Anda di halaman 1dari 39

Tumbuhan paku 

atau pakis merupakan salah satu kelompok tumbuhan tertua di daratan yang masih hidup.
Diduga tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Fosil tumbuhan
paku dijumpai pada batu-batuan periode karbon, diperkirakan hidup 345 juta tahun yang lalu. Tumbuhan paku
pernah merajai vegetasi pada salah satu zaman Paleozoikum tersebut. Tumbuhan paku yang dominan saat itu
berbentuk pohon (disebut paku tiang), misalnya Alsophila glauca. Inilah alasan kenapa tumbuhan paku sering
sekali muncul dalam film dokumenter tentang dinosaurus.
New Glossary
Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang memiliki batang, akar, dan daun sejati. Artinya, batang,
akar, dan daunnya sudah memiliki pembuluh angkut xilem dan floem. Tumbuhan paku juga
mempunyai klorofil untuk fotosintesis.
Tumbuhan paku ada yang hidup di air (hidrofit), di tempat lembap (higrofit), menempel pada tumbuhan lain
(epifit), dan ada yang hidup pada sisa-sisa tumbuhan lain atau sampah-sampah (saprofit). Tumbuhan paku
adalah tumbuhan yang sangat umum dijumpai. Ada yang ditanam di pot sebagai tanaman hias (seperti suplir),
ada yang ditempelkan di kayu juga sebagai penghias (paku tanduk rusa), dan ada (banyak) yang tumbuh liar
begitu saja di halaman rumah maupun di pinggir jalan.

Tahukah Kamu?
Habitat tumbuhan paku sangat bervariasi, dari tepi pantai sampai lereng pegunungan, bahkan di
sekitar kawah!

Struktur Tubuh Tumbuhan Paku

Batang tumbuhan paku sudah memiliki pembuluh pengangkut berupa xilem dan floem yang bertipe konsentris
(xilem dikelilingi floem). Akarnya berupa akar tongkat yang disebut rizom. Berdasarkan ukurannya, daunnya
terdiri atas daun kecil (mikrofil) dan daun besar (makrofil). Berdasarkan fungsinya, daunnya terdiri atas daun
yang khusus untuk fotosintesis (tropofil) dan daun yang dapat menghasilkan spora (sporofil).

Struktur tubuh paku


Bagian tubuh suplir

Bagian tubuh Psilotum nudum

Sporofil memiliki kotak spora yang disebut sporangium, biasanya terletak di bagian bawah daun. Sporangium
merupakan suatu badan yang menghasilkan spora. Sporangium-sporangium terkumpul dalam suatu kotak yang
disebut sorus. Kumpulan sorus disebut sori. Sorus dilindungi oleh pembungkus yang disebut indusium.
Kumpulan sorus (sori).

Sporangium terdiri atas sporangiofor, annulus, operkulum, dan peristom. Sporangiofor adalah tangkai
sporangium. Annulus merupakan sederet sel mati yang mengelilingi sporangium. Dinding sel annulus tebal,
kecuali yang menghadap keluar. Annulus berfungsi untuk mengeluarkan spora dengan menekan sporangium.
Operkulum adalah tutup kotak spora. Peristom adalah gigi pengunci yang melingkari operkulum.

Sporangium paku

Daur Hidup Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dapat bereproduksi secara vegetatif dengan rizom. Rizom tumbuh menjalar ke segala arah, dan
tumbuhan-tumbuhan paku muda tumbuh darinya membentuk koloni-koloni tumbuhan paku.
Selain cara di atas, di buku-buku biasanya dibahas tumbuhan paku bereproduksi secara metagenesis, dimana
tumbuhan paku memilki pergiliran keturunan atau memiliki dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi
gametofit dalam siklus hidupnya.
Generasi Sporofit
Generasi sporofit atau tumbuhan penghasil spora adalah tumbuhan paku itu sendiri. Jadi, tumbuhan paku yang
biasa kita lihat itu adalah tumbuhan paku dalam fase sporofit. Sporofit paku dapat bereproduksi secara vegetatif
dengan membentuk tunas (sudah dijelaskan tadi). Sporofit paku juga dapat menghasilkan spora. Spora yang
dihasilkan tumbuhan paku disimpan dalam sporangium. Sporangium suatu saat akan pecah mengeluarkan
spora. Spora akan tersebar mengikuti angin. Jika spora jatuh di tempat yang lembap, spora akan tumbuh
menjadi tumbuhan baru berukuran sangat kecil berbentuk hati, dikenal sebagai protalium.
Penyebaran spora

Generasi Gametofit
Generasi gametofit atau tumbuhan penghasil gamet adalah tumbuhan yang dikenal dengan nama protalium.
Protalium yang merupakan sejenis talus itu berukuran kira-kira 1-2 cm, meski ada juga yang berukuran
mikroskopis. Protalium biasanya tumbuh di permukaan tanah lembap, di atas batu bata, di tebing sungai, dan di
tempat lembap lainnya. Gametofit paku hanya berumur maksimal beberapa minggu. Bandingkan dengan
tumbuhan paku yang dapat hidup bertahun-tahun. Protalium membentuk anteridium sebagai alat kelamin jantan
dan arkegeonium sebagai alat kelamin betina. Anteridium menghasilkan sperma dan arkegonium menghasilkan
ovum.

Struktur protalium (citra mikroskop).

Fertilisasi sperma dan ovum akan menghasilkan zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan
memperlihatkan dua kutub pertumbuhan. Satu kutub tumbuh ke atas membentuk daun dan batang, sementara
kutub yang lain tumbuh ke bawah membentuk akar. Pada perkembangan selanjutnya, kutub yang mengarah ke
bawah berhenti berkembang (hanya kutub ke atas yang berkembang) sehingga tumbuhan paku disebut
tumbuhan berkutub satu. Selanjutnya tumbuhan paku yang dewasa berkembang.
Ditinjau dari jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dikelompokkan menjadi tumbuhan paku homospora,
heterospora, dan tumbuhan paku peralihan.
a) Tumbuhan Paku Homospora
Tumbuhan paku homospora/isospora hanya memproduksi satu macam spora. Sering pula disebut paku
berumah satu. Metagenesis paku ini adalah yang paling umum dibahas di buku-buku, dan memang merupakan
metagenesis paling sederhana dari kelompok paku-pakuan. Contoh tumbuhannya adalah Lycopodium
clavatum (paku kawat).

Lycopodium sp. (paku kawat) contoh paku homospora.

Metagenesis paku homospora.


Metagenesis paku homospora.

2) Tumbuhan Paku Heterospora


Tumbuhan paku heterospora merupakan tumbuhan paku yang mempunyai dua macam spora, yaitu spora kecil
berkelamin jantan yang disebut mikrospora dan spora besar berkelamin betina yang disebut makrospora.
Contohnya adalah Selaginella wildenowii (paku rane) yang dijadikan tanaman hias, dan Marsilea
crenata(semanggi) yang dapat dijadikan tanaman hias ataupun dimakan.
Marsilea crenata (semanggi)

Metagenesis paku heterospora.

3) Tumbuhan Paku Peralihan


Tumbuhan paku peralihan merupakan merupakan kelompok tumbuhan paku yang memiliki spora dengan bentuk
dan ukuran sama, tetapi memiliki fungsi yang berbeda, yaitu sebagai spora jantan (spora +) dan spora betina
(spora -). Contohnya adalah Equisetum debile (paku ekor kuda).
Equisetum debile (paku ekor kuda)

Metagenesis paku peralihan.


Klasifikasi Tumbuhan Paku

Dalam sistem klasifikasi 5 kingdom, tumbuhan paku temasuk dalam kingdom Plantae (tumbuhan) dan memiliki
beberapa kelas yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodiinae, dan Filicinae.
a) Psilophytinae
Merupakan paku purba. Disebut juga paku telanjang karena tidak berdaun atau daunnya kecil (mikrofil), ada pula
yang tidak berakar sejati. Kebanyakan sudah punah dan dapat ditemukan dalam bentuk fosil. Satu jenis yang
masih ditemukan sampai sekarang adalah Psilotum nudum.

Psilotum nudum

Bagian tubuh Psilotum nudum

b) Equisetinae
Berupa rerumputan dengan batang beruas, sporangium terdapat dalam strobilus berbentuk gada. Daun kecil,
tunggal, dan tersusun melingkar. Contohnya Equisetum dan Calamites.
Equisetum debile (paku ekor kuda)

Equisetum (paku ekor kuda) tumbuh di dataran tinggi. Batangnya seperti rebung asparagus atau mirip daun
cemara. Batangnya berongga, berbuku-buku, dan tumbuh tegak. Daun terdapat pada setiap buku, melingkar,
berbentuk sisik, dan kecil (berupa mikrofil).
c) Lycopodiinae
Berupa rerumputan, pangkal batang tidak memiliki pendukung akar, sporofil berbentuk ginjal dengan ujung yang
meruncing panjang dan tepi bergerigi. Daunnya kecil (mikrofil) dan tersusun spiral. Batangnya seperti kawat.
Contohnya Lycopodium, Selaginella, dan Isoetes. Selaginella banyak ditanam di pot atau taman.
Selaginella wildenowii

d) Filicinae
Merupakan tumbuhan paku yang sering dilihat di sekitar kita, yang umum disebut pakis. Berdaun besar
(makrofil), daun muda menggulung, memilki tulang daun, sudah memiliki mesofil (daging daun), dan sporangium
terdapat pada sporofil (daun penghasil spora). Contohnya paku tiang (Alsophila glauca) yang tumbuh di daerah
pegunungan, berbentuk seperti pohon palem, batangnya berwarna hitam. Contoh lain adalah suplir (Adiantum
cuneatum) untuk tanaman hias dan semanggi (Marsilea crenata) yang hidup di tanah berair.

