Anda di halaman 1dari 20

Psilophytinae (Paku Purba)

Sebagian jenis paku purba telah banyak yang punah. Sekarang ini hanya tinggal sedikit jenis
paku purba yang masih ada. Anggota paku purba merupakan paku telanjang (tidak daun) atau
memiliki daun kecilkecil (mikrofil) yang belum terdeferensiasi. Ada sebagian yang belum
memiliki akar, bercabang menggarpu dengan sporangium pada ujung batang dan bersifat
homospor.
Contoh paku purba, antara lain, Rhynia major, Taeniocrada deeheniana, Zosterophyllum
australianum, Asteroxylon mackei, Asteroxylon elberfeldense, Psilotum nudum, Psilotum
triquetrum, dan Tmesipteris tannensis. Dari contoh di atas, hanya bangsa Psilotum yang masih
dapat ditemukan sampai sekarang, misalnya, Psilotum nudum masih terdapat di Pulau Jawa,
Psilotum triquetrum hanya terdapat di daerah tropika, dan Tmesipteris tannensis di Australia.

Jenis-jenis Tumbuhan Paku
2 ) Lycopodinae (Paku Rambut)
Jenis tumbuhan paku ini daunnya kecil-kecil, tidak bertangkai, dan bertulang satu. Daun ada
yang berbentuk seperti jarum dan tersusun rapat menurut garis spiral serta tidak mengandung
klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis. Makanan diperoleh dari jamur yang bersimbiosis
dengannya. Tumbuhan ini biasa hidup dengan menempel pada batang pohon. Sporofil
merupakan daun penghasil sporangium. Contohnya adalah Lycopodium clavatum (bahan obat-
obatan), Lycopodium cernuum (buket bunga), Selaginella selaginoides, Selaganella caudata, dan
Isoetes lacustris. Ada juga Lycopodiinae yang telah menjadi fosil, seperti Drepanophycus
spinaeformis yang merupakan tumbuhan paku tertua dan Protolepidodendron scharynum.

Jenis-jenis Tumbuhan Paku
3 ) Equisetinae (Paku Ekor Kuda)
Paku ekor kuda sampai sekarang masih dapat ditemukan, khususnya di tempat-tempat yang
lembap. Batangnya bercabang, berkarang, beruas-ruas, dan mengandung zat kersik yang dapat
dijadikan bahan penggosok, contohnya, Equisetum.

Jenis-jenis Tumbuhan Paku
4 ) Filicinae (Paku Sejati)
Tumbuhan paku sejati juga disebut dengan tumbuhan paku benar. Tumbuhan paku ini
merupakan kelompok tumbuhan paku yang sering kita jumpai karena sering dijadikan tanaman
hias, seperti suplir (Adiantum cuneatum), simbar menjangan (Platycerium coronatium), dan paku
sarang burung (Asplenium nidus).Tumbuhan ini biasa hidup di tempat yang lembap dan sedikit
berair. Daun lebar dan tulang daunnya terlihat jelas. Selain itu, tidak ada perbedaan bentuk daun
antara daun fertil dan daun streril.
5 ) Hydropteridales (Paku Air)
Paku air merupakan tumbuhan paku yang hidup di air, misalnya, Salvinia natans dan Marsilea
crenata (semanggi).

MACAM-MACAM TUMBUHAN PAKU

1. Amphineuron sp

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Thelypteridaceae
Genus : Amphineuron
Spesies : Amphineuron sp


Merupakan paku teresterial ( Pigggot, 1964. )
Hidupnya di tanah ada juga letaknya di pinggir pohon
Tanaman paku ini punya ciri khas
o ujung daunnya bergerigi
o daun nya ( Tumbuhan pakunya ) sebagai sporofit (penghasil spora)
o akarnya serabut
o pasti sudah ada jaringan pengangkut Xylem - Floem (Trcheophyta)
o tipe berkas pengangkut tipe konsentris





