Anda di halaman 1dari 31

Biologi

Tumbuhan paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya
memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut.
Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan
dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora.
Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena
memiliki pembuluh pengangkut.

1. Ciri-ciri tumbuhan paku


a. Ukuran dan bentuk tubuh

Tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi dari yang tingginya sekitar 2
cm, misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung di air, sampai
tumbuhan paku yang hidup di darat yang tingginya mencapai 5 m misalnya
paku tiang (Sphaeropteris). Tumbuhan paku purba yang telah menjadi fosil
diperkirakan ada yang mencapai tinggi 15 m. Bentuk tumbuhan paku yang
hidup saat ini bervariasi, ada yang berbentuk lembaran, perdu atau pohon, dan
ada yang seperti tanduk rusa.

Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi
gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian
dalam siklus tumbuahan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang
menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang
menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit
berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan
generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut
generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai
tumbuhan paku.

b. Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku generasi sporofit


Tumbuhan paku sporofit pada umumnya memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Namun, ada beberapa jenis yang tidak memiliki akar dan daun sejati.
Batang tumbuhan paku ada yang tumbuh di bawah tanah disebut rizom dan
ada yang tumbuh di atas permukaan tanah. Batang yang yang tumbuh di atas
tanah ada yang bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak bercabang.
Tumbuhan paku yang tidak memilki akar sejati memilki akar berupa rizoid yang
terdapat pada rizom atau pangkal batang. Tumbuhan paku ada yang berdaun
kecil (mikrofil) dan ada yang berdaun besar (makrofil). Tumbuhan paku yang
berdaun kecil, daunnya berupa sisik. Daun tumbuhan paku memiliki klorofil
untuk fotosintesis. Klorofil tumbuhan paku yang tak berdaun atau berdaun
kecil terdapat pada batang.

Tumbuhan paku sporofit memiliki sporangium yang menghasilkan spora. Pada


jenis tumbuhan paku sporofit yang tidak berdaun, sporangiumnya terletak di
sepanjang batang. Pada tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya
terletak pada daun yang fertil (sporofil). Daun yang tidak mengandung
sporangium disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan
ada yang berbentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil
yang membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang. Pada sporofil
yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok membentuk sorus. Sorus
dilindungi oleh suatu selaput yang disebut indisium. Sebagian besar tumbuhan
paku memiliki pembuluh pengangkut berupa floem dan xilem. Floem adalah
pembuluh pengangkut nutrien organik hasil fotosintesis. Xilem adalah
pembuluh pengangkut senyawa anorganik berupa air dan mineral dari akar ke
seluruh bagian tumbuhan. Spora yang menghasilkan sporofit akan tumbuh
membentuk struktur gametofit berbentuk hati yang disebut protalus atau
protaliaum.

c. Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku generasi gametofit

Gametofit tumbuhan paku hanya berukuran beberapa milimeter. Sebagian


besar tumbuhan paku memiliki gametofit berbentuk hati yang disebut protalus.
Protalus berupa lembaran, memiliki rizoid pada bagian bawahnya, serta
memiliki klorofil untuk fotosintesis. Protalus hidup bebas tanpa bergantung
pada sporofit untuk kebutuhan nutrisinya. Gametofit jenis tumbuhan paku
tertentu tidak memilki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis. Makanan
tumbuhan paku tanpa klorofil diperoleh dengan cara bersimbiosis dengan
jamur.

Gametofit memilki alat reproduksi seksual. Alat reproduksi jantan adalah


anteridium. Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagelum. Alat
reproduksi betina adalah arkegonium. Arkegonium menghasilkan ovum.
Gametofit tumbuhan paku jenis tertentu memiliki dua jenis alat reproduksi
pada satu individu. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut
gametofit biseksual. Gametofit yang hanya memiliki anteridium saja atau
arkegonium saja disebut disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual
dihasilkan oleh paku heterospora (paku yang menghasilkan dua jenis spora
yang berbeda).

2. Cara Hidup dan Habitat Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan fotoautotrof. Tumbuhan paku ada yang


hidup mengapung di air ( misalnya Azolla pinnata dan Marsilea crenata). Namun,
pada umumnya tumbuhan paku adalah tumbuhan terestrial (tumbuhan darat).

3. Reproduksi

Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi


aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti pada lumut. Reproduksi
tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan
generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit
merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.

Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora


dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium.
Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di daun atau di
batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai
di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi
gametofit yang haploid (n).

Gametofit memiliki dua jenis alat reproduksi, yaitu anteridium dan arkegonium,
atau satu jenis alat reproduksi, yaitu anteridium saja atau arkegonium saja.
Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid (n). Anteridium menghasilkan
banyak spermatozoid berflagelum yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan
perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi
ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot
yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n). Embrio
tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n). Metagenesis tumbuhan paku dapat
dilihat melalui bagan metagenesis tumbuhan paku, sebagai berikut :

4. Jenis-jenis Tumbuhan Paku

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga,
yaitu

a. Paku Homospora

Paku Homospora yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora
yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium)

b. Paku Heterospora

Paku heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan dua


jenis spora yang berbeda ukuran. Spora yang besar disebut makrospora (gamet
betina) sedangkan spora yang kecil disebut mikrospora (gamet jantan).
Contohnya adalah paku rane (Selaginella) dan Semanggi (Marsilea).

c. Paku peralihan

Paku peralihan merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan spora


dengan bentuk dan ukuran yang sama, serta diketahui gamet jantan dan
betinanya. Contoh tumbuhan paku peralihan adalah paku ekor kuda (Equisetum)

Berdasarkan ciri tubuhnya, tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi empat


subdivisi, yaitu paku purba (Psilopsida), paku kawat (Lycopsida), Paku ekor kuda
(Sphenopsida), dan paku sejati (Pteropsida).

a. Paku Purba (Psilopsida)

Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya tinggal 10
spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba hidup di daerah tropis
dan subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak
memiliki daun sejati.

Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil (mikrofil) dan
berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai
30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut. Batang
paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang
batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang terdapat di
sepanjang cabang batang. Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora
(homospora). Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium
dan arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk
memperoleh nutrisi. Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak
berdaun (Rhynia) dan paku purba berdaun kecil (Psilotum).

b. Paku Kawat (Lycopsida)

Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari genus
Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah
tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah.
Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan
paku kawat berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada
sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus
berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu paku kawat disebut
juga pinus tanah. Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis,
yaitu mikrosporangium dan megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada
mikrosporofil (daun yang mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium
menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan.
Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung
megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan
tumbuh menjadi gametofit betina.

Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit


memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannnya. Gemetofit
paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau
arkegonium saja. Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu
mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit uniseksual terdapat pada
Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan
gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium.

c. Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)

Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu
Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis.
Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi
Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik.
Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda.
Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika.
Sporangium terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora,
sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit
Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan
fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga
merupakan gametofit biseksual.

d. Paku Sejati (Pteropsida)

Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat
tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis.
Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam
(rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya
berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki
ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku
sejati yaitu Semanggi (Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium
bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum),
Paku sawah (Azolla pinnata), dan Dicksonia antarctica.

5. Manfaat Tumbuhan Paku


Beberapa jenis tumbuhan paku dapat diamanfaatkan bagi kepentingan manusia.
Jenis tumbuhan paku yang dapat dimanfaatkan yaitu semanggi (Marsilea crenata)
dimakan sebagai sayur, paku rane (Selaginella plana) sebagai obat untuk
menyembuhkan luka, Paku sawah (Azolla pinnata) sebagai pupuk hijau tanaman
padi di sawah, suplir (Adiantum cuneatum) dan paku rusa (Platycerium bifurcatum)
sebagai tanaman hias.

Preparat Rhoeo discolor

1. Alat

1) Mikroskop 5) Pipet tetes


2) Kaca benda 6) Air
3) Kaca penutup 7) Tumbuhan Rhoeo discolor
4) Silet / Cutter

2. Langkah Kerja
1) Mengambil daun Rhoeo discolor.
2) Menyiapkan alat & bahan.
3) Mengambil Mikroskop.
4) Menyetting cahaya pada mikroskop.
5) Membuat sayatan melintang setipis mungkin pada daun tumbuhan dengan
menggunakan silet.
6) Meletakkan sayatan daun pada kaca benda, lalu ditetesi air.
7) Menutup kaca benda dengan kaca penutup.
8) Mengamati preparat mikroskop dengan perbesaran 40 kali.
9) Menggambar bagian – bagiannya

Membuat preparat bawang merah

1. Alat

1) Bawang merah 4) Kaca preparat


2) Silet 5) Air
3) Jarum

2. Langkah Kerja
1) kupas bawang merah
2) iris bawang merah dengan silet setipis mungkin
3) letakkan irisan bawang merah di kaca preparat dengan jarum
4) tetesi dengan sedikiiit air, sedikitnya air cipratan cuci tangan
5) tutup dengan kaca penutup, jangan sampai ada gelembung
6) preparat basah siap digunakan.

Hormon pada Tumbuhan

1. Hormon Auksin

Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan yang pertama kali ditemukan dan
ditemukan oleh Frits Went (1863-1935) pada tahun 1928 merupakan ahli botani
Belanda yang mengatakan bahwa "tak mungkin terjadi pertumbuhan tanpa adanya
zat tumbuh. Jenis hormon auksin pada tumbuhan yang telah dapat diekstraksi
adalah asam indol asetat atau IAA. Auksin memiliki tempat sintesis pada meristen
apikal seperti pada ujung batang (tunas), daun muda, dan kuncup bunga. Awalnya
auksin diketahui terdapat di ujung kecambah gandum Avena sativa. Akan tetapi,
ternyata ada juga zat diujung-ujung tumbuhan yang sama dengan Auksin. Jenis-
jenis auksin yang telah ditemukan adalah aukin a dan auksin b. Auksin a sama
dengan auksin b, hanya berbeda pada kandungan airnya. Auksin a mempunyai mol
air yang lebih banyak dan zat heteroauksin yang diketahui sebagai asam indol
Asetat (IAA).

Fungsi Hormon Auksin

 Merangsang perpanjangan sel


 Merangsang pembentukan bunga dan buah
 Merangsang pemanjangan titik buah
 Mempengaruhi pembengkokan batang
 Merangsang pembentukan akar lateral
 Merangsang terjadinya proses diferensiasi
2. Hormon Sitokinin

Hormon sitokinin adalah hormon yang bersama dengan hormon auksin dalam
memengaruhi pembelahan sel yang disebut dengansitokinesis. Sitokin dapat
diperoleh pada ragi santan kelapa, ekstrak buah apel dan juga pada jaringan
tumbuhan yang membelah. Jenis hormon Sitokinin yang pertama kali ditemukan
adalah kinetin. Sitokinin mempengaruhi berbagai proses pertumbuhan. buktinya
IAA berpengaruh terhadap sintesis DNA dan mitosis sedangkan pada sitokinesis
diatur oleh kinetin atau sitokinin. Dari eksperimen pada kultur jaringan terdapat
bukti bahwa IAA dan kinetin memiliki efek yang berbeda-beda. Jika tempat
pemeliharaan jaringan tumbuhan diberikan IAA dan kinetin maka yang terjadi
adalah efek pertumbuhan dan perkembangan jaringan tertentu pula, tapi kinetin
tampa disertai oleh IAA maka tidak dapat menggiatkan pembelahan sel.