Suplir

Manfaat Tumbuhan Paku

1. Tumbuhan paku yang hidup pada zaman karbon telah memfosil. Fosil tersebut berupa batu bara yang
dapat dijadikan bahan bakar.
2. Untuk tanaman hias, misalnya suplir, paku sarang burung (Asplenium nidus), paku tanduk rusa
(Platycerium bifurcatum), dan paku rane (Selaginella wildenowii).
3. Untuk bahan obat-obatan, misalnya Aspidium felixmas, Dyopteris sp., dan Lycopodium clavatum.
4. Untuk sayuran, misalnya semanggi. Beberapa tumbuhan paku ada yang diambil daunnnya yang masih
muda untuk sayur paku (sayur pakis).
5. Sebagai tempat menanam anggrek, seperti paku tiang (Alsophila glauca).
6. Sebagai pupuk hijau, misalnya Azolla pinnata bersama Anabaena azollae. Azolla pinnata yang hidup di
sawah-sawah bersimbiosis dengan Anabaena azollae (sejenis ganggang biru) yang dapat mengikat nitrogen
bebas di udara menjadi senyawa nitrogen yang dapat diserap tumbuhan lain. Dengan demikian Azolla
pinnata dapat dijadikan pupuk hijau yang kaya nitrogen.
7. Sebagai pelindung tanaman pertanian, misalnya Gleichenia linearis.

Pengertian Jamur
Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media
tumbuh dari sekelompok fungi yang berbentuk seperti payung:
terdiri dari bagian yang tegak (“batang”) dan bagian yang
mendatar atau membulat.atau Jamur merupakan organisme
yang tidak mempunyai klorofil sehingga dia tidak mempunyai
kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri atau dengan
kata lain jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida
sebagai sumber karbonnya.
Morfologi Jamur
Jamur tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri
yang khas, yaitu mempunyai benang tunggal atau bercabang-
cabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa-hifa akan
membentuk miselium. Jamur merupakan tumbuhan yang tidak
mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel
eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.
Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa
dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang
disebut miselium. Jamur merupakan organisme eukariotik
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) mempunyai spora,
2) memproduksi spora, 3) tidak mempunyai klorofil sehingga
tidak berfotosintesis, 4) dapat berkembang biak secara seksual
dan aseksual, 5) tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung
kitin, glukan, selulosa dan manna (kutipan dari mikrobiologi
umum karangan Drs. Lud Waluyo, M.Kes)
Ciri-Ciri Umum Jamur
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang
membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada
umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur
tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
1. Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang
satu sel,misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler
membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu
meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan
yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu
menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari
dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran
plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding
melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup
untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel
yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang
tidak bersepta atau hifa senositik.Struktur hifa senositik
dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak
diikuti dengan pembelahan sitoplasma.Hifa pada jamur yang
bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi
menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan
dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang
atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk
dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak
bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap
makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan
substrat.
2. Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan
organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan
makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat
organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena
jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat
bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
a. Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan diluar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya,
Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru
penderita AIDS)
b.Parasitfakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang
yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan
inang yang cocok.
c.Saprofit 
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik
yang mati.Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme
yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh.
Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase
pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul
kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap
oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap
bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang
dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis
mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap
makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur
dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang
hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan
berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan
hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan
berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air
biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari
kelas Oomycetes.
REPRODUKSI JAMUR
Secara umum reproduksi jamur dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
reproduksi aseksual dan reproduksi seksual.
1. REPRODUKSI ASEKSUAL
Reproduksi aseksual pada jamur lebih penting untuk
perbanyakan spesies, karena menghasilkan sejumlah besar
individu dan siklus aseksual terjadi berulang-ulang dalam satu
musim. Metode reproduksi aseksual yang terjadi pada jamur
dapat diringkaskan sebagai berikut:
a. Fragmentasi Hifa: setiap fragmen tumbuh menjadi individu
baru
b. Pembelahan Sel (Fission) : sel somatic membelah menjadi
sel  anak
c. Pertunasan sel somatik/ spora (budding) : setiap tunas 
menghasilkan individu
baru
d. Pembentukan Spora : setiap spora berkecambah
membentuk tabung kecambah
yang akan berkembang menjadi miselium
2.  REPRODUKSI SEKSUAL
Reproduksi seksual pada jamur memerlukan 2 jenis jamur yang
cocok
atau kompatibel, yang ditandai dengan kode + atau – atau A
dan a. Proses reproduksi seksual ini pada dasarnya melalui 3
fase, yaitu:
a. Plasmogami : persatuan 2 protoplasma yang membawa inti
untuk berdekatan satu sama lainnya dalam sel yang sama
b. Karyogami : persatuan dua inti. Pada kebanyakan jamur
sederhana,
c. Miosis : penurunan jumlah kromosom menjadi haploid. Pada
siklus
seksual sejati ketiga proses ini terjadi dan biasanya pada
tempat tertentu. Jika hanya satu talus, baik haploid ataupun
diploid dalam siklus hidup jamur, maka siklus hidup ini din
amakan haplobiontik (haplos= satu, biontik=hidup). Akan tetapi
bila talus haploid diselingi dengan talus diploid, maka siklus
hidup ini dinamakan diplobiontik (diplo=dua, biontik=hidup)
Sejauh yang diketahui jamur yang mempunyai miselium diploid
adalah Oomycetes. Siklus hidup biontik terjadi pada jamur
akuatik Allomyces, oelomomyces, parasit nyamuk, beberapa
ragi dan kemungkinan Plamodiophoromycota.
Metode perkembangbiakan secara seksual antara 2 jamur
yang cocok atau kompatibel dapat melalui beberapa cara,
yaitu:
a. Persatuan Planogamet
b. Kontak Gametangium (Gametangi)
c. Persatuan Gametangium ( Gametangiogami)
d. Spermatisasi
e. Somatogami
Berdasarkan sel kelamin maka jamur dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu:
a. Hermprodik (monoesi) : setiap talus menghasilkan organ
jantan dan
betina yang mungkin kompatibel atau tidak
b. Diesi : talus hanya menghasilkan organ jantan atau betina
saja. Jarang
ditemukan
c. jenis kelamin yang tidak bias dibedakan : bentuk organ
jantan dan betina
tidak dapat dibedakan
Berdasarkan pada kompabilitasnya maka jamur dibagi
menjadi 2 kelompok:
a. Jamur Homotalik : setiap talus mampu melakukan
perkawinan sendiri.
b.Jamur Heterotalik : talus steril atau tidak mampu melakukan
perkawinan sendiri. Dibagi menjadi 2 kelompok
b.1 Heterotalik Bipolar (Unifaktorial). Jamur pada kategori ini
terdiri dari 2 kelompok mating type yang berbeda dalam genetic
pembangun factor kompatibilitasnya.
b. 2 Heterotalik Tetrapolar (Bifaktorial). Jamur pada kategori ini
terdiri dari 4 kelompok dasar mating type. Kompabilitasnya
diatur oleh 2 pasang factor yang terdapat pada kromosom yang
berbeda.
c. Jamur homotalik sekunder: pada beberapa jamur heterotalik
bipolar terjadi mekanisme yang menariksewaktu
perkecambahan spora dimana 2 inti dari 2 mating type yang
berbeda bersatu secara berurutan dalam setiap spora.
KLASIFIKASI JAMUR
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi tentang biologi molecular maka klasifikasi jamur tidak
hanya berdasarkan morfologi, fisiologi dan biokimia saja tetapi
juga berdasarkan analisis DNA. Berdasarkan analisis DNA ini
maka jamur yang selama ini kita ketahui termasuk dalam
kingdom jamur saja dan sekarang ternyata terbagi atas 3
kingdom, yaitu: Jamur, Stramenopila (Chromista) dan Protista
(Protozoa). Sedangkan fungi (jamur) sendiri dibagi menjadi 2
golongan, yaitu: kapang dan khamir.
JAMUR DIBAGI MENJADI 7 DIVISI :
1 MYXOMYCOTINA (Jamur lendir)
• Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana.
•Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
– fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti
amuba, disebut plasmodium
– fase tubuh buah
• Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora
kembaran yang disebut myxoflagelata.
Contoh spesies :
1. Physarum polycephalum
2. Lycogala terresfre
3. Fuligo septica
4. d. Mucilago crustacean
OOMYCOTINA
• Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-
cabang dan mengandung banyak inti.
• Reproduksi:
– Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di
darat dengan sporangium dan konidia.
– Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk
2
oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies:
a. Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan,
serangga
darat maupun serangga air.
b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada
kentang.
ZYGOMYCOTINA
• Tubuh multiseluler.
• Habitat umumnya di darat sebagai saprofit.
• Hifa tidak bersekat.
• Reproduksi:
– Vegetatif: dengan spora.
3
– Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan
menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi
individu baru.
Contoh spesies:
a. Mucor mucedo : biasa hidup di kotoran ternak dan roti.
b. Rhizopus oligosporus : jamur tempe.
ASCOMYCOTINA
• Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler.
• Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti
banyak.
• Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis
dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
• Reproduksi:
– Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas,
pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
– Generatif: Membentuk askus yang
menghasilkan askospora.
Contoh spesies:
1. Sacharomyces cerevisae:
sehari-hari dikenal sebagai ragi.
– berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol.
– mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2
4 dengan
proses fermentasi. 
2. Neurospora sitophila:
jamur oncom.
3. Peniciliium noJaJum dan Penicillium chrysogenum
penghasil antibiotika penisilin.
4. Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti
berguna untuk mengharumkan keju.
5. Aspergillus oryzae 
untuk membuat sake dan kecap.
6. Aspergillus wentii 
untuk membuat kecap
7. Aspergillus flavus
menghasilkan racun aflatoksin Þ hidup pada biji-
bijian.flatoksin salah satu penyebab kanker hati.
8. Claviceps purpurea 
hidup sebagai parasit padabakal buah Gramineae.
5 BASIDIOMYCOTINA
• Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium
sebagain badan penghasil spora.
• Kebanyakan anggota spesies berukuran makroskopik.
Contoh spesies:
1. Volvariella volvacea :
jamur merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan
2. Auricularia polytricha :
jamur kuping, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan
3. Exobasidium vexans : 
parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh
atau blister blight. 
4. Amanita muscaria dan Amanita phalloides: 
jamur beracun, habitat di daerah subtropics
5. Ustilago maydis :
jamur api, parasit pada jagung.
6. Puccinia graminis : 
jamur karat, parasit pada gandum
PERANAN JAMUR
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik
peran yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur
yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain
sebagai berikut.
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan
pangan
berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan,
yaitu
dalam pembuatan tempe dan oncom.
c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam
industri
keju, roti, dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai
dekomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur
juga mempunyai peranan yang merugikan, antara lain sebagai
berikut.
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan
penyakit
rebah semai.
b. Phythophthora inf’estan menyebabkan penyakit pada daun
tanaman
kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada
paru-paru
manusia.
f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada
manusia.
Iklan