2. Dryopteris subarrborea

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Aspidiaceae
Genus : Dryopteris
Spesies : Dryopteris subarrborea
Hidupnya banyak ditemukan di tanah atau sebagai epirit.
Tanaman paku punya ciri khas
o ujung daunnya tumpul
o daun nya ( Tumbuhan pakunya ) sebagai sporofit (penghasil spora)
o akarnya serabut
o pasti sudah ada jaringan pengangkut Xylem - Floem (Trcheophyta)
o tipe berkas pengangkut tipe konsentris
o sporogonium mempunyai bagian bagian antara lain

1) Tumbuhan Paku Homospora.
Dari hasil pengamatan dan penelitian diketahui bahwa ternyata tumbuhan ini ada yang
mempunyai spora berumah satu dan berukuran sama besar yang dinamakan paku
homospora/isospora. Contoh jenis paku ini adalah suplir (Adiantum cuneatum).

Amati tumbuhan paku suplir! Batangnya menjalar di dalam tanah yang berupa rizoma, kemudian
tumbuhan daun muda yang menggulung seperti spiral. Pada permukaan bawah daun fertil
(sporofil) terdapat bintik-bintik coklat yang sering disebut sorus. Sorus ini merupakan kumpulan
sporangium, di dalam tiap sporangium terdapat sel induk spora yang akan membelah secara
mitosis yang akan menghasilkan sejumlah spora yang bentuk dan ukurannya sama. Bila spora
jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalium. Pada permukaan bawah gametofit
dewasa akan terbentuk anteridium yang menghasilkan spermatozoid dan arkegonium. Jika terjadi
fertilisasi terbentuk zigot. Zigot berkembang menjadi tumbuhan suplir baru (sporofit).
2) Tumbuhan Paku Heterospora.
Ada pula tumbuhan paku yang mempunyai protalium tidak sama besar dan berumah dua,
pemisahan jenis kelamin ini terjadi pada pembentukan spora dan ukurannya pun berbeda,
sehingga tumbuhan paku ini disebut dengan paku heterospora. Spora yang berukuran besar
mengandung banyak makanan cadangan dinamakan makrospora/megaspora. Adapun spora yang
kecil dinamakan mikrospora, dihasilkan dari mikrosporangium. Contohnya paku semanggi
(Marsilea), paku rane (Selaginella).

Perlu Anda ketahui mikrospora akan tumbuh menjadi mikroprotalium, sedangkan makrospora
akan tumbuh menjadi makroprotalium. Selanjutnya, mikroprotalium membentuk
mikroogametofit yang akan menghasilkan anteridium dan akan menghasilkan sperma.
Sebaliknya makroprotalium membentuk makrogametofit yang akan menghasilkan arkegonium
dan akan menghasilkan ovum. Jika terjadi fertilisasi antara sperma dan ovum, maka akan
menghasilkan tumbuhan paku. Dan tumbuhan paku ini akan berkembang menghasilkan spora,
demikian seterusnya.
3) Tumbuhan Paku Peralihan.
Selain paku homospora dan heterospora, ada pula jenis paku yang sporangiumnya menghasilkan
spora sama besar, tetapi berbeda jenis kelaminnya, sehingga disebut dengan tumbuhan paku
peralihan. Tumbuhan paku ini dianggap sebagai bentuk peralihan antara paku homospora dan
heterospora, misalnya paku tapal kuda (Equisetum debile).

Apabila spora jatuh ke tanah sebagian akan tumbuh menjadi protalium jantan dan sebagian
tumbuh menjadi protalium betina. Dari ketiga jenis paku ini coba Anda pelajari mengenai daur
hidupnya dan perbedaannya! Berdasarkan daur hidup tersebut, fase manakah yang berumur
panjang?