Fungsi Hormon Sitokinin

 Mengatur pembentukan bunga dan buah


 Membantu proses pertumbuhan akar dan tunas pada pembuatan kultur
jaringan.
 Memperkecil dominansi apikal dan juga dapat menyebabkan pembesaran
daun muda
 Merangsang pembelahan sel dengan cepat. Bersama-sama giberelin dan
auksin, dapat membantu mengatur pembelahan sel yang terdapat didaerah
meristem sehingga pertumbuhan titik tumbuh normal
 Menunda pengguguran daun, bunga, dan buah yang dilakukan dengan
meningkatkan transpor zat makanan ke organ tersebut.
3. Hormon Giberelin

Hormon giberelin adalah suatu zat yang diperoleh dari salah satu jenis jamur yang
hidup sebagai parasit pada padi di Jepang. Jamur tersebut adalah Gibberella
fujikuroi. Giberelin pertama kali ditemukan oleh Eiichi Kurosawa pada tahun 1926.
Tumbuhan padi yang terserang jamur tersebut memperlihatkan suatu gejala yang
terjadi adanya pemanjangan abnormal. Percobaan pemakaian hormon giberelin
telah dilakukan kepada jagung kerdil, yang hasilnya ternyata terlihat bahwa hormon
giberelin dapat menambah tumbuh jagung tersebut. Semakin tinggi konsentrasi
dari giberelin, maka semakin tinggi juga respons pertumbuhannya. Giberelin
mempengaruhi pemanjangan sel maupun pada pembelahan pada jagung kerdil.
Sedangkan tumbuhan jagung normal dan tumbuhan normal pemakain hormon
giberelin tidak memberikan respons apapun. Giberelin jug mempengaruhi
pemanjangan batang, perkembangan dan pertumbuhan pada akar, bunga dan
buah.

Fungsi Hormon Giberelin

 Mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel


 Memengaruhi perkembangan embrio dan kecambah
 Menghambat pembentukan biji
 Mempengaruhi pemanjangan batang
 Memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, bunga, dan bunga
4. Hormon Asam Traumalin (Hormon Luka)

Tanaman mampu memperbaiki kerusakan atau luka yang terjadi pada tubuhnya.
Kemampuan tersebut dinamakan regenerasi (restitusi) yang dipengaruhi oleh
hormon luka (asam traumalin). Hormon Asam Traumalin pertama kali dipelajari
oleh Haberland dimana pada percobaan yang dilakukan dari jaringan tanaman
yang dilukai lalu dicuci bersih, ternyata bekas bidang luka tidak membentuk
jaringan baru. Pada jaringan luka yang dibiarkan terbentuk jaringan baru di dekat
luka.

Fungsi Hormon Asam Traumalin adalah meregenerasi sel jika tumbuhan


mengalami kerusakan jaringan

5. Hormon Gas Etilen

Hormon gas etilen adalah hormon yang dihasilkan dari buah yang sudah tua. Buah
yang sudah tua dan masih berwarna hijau disimpan dalam kantong tertutup maka
yang terjadi buah tersebut akan cepat masak. Tumbuh-tumbuhan menghasilkan
etilen dari adanya respon stres (tekanan), yang meliputi kebanjiran, kekeringan,
luka, tekanan kimia dan infeksi. Etilen juga dihasilkan pada saat pemasakan buah
atau untuk merespon adanya peningkatan kadar auksin yang tinggi. Etilen
dimanfaatkan dalam mempercepat pematangan buah. Gas etilen menyebabkan
pertumbuhan batang menjadi tebal dan kukuh dan bersama hormon lain akan
menimbulkan reaksi dengan karakteristik seperti auksin dengan gas etilen yang
dapat memacu perbungaan mangga dan nanas. Dengan giberelin, gas etilen dapat
mengatur bunga jantan dan juga bunga betina pada tumbuhan yang berumah satu.

Fungsi Hormon Gas Etilen

 Mempercepat dalam pematangan buah


 Menyebabkan pertumbuhan batang menjadi tebal dan kukuh
 Memacu hormon lain dalam menimbulkan reaksi tertentu
 Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
 Induksi sel kelamin betina pada bunga
 Merangsang terjadinya pemekaran bunga
 Mengakhiri masa dormansi
 Pembentukan akar adventif
6. Hormon Asam Absisat

Hormon Asam Absisat (Abscisic acid) adalah hormon yang menghambat


pertumbuhan tanaman yang dilakukan dengan mengurangi kecepatan pembelahan
sel maupun pada pembesaran sel, atau dapat kedua-keduanya. Hormon Asam
Absisat pertapa kali ditemukan pada tahun 1960 dari sekelompok peneliti yaitu
Davies dan kawan-kawan yang mempelajari perubahan pada senyawa kimia yang
menyebabkan terjadinya dormansi pada kuncup, dan perubahan kimia saat daun-
daun gugur.

Fungsi Hormon Asam Absisat


 Menghambat perkecambahan biji
 Mempengaruhi terjadinya dormansi pada kuncup
 Menghambat pembelahan sel dan pembesaran sel
 Membantu tumbuhan dalam mengatasi tekanan pada lingkungan yang kurang
baik
 Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian
7. Hormon Kalin

Hormon Kalin adalah hormon yang dapat merangsang pembentukan organ tubuh.
Kalin dibedakan menjadi empat macam organ tubuh dengan fungsi yang berbeda-
beda

Fungsi Hormon Kalin

 Kaulokalin : Kaulokalin adalah hormon yang memiliki fungsi dalam merangsang


proses pembentukan batang
 Rizokalin : Rizokalin adalah hormon yang berfungsi dalam merangsang
pembentukan akar
 Filokalin : Filokalin adalah hormon yang berfungsi merangsang dalam
pembentukan daun
 Antokalin : Antokalin adalah hormon yang merangsang pembentukan bunga

Transfer Elektron

Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal.
Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria.
Molekul yang berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH 2, yang
dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu,
molekul lain yang juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone),
sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a

Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut.

1) NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I. Peristiwa ini
membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari matriks mitokondria
menuju ruang antar membran. NADH yang telah kehilangan elektron akan berubah
menjadi NAD+.
2) Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3) Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4) Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5) Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
6) Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian berikatan
dengan 2 ion H+ membentuk H2O.
7) Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi memicu
dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+ atau proton tersebut
akan kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim yang disebut ATP sintase.
8) Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk ATP
secara bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang masuk kembali ke dalam matriks,
maka terbentuklah 3 molekul ATP.
9) Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan
kemiosmosis.

Penjelasan di atas adalah proses transfer elektron yang berasal dari molekul NADH.
Bagaimana dengan elektron yang berasal dari FADH2 ?