Pengertian Ganggang/Alga, Ciri-Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, & Peranan| Secara umum, Pengertian Ganggang
(alga/algae) adalah protista yang bersifat fotoautotrof yang dapat membuat makanannya sendiri dengan cara
fotositentis. Ganggang/Alga memiliki kloroplas dengan mengandung klorofil atau plastida yang berisi pigmen
fotosintetik lainnya. Ganggang (Alga) dapat dengan mudah ditemukan di air tawar maupun air laut. Ada yang hidup
dengan menempel di suatu tempat atau melayang-layang di air.

Ganggang (Alga) merupakan protista mirip tumbuhan. Ganggang menimbulkan air sawah, air kolam, air danaum, atau
akuarium tampak berwarna hijau. Namun, masyarakat menyangka bahwa ganggang adalah lumut. Padahal ganggang
berbeda dengan lumut. Lumut tidak terendam di air, sedangkan ganggang hidup dalam air. Jika di pegang, lumut
akan terasa seperti beludru dan lebih kering, sedangkan ganggang akan terasa basah, licin atau berlendir. Di laut,
ganggang mudah ditemukan, dan biasanya terdampar di pantai, berbentuk menyerupai tumbuhan yang berwarna-
warni (hijau, kuning, merah atau cokelat). Biasanya orang awam menyebutnya dengan rumput laut.

Ciri-Ciri Ganggang (Alga)

Ganggang (alga) memiliki karakteristik/ciri-ciri umum antara lain sebagai berikut... 

 Organisme eukariotik 
 Bersifat fotoautotrof (berfotosintetis)
 Mempunyai klorofil dan pigmen fotosintetik lainnya, 
 Mempunyai pirenoid
 Menyimpan cadangan makanan
 Bersifat uniseluler/multiseluler
 Memiliki dinding sel/tidak
 Soliter/berkoloni
 Bergerak/tidak bergerak
 Bereproduksi secara aseksual yaitu membelah diri/fragmentasi/spora vegetatif, dan seksual yaitu
konjugasi/singami/anisogami. 
 Metagenesis atau tidak 
 Hidup dengan bebas atau bersimbiosis dengan jamur membentuk lichen 
 Tubuh Ganggang (Alga) tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun. Tubuh berupa talus, sehingga
termasuk dalam golongan thalophyta
 Habitat di perairan baik di air tawar maupun di air laut, tempat lembab. Menempel di bebatuan (epilitik),
tanah/lumpur/pasir (epipalik), menempel pada tumbuhan sebagai (epifik), dan menempel tubuh hewan
(epizoik). 

Klasifikasi Ganggang (Alga) Beserta Ciri-Cirinya 

Ganggang (Alga) diklasifikasikan berdasarkan pigmen dominan, yang dibedakan menjadi enam filum antara lain
sebagai berikut...
1. Euglenoid (Euglenophyta) (Alga Hijau Terang) 

Euglenoid berasal dari bahasa Yunani dari kata eu  yang berarti sejati, dan gleen  yang berarti mata. Euglenoid adalah
ganggang (alga) uniseluler dengan bintik mata yang berwarna merah (stigma), dan tidak berdinding sel, memiliki
flagela, dan dapat bergerak aktif seperti hewan, tetapi berklorofil dan berfotosintetis seperti tumbuhan. Saat ini
teridentifikasi terdapat sekitar 1.000 spesies Euglenoid. salah satu speises yang terkenal Euglenoid adalah euglena
viridis.  Dengan menggunakan mikroskop cahaya, Euglena viridis tampak berwarna hijau. Klorofil tersimpan dalam
kloroplas yang berbentuk oval.

Ciri-Ciri Euglenoid 

 Bersifat uniseluler 
 Memiliki bintik mata yang berwarna merah (stigma), 
 Tidak berdinding sel, 
 Mempunyai flagela, 
 Dapat bergerak aktif (motil) mirip dengan hewan
 Memiliki klorofil a, b, dan berfotositentis mirip tumbuhan. serta pigmen karoten. 
 Habitat di air tawar, seperti air kolam, danau, sawah dan banyak di parit-parit peternakan yang mengandung
kotoran hewan. 
 Bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner membujur. 
 Pembelahan sel terjadi dalam keadaan tertentu. 

2. Chrysophyta (Ganggang/Alga Keemasan atau Ganggang Pirang)


Chrysophyta berasal dari bahasa Yunani dari kata Chrysos  yang berarti emas. Chrysophyta (ganggang keemasan/alga
keemasan) adalah ganggang yang memiliki pigmen dominan derivat yang berupa xantofil (kuning), dan pigmen
lainnya yaitu klorofil a, c, dan fukosantin (cokelat). Chrysophyta bersifat uniseluler soliter, uniseluler koloni, dan juga
multiseluler. Ada Chrysophyta yang memiliki flagela, dan ada juga tidak memiliki flagela, Chrysophyta dengan
berdinding sel mengandung hemiselulosa, pektin, atau silika. Chrysophyta menyimpan cadangan makanan dalam
bentuk karbohidrat atau lemak. Habitatnya di air tawar dan air laut. Chrysophyta hidup sebagai organisme
fotoautotrof. Namun sebagian spesies ada mampu menyerap senyawa organik terlarut (miksotrofik) atau menelan
partikel makanan dan bakteri dengan menjulurkan pseudopodianya.

Ciri-Ciri Chrysophyta (Ganggang/Alga Keemasan)

Berpigmen dominan derivat karoten berupa xantofil (kuning) dan pigmen dengan klorofil a, c, dan fukosantin
(cokelat). 