Gambar 7.24 Skema daur hidup tumbuhan paku homospora

Gambar 7.25 Skema daur hidup tumbuhan paku heterospora

Gambar 7.26 Skema daur hidup tumbuhan paku peralihan
Berdasarkan sifat sporanya, jenis tumbuhan paku dapat dibedakan seperti yang telah Anda
pelajari di depan. Akan tetapi pembagian ini tidak mencerminkan jauh dekatnya hubungan
kekerabatannya. Dalam taksonomi, termasuk tumbuhan paku yang sudah punah dimasukkan
dalam pembagian dalam beberapa divisio, yaitu sebagai berikut.
1) Psilophyta (Paku Telanjang).
Jenis paku ini sebagian besar telah punah, tumbuhan ini belum berdaun dan berakar, batang telah
mempunyai berkas pengangkut, bercabangcabang menggarpu dengan sporangium pada ujung
cabang-cabangnya. Sporofil menghasilkan satu jenis spora (homospora). Untuk memperoleh
makanan gametofit paku ini bersimbiosis dengan jamur, karena tidak mempunyai klorofil.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka tumbuhan paku dinamakan paku telanjang, misalnya Rhynia
major dan Psilotum.

2) Lycopodiophyta (Paku Kawat/Paku Rambut).
Tumbuhan paku ini mempunyai ciri-ciri bentuk daun kecil-kecil, tidak bertangkai, batang seperti
kawat dan akarnya bercabang-cabang, selalu bertulang satu. Pada beberapa jenis, daunnya
mempunyai lidah-lidah (ligula), daunnya yang amat banyak tersusun rapat menurut garis spiral.
Sporangium terdapat pada ketiak daun dan berkumpul membentuk seperti kerucut yang disebut
strobilus, misalnya Lycopodium clavatum, Selaginela sp. Jika Anda menemukan paku kawat
amatilah sesuai dengan ciri-ciri yang sudah Anda ketahui!

Gambar 7.27 Selaginela sp.
3) Equisetophyta (Paku Ekor Kuda).
Tumbuhan ini sampai sekarang masih hidup, umumnya berupa herba yang menyukai tempat-
tempat lembap, biasanya hidup di dataran tinggi. Paku ekor kuda mempunyai daun-daun kecil
seperti selaput dan tersusun seperti karang, daunnya terdapat di setiap buku, melingkar, dan
berbentuk sisik. Adapun batangnya mirip dengan daun cemara, berongga, berbuku-buku, dan
tumbuh tegak. Sporofil selalu berbeda dengan daun biasa, sporofil ini berbentuk perisai dengan
sejumlah sporangium pada sisi bawahnya. Semua sporofil tersusun dan merupakan suatu badan
berbentuk gada/kerucut pada ujung batang/cabang. Protaliumnya berwarna hijau dan
berkembang di luar spora. Agar lebih jelas, carilah paku ekor kuda. Setelah Anda dapatkan,
amati sporofil, protalium, ciri-ciri daun dan batangnya! Bandingkan dengan Gambar 7.28 ini!

Gambar 7.28 Equisetum sp.
4) Pterophyta (Paku Sejati).
Pernahkah Anda melihat suplir (Adiantum cuneatum), paku tiang (Alsophila galuca), ekor merak
(Adiantum farleyense), paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum)? Tumbuhan ini sering
digunakan untuk tanaman hias, dapat juga dimanfaatkan untuk sayur, misalnya semanggi
(Marsilea crenata), bahkan ada yang digunakan untuk bahan obat-obatan, misalnya Dryyopteris
filix-mas.

Bagaimana ciri-ciri tumbuhan ini? Dalam bahasa sehari-hari, paku sejati dikenal sebagai
tumbuhan paku/pakis yang sebenarnya atau paku sejati, mempunyai daun-daun besar (makrofil),
bertangkai, mempunyai banyak tulang, pada waktu masih muda daun itu tergulung pada
ujungnya, dan pada sisi bawah mempunyai banyak sporangium. Paku ini banyak tumbuh di
tempat-tempat yang teduh/lembap, sehingga di tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan
akibat penyinaran matahari.

KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU
I. Divisi Psilotophyta

A. Nama spesies : Psilotum nudum atau Paku Purba



B. Deskripsi : Di Jawa, tumbuh dua psilotum yang dikenal dengan nama simbar ganyoh ( Psilotum
camplanatum ) dan kumpai sapu ( Psilotum nudum ). Perbedaan keduanya terlihat dari segi kegepengan
batang dan cara menempelnya pada pohon. Jenis kumpai sapu lebih mudah di jumpai di alam daripada
simbar ganyoh. Kumpai sapu tumbuh baik di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi
(pegunungan). Dari contoh herbariumnya dapat disimpulkan bahwa ketinggian tempat untuk tumbuh
paku tersebut berkisar antara 0-1830 m di atas permukaan laut. Jenis paku ini selain tumbuh menempel
pada batang atau sela-sela dahan, tumbuh pula di atas tanah yang berhumus, di batuan kapur atau
tanah berbatu di sekitar pantai. Di Pulau Aru jenis ini dijumpai menempel pada pohon bakau dan di P.
Handeuleun serta P. Panaitan tumbuh di daerah pantai pada batuan karang yang sudah tua. Tumbuhnya
tidak hanya di hutan-hutan primer dan sekunder saja, tetapi jenis paku ini banyak tumbuh di sekitar
perkampungan, ladang dan kebun. Apabila diperhatikan, tumbuhnya sering berasosiasi dengan jenis
tumbuhan lain yang memang tumbuh epifit seperti paku-pakuan lain. Ciri-ciri yang nampak adalah paku
ini bercabang banyak dan bila diperhatikan, percabangannya selalu menggarpu, tinggi yang dapat
dicapai sekitar 0,6 m, batang tersebut berbentuk bulat sampai segitiga, warnanya hijau sampai hijau
muda. Bila sudah dewasa, batang yang bercabang banyak tumbuh berjumbai. Akar rimpangnya pendek
dan menjalar. Kantong sporanya berupa benjolan-benjolan yang bundar, bersegitiga, dan berwarna
kuning cerah serta tumbuh tidak bertangkai, bergaris tengah 2-3 mm. Daunnya berukuran kecil sekali
yang tersusun 2-3 baris.
C. Manfaat : Sebagai tanaman hias
D. Literatur : http://www.freewebs.com/arl_ipb_2006/deskripsi/pakuan.pdf

II. Divisi Lycopodophyta

Nama Spesies :

a. Licopodium serratum



Deskripsi : Tumbuhan ini banyak di temukan di daerah hutan tropis dan sub tropis. Lycopodium serratum
ini tumbuh menempel di pohon (epifit), namun ada pula yang hidup bebas di tanah, pada bebatuan, dan
tebing sungai. Batang naik atau agak menjalar di dasar, dengan tegak bercabang cabang dicotomously
beberapa kali bagian atas beberapa kali bantalan gemmae dekat apex.leaves eliptic untuk sempit,
acuminate di puncak, petiolate, irregullarly bergerigi di urat margin yang berbeda, dibesarkan di atas;
chartaceous twexture tipis, dalam hijau. sporophylls lanset, kecil, 3-5 mm panjang, konstan pada bagian
atas tanaman, tetapi tidak membentuk kerucut yang berbeda.
b. Licopodium squarrosum


Deskripsi : Jenis ini termasuk dalam suku Lycopodiaceae. Mempunyai sinonim Huperzia squarrosa (G.
Forster) Trevisan dan Phlegmaria squarrosus (G. Forster) Lve &Lve. Biasa disebut dengan rock tassel
fern, water tassel fern atau ikur-ikur biang. Tumbuhan ini merupakan jenis epifit, berukuran sedang,
berumpun, menjuntai atau tegak.Batang panjang mencapai 1,5 m, lebar 1,5-2,5 cm, selalu hijau,
beberapa kali bercabang dan percabangannya khasyaitu setiap cabang bercabang dua lagi. Daun steril
bundar telur menyempit sampai memanjang menggaris, panjang 1,5-2 cm, mirip kawat tetapi tidak
kaku, tersusun rapat, tersebar kecuali di bagian ujung batang. Daun fertil mirip dengan daun steril.
Strobili terdapat di ujung cabang, tidak bercabang, panjang mencapai 20 cm. Strobili ini mudah
dibedakan dengan batang yang berdaun karena ukurannya lebih kecil. L. squarrosum biasanya tumbuh
epifit di pohon-pohon besar dan menempel pada humus yang tebal. Jenis ini umumnya terdapat di
tempat yang agak ternaung sampai terbuka, pada ketinggian 1.440 m dpl. Jenis ini tersebar di Afrika,
Asia, New Guinea, Australia, dan Polinesia. Perawakannya yang menawan menjadikan jenis ini
berpotensi sebagai tanaman hias. Masyarakat Karo di Sumatera Utara memanfaatkannya untuk angin-
angin (mengusir setan atau membebaskan diri dari pengaruh santet).
c. Licopedium cernuum L.



