Anda di halaman 1dari 4

EKSTRAK BONGGOL PISANG TERHADAP INSEKTISIDA ULAT GRAYAK PADA TANAMAN SAWI

(Brassica juncea L)

Abstrak

Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau. Sawi hijau merupakan
salah satu sayuran yang kaya vitamin, mulai dari vitamin K, vitamin A, vitamin C dan
vitamin E ada dalam sawi hijau. Serangan hama pada tanaman sawi (Brassica juncea L)
merupakan salah satu masalah yang berat bagi petani.Serangan organisme pengganggu
tanaman yang menyebabkan daun rusak atau habis termakan sehingga dapat menurunkan
produksi tanaman yaitu hama ulat pemakan daun (Spodoptera litura F) yang paling banyak
menyerang sayuran berkisar 12,5%. bonggol ini dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam
pembuatan kompos karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sawi ( Brassica juncea L) merupakan salah satu komoditas hortikultura sayuran


daun yang banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya enak, mudah didapat, dan
budidayanya tidak terlalu sulit. (Andri dkk.,2014). Tanaman sawi banyak mengandung
vitamin dan gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sawi merupkan sayuran
daun yang cukup penting di Indonesia dan tercatat sebagai komoditas penting dalam
ekspor-impor sayuran. Selain itu sawi juga merupakan tanaman sayuran yang banyak di
tanam pada dataran rendah maupun dataran tinggi di Indonesia. Di dataran rendah
Kalimantan Selatan, petani menanam sawi atas pertimbangan antara lain karena biaya
produksi lebih rendah jika di bandingkan dengan tanaman kubis, berumur pendek
sehingga nilai pengambilan cepat dan resiko kegagalan produksi lebih kecil, banyak
dikonsumsi masyarakat serta nilai jualnya cukup menguntungkan (Ilhamiyah et
al.,2008).

Sawi atau caisin (Brassica juncea L) termasuk famili Brassicaceae, daunnya


panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik di tempat yang berhawa
panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Biasanya di budidayakan di daerah
ketinggian 100 – 500 m dpl dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus,
subur dan drainase baik. Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi
hijau. Sawi hijau merupakan salah satu sayuran yang kaya vitamin, mulai dari vitamin
K, vitamin A, vitamin C dan vitamin E ada dalam sawi hijau. ( Edi dan Yusri,2010).

Ulat grayak (Spodoptera litura F) dari ordo Lepidoptera dan Famii Noctuidae.
Kehilangan hasil akibat serangan hama tersebut dapat mencapai 85%, bahkan dapat
menyebabkan kegagalan panen(puso). Hama ini memiliki sifat polybag sehingga ia
dapat memakan berbagai jenis tanaman demi kelangsungan hidupnya. (Azwana dan
adikoreksi,2009). Serangan hama pada tanaman sawi (Brassica juncea L) merupakan
salah satu masalah yang berat bagi petani. Ulat grayak (Spodoptera litura F) adalah
salah satu serangga hama potensial yang merusak tanaman pertanian atau sayuran
(Yanuwiadi, Leksono,H,& Fathoni,2013). Spodoptera litura F merupakan salah satu
hama penting pada tanaman kedelai, kubis, sawi, cabai, buncis, pisang, tembakau,
tomat, kacang-kacangan. Serangan organisme pengganggu tanaman yang menyebabkan
daun rusak atau habis termakan sehingga dapat menurunkan produksi tanaman yaitu
hama ulat pemakan daun (Spodoptera litura F) yang paling banyak menyerang sayuran
berkisar 12,5%. ( Julaily & Setyawati,2013). Hama Spodoptera litura F termasuk salah
satu jenis hama pemakan daun yang menyebabkan kerusakan pada tanaman.
Spodoptera litura F menyerang tanaman bagian daun tanaman yang muda sehingga
tersisa tulang daun saja. Hal tersebut diketahui bahwa ulat grayak adalah hama yang
merugikan perlu mendapatkan penanganan bijaksana. ( Sholikhin & Yasin,2018).

Pestisida nabati merupakan suatu pestisida yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan


yang residunya mudah terurai dialam sehingga aman bagi lingkungan daan kehidupan
makhluk hidup lainnya. Tumbuhan yang dapat dijadikan bahan pestisida nabati adalah
tumbuhan yang mengandung senyawa kimia berupa minyak essensial, triterpenoid
(saponin), glukosinolat , isotiosianat, glikosida, alkaloid, fenol (flavonoid), poli
asetilen, politienil, piretrum, asam organik, piperamid, capsicin, dan senyawa kimia
lainnya. (Ntalli et all, 2015).

Bonggol pisang merupakan limbah perkebunan yang jumlahnya terus meningkat,


dan hingga kini masih menjadi limbah yang sulit dialokasikan. Padahal bonggol pisang
mempunyai gizi yang cukup tinggi dengan komposisi lengkap, karbohidrat (66%), air
dan mineral penting, pati (45,4%), dan protein (4,35%). Dengan demikian bonggol
pisang dapat dijadikan oleh mikroorganisme pengurai sebagai bahan organik
(Khalimatu, 2016).
Bonggol pisang merupakan bahan organik sisa dari pertanaman tanaman pisang
yang banyak tersedia dan tidak dimanfaatkan. Biasanya bonggol ini dimanfaatkan
sebagai bahan utama dalam pembuatan kompos karena mengandung unsur hara makro
dan mikro yang lengkap (Kesumaningwati, 2015). Selain sifatnya sebagai limbah juga
memiliki nilai kalor yang tinggi yaitu sebesar 3.196,29 Kal/g (Amelia et al., 2010).
Bonggol pisang juga mengandung phosphor cukup banyak sehingga dapat
dimanfaatkan (Wahyusi, 2008) sebagai sumber bahan organik tanah, yang dapat
digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Namun hingga saat ini masih sedikit
sekali bahkan tidak ada informasi tentang pemanfaatan bonggol pisang sebagai mulsa
pada media tanam untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman terutama pada tanaman perkebunan.
Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan ekstrak bonggol pisang terhadap hama ulat grayak (Plutella
xylostella) Terhadap tanaman sawi ( Brassica juncea L)?

2. Apa saja kandungan senyawa dari metabolite sekunder yang terdapat pada ekstrak
bonggol pisang sehingga dapat menghambat kerjanya ulat grayak (Plutella xylostella?

3. Apakah manfaat dari pemberian ekstrak bonggol pisang sangat efektif dalam
insektisida alami pada ulat grayak (Plutella xylostella) ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Kadungan senyawa daei metabolit sekunder pada bonggol pisang
terhadap mortalitas ult grayak (Plutella xylostella)

2. Untuk mengetahui manfaat pemberain ekstrak bonggol pisang menjadi insektisida


alami pada ulat grayak( Plutella xylostella?

Hipotesis

Ekstrak Bonggol pisang dapat berpengaruh menurunkan mortalitas ulat grayak dan
sebagai agen pestisida alami.

Anda mungkin juga menyukai