 Bersifat uniseluler soliter, uniseluler koloni, dan multiseluler


 Berflagela dan tidak berflagela 
 Berdinding sel dan mengandung hemiselulosa pektin, atau silika. 
 Menyimpan cadangan makanan bentuk karbohidrat atau lemak
 Habitat di air tawar dan air laut. 
 Hidup sebagai organisme fotoautotrof dan sebagian menyerap senyawa organik terlaruk (miksotrofik)
 Kloroplas berukuran kecil dan berbentuk cakram atau lembaran 

Klasifikasi Chrysophyta
Chrysophyta dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu Xanthophyceae, Chrysophyceae, dan Bacilloriophyceae. antara lain
sebagai berikut...

a. Xanthophyceae

Xanthophyceae berwarna hijau kekuningan karena mempunya pigmen klorofil dan xantofil. Tubuhnya multiseluler,
berbentuk filamen bercabang, dan senositik (sel memiliki banyak inti). Xanthophyceae bereproduksi secara vegetatif
maupun generatif. Reproduksi secara vegetatif terjadi dengan membentuk zoospora yang akan tumbuh menjadi
filamen baru. Sedangkan reproduksisecara generatif adalah membentu anteridium dengan menghasilkan spermatozoid
dan oogonium yang menghasilkan ovum. Jika terjadi fertilisasi, akan dihasilkan zigospora selanjutnya tumbuh menjadi
filamen baru. Contohnya Vaucheria. 

b. Chrysophyceae

Chrysophyceae berwarna cokelat keemasan mengandung pigmen klorofil dan karoten. Cadangan makanan disimpan
dengan bentuk karbohidrat dan minyak. Tubuhnya terdiri dari satu sel dan hidup secara soliter/koloni. Contohnya
ganggang Syanura  yang hidup berkoloni, sedangkan Mischococcus  dan Ochoromonas  hidup secara soliter. Sel
tubuhnya berbentuk mirip dengan bola dan berflagela.

c. Bacillariophyceae (Diantomae atau diatom)


Bacillariophuceae berasal dari bahasa Yunani dari kata bacillus  yang artinya batang kecil sedangkan phykos  adalah
alga. Bacillariophuceae adalah ganggang uniseluler, berwarna kuning kecokelatan, dan mempunyai dinding sel unik
mirip gelas dari campuran bahan organik dan silika.

Advertisement

3. Pyrrophyta (Dinoflagellata atau Ganggang Api) 


Pyrrophyta berasal dari bahasa Yunani dari kata pyrrhos  yang artinya api atau ganggang api. Pyrrophyta adalah alga
uniseluler yang menyebabkan air laut tampak bercahaya (berpendat) di malam hari karena sel-selnya mengandung
fosfor.Pyrrophyta disebut juga dengan Dinoflagellata yang berasal dari kata Yunani dari kata dinos  yang berarti
berputar dan flagel  yang berarti cambuk, karena memiliki flagela. Kecepatan dari pertumbuhan populagi Pyrrophyta
(ganggang api) dipengaruhi oleh suhu, kadar garam dan nutrisi, serta kedalaman air laut. Di musim tertentu, terjadi
perputaran arus dari bawah laut yang menimbulkan terangkatnya nutrisi dari dasar laut ke permukaan. Hal ini
menyebabkan populasi Ganggang api (Pyrrophyta) melimpah (blooming) dan timbul pasang merah (red tide) di laut.

Ciri-Ciri Pyrrophyta (Ganggang Api) 

 Bersifat uniseluler 
 Sel-sel yang mengandung fosfor. 
 Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh suhu, kadar garam, dan nutrisi serta kedalaman air laut. 
 Tubuh primitif yang umumnya berbentuk ovoid tapi asimietri 
 Memiliki dua flagela, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut dengan
sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan yang  satunya ke arah transversial yang ditempatkan
dalam suatu lekukan (cingulum) melingkari tubuh atau bentuk spiral di beberapa belokan. 
 Cadangan makanan berupa amium dalam sitoplasma
 Pada umumnya dinding sel mengandung selulosa

4. Chlorophyta (Ganggang/Alga Hijau) 


Chlorophyta berasal dari bahasa Yunani dari kata Chloros  yaitu hijau. Chlorophyta (Ganggang hijau) adalah ganggang
yang berwarna hijau dengan pigmen dominan klorofil a dan klorofil b, serta pigmen tambahan karoten (kuning
kemerahan) dan xantofil (kuning). Klorofil b adalah jenis klorofil yang terdapat di tumbuhan dan tidak dimiliki oleh
ganggang lain, kecuali Chlorophyta dan Euglenophyta. Chlorophyta memiliki dinding sel dari selulosa. Cadangan
makanannya disimpan dalam bentuk amilum, minya, dan protein.

Ciri-Ciri Chlorophyta (Ganggang/Alga Hijau)

 Berwarna hijau karena memiliki pigmen dominan klorofil a dan klorofil b serta pigmen tambahan karoten
(kuning kemerahan) dan xantofil (kuning). 
 Bersifat uniseluler atau berkoloni dan multiseluler. 
 Chlorophyta Uniseluler memiliki flagela yang bergerak aktif 
 Chlorophyta multiseluler berbentuk benang lembaran atau seperti tumbuhan tingkat tinggi. 
 Bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara seksual dengan membelah diri, menghasilkan zoospora,
dan fragmentasi, sedangkan reproduksi secara seksual adalah dengan konjugasi dan peleburan gamet jantan
dengan gamet betina. 
 Umumnya hidup secara fotoautotrof di air tawar. 
 Sebagian jenis hidup di laut sebagai fitoplankton. 
 Hidup di tanah yang lembab, salju, tembok basa atau menempel di tubuh tumbuhan atau hewan. 
 Hidup bersimbiosis mutualisme dengan organisme eukarotik. 

5. Phaeophyta (Ganggang/Alga Cokelat) 


Phaeophyta berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata phaios  yang berarti cokelat. Phaeophyta adalah jenis ganggang
yang hidup di laut, berwarna cokelat karena mengandung pigmen dominan fukosantin (cokelat) yang menutup pigmen
lainnya, yaitu klorofil a, klorofil c, dan xantofil. Phaeophyta menyimpan cadangan makanan berupa minyak lamianrin.
Dinding selnya mengandung pektin dan asam alginat. Phaophyta merupakan ganggang multiseluler dengan bentuk
benang atau talus yang mirip tumbuhan tingkat tinggi. Mereka melekat di batuan dengan bantuan holdfast atua
mengapung karena memiliki alat pelampung yang terdapat dekat blade.

Ciri-Ciri Phaeophyta (Ganggang Cokelat/Alga Cokelat)

 Ukuran talus mikroskopis sampai ke makroskopis.


 Berbentuk tegak, bercabang atau filamen tidak bercabang 
 Mempunyai kloroplas tunggal. Kloroplas berbentuk lempengan diskoid (cakram) dan ada juga yang
berbentuk b enang
 Mempunya pirenoid dalam kloroplas. Pirenoid adalah tempat menyimpan cadangan makanan. 
 Lapisan dalam dinding sel tersusun dari lapisan selulosa, sedangkan lapisan luar dari gumi. Bagian antara
dalam dinding sel dan bagian luar sel terdapat algin (asam alginat) 
 Memiliki jaringan transportasi air dan zat makanan analog dengan jaringan transportasi tumbuhan darat  
6. Rhodophyta (Ganggang Merah/Alga Merah) 
Rhodophyta berasal dari bahasa Yunani dari kata rhodos  yang berarti merah. Rhodophyta adalah ganggang berwarna
merah dengan pigmen dominan fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (merah) dan fikosianin ((biru), serta pigmen lain
yaitu klorofil a, klorofil d, dan karoten. Pigme fikoerritrin dan fikosianin membantu ganggang hidup di perairan dalam
bentuk menangkap glombang cahaya matahari yang tidak mampu ditangkap oleh klorofil. Rhodophyta hidup di laut
yang berwarna merah kehitaman. Rhodophyta yang hidup di laut dengan kedalaman sedang berwarna merah cerah.
Sedangkan Rhodophyta hidup laut dangkal berwarna merah kehijauan karena fikoeritrin yang menutupi klorofil
berjumlah lebih sedikit.

Ciri-Ciri Rhodophyta (Ganggang Merah/Alga Merah)  

 Umumnya bersifat multiseluler, 


 Berbenuk benang atau lembaran
 Memiliki dinding sel yang mengandung selulosa dan pektin dan ada juga yang mengandung zat kapur
(kalsium karbonat), seperti Corralina. 
 Menyimpan cadangan makanan dalam bentuk tepung florid (bahan agar-agar)
 Reproduksi secara aseksual yaitu dengan fragmentasi dan pembentukan aplanospora (spora diam) yang tida
berflagela. Sedangkan reproduksi seksual adalah pembuahan sel telur oleh spermatium di dalam
karpogonium. 

Reproduksi Ganggang/Alga

Ganggang (Alga) bereproduksi terdiri atas dua cara yakni seksual dan aseksual. Reproduksisecara aseksual melalui
pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan zoospora. Sedangkan secara seksual melalui isogami dan oogami
antara lain sebagai berikut... 

a. Reproduksi Aseksual

Reproduksi aseksual terjadi dengan pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mejadi
individu baru. Umumnya reproduksi dengan sel terjadi pada alga bersel tunggal. Alga berbentuk koloni tanpa filamen
atau yang berbentuk filamen umumnya bereproduksi secara fragmentasi. Fragmentasi adalah terpecah-pecah koloni
dengan beberapa bagian. 