Deskripsi : Tumbuhan paku ini hidup di tanah. Jenis ini di kenal dengan nama paku kawat karena
batangnya yang kecil menjalar, kaku seperti kawat. Batang tersebut bercabang-cabang tak beraturan.
Daunnya kecil dan tumbuh rapat menutupi batang. Banyak dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga.Tidak
halnya paku-pakuan pada umumnya, paku kawat mempunyai daun yang subur yng tersusun dalam
bentuk bulir yang disebut strobilii. Daun strobilii tumbuh pada akhir percabangan. Strobil ini letaknya
tegak dan bentuknya seperti bumbung. Akhir-akhir ini paku kawat telah mulai di budidayakan karena
kegunaanya sebagai tanaman hias. Disamping itu dapat pula dipakai sebagai obat batuk dan obat sesak
nafas dengan cara meminum air rebusannya. Selain itu, abu paku kawat untuk menyembuhkan kulit
yang terserang bisul, dengan cara mencampurnya dengan cuka.dapat pula dimanfaatkan sebagai pengisi
bantal atau pengganti bantal. Paku kawat ini mudah dijumpai karena tumbuhan ini banyak terdapat di
daerah tertutup atau terbuka. Bahkan, tumbuhan ini masih bisa tumbuh di daerah kering dan di tanah
yang kurang subur.