FADH2 akan mentransfer elektronnya bukan kepada komplek protein I, namun pada
komplek protein II. Transfer pada komplak protein II tidak memicu dipompanya H+
keluar menuju ruang antar membran. Setelah dari komplek protein II, elektron akan
ditangkap oleh ubiquinon dan proses selanjutnya sama dengan transfer elektron dari
NADH. Jadi pada transfer elektron yang berasal dari FADH2 , hanya terjadi 2 kali
pemompaan H+ keluar menuju ruang antar mebran. Oleh sebab itu dalam proses
kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul ATP saja.

Jadi kesimpulannya adalah:

 Satu NADH yang menjalani transfer elektron akan menghasilkan 3 molekul ATP.
 Sedangkan satu molekul FADH2 yang menjalani transfer elektron akan
menghasilkan 2 molekul ATP.
 Transpor elektron menghasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasil glikolisis dan
siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total
38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk
melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36
ATP.

Tahapan Fotosintesis

1. Fotosintesis sebagai contoh Anabolisme

Anabolisme adalah peristiwa penyusunan zat dari senyawa sederhana menjadi


senyawa lebih kompleks yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup.
Penyusunan senyawa kimia umumnya memerlukan energi, misalnya energi cahaya
dalam fotosintesis dan energi kimia dalam kemosintesis.

Apa yang ada dalam pikiran Anda tentang sebuah daun? Puji syukur seharusnya
kita panjatkan kepada Tuhan pencipta alam semesta dengan segala isinya.
Mengapa? Dalam daun ini Tuhan menciptakan pengolah bahan makanan pertama
di dunia melalui proses fotosintesis. Daun pisang seperti pada Gambar 2.16 di
samping dapat melakukan fotosintesis sehingga menghasilkan karbohidrat yang
disimpan di dalam buahnya. Buah pisang dapat menjadi bahan makanan bagi
manusia. Sebuah bukti keagungan Tuhan yang telah menciptakan sistem yang
sempurna dalam tubuh makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Mudah-mudahan
uraian ini semakin menambah wawasan kita akan keagungan Tuhan.

Organisme yang dapat melakukan proses fotosintesis seperti tumbuhan dan algae
menghasilkan bahan organik untuk biosfer. Bahan organik sebagai sumber energi
untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan.

Fotosintesis berasal dari kata foton yang artinya cahaya dan sintesis yang artinya
penyusunan. Jadi, fotosintesis adalah proses penyusunan bahan organik
(karbohidrat) dari H2O dan CO2 dengan bantuan energi cahaya. Proses ini hanya
dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang
berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari. Jadi, fotosintesis merupakan
transformasi energi dari energi cahaya matahari dikonversi menjadi energi kimia
yang terikat dalam molekul karbohidrat. Proses ini berlangsung melalui reaksi
berikut.

Ingenhousz (1799) melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa peristiwa


fotosintesis melepaskan O2. Ingenhousz dalam percobaannya menggunakan
tanaman Hydrilla verticillata di dalam gelas piala kemudian ditutup corong terbalik
yang dihubungkan dengan tabung reaksi yang telah diisi penuh dengan air.
Perangkat percobaan tersebut diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari.
Setelah beberapa saat akan terbentuk gelembung udara (O2) yang keluar dari
tanaman Hydrilla verticillata. Marilah kita mencoba melakukan eksperimen yang
pernah dilakukan Ingenhousz berikut.

Organela yang berperan dalam fotosintesis ialah kloroplas. Kloroplas mengandung


pigmen klorofil dan menyebabkan warna hijau pada daun. Kloroplas mempunyai
membran ganda (luar dan dalam) yang mengelilingi matriks fluida yang disebut
stroma. Stroma mengandung enzim yang berperan untuk menangkap CO2 dan
mereduksinya. Sistem membran di dalam stroma membentuk kantung-kantung
datar yang disebut tilakoid.

Pada beberapa tempat tilakoid bertumpuk membentuk grana. Klorofil dan pigmen
lainnya terdapat pada membran tilakoid. Pigmen yang terdapat pada kloroplas,
yaitu klorofil a (berwarna hijau), klorofil b (berwarna hijau tua), dan karoten
(berwarna kuning sampai jingga). Pigmen tersebut mengelompok dalam membran
tilakoid membentuk perangkat pigmen yang penting dalam fotosintesis. Perhatikan
gambar berikut.
Fotosintesis berlangsung dalam 2 tahap reaksi, yaitu reaksi terang (light-dependent
reaction) dan reaksi gelap (light-independent reaction). Reaksi terang berlangsung jika
ada cahaya, sedangkan reaksi gelap berlangsung tanpa memerlukan cahaya.

2. Reaksi Terang Fotosintsis

Reaksi terang terjadi dalam membran tilakoid yang di dalamnya terdapat pigmen
klorofil a, klorofil b, dan pigmen tambahan yaitu karoten. Pigmen-pigmen ini
menyerap cahaya ungu, biru, dan merah lebih baik daripada warna cahaya lain.

Reaksi terang merupakan reaksi penangkapan energi cahaya. Energi cahaya yang
diserap oleh membran tilakoid akan menaikkan elektron berenergi rendah yang
berasal dari H2O. Elektron-elektron bergerak dari klorofil a menuju sistem transpor
elektron yang menghasilkan ATP (dari ADP + P).

Elektron-elektron berenergi ini juga ditangkap oleh NADP+. Setelah menerima


elektron, NADP+ segera berubah menjadi NADPH. Molekul-molekul ini (ATP dan
NADPH) menyimpan energi untuk sementara waktu dalam bentuk elektron
berenergi yang akan digunakan untuk mereduksi CO 2. Reaksi terang melibatkan
dua jenis fotosistem, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Apakah sebenarnya
fotosistem itu?

Telah dijelaskan di depan bahwa dalam tilakoid terdapat beberapa pigmen yang
berfungsi menyerap energi cahaya. Pigmen-pigmen itu antara lain klorofil a, klorofil
b, dan pigmen tambahan karotenoid. Setiap jenis pigmen menyerap cahaya dengan
panjang gelombang tertentu.