Selain dengan pembelahan sel dan fragmentasi, ganggang (alga) juga bereproduksi dengan pembentukan zoospora.
Zoospora adalah sel tunggal yang diselubungi oleh selaput dan bergerak atau berenang bebas dengan menggunakan
satu atau lebih flagela. Setiap zoospora merupakan calon individu baru. 

b. Reproduksi Seksual 

Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot dan tumbuh menjadi individu
baru. Terdapat dua tipe reproduksi seksual yaitu dengan isogami dan oogami. 

Tipe isogami, gamet jantan dan gamet betina akan berukuran sama besar yang umumnya dapat bergerak. Jika zigot
hasil dari peleburan gamet betina dengan jantan dengan mengalami dormansi. maka disebut dengan zigospora

Sedangkan untuk tipe oogami, ukuran gamet jantan berbedan dengan ukuran gamet betina. Gamet betina atau telur
berukuran besar dan tidak dapat bergerak, sedangkan pada gamet jantan berukuran kecil dan mampu bergerak. Jika
zigot yang terbentuk tidak berkecambah namun mengalami dormansi, maka hal ini disebut dengan oospora. 

Peranan Ganggang/Alga

Ganggang/alga yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia antara lain sebagai berikut...

 Ganggang (alga) hijau merupakan sumber dari fitoplanton yang difungsikan sebagai pakan ikan dan hewan
air lainnya
 Ganggang (alga) cokelat (Macrocrytis pyrifera) mengandung yodium dengan mengandung Na, P, N dan Ca
yang dimanfaatkan sebagai suplemen untuk hewan ternak. Mengandung asam alginat, sebagai pengental
produk makanan, industri, dan alat-alat kecantikan (Laminaria, Macrocytis, Acophylum, dan Fucus). 
 Ganggang (alga) merah dimanfaatkan untuk makanan suplemen kesehatan (Porphyra), sumber makanan
(Rhodymenia Palmata), pembuatan agar (Gellidium), dan penghasil karagenan (pengental es krim). 
 Dinding sel diatom mengandung zat kresik pada ganggang keemasan yang berguna untuk industri, misalnya
bahan penggosok, penyaring, bahansa isolasi, dan industri kaca. 
Sumber air sawah http://pakarebiologi.blogspot.co.id/2015/07/laporan-praktikum-mikrobiologi-
umum_5.html

Tanaman paku http://ilmusejarahbiologi.blogspot.co.id/2014/03/klasifikasi-tanaman-paku.html

Lumut http://www.tugassekolah.com/2017/05/cara-tumbuhan-lumut-berkembang-biak.html

Alga https://pixabay.com/en/alga-algae-seaweed-plant-texture-2235382/

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut antara pulau
yang satu dengan pulau yang lain. Laut Indonesia terkenal akan keindahan dan
kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka
ragam. Salah satunya yaitu algae. Algae merupakan tumbuhan thallophyta yang
belum dapat dibedakan antara akar, batang maupun daunnya.
Disekitar pantai tepatnya pada zona pasang surut air laut, seringkali ditemukan
bermacam-macam alga, baik itu jenis Chlorophyta, Rhodophyta, Cyanophyta,
maupun yang lain. Sebagian dari jenis jenis alga ini ada yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia serta dapat pula di budidayakan. Diantara manfaatnya sebagai
sayuran, bahan pembuatan agar-agar, bahan pembuatan kosmetik, dan masih
banyak lagi.
Untuk dapat mengetahui keanekaragaman alga yang hidup dan berhabitat di
zona pasang surut air laut, oleh sebab itu maka di adakanlah praktikum study
lapangan yang di maksudkan untuk mengetahui tingkat dan jenis keanekaragaman
alga yang berhabitat di daerah pasang surut air laut.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

            Sebenarnya pada saat penelitian yang terjun langsung ke pantai Kondang Merak
banyak sekali jenis algae yang ditemukan. Kesemuanya dibawa ke laboratorium setelah
selesai melakukan pengambilan algae secara langsung di pantai Kondang Merak, terdapat
sekitar 45 jenis alga yang berhasil di dapatkan pada saat pengamatan. Dari sekian
banyaknya jenis algae yang diketemukan dan setelah dibagi untuk masing kelompok, hanya
3 jenis algae yang akan dijelaskan pada laporan pengamatan kali ini.

3.1  Gracilaria coronopifolia J. Agardh.

Gambar Pengamatan Gambar literatur


(Algabase,2010)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada salah satu jenis alga, diketahui ciri-
ciri dari alga yang ditemukan adalah berwarna merah kecoklatan,bertekstur silindris keras
dan mempunyai percabangan dikotom. Menurut literatur gambar (Ciremai.,2008) yang di
dapatkan, setelah di identifikasi ciri ciri dari keduanya dan memiliki banyak persamaan,
maka jenis alga yang di amati ini termasuk dalam jenis alga Gracillaria coronipifolia
J.Agardh

Klasifikasi dari alga jenis ini dijelaskan di sebuah literature (Algabase,2010)

Kerajaan     Plantae

Divisi            Rhodopyta

Kelas             Rhodopyceae

Bangsa           Gracilariales

Suku                 Gracilariceae

Marga                Gracillaria
Jenis                      Gracillaria coronipifolia J.Agardh

                   

Alga jenis Gracilaria sp. yang ditemukan ini merupakan alga yang tergolong dalam
divisi Rhodophyta karena ciri-ciri yang dimilikinya yang salah satunya yaitu memiliki pigmen
berwarna merah. Seperti dijelaskan dalam literature (Birsyam,1992) bahwa  Rhodophyta
memiliki pigmen merah (Rhodon = merah, rose; phykos = alga), mengandung zat makanan
agar-agar (Floridean), beberapa jenis ada yang mengandung zat kapur (Corallina), zat
pektin (Chondrus, Gigartina). Selain mempunyai pigmen merah, Rhodophyta juga
mempunyai beberapa pigmen yaitu klorofil a, beta karoten, glutein (termasuk santofil) dan
fikoeritrin dalam jumlah yang cukup banyak. Makanan cadangan berupa “floridean starch”
yaitu merupakan karohidrat yang tidak larut, genis ini kebanyakan bersel satu. Dijelaskan
juga dalam literature lain (Ariyanto. 2000) bahwa spesifikasi dari Gracilaria coronopifolia J.
Agardh. Adalah Thalli silindris, licin, warna coklat-hijau atau coklat kuning (pirang),
menempel pada substrat dengan cakram kecil. Percabangan mendua bagian (dichotomous)
berulang -ulang. Umumnya rimbun pada porsi bagian atas rumpun. Warna hijau-pirang.

            Gracilaria termasuk dalam divisi Rhodophyta. Pada umumnya hidup di lingkungan air
laut. Sebagian besar tumbuh di batu batuan karang. Talus alga ini berbentuk silindris dan
bercabang. Warna talus merah. Dinding sel terdiri dari komponen non fibriler yang
mengandung selulosa. Cadangan makanannya berupa karbohidratyang tersimpan dalam
bentuk granula yang terletak dalam sitoplasma. Pigmen terdiri dari klorofil A dan D,
karotenoid, dan fikobilin (fikoeritrin dan fikosianin). Gracilariab sp. Ini tubuhnya tidak
dilengkapi alat gerak (Sulisetjono,2009).

           Perkembangbiakan Rhodophyta berbeda dengan alga lainnya terutama mengenai


alat reproduksi seksualnya yaitu gamet jantan tidak berflagel disebut spermatia, mereka
diangkut secara pasif menuju alat kelamin betina “karpogonium”. Beberapa Rhodophyta
mempunyai zigot yang membelah langsung menjadi spora (karpospora), tetapi kebanyakan
membuat karpospora tidak langsung dari zigot. Perkembangbiakkan vegetatif dengan
aplanospora (spora tak bergerak), dan dengan fragmentasi thallus. Sedangkan
perkembangan generatifnya dengan pembuahan sel telur di dalam korpogonium oleh
spermatium (biologipedia,2010).

            Alga banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia disekitar kita, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dijelaskan dalam literature tentang beberapa manfaatnya
(Fried,2005) “Gracilaria sp.ini bermanfaat sebagai bahan makanan (rumput laut)untuk
membuat agar-agar, es krim, keraginan, dan lain-lain”.

3.2  Laminaria sp.

Gambar Pengamatan Gambar literatur


                 (Algabase,2010)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada salah satu jenis alga, diketahui ciri
ciri dari alga yang ditemukan adalah berwarna merah kecoklatan namun setelah di awetkan
berubah menjadi coklat. Panjang blade 23 cm dan lebar kira kira 4.5 cm,panjang stipe 3 cm
dan holdfastnya 0.5 bertekstur seperti kulit dan bentuknya menyerupai lembaran lembaran
daun dengan banyak bintil-bintil di permukaannya. Menurut literatur gambar (Taylor, 1960)
yang di dapatkan, setelah di identifikasi ciri ciri dari keduanya dan memiliki banyak
persamaan, maka jenis alga yang di amati ini termasuk dalam jenis algaLaminaria sp.