d. Lycopodium nummularifium L



Deskripsi : Lycopodium nummularifium jenis tumbuhan paku perrenial dan hidup sebagai epifit di bawah
dan melekat pada batang pohon-pohon pada habitat aslinya, yaitu hutan tropis. Dibandingkan dengan
kerabat Lycopodium lain yang tumbuh merumpun (menggerombol), spesies ini cenderung bertipikal
tumbuh menjalar, memanjang atau menggantung. Batang berbentuk bulat, kecil, keras dan memanjang
seperti kawat (wiry stem). Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada ujung
batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang-cabang baru. Cabang-cabang
kemudian dapat tumbuh hingga mencapai tanah dan menjalar membentuk system perakaran baru
(rhizoma). Rhizoma berakar adventif merupakan bentuk modifikasi batang yang berfungsi selain sebagai
alat trasport air dan nutrient untuk proses photosynthesis, juga sebagai alat perekat tanaman pada
tempat tumbuhnya. Tergantung pada tempat tumbuhnya, rizhoma berakar adventif dapat menjalar di
atas maupun di bawah media tempat tumbuhnya hingga mencapai kedalaman 5 15 cm. Rizhoma-
rhizoma ini pun berpotensi untuk membentuk tunas baru yang kemudian dapat tumbuh menjadi
tanaman baru (vegetative reproduction). Daun kecil (microphyll) berwarna hijau, berbentuk bulat hingga
oval lonjong/lanceolate (scale-like leaves), pipih dengan satu tulang daun yang berada di tengah helaian.
Daun melekat pada segmen-segmen batang yang mirip buku dengan susunan duduk daun berpasangan
dengan sedikit alternasi (opposite, slightly alternate). Sudut duduk daun berjarak seragam pada batang.
Susunan daun-daun pada batang tanaman overlap linier dengan daun yang lain pada buku yang
berikutnya, sehingga membentuk suatu rangkaian radial mirip mata rantai dengan bidang datar yang
rata. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Tenggara beriklim tropis, dengan pusat endemik di
sekitar semenanjung Melayu, di Malaysia bagian timur, Indonesia di sekitar Kalimantan hingga Filipina
bagian selatan, Irian dan Papua nugini. Beberapa penelitian eskplorasi akhir-akhir ini mengindikasikan
bahwa Lycopodium nummularifolium juga diketemukan tumbuh secara alami di hutan-hutan sebelah
timur Papua nugini hingga bagian utara Australia. Penyebaran secara alami diperkirakan dengan
menggunakan spora yang ringan dan dapat terbang terbawa oleh angin serta dapat bertahan lama
hingga mencapai tempat tumbuh yang kondusif untuk berkecambah.Kerabat-kerabatnya dalam satu
genus, mempunyai area dispersal yang luas hingga ke daratan Amerika yang beriklim tropis. Dahulu
spora Lycopodium yang dikeringkan sering digunakan pada acara teaterikal. Spora kering ini digunakan
untuk memberikan efek seperti kobaran api. Spora dapat terbakar dengan cepat dan terang, tetapi
dengan panas yang rendah dan aman. Selain spora, bentuk segar tanaman baik berupa untaian batang
potong atau tanaman dalam pot digunakan sebagai tanaman hias, sebagai filler atau suplemen dalam
rangkaian bunga atau tanaman hidup dalam pot maupun pada taman. Beberapa spesies Lycopodium
juga digunakan salah satu bahan pembuat pembungkus pil/kapsul obat-obatan hingga saat ini. Untuk
bahan obat-obatan spesies ini dijual dalam bentuk tepung. Spesies-spesies tertentu oleh suku Aborigin
juga digunakan sebagai bahan obat-obatan untuk penyakit (homeophatic). Pada pengobatan modern
spesies Lycopodium masih digunakan digunakan untuk homeophatic. Homeophatic merupakan suatu
sistem pengobatan yang aman dan efektif serta tanapa efek samaping. Cara ini membantu mendorong
tubuh untuk melakukan penyembuhan baik secara fisik, mental maupun emosional Kandungan
bahan/sifat fisik/kimia bagian tanaman Nuansa terang karena daya terbakar spora yang cepat dengan
suhu rendah pada efek teateritikal. Untuk reproduksi seksual, tanaman ini membentuk organ yang
disebut strobilus yang biasanya tumbuh pada dasar duduk daun (microphyll axils). Sporangium sebagai
sebagai tempat sel induk spora terdapat pada strobilus, berbentuk seperti ginjal. Pada fase gametofit,
spora akan membentuk organ-organ gametangia, seperti arkegonium dan anteridium sebagai penghasil
gamet-gamet jantan dan betina.

e. Licopodium phlegmaria L



Deskripsi : Jenis paku ini sangat tahan kekeringan. Dari namanya dapat diketahui bahwa masih termasuk
satu marga dengan kumpai. Seperti jenis-jenis marga Lycopodium pada umumnya, kumpai pure tumbuh
menumpang. Batangnya tumbuh bergantung dan percabangannya khas yaitu setiap cabang bercabang
lagi menjadi dua. kadang- kadang tumbuhan ini dapat mencapai panjang 0.9 m. Jenis ini mudah di
bedaka dari jenis lainnya dalam marga lycopedium Karen adaunnya kasar, berbentuk bulat dengan
ujungnya yang runcing. Berbeda dengan kumpai, strobilii kumpai pure membentuk percabangan yang
khas seperti batangnya. Panjang strobilii tersebut mencapai 20 cm. dapat dibedakan dengan batang
yang berdaun dan ukurannya yang lebih kecil sporofilnya pendek dan bentuknya menyirip. Pada
tumbuhan ini mengandung saponin yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan mecuci rambut serta dapat
digunakan untuk hiasan kebun.