Molekul klorofil dan pigmen asesori (tambahan) membentuk satu kesatuan unit
sistem yang dinamakan fotosistem. Setiap fotosistem menangkap cahaya dan
memindahkan energi yang dihasilkan ke pusat reaksi, yaitu suatu kompleks klorofil
dan protein-protein yang berperan langsung dalam fotosintesis.

Fotosistem I terdiri atas klorofil a dan pigmen tambahan yang menyerap kuat
energi cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga sering disebut P700.
Sementara itu, fotosistem II tersusun atas klorofil a yang menyerap kuat energi
cahaya dengan panjang gelombang 680 nm sehingga sering disebut P680.

Ketika suatu molekul pigmen menyerap energi cahaya, energi itu dilewatkan dari
suatu molekul pigmen ke molekul pigmen lainnya hingga mencapai pusat reaksi.
Setelah energi sampai di P700 atau di P680 pada pusat reaksi, sebuah elektron
kemudian dilepaskan menuju tingkat energi lebih tinggi.

Elektron berenergi ini akan disumbangkan ke akseptor elektron. Dalam reaksi


terang, terdapat 2 jalur perjalanan elektron, yaitu jalur elektron siklik dan jalur
elektron nonsiklik.

a. Jalur elektron siklik

Jalur elektron siklik dimulai setelah kompleks pigmen fotosistem I menyerap


energi matahari. Pada jalur ini, elektron berenergi tinggi (e-) meninggalkan
pusat reaksi fotosistem I, tetapi akhirnya elektron itu kembali lagi.

Elektron berenergi (e-) meninggalkan fotosistem I (pusat reaksi klorofil a) dan


ditangkap oleh akseptor elektron kemudian melewatkannya dalam sistem
transpor elektron sebelum kembali ke fotosistem I. Jalur elektron siklik hanya
menghasilkan ATP.

Namun, sebelum kembali ke fotosintem I, elektron-elektron itu memasuki


sistem transpor elektron, yaitu suatu rangkaian protein pembawa yang
mengalirkan elektron dari satu protein pembawa ke protein pembawa
berikutnya. Ketika elektron melalui protein pembawa ke protein pembawa
berikutnya, energi yang akan digunakan untuk membentuk ATP dilepaskan dan
disimpan dalam bentuk gradien hidrogen (H+). Saat ion hidrogen ini melalui
gradien elektrokimia melalui kompleks ATPsintase, terjadilah pembentukan
ATP.

ATP terbentuk karena adanya penambahan gugus fosfat pada senyawa ADP
yang diatur oleh energi cahaya sehingga prosesnya disebut fotofosforilasi.

Pembentukan ATP terjadi melalui rute transpor elektron siklis maka disebut
juga fotofosforilasi siklis. Coba amatilah Gambar 2.18 untuk mempermudah
memahami jalur elektron ini.

b. Jalur elektron non-siklik

Reaksi ini dimulai ketika kompleks pigmen fotosistem II (P 680) menyerap energi
cahaya dan elektron berenergi tinggi meninggalkan molekul pusat reaksi (klorofil a).
Fotosistem II mengambil elektron dari hasil penguraian air (fotolisis) dan
menghasilkan oksigen melalui reaksi berikut.

Oksigen dilepaskan oleh kloroplas sebagai gas oksigen. Sementara itu, ion hidrogen
(H+) untuk sementara waktu tinggal di ruang tilakoid.

Elektron-elektron berenergi tinggi yang meninggalkan fotosistem II ditangkap oleh


akseptor elektron dan mengirimnya ke sistem transpor elektron. Elektron-elektron
ini melewati satu pembawa ke pembawa lainnya dan energi untuk pembentukan
ATP dikeluarkan dan disimpan dalam bentuk gradien hidrogen (H+). Ketika ion-ion
hidrogen melewati gradien elektrokimia serta kompleks sintase ATP, terbentuklah
ATP secara kemiosmosis.
Sementara itu, elektron-elektron berenergi rendah meninggalkan sistem transpor
elektron menuju fotosistem I. Ketika fotosistem I menyerap energi cahaya, elektron-
elektron berenergi tinggi meninggalkan pusat reaksi (klorofil a) dan ditangkap oleh
akseptor elektron. Selanjutnya, sistem transpor elektron membawa elektron-
elektron ini ke NADP+. Setelah itu, NADP+ mengikat ion H+ terjadilah NADPH2,
seperti reaksi berikut.

Dengan demikian jalur elektron nonsiklis menghasilkan ATP dan NADPH2. NADPH2
dan ATP yang dihasilkan dalam elektron nonsiklik akan digunakan dalam reaksi
tahap kedua (reaksi gelap) sintesis karbohidrat.

3. Reaksi Gelap Fotosintesis

Reaksi gelap merupakan reaksi tahap kedua dari fotosintesis. Disebut reaksi gelap
karena reaksi ini tidak memerlukan cahaya. Reaksi gelap terjadi di dalam stroma
kloroplas.

Reaksi gelap pertama kali ditemukan oleh Malvin Calvin dan Andrew Benson. Oleh
karena itu, reaksi gelap fotosintesis sering disebut siklus Calvin-Benson atau siklus
Calvin. Siklus Calvin berlangsung dalam tiga tahap, yaitu fase fiksasi, fase reduksi,
dan fase regenerasi. Pada fase fiksasi terjadi penambatan CO2 oleh ribulose
bifosfat (Ribulose biphosphat = RuBP) menjadi 3-fosfogliserat (3- phosphoglycerate
= PGA). Reaksi ini dikatalisis oleh enzim ribulose bifosfat karboksilase (Rubisco).

Pada fase reduksi diperlukan ATP dan ion H+ dari NADPH2 untuk mereduksi 3-
fosfogliserat (PGA) menjadi 1,3-bifosfogliserat (PGAP) kemudian membentuk
fosfogliseraldehid (glyceraldehyde-3-phosphat = PGAL atau G3P = glukosa 3-fosfat).