Klasifikasi dari alga jenis ini dijelaskan di sebuah literature (Algabase,2010):

           

Kerajaan        Plantae

Divisi               Phaeophyta

Kelas                 Phaeophyceae

Bangsa             Laminariales

Suku                    Laminariaceae


Marga                   Laminaria

Jenis                        Laminaria sp.

Alga jenis Laminaria sp. Yang ditemukan ini merupakan alga yang tergolong dalam
divisi Phaeophyta karena ciri-ciri yang dimilikinya yang salah satunya yaitu memiliki pigmen
berwarna coklat. Seperti dijelaskan dalam literature(Lovalles,1989) “Laminaria sp. Memiliki
bentuk morfologi, warnanya di dominasi oleh pigmen warna cokelat (xantofil) selain klorofil A
dan C. Organisme ini berbentuk seperti batang atau lembaran dan sebagian telah memiliki
bagian yang berbentuk menyerupai batang, akar, dan daun pada tumbuhan tingkat rendah.
Di literature lain (Sulisetjono,2009) juga dijelaskan bahwa “ganggang coklat ini memiliki
pigmen klorofil a dan c, karoten dan mengandung xantofil (Fukoxantin yang terdiri dari
violaxantin, flavoxantin, neofukoxantin a dan neofukoxantin b. selain itu ganggang coklat
memiliki cadangan makanan berupa laminaria , sejenis karbohidrat yang meyerupai dekstrin
yang lebih dekat dengan selulosa daripada zat tepung. Selain laminarin juga ditemukan
manitol, minyak dan zat-zat yang lainnya.

Alga ini umumnya hidup di laut yang agak dingin dan sedang, terdampar di pantai,
melekat di bebatuan dengan alat pelekat (semacam akar atau holdfast). Bila dilaut yang
iklimnya sedang atau dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan sangat berbeda
bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain, ada juga yang hidup sebagai
endofit (tjitrosoepomo,1983).

Perkembangbiakan alga coklat hamper sama dengan tumbuhan tinggi, pada ujung atau
ketiak cabang dibentuk reseptakel, yaitu badan yang mengandung alat pembiakan. Di
dalam reseptakel terdapat konseptakel yang berisi gamet berupa sel telur atau
spermatozoid.  Pembiakan seksualnya yaitu dengan zoospora atau aplonospora tanpa
dinding, sedangkan pembiakan seksualnya dengan isogami, anisogami, atau oogami.
Dalam daur hidupnya sebagian besar generasi terdapat pergantian keturunan antara
sporofit yang hidup bebas dengan gametofit, pergiliran ini mungkin isomorfik atau
heteromorfik (Kimball,1999.).

Dalam daur hidupnya semua phacopyceae kecuali bangsa fucales menunjukkan


adanya pergantian keturunan antara gametofit dan sporofit, yang masing-masing hidup
sebagai individu yang bebas pergantianketurunan tersebut bersifat isomorfik atau
heteromorfik. Sebagian besar dari phaeopyceae pertumbuhannya bersifat trikhothalik.
Pertumbuhan trikhothallik adalah cara pertumbuhan yang dilakukan oleh sel-sel yang
letaknya dibagian basal dari filamea yang terdapat pada ujung thallus. Dan sel-sel tersebut
aktif membelah (Ariyanto,2000).

Bentuk pergiliran keturunan dari Phaeophyta, kecuali  Fucales:

                                               
Gambar reproduksi Laminaria

Secara anatomi, struktur dari Laminaria ini menurut (Ariyanto,2000) adalah Bagian
dalam talus terdiri atas bebreapa lapisan, permukaan ditutupi oleh kutikula yang
mengandung asam alginat (algine).Korteks luar mengandung meristoderm, terdiri sel kuboid
kecil yang berpigmen yang digunakan untuk fotosintesis.Korteks dalam tersusun atas sel-sel
panjang berpigmen yang terdiri dari masa yang kompak.Medula dibagian tengah terdiri dari
sel-sel seperti benang panjang dan tepi berlekatan diliputi oleh lendir, terdapat hifa dan sel
pengangkut.Sel pengangkut ini tersusun dalam barisan memenjang, ujung melebar dan
menyatu.
Kegunaan dari divisio Phaeophyta ini diantaranya adalah: abu dari Fucaceae dan
Laminariales merupakan sumber potassium dan iodium. Algin dari Laminariales digunakan
secara meluas dalam lapangan industri, salah satu kegunaan algin adalah pada pembuatan
es krim, sehingga es krim tersebut halus tidak berupa kristal besar, algin juga digunakan
dalam industri karet. Kombu hasil dari Laminariales terutama Laminaria dan Alaria
digunakan sebagai makanan dari Jepang dimasak bersama ikan, daging, dan sop.
Dijelaskan juga dalam literature lain menurut (Birsyam,1992), berbagai penelitian
mengungkapkan bahwa Laminaria sp. memilki fungsi dalam tanaman obat berkhasiat untuk
kesehatan. Berbagi penelitian mengungkap bahwa ganggang coklat memili keistimewaan
sebagai tanaman obat berkhasiat.diantaranya(zaifbio,2009):

1)  Di dalam ganggang Laut Cokelat mengandung fucoidan mampu menghambat pembentukan
bekuan darah sehingga menurunkan resiko terserang penyakit jantung dan stroke ( Malmo
University Hospital, Swedia)

2)   Fucoidan dalam ganggang cokelat mempercepat fungsi motorik pada minggu pertama dan
perbaikan memori (University of Manitoba, Winnipeg-Canada)

3) Ganggang cokelat mengubah aktifitas enzim di liver yg mengontrol metabolisme asam lemak,
sehingga menurunkan kadar lemak dalam darah. Selain itu, dapat juga meningkatkan
pembakaran lemak di liver (Laboratory of Lipid Chemistry, Yokohama- Jepang)

4) Ganggang Laut cokelat (brown seaweed) membantu menurunkan kadar kolesterol sebanyak
26,5% dan trigliserida sebanyak 36,1% (Cardiovascular Center di RS Sakhalin, Rusia)

5) Pada pasien pasca stroke yang dilakukan Universias Manitoba, Winnipeg, Kanada. Hasilnya
menunjukkan bahwa fucoidan dalam brown seaweed mempercepat pemulihan fungsi
motorik pada minggu pertama serta memperbaiki memori.

6)  State Techical Medicine Center Rusia menyatakan Brown Seaweed adalah suplemen yg
aman dikonsumsi, tidak menunjukkan efk negative (alergi) pada fungsi tubuh dan organ.

3.3  Kappaphycus cottonii

Gambar Pengamatan Gambar literature


                    (Algabase,2010)

Berdasarkan hasil pengamatan pada alga jenis Kappaphycus cottonii yaitu alga ini


termasuk golongan devisi Rhodopyta karena bentuk thalusnya terdiri dari holdfast (bagian
yang mirip akar) dan stipe (bagian yang mirip batang) berdikotom  berwarna merah
kecoklatan. Tekstur thalus dari alga ini solid dan keras berbentuk silindris serta stipenya
terkumpul menjadi satu sehingga terlihat berimbun. Alga Kappaphycus cottonii ditemukan
menempel pada bebatuan yang terletak di pinggiran pantai pada saat ombak sedang
pasang surut. Ukuran seluruh tubuh dari alga ini yang di temukan yaitu memilki lebar 6 cm
dan tinggi 5 cm.

Klasifikasi dari alga jenis ini dijelaskan di sebuah literature (Algabase,2010):

Kerajaan        Plantae

Divisi               Phaeophyta

Kelas                 Rhodophyceae

Bangsa             Gigartinales

Suku                    Solieriaceae

Marga                    Kappaphycus

Jenis                        Kappaphycus cottonii

                       

Ganggang merah melekat pada substrat dengan berbagai tipe alat pelekatyang
disebut holdfast.Alat pelekat dapat berupa rizoid bersel tunggal ataumultiseluler, stolon,
tendril, atau alat pelekat seperti mencakram.Perbedaan bentuk alat pelekat merupakan
adaptasi terhadap substrat danperbedaan tingkat pengaruh faktor lingkungan
(Kimball,1999).

Ganggang merah memiliki pigmen asesoris yang disebut fikobilin yangterdiri dari
fikoeritrin dan fikosianin.Fikoeritrin merupakan pigmen asesorisdominan yang berperan
dalam memberikan warna merah pada ganggang ini. Pigmen lain yang terdapat pada sel
ganggang merah adalah klorofil a dan d,karoten, lutein, dan zeaxanthin. Ganggang
merahtidak memperlihatkan warna merah semua tetapi  memperlihatkan warna
ungu,kecoklatan, hitam, kuning, dan kehijauan (Birsyam,1992).

Tubuh thalus dari devisi Rhodopyta, hampir semuanya tersusun atas multiseluler,
hanya dua marga saja yang uniseluler. Thalus yang multiseluler berbentuk filamen silinder
ataupun helaian. Pada dasarnya thalus yang multiseluler terutama yang tingkatannya terdiri
dari filamen-filamen yang bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga
membentuk thalus yang pseudoparenkhimatik. Dan thalus pada umumnya melekat pada
substrat dengan perantaraan alat pelekat. Pada Rhodopyta yang tinggi tingkatannya memilki
2 tipe thalus yaitu monoaksila dan multiaksial(Taylor,1960).