f. Lycopodium carinatum



Deskripsi : Batang pendoulus panjangnya dapat mencapai lebih dari 50 cm. kadang- kadang memiliki
diameter 2-3 mm. Daunnya pendek berbentuk lancet Subulate di pucuk, penyempitan ke arah dasar,
sesil sampai 1,3 panjang, lebar 1,3 mm, seluruh; vena tidak jelas, tekstur chartaceous. Sporophylls
sedikit berbeda dari tropophills, oblong subdeltoid, sampai 5 mm, 1,5 luas, ditempatkan hanya pada
bagian apikal atau kadang ke bawah ke bagian tengah, tidak membentuk kerucut yang berbeda.
Ephypitic pada batang pohon berlumut di hutan evergen padat sampai dengan 900 m.

g. Licopodium hamiltonii



Deskripsi : Batang biasanya gantung, 20-50 cm, bercabang dikotomis beberapa kali, 1-1,5 mm beberapa
kali, 1-1,5 mm diameter pangkalan dekat. Batang biasanya gantung, 20-50 cm, bercabang dikotomis
beberapa kali, 1-1,5 mm diameter dasar dekat. naik daun, jarang subpatent, lanset, melainkan variabel
dalam bentuk dan ukuran, akut untuk berkumpul di pucuk, penyempitan terhadap sessile atau setiap
dasar segera stalkeed, mereka pada bagian tengah atau lebih rendah yang terbesar, 1-1,5 cm panjang, 2-
5 mm luas, seluruh; vena lebih atau kurang jelas di bawah; tekstur lembut chartaccous untuk lebih tebal,
hijau ke hijau kekuningan. biasanya lebih kecil daripada tropophylls sporophills, untuk 7 mm, 1.5mm
luas, yang konstan yang berkumpul di bagian apikal, tidak membentuk kerucut yang berbeda, fertille
batang biasanya sekitar 1 / 3 di ketebalan yang sterille yang lain.

h. Licopodium piscium



Deskripsi : Mirip dengan L. hamiltonii tetapi dapat dibedakan dari: daun sangat sempit, linier, paling 1,5
mm luas, margin seringkali rumit; ramping porsi subur, sekitar 1 mm, sporophylls jauh lebih kecil
daripada tropophills.

i. Licopodium clavatum



Deskripsi : Batang utama menjalar, bawah tanah, bercabang tidak teratur, bantalan daun sempit jarang
berdiameter 3-4 mm; udara naik ke batang tegak, percabangan dikotomus beberapa kali, bantalan
denses daun 0,5 -1 cm diameter termasuk daun. Daun sebenarnya, melengkung di bagian atas, linier-
lanceoplate, berkumpul di pucuk berakhir di setae membranosus panjang canucosus, 4-6 mm panjang,
0.5-1 mm luas, seluruh, sessile; urat nyaris tidak terlihat; tekstur seperti kulit, hijau atau hijau
kekuningan. kerucut tegak tangkai 7-15 cm, dengan daun linier jarang tampak lurus, menghasilkan
beberapa kerucut di setiap pucuk dengan tangkai pendek; kerucut silinder, tegak, 3-8 cm panjang, 4-5
mm; sporophylls lonjong bulat telur, berkumpul di pucuk dengan membran setaceous, tepi transparan,
membran, dentate, sekitar 2,5 mm, 1,5 mm luas.
Manfaat : secara umum lycopodium banyak dimanfaatkan sebagai hiasan dikebun dan karangan bunga.
Dahulu spora Lycopodium yang dikeringkan sering digunakan pada acara teaterikal. Spora kering ini
digunakan untuk memberikan efek seperti kobaran api. Spora dapat terbakar dengan cepat dan terang,
tetapi dengan panas yang rendah dan aman. Selain spora, bentuk segar tanaman baik berupa untaian
batang potong atau tanaman dalam pot digunakan sebagai tanaman hias, sebagai filler atau suplemen
dalam rangkaian bunga atau tanaman hidup dalam pot maupun pada taman. Beberapa spesies
Lycopodium juga digunakan salah satu bahan pembuat pembungkus pil/kapsul obat-obatan hingga saat
ini. Untuk bahan obat-obatan spesies ini dijual dalam bentuk tepung. Spesies-spesies tertentu oleh suku
Aborigin juga digunakan sebagai bahan obat-obatan untuk penyakit (homeophatic). Pada pengobatan
modern spesies Lycopodium masih digunakan digunakan untuk homeophatic. Homeophatic merupakan
suatu sistem pengobatan yang aman dan efektif serta tanapa efek samaping. Cara ini membantu
mendorong tubuh untuk melakukan penyembuhan baik secara fisik, mental maupun emosional
Kandungan bahan/sifat fisik/kimia bagian tanaman Nuansa terang karena daya terbakar spora yang
cepat dengan suhu rendah pada efek teateritikal. L. Cernuum, yang di Jawa Barat banyak digunakan
dalam pembuatan karangan bunga L. Clavatum, yang sporanya dikumpulkansebagai serbuk likopodium
(pulvis licopodii) yang dipergunakan sebagai pembalut pil agar tidak lengket satu sama lain. Juga
dipergunakan dalam percobaan Kundt untuk mengukur panjang gelombang suara.
Literatur : http://hiddennumb.wordpress.com/2011/04/30/lycopodium/