Pada fase regenerasi, terjadi pembentukan kembali RuBP dari PGAL atau G3P.
Dengan terbentuknya RuBP, penambatan CO2 kembali berlangsung
Secara ringkas reaksi gelap atau siklus Calvin dijelaskan dalam skema pada Gambar
2.19 berikut

Kapan glukosa terbentuk? Setiap 6 atom karbon yang memasuki siklus Calvin
sebagai CO2, 6 atom karbon meninggalkan siklus sebagai 2 molekul PGAL atau G3P,
kemudian digunakan dalam sintesis glukosa atau karbohidrat lain (perhatikan
kembali siklus Calvin di atas).

Reaksi endergonik antara 2 molekul G3P atau PGAL menghasilkan glukosa atau
fruktosa. Pada beberapa tumbuhan, glukosa dan fruktosa bergabung membentuk
sukrosa atau gula pada umumnya. Sukrosa dapat dipanen dari tanaman tebu atau
bit. Selain itu, sel tumbuhan juga menggunakan glukosa untuk membentuk amilum
atau selulosa.

Berdasarkan tipe pengikatan terhadap CO2 selama proses fotosintesis terdapat tiga
jenis tumbuhan, yaitu tanaman C3, tanaman C4, dan tanaman CAM.

Jalur fiksasi CO2 yang telah kita pelajari di depan merupakan jalur fiksasi CO2 pada
tanaman C3, misalnya pada tanaman kedelai. Pada tanaman C3 siklus Calvin terjadi
di sel-sel mesofil.
Bagaimana dengan tanaman C4 dan CAM? Apakah siklus Calvin juga terjadi dalam
sel-sel mesofil? Apa perbedaan ketiga jenis tanaman tersebut dalam fiksasi CO2?
Diskusikan dengan teman sebangku Anda perbedaan antara C3, C4, dan CAM
dalam fiksasi CO2.

Pada tanaman C4, CO2 yang diikat sel-sel mesofil akan diubah terlebih dulu
menjadi oksaloasetat (senyawa 4C), setelah bereaksi dengan PEP (fosfoenolpiruvat).
Penggabungan ini dikatalisir oleh PEP karboksilase. Selanjutnya dengan bantuan
NADPH2, oksaloasetat diubah menjadi malat (senyawa 4C). Senyawa ini kemudian
memasuki sarung berkas pembuluh. Malat, dalam sel-sel sarung berkas pembuluh,
mengalami dekarboksilasi menjadi piruvat dan CO2. Selanjutnya, CO2 memasuki
jalur siklus Calvin.

Perhatikan skema reaksi penangkapan CO2 pada tanaman C4 berikut.

Jalur C4 lebih efisien daripada tanaman C3 dalam hal fiksasi CO2. Mengapa
demikian? Sistem fiksasi CO2 pada tanaman C4 bekerja pada konsentrasi CO2 jauh
lebih rendah (sebesar 1–2 ppm) daripada pada sistem C3 (> 50 ppm).

Dengan demikian, pada hari yang amat panas, tanaman C4 menutup stomatanya
untuk mengurangi kehilangan air, tetapi tetap dapat memperoleh CO2 untuk
keperluan fotosintesisnya. Alasan inilah yang menyebabkan tanaman C4 mampu
beradaptasi pada habitat dengan suhu tinggi, kelembapan rendah, dan sinar
matahari terik pada siang hari.
Beberapa tanaman yang hidup di daerah kering dan panas, misalnya kaktus, lili,
dan anggrek memiliki cara khusus dalam penambatan CO2 untuk proses
fotosintesis. Pada umumnya tanaman mengikat (memfiksasi) CO2 pada siang hari,
tetapi pada tanaman yang hidup di daerah kering pengikatan CO2 terjadi pada
malam hari sehingga tanaman-tanaman tersebut memiliki tipe khusus yang
dinamakan crassulacean acid metabolism (CAM). Crassulaceae merupakan suatu
familia dalam taksonomi tubuh. Tanaman ini memiliki batang yang mengandung air
atau sukulen.

Seperti halnya tanaman C4, tanaman yang termasuk dalam familia Crassulaceae
menambat CO2 dengan bantuan enzim PEP karboksilase dan mengubahnya
menjadi oksaloasetat, tetapi dalam waktu berlainan. Pada tanaman familia
Crassulaceae penambatan CO2 terjadi pada malam hari ketika stomatanya
membuka. Oksaloasetat yang diubah menjadi malat akan disimpan dalam vakuola.
Ketika stomata menutup pada siang hari, malat mengalami reaksi dekarboksilasi
dan menghasilkan piruvat dan CO2.

Selanjutnya, CO2 memasuki siklus Calvin untuk membentuk PGAL (G3P). Perhatikan
skema fiksasi CO2 pada tanaman CAM berikut.

Struktur Kromosom

Kromosom dibentuk dari DNA yang berikatan dengan beberapa protein histon. Dari
Ikatan ini dihasilkan Nukleosom, yang memiliki ukuran panjang sekitar 10 nm.
Kemudian nukleosom akan membentuk lilitan-lilitan yang sangat banyak yang menjadi
penyusun dari kromatid (lengan kromosom) , satu lengan kromosom ini kira-kira
memiliki lebar 700 nm.
Gambar di bawah ini merupakan bentuk kromosom secara umum

Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian yaitu kromatid, kromomer, sentromer
atau kinetokor, satelit, dan telomer.

1. Kromatid

Kromatid adalah salah satu dari dua lengan hasil replikasi kromosom. Kromatid masih
melekat satu sama lain pada bagian sentromer. Istilah lain untuk kromatid adalah
kromonema. Kromonema merupakan filamen yang sangat tipis yang terlihat selama
tahap profase (dan kadang-kadang pada tahap interfase). Kromonema sebenarnya
merupakan istilah untuk tahap awal pemintalan kromatid. Jadi, kromonema dan
kromatid merupakan dua istilah untuk struktur yang sama.

2. Kromomer

Kromomer adalah penebalan-penebalan pada kromonema. Kromomer ini merupakan


struktur berbentuk manik-manik yang merupakan akumulasi dari materi kromatin yang
terkadang terlihat saat interfase. Kromomer sangat jelas terlihat pada kromosom
politen (kromosom dengan DNA yang telah direplikasi berulang kali tanpa adanya
pemisahan dan terletak berdampingan sehingga bentuk kromosom seperti kawat)

3. Sentromer

Sentromer adalah daerah konstriksi (lekukan primer) di sekitar pertengahan


kromosom. Pada sentromer terdapat kinetokor. Kinetokor adalah bagian kromosom
yang yang merupakan tempat perlekatan benang spindel selama pembelahan inti dan
merupakan tempat melekatnya kromosom.