Ganggang merah menempati berbagai tipe habitat mulai dari zona litoralsampai
pada kedalaman dengan batas cahaya terendah.Di perairan tropic umumnya terdapat pada
zona sublitoral dimana cahaya sangat kurang.Ganggang merah menempel pada berbagai
tipe substrat antara lain padabatuan pantai, karang mati, rataan terumbu, substrat berpasir,
menempel padaganggang lain, atau menempel pada tubuh hewan. Sebagian besar
ganggang merah tumbuh pada pantaiberkarang.Pantai berlumpur umumnya tidak dapat
ditempati oleh ganggangmerah kecuali beberapa jenis Gracilaria, Bostrichia, dan Catenella
yang dapattumbuh sebagai epifit (Tjitrosoepomo ,1983).

Reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan fragmentasi, Rhodopyta


memebentuk satu atau beberapa macam spora yang tidak berflagel yaitu karpospora (spora
seksual), spora netral, monospora bispora, tetraspora atau polispora. Sedangakan
reproduksi generatif di lakukan dengan cara oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum)
oleh sel kelamin jantan (spermatium).

Ganggang merah merupakan kelompok ganggang yang mempunyai nilai ekonomi


penting.Ganggang ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan,obat, dan material
penting dalam industri makanan, kosmetik, dan obat-obatan. DiIndonesia pemanfaatan 
ganggang merah untuk industri dimulai dari industri agar-agaryang dihasilkan dari Gelidium,
Gelidiella, dan Gracilaria, sedangkan  untukindustri karagenan dihasilkan dari Eucheuma.
Pemanfaatan ganggang merah secaratradisional terutama digunakan sebagai bahan
pangan seperti sayur, manisan,campuran es, kue, dan obat (biologipedia,2010).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan, di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :


1.  Gracillaria sp. adalah jenis Rhodhophyta yang mempunyai bagian holdfat, stipe dan blade.
Thalusnya dichotome dan dimanfaatkan sebagai bahan agar-agar. Klasifikasi dari alga jenis
ini adalah:

Kerajaan      Plantae

Divisi             Rhodopyta

Kelas             Rhodopyceae

Bangsa           Gracilariales

Suku                 Gracilariceae

Marga                Gracillaria

Jenis                     Gracillaria coronipifolia J.Agardh

2.  Laminaria sp. adalah jenis Phaeophyta yang mempunyai bentuk thalus berupa lembaran.
Mempunyai cadangan makanan berupa laminarin dan dimanfaatkan dalam dunia
kesehatan. Klasifikasi dari alga jenis ini adalah :

Kerajaan        Plantae

Divisi               Phaeophyta

Kelas                 Phaeophyceae

Bangsa             Laminariales

Suku                    Laminariaceae

Marga                   Laminaria

Jenis                    Laminaria sp.

3.  Kappaphycus cottonii  termasuk golongan devisi Rhodopyta yang mempunyai bentuk thalus


silindris dan keras. Hidup menempel pada bbatuan. Banyak dimanfaatkan sebagai bahan
makanan dan obat-obatan.

Kerajaan        Plantae

Divisi               Phaeophyta

Kelas                 Rhodophyceae

Bangsa             Gigartinales

Suku                    Solieriaceae

Marga                    Kappaphycus

Jenis                        Kappaphycus cottonii


           

4.2 Saran

            Kegiatan seperti ini sebaiknya dijadikan agenda tersendiri, karena kegiatan ini
merupakan bentuk pengaplikasian dari pemberian materi selama di ruang kelas, dan juga
sebagai media pembelajaran secara langsung yang tidak hanya berkutat di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Algabase.2010. www.algabase.com (diakses 21 November 2012, pukul 11.00 wib)

Ariyanto. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Birsyam,Inge L.1992.Botani Tumbuhan Rendah. ITB. Bandung

Ciremai. 2008. Biologi Laut. Jakarta: PT. Gramedia.

http://biologipedia.blogspot.com/2010/09/rhodophyta.html (di akses 21 November 2012, pukul


09.30 wib)

http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/phaeophyta-algae-coklat/ (di akses 21 November 2012,


pukul 09.15 wib)

Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga

Lovelles. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerak Tropik 2. Jakarta: Gramedia.

Sulisetjono.2009. Bahan Serahan Alga:Malang. UIN press

Taylor. 1960. Biologi. Bandung: Ganeca Exact.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1983. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta: UGM Press.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Paku (Pteridophyta)
            Tumbuhan paku pernah merajai vegetasi zaman Paleozoikum periode karbon yang disebut zaman Paku.
Tumbuhan paku yang dominan saat itu berbentuk pohon (paku tiang), misalnya Alsophila glauca. (Henny Riandari:
2011)
            Tumbuhan paku dapat ditemukan diberbagai habitat, ada yang tumbuh di daratan yang tanahnya netral, tanah
berkapur, tanah asam, dan ada juga yang hidup di air. Biasanya tumbuhan ini menyukai tempat yang lembab dan
teduh. Adapun ciri-ciri tumbuhan paku yaitu: memiliki akar, batang dan daun sejati, memiliki pembuluh angkut dengan
ikatan pembuluh, memiliki klorofil, berkembang biak dengan spora dan pergiliran keturunan antara fase gametofit dan
vegetatif (metagenesis). Tumbuhan paku juga banyak memiliki manfaat bagi kehidupan manusi sehari-hari antara
lain  Sebagai bahan obat-obatan, Sebagai tanaman hias, Sebagai tanaman sayuran, Sebagai pupuk hijau dalam
pertanian, dan Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara. (Henny Riandari: 2011)
2.2 Lumut
Lumut merupakan tumbuhan darat pertama dengan susunan tubuh yang masih
sederhana. Secara khusus, lumut dikenal sebagai tumbuhan tidak berpembuluh. Mereka tidak
memiliki organ tubuh sebenarnya. Tumbuhan tersebuh hanya memiliki organ yang
menyerupai akar, batang dan daun. Misalnya, rizoid merupakan organ pengganti akar pada
lumut. Organ tersebut memungkinkan lumut dapat menempel pada substrat dan menyerap air
(mineral) dari dalam tanah. (Arif Priadi: 2007)

Tumbuhan paku termasuk Kormophyta berspora karena sudah mempunyai


akar, batang dan daun sejati serta berkembang biak dengan spora.   Tumbuhan ini sudah mempunyai klorofil, akar,
batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku yang kita kenal dan dapat kita amati merupakan fase sporofit. (Henny
Riandari: 2011)
            Pteridophyta hidup di habitat yang lembab sehingga disebut juga tumbuhan higrofit. Tumbuhan paku muda
mempunyai ciri khas bakal daun yang muda menggulung. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan lapisan bawah di
hutan-hutan tropik dan subtropik. Habitatnya meliputi tepi pantai sampai ke lereng pegunungan, dan di sekitar kawah.
(Henny Riandari: 2011)
            Batang tumbuhan paku sudah mempunyai pembuluh pengangkut berupa floem dan xilem yang bertipe
konsentris (xilem dikelilingi floem). Akarnya berupa akar tongkat yang disebut rizom.Daunnya terdiri atas daun kecil
(mikrofil) dan daun besar (makrofil). Daun yang digunakan untuk fotosintesis disebut tropofil. Adapun daun yang
menghasilkan spora disebut sporofil. Sporofil mempunyai kotak spora yang disebut sporangium, berupa suatu badan
yang menghasilkan spora. Sporangium terkumpul dalam sorus. Kumpulan sorus-sorus disebut siri. Sorus dilindungi
oleh pembungkus (selaput) yang disebut indusium.
            Sporangium terdiri atas sporangiofor, annulus, operkulum, dan peristom. Sporangiofor adalah tangkai
sporangium. Annulus merupakan sederet sel mati yang mengelilingi sporangium. Dinding sel annulus tebal, kecuali
yang menghadap keluar. Annulus barfungsi untuk mengeluarkan spora dengan menekan sporangium. Operkulum
adalah tutup kotak spora. Peristom adalah gigi yang melingkari operkulum. (Henny Riandari: 2011)
b.        Perkembangbiakan paku
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan seperti halnya tumbuhan lumut.
Siklus hidup Pteridophyta dimulai dari proses terjadinya pembuahan antara spermatozoid dan
sel telur yang membutuhkan air sebagai media. Hasil pembuahan tersebut akan menghasilkan
zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan memperlihatkan dua kutub. Satu kutub
tumbuh ke atas (membentuk daun dan batang), sedangkan kutub yang lain tumbuh ke bawah
(membentuk akar). Namun, pada perkembangan selanjutnya kutub yang satu tumbuh
membentuk batang beserta daun, sedangkan kutub yang lain terhenti atau tidak berkembang.
Oleh karena itu, tumbuhan paku disebut tumbuhan berkutub satu. (Henny Riandari: 2011)
c.         Klasifikasi Tumbuhan Paku
1.      Devisi Psilotophyta

