikatalis oleh
adenilosuksinat liase. Terikatnya formil ke 5- fosforibosil 4- karboksamida 5- amidoimidazol,
sehingga menghasilkan 5-fosfotibosil 4- karboksamida 5- formamidoimidazol. Reaksi itu
dikatalis oleh fosfotibosi amidoimidazol karboksamida formiltransferase. Pembentukan
cincin kedua dari 5-fosfotibosil 4- karboksamida 5- formamidoimidazol, sehingga
menghasilkan inosinat monofosfat (IMP). Reaksi ini melepaskan air dan dikatalis oleh
inosinat siklohidrolase. IMP merupakan prekursor dari semua nukleotida purin.
Adenilat monofosfat (AMP) dapat disintesis dari IMP yaitu dengan terikatnya atom
nitrogen yang berasal dari aspartat ke IMP. Reaksi itu dikatalisis oleh adenilsuksinat sintase
dan memerlukan energi (GTP). Sintesis guanilat monofosfat (GMP) dimuali dengan
pemebntukan xantinilat monofosfat (XMP), yaitu dengan proses dehidrogenasi IMP. Reaksi
itu dikatalis oleh IMP dehidrogenase. GMP diperoleh oleh inkorpotasi amonia ke XMP.
Reaksi itu dikatalis oleh guanilat monosfat sintase dan memerlukan energi (ATP). Untuk
memperoleh GTP dan ATP, GMP dan AMP mengalami fosforilasi. Proses fosforilasi sama
dengan yang terjadi di ribonukleosida pirimidin.

3. Sintesis Deoksiribonukleosida.
Deoksiribonukleasida disintesis dari ribonukleosida fosfat. Reaksi ini dikatalis oleh
ribonukleleosida difosfat reduktase. Reaksi itu melepaskan air (H2O), tetapi memerlukan
proton (2H+). Proton diperoleh dari NADPH + H+ melalui protein sulfurhidril.

Anda mungkin juga menyukai