4. Lekukan kedua

Pada beberapa kromosom terdapat lekukan kedua yang berada di sepanjang lengan
dan berhubungan nucleolus. Oleh karena itu disebut dengan NOR (Nucleolar
Organizing Regions).

5. Satelit

Satelit adalah bagian kromosom yang berbentuk bulatan dan terletak di ujung lengan
kromatid. Satelit terbentuk karena adanya kontriksi sekunder di daerah tersebut. Tidak
semua kromosom memiliki satelit.

6. Telomer

Telomer merupakan istilah yang menunjukkan daerah terujung pada kromosom.


Telomer berfungsi untuk menjaga stabilitas bagian terujung kromosom agar DNA di
daerah tersebut tidak terurai. Karena pentingnya telomer, sel yang telomer
kromosomnya mengalami kerusakan umumnya segera mati.

Sintesis Protein

Fenotip suatu individu ditentukan oleh aktivitas enzim (protein fungsional). Enzim yang
berbeda akan menimbulkan fenotip yang berbeda. Perbedaan satu enzim dengan
lainnya ditentukan oleh jumlah jenis dan susunan asam amino penyusun protein enzim.
Pembentukkan asam amino tersbut ditentikan oleh gen atau DNA.

Ekspresi gen merupakan proses dimana informasi yang dikode di dalam gen
diterjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesis protein.

Sisntesis protein terdiri dari 2 tahap; transkripsi dan translasi.

1. Transkripsi

Urutan rantai nukleotida template dari suatu DNA rantai ganda disalin untuk
menghasilkan satu rantai molekul mRNA (dRNA) atau kodon. Rantai DNA yang
distranskripsi disebut sebagai sense dan rantai DNA yang tidak ditranskripsi disebut
antisense.

2. Translasi

Sintesis polpeptida dengan urutan spesifik berdasarkan rantai mRNA yang dibuat pada
tahapan transkripsi. Susunan asam amino yang dibentuk sesuai dengan susunan basa
nitrogen dalam kodon. Satu per satu asam amino berikatan dengan triplet anticodon
(tRNA) sehingga membentuk polipeptida.

Contoh Soal

1. Jika rantai DNA adalah ATT GTA AAA CGG, kode genetik yang dibawa oleh mRNA
pada sintesis protein adalah … (Detik-detik 2014/2015 TO 1)
a. TAA CAT TTT CGG
b. ATT GTA AAA GCC
c. AUU GTA UUU GCC
d. AUU GUA AAA CGG
e. UAA CAU UUU GCC

Pembahasan:

Urutan sintesis protein sebagai berikut


DNA rantai sense : ATT-GTA-AAA-CGG
DNA rantai antisense : TAA-CAT-TTT-GCC
Rantai kodon mRNA : UAA-CAU-UUU-GCC

2. Selama berlangsungnya tahap transasi pada sintesis protein terjadi peristiwa …


(Detik-detik 2014/2015 TO2)
a. Duplikasi rantai DNA
b. Membukanya rantai DNA
c. Pencetakan dRNA oleh DNA
d. Pengenalan daerah gen DNA
e. Penerjemahan dRNA oleh tRNA

Pembahasan:

Mekanisme sintesis protein terjadi dalam 2 tahap, yaitu transkripsi dan translasi.
Tramskripsi merupakan proses pencetakkan atau penulisan ulang DNA ke dalam
mRNA. Proses ini terjadi di dalam nucleus. Translasi adalah proses penerjemahan
informasi genetic yang terdapat pada dRNA oleh tRNA menjadi urutan asam amino
polipeptida. Tahap ini terjadi di dalam sitoplasma dengan bantuan ribosom. Proses
duplikasi rantai DNA , membukanya rantai DNA, pencetakkan RNA dan DNA, dan
pengenalan daerah gen berlangsung pada tahap transkripsi.

3. Di bawah ini tahap-tahap sintesis protein.


1) DNA membentuk RNA duta di dalam inti sel
2) Asam-asam amino diangkut oleh tRNA dari sitoplasma
3) RNA duta keluar dari inti sel
4) Terbentuk polipeptida
5) Asam-asam amino terangkai dalam ribosom
Urutan tahapan sisntesis protein adalah…(UN Biologi 2013)
a. 1-2-3-4-5
b. 1-3-2-4-5
c. 1-3-2-5-4
d. 2-3-1-4-5
e. 2-4-5-1-3
Pembahasan:

Sintesis protein tersiri atas 2 tahap, transkripsi dan translasi. Transkripsi meliputi
proses duplikasi DNA membentuk dRNA dakam inti sel. Setelah itu, dRNA keliar dari
inti sel dan asam-asam amino diangkut oleh tRNA dari sitoplasma. Translasi
meliputi proses perangkaian asam-asam amino dalam ribosom dan terbentuklah
polipeptida. Jadi urutan yang benar adalah 1-3-2-5-4.

4. Proses translasi akan berhenti ketika pembacaan bertemu dengan kodon terminasi
(kodon stop), yaitu ….(Detik-detik 2012/2013)
a. AUG
b. AGU
c. UUU
d. UGC
e. UAA

Pembahasan:

Protein yang ditranslasikan sebagai stop kodon merupakan UAA, UAG, dan UGA

5. Translasikan protein berikut ini! (Detik-detik 2013/2014)


UGC-GAG-UAU-GCG
a. serin – asam glutamat – tirosin – alanin
b. leusin – tirosin – asam glutamat – isoleusin
c. tirosin – isoleusin – arginin – sistein
d. treonin – leusin – isoleusin – arginin
e. alanin – tirosin – isoleuisn – serin

Pembahasan:

Dengan menggunakan tabel yang sudah diberikan, kita bisa memasukkan


pengkodean untuk ditranslasikan.