Anggota devisi Psilotophya tidak memiliki daun atau akar sejati. Fungsi akar
digantikan oleh rizoid. Psilotophyta memiliki sporangium yang terletak pada ujung-ujung
cabangnya. Psilotophyta merupakan kelompok tumbuhan paku yang sudah hampir punah.
Anggota devisi ini pernah dominan pada periode Silurian hinnga Devonian. Salah satu jenis
devisi psilotophyyta yang masih ada hingga sekarang adalah Psilotum.(Bagod Sudjadi:
2007)
2.      Devisi Lycopodophyta

Jumlah anggota devisi ini mencapai sekitar 1000 spesies. Mereka memiliki daun berupa
mikrofil yang tersusun secara spiral. Lycopodophyta memiliki sporangium yang muncul dari
ketiak daun yang berkumpul membentuk strobilus (bentuk seprti pentungan kayu. Bersifat
epifit. Contohnya Lycopodium dan Selaginella. (Bagod Sudjadi: 2007)
3.      Devisi Equisetophyta
Jumlah anggota devisi ini hanya terdapat sekitar 15 spesies. Mereka bisa tumbuh subur
di tempat-tempat yang lembab, daun berukuran menengah, bersisik, dan tersusun melingkar
pada setiap buku. Rizom dapat menghasilkan batang yang menjulang ke atas hingga
mencapai ketinggian 1,3 meter. Pada ujung batang terdapat stobilus berwarna kekuning-
kuningan. Contohnya Equisetum. (Bagod Sudjadi: 2007)

4.      Devisi Pteridophyta

Devisi ini meliputi tumbuhan  paku menurut kita sehari-hari. Mereka memiliki makrofil
dengan tulang-tulang daun dan daging daun (mesofil). Tinggi tumbuhan paku ini bervariasi,
mulai dari yang pendek dan tampak lumut hingga tinggi menjulang seperti pohon. Anggota
devisi ini ada yang tingginya mencapai enam kaki.
Contoh: Alsophilla glauca (paku tiang), Gleichenia linearis (paku resam), Adiantun
cuneatum (suplir), dan Marsilea crenata (semanggi). (Bagod Sudjadi: 2007)
d.        Peranan Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku memiliki  manfaat di antaranya adalah sebagai salah satu sumber
fosil batu bara yang bermanfaat untuk bahan bakar. Sebagai tanaman hias, yaitu: suplir
(Adiantum cuneatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), paku tanduk rusa (Platycerium
bifurcatum) dan pakis (Nephrolepis sp.). Sebagai bahan penggosok untuk mencuci bahan dari
gelas, yaitu: paku ekor kuda (Equisetum debille). Sebagai bahan baku obat-obatan, yaitu
species Dyopteris filix-mas (paku picisan) dan Lycopodium clavatum. Sebagai bahan
makanan, yaitu semanggi (Marsilea crenata) dan berbagai jenis tumbuhan paku yang
daunnya masih muda (pakis). Sebagai media tumbuh tumbuhan anggrek, yaitu paku tiang
(Alsophilla glauca). Sebagai pupuk hijau, yaituAzolla pinnata yang hidup bersama
dengan Annabaena azollae (kelompok ganggang biru). Annabaena azollae mengikat unsur
nitrogen yang ada di udara bebas menjadi senyawa nitrogen yang yang dapat diserap oleh
tumbuhan lain sehingga dapat menyuburkan tanah. (Arif Priadi: 2007)
4.2.2 Lumut
a. Ciri-ciri Lumut
Tumbuhan lumut adalah tumbuhan darat sejati, walaupun masih banyak yang
menyukai tempat yang lembab dan basah (pada kulit kayu, batuan, dan tembok). Lumut yang
hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (Sphagnum sp). Walaupun demikian
lumut masih sangat memerlukan air, tanpa air organ reproduksinya tidak dapat masak atau
pecah (merekah). Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat dengan
perantaraan Rhizoid (akar semu), oleh karena itu tumbuhan lumut merupakan bentuk
peralihan antara tumbuhan bertalus (Thallophyta) dengan tumbuhan berkormus (Kormofita).
Lumut merupakan tumbuhan berpembuluh dan disebut tumbuhan berkormus karena memiliki
akar berupa rizoma, batang, dan daun yang menyerupai tumbuhan sempurna. Namun
tumbuhan ini masih tergolong tumbuhan tingkat rendah karena tidak menghasilkan buah
seperti tumbuhan pada umumnya. Tumbuhan paku berkembang biak secara seksual dan
aseksual dan mengalami pergiliran keturunan. (Arif Priadi: 2007)
Didalam tumbuhan lumut terdapat istilah berumah dua (lumut heterotalus) yang artinya
kelompuk lumut yang masing-masing talusnya memiliki anteridium saja atau arkegonium
saja, sedangkan berumah satu (homotalus) artinya kelompok lumut yang memiliki
anteridium dan arkegonium pada satu tubuh (talus). Peranan lumut bagi kehidupan sehari-hari
yaitu mencegah terjadinya banjir pada musim hujan dan mampu menyediakan air pada
musim kemarau, digunakan sebagai bahan bakar, dan dapat diolah menjadi kapas. (Arif
Priadi: 2007)
b. Reproduksi Lumut
Lumut dapat bereproduksi dengan 2 macam yaitu secara aseksual dan seksual:
1.      Reproduksi aseksual (vegetatif) dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, misalnya melalui pembentukan gemma
atau kuncup, penyebaran spora, dan fregmentasi.
2.      Reproduksi seksual (generatif) dilakukan dengan cara peleburan antara sel gamet jantan (spermatozoid) dengan gamet
betina (ovum). Spermatozoid dihasilkan oleh anteridium (alat kelamin jantan), sedangkan ovum dihasilkan oleh
arkegonium (sel kelamin betina). (Bagod Sudjadi,2007)

Berdasarkan letak anteridium dan arkegonium, lumut dapat dibedakan atas 2


kelompok yaitu:
1.      Lumut homotalus, merupakan kelompok lumut yang memiliki anteridium dan arkegonium pada satu tubuh (talus).
Lumut demikian disebut juga lumut berumah satu.

2.      Lumut heterotalus, merupakan kelompok lumut yang masing-masing talusnya memiliki anteridium saja atau arkegonium
saja. Lumut demikian disebut juga lumut berumah dua. (Bagod Sudjadi: 2007)

c.         Klasifikasi Lumut
Berdasarkan bentuk morfologi dan sifat hidup lainnya, lumut dikelompokan atas lumut
hati, lumut tanduk dan lumut sejati (lumut daun). Masing-masing kelompok tersebut
menempati takson yang sama. Tetapi penempatannya  dalam sistem taksonomi mengalami
perkembangan. (Bagod Sudjadi: 2007)
Sebagian ahli taksonami menempatkan masing-masing kelompok lumut pada tingkatan
takson kelas, yaitu kelas Hepaticopsida (lumut hati), kelas Anthoceropsida (lumut tanduk),
dan kelas Bryopsida (lumut sejati). Berikut ini saya akan membahas tentang kelompok lumut
tersebut:
1.      Lumut Hati

Lumut hati merupakan tumbuhan kecil yang berbentuk lembaran. Lumut ini tidak
memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya sehingga disebut tumbuhan talus. Struktur
talus pada tumbuhan ini disebut lobus. Salah satu jenis tumbuhan hati yang terkenal
adalah Marchantia . Setiap lobus lumut memiliki ukuran panjang 1cm atau lebih. Permukaan
atas lobus licin, sedangkan bawahnya terdapat rizoid yang dapat tertanam kedalam tanah.
Contoh lumut adalah Marchantia polymorpha dan Marchantia geminata. (Bagod Sudjadi:
2007)
2.      Lumut Tanduk

Lumut ini dapat ditemukan disepanjang pinggir sungai, danau, atau selokan. Struktur
tubuhnya hampir serupa dengan lumut hati. Itulah sebabnya, ada sebagian ahli
mengelompokkan kedalam lumut hati. Seperti halnya lumut hati, lumut tamduk juga
mengalami pergiliran keturunan. Salah stu spesies lumut ini adalah Anthoceros
sporophytes. (Bagod Sudjadi: 2007)
3.      Lumut Sejati

Lumut sejsti banyak ditemukan didaerah yang lembab dan teduh. Lumut ini dapat saja
ditemukan didaerah kutub, tropis, atau gurun. Lumut sejati merupakan tumbuhan kecil yang
memiliki batang semu yang dapat tegak dengan lembaran daun yang tersusun spiral. (Bagod
Sudjadi: 2007)
d.        Peranan Tumbuhan Lumut
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat
selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan. Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai
ornamen tata ruang. Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata.

DAFTAR PUSTAKA
Fried, George H. 2005. Biologi Edisi II. Jakarta: Erlangga
Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Priadi, Arif. 2007. Biologi SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira
Riandari, Henny. 2011. Theory and Application of Biology 1. Solo: Tiga Serangkai

Anda mungkin juga menyukai