j. Selaginella plana



Deskripsi : di tempat yang teduh biasanya daunnya menjadi kebiruan sehingga menambah indahnya
tumbuhan ini. Perawakan maupun bentuknya serupa rane halus (Selaginella willdenowii). Hanya saja
ukuran daun lebih lebar. Daunnya kecil-kecil dan tersusun melingkari batangnya. Berbeda dengan rane
halus (Selaginella willdenowii) daun-daun suburnya lebih lancip. Susunannya pun lebih rapat. Batangnya
terletak di permukaan tanah dan kadang-kadang berakar membentuk tanaman baru. Di daerah yang
cocok tumbuhan ini mencapai panjang 1 m. Di antara tumbuhan rasam yang tidak lebat di lereng-lereng
bukit di Jawa Barat, sering dijumpai jenis paku lain yang disebut rane biru. Tumbuhan ini hanya terdapat
di daerah yang lembap dan teduh. Selain sebagai tanaman hias, rane biru ini telah lama dikenal sebagai
obat penasak darah dan obat ulu hati.

Manfaat : Menurut Setyawan AD. (2011) dalam jurnalnya menyatakan bahwa manfaat dari Genus
Selaginella (Selaginellaceae) adalah :
1. Selaginella adalah bahan baku obat yang potensial, yang mengandung beragam metabolit sekunder
seperti alkaloid, fenolik (flavonoid), dan terpenoid.
2. Spesies ini secara tradisional digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit terutama untuk
luka, nifas, dan gangguan haid. Biflavonoid, suatu bentuk dimer dari flavonoid, adalah salah satu produk
alam yang paling berharga dari Selaginella, yang meliputi sekurang-kurangnya 13 senyawa, yaitu
amentoflavone, 2,8-biapigenin, delicaflavone, ginkgetin, heveaflavone, hinokiflavone, isocryptomerin,
kayaflavone, ochnaflavone, podocarpusflavone A, robustaflavone, sumaflavone, dan taiwaniaflavone.
3. Secara ekologis, tumbuhan menggunakan biflavonoid untuk merespon kondisi lingkungan seperti
pertahanan terhadap hama, penyakit, herbivora, dan kompetisi, sedangkan manusia menggunakan
biflavonoid secara medis terutama untuk antioksidan, anti-inflamasi, dan anti karsinogenik.
4. Selaginella juga mengandung trehalosa suatu disakarida yang telah lama dikenal untuk melindungi
dari pengeringan dan memungkinkan bertahan terhadap tekanan lingkungan hidup yang keras. Senyawa
ini sangat berpotensi sebagai stabilizer molekul dalam industri berbasis sumberdaya hayati.

Anda mungkin juga menyukai