6. Bahan dasar yang dibutuhkan dalam sintesis protein, yaitu . . . .(Detik-detik


2012/2013)
a. asam amino
b. asam lemak
c. karbohidrat
d. mineral
e. zat gula

Pembahasan

Penyusun dasar protein merupakan asam aminio, maka bahan dasar yang
dibutuhkan untuk mensistesis protein merupakan asam amino.

7. Pada tahap transkripsi dimulai dengan membukanya pita “Double Helix” oleh enzim
...
a. RNA polymerase
b. DNA polymerase
c. RNA transkriptase
d. DNA transkriptase
e. DNA endonuclease

Pembahasan

RNA Polimerase yang membuka pita double-helix seperti pada di gambar, ketika
proses transkripsi berlangsung.

8.
Pita DNA yang berfungsi sebagai pencetakan RNA disebut . . . .

a. pita template
b. pita antisense
c. pita RNA
d. basa nitrogen
e. antikodon

Pembahasan

Sama seperti dijelaskan digambar, RNA mencetak dari DNA template.

9. Tahapan sintesis protein:


1) Penempelan RNA polymerase pada molekul DNA
2) Pergerakan RNA polymerase sehingga Dihasilkan rantai DNA
3) Pemisahan rantai dari template
4) Penambahan senyawa kimia sehingga Dihasilkan mRNA lengkap

Tahapan selanjutnya dari sintesis protein tersebut (tahap ke-5) adalah ... (UN Biologi
2011)

a. pembuatan rangkaian asamamino yang dibawa oleh tRNA


b. mRNA selesai dicetak meninggalkan nukleus menuju sitoplasma
c. pengenalan kodon AUG oleh subu nitribosom besar
d. pemasangan sub unit ribosom besar
e. pengenalan kodon UAG oleh ribosom
Pembahasan:

proses sintesis protein meliputi tahap-tahap:


transkripsi : pencetakan mRNA di nukleus kemudian menuju ke ribosom (di
sitoplasma)
translasi : mRNA membawa kode ke RNA, kemudian penyusunan protein
berdasarkan kode mRNA

10. DNA dan RNA memiliki persamaan dalam hal … (UN Biologi 2010)
a. Bentuk rantai
b. Tempat terdapatnya
c. Kandungan basa nitrogen golongan pirimidin
d. Kandungan basa nitrogen golongan purin
e. Komponen gula penyusunnya

Pembahasan

Basa nitrogen dalam purin di DNA maupun di RNA adalah Guanin dan Adenin,
sedangkan primidin di dalam DNA merupakan Sitokinin dan Timin, di RNA Sitokinin
dan Urasil

11. Berikut ini adalah beberapa kodon dengan asam amino yang diikatnya. (Detik-detik
2012/2013)

Kodon Asam amino


CAA Glutamin
CCU Prolin
AUC Isoleusin
UCU Serin
Bila urutan asam amino yang terbentuk adalah prolin, isoleusin, glutamine, dan
serin, maka urutan basa nitrogen dari DNA sense adalah ….
a. UAG, GGA, CAU, AGA
b. UAG, GGA, CAT, AGA
c. GGA, TAG, GTT, AGA
d. TAG, GGA, CAU, AGA
e. ATC, CCT, GTA, TCT

Pembahasan

Rantai kodon mRNA : CCU AUC CAA UCU

Rantai antisense : CCT ATC AAC TCT

Rantai sense : GGA TAG TTG AGA

12. Perhatikan susunan basa nitrogen DNA dan tabel di bawah ini
GGC   CAT    AGG   TCG                Sense
CCG    GTA    TCC    AGC               Antisense
Nama Asam amino Kode kodon
Glisin GGC
Glutamin CAA
Histidin CAU
Prolin CCG
Arginin AGG
Serin UCG
Rangkaian asam amino yang akan terbentuk dari proses transkipsi dan translasi
pada rantai DNA diatas adalah ….

a. Glisin – histidin – arginin – serin


b. Serin – arginin – histidin – glisin
c. Glisin – glutamin – histidin – prolin
d. Serin – glutamine – arginin – prolin
e. Histidin – glutamine – serin – arginin

Pembahasan

Cara mentranslasikan kode-kode tersebut adalah dengan menggunakan mRNA.


mRNA dari DNA tersebut adalah GGC CAU AGG UCG, maka translasi dari DNA di
atas adalah glisin – histidin – arginin – serin

13. Berikut ini bukan merupakan proses yang terjadi pada sintesis protein adalah ….
(Detik-detik biologi)
a. RNAd keluar dari inti sel menuju ribosom
b. RNAd dibentuk oleh DNA di dalam sitoplasma
c. RNAt membawa asam amino menuju ribosom
d. DNA merancang sintesis protein
e. Di dalam ribosom terdapat RNAr

Pembahasan

RNAd dibentuk oleh DNA di nukleus bukan di sitoplasma.

14. Rantai DNA sense mempunyai kode basa nitrogen sebagai berikut. (Detik-detik
biologi)

TGC – CGG – ACT – AAA – TCT

Maka urutan basa nitrogen pada RNAt adalah ….

a. UGC – CGG – ACU – AAA – UCU


b. ACG – GCC – TGA – TTT – AGA
c. ACG – GCC – UGA – UUU – AGA
d. TGC – CGG – ACT – AAA – TCT
e. UCG – GCC – TGU – TTT – UGU

Pembahasan

DNA TGC-CGG-ACT-AAA-TCT
RNAd ACG-GCC-UGA-UUU-AGA
RNAt UGC-CGG-ACU-AAA-UGU

15. Apa akibat yang disebabkan akibat terjadinya kesalahan pada transkripsi oleh RNA?
(Ebtanas)
a. Kesalahan pembentukan protein.
b. Kesalahan pada bentuk tubuh
c. Kesalahan pada struktur tubuh
d. Kesalahan saraf
e. Kesalahan sistem ekskresi

Pembahasan

Pada proses transkripsi urutan kode genetic dari DNA dibawa oleh RNAt ke ribosom
tempat terjadinya pembentukan asam amino yang termasuk kodon stop adalah
UAA, UAG, DAN UGA, sedangkan kodon start adalah AUG.

Anda mungkin juga menyukai