Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan zaman dan era globalisasi, biologi pun
semakin berkembang. Cakupan wilayahnya semakin lama semakin luas.
Keragaman pemahaman dan penelitian yang dihasilkan, memang telah
member ruang lebar bagi munculnya keinginan dikalangan masyarakat untuk
mengetahui segala halmengenai keanekaragaman hewan yang dipelajari
dalam ilmu zoology, yakni ilmu yang mempelajari tentang hewan.
Hewan atau disebut juga dengan binatang adalah kelompok organism
yang diklasifikasikan dalam kerajaan animalia yang memiliki kesamaan cirri
yaitu organism eukariot multiseluler yang tidak memiliki dinding sel dan
klorofil sehingga akan memperoleh makanan dari organism lain. Umumnya
hewan dapat bergerak untuk memperoleh makanan dan mempertahankan
hidupnya.
Selain memiliki persamaan ciri umum, hewan juga memiliki banyak
perbedaan yang menunjukkan keanekaragamannya. Perbedaan ciri pada
hewan tampak dari struktur tubuhnya. Dunia berdasarkan ada tidaknya tulang
belakang dan hewan yang tidak bertulang belakang.
Kelompok hewan invertebrate mempunya cirri-ciri tidak bertulang
belakang, susunan syaraf terletak dibagian ventral (perut) dibawah saluran
pencernaan, umumnya memilki rangka luar (eksoskleton) dan otak tidak
dilindungi oleh tenggorak. Invertebrate adalah organisme yang paling
berlimpah dibumi. Mereka menempati hamper semua habitat, mereka dapat
ditemukan merayap, terbang, berenang, atau mengembang. Invertebrate tidak
memiliki kerangka internal yang terbuat dari tulang (Septi, 2011)
Invertebrate adalah hewan yang memiliki struktur morfologi dan
anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan vertebrata,
juga memiliki system pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih
sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Hewan ini dikelompokkan menjdi
8 filum (kelompok) yaitu hewan berpori (porifera), hewan berongga
(coelenterata), cacing pipih (platyhelminthes), cacing giling

1
2

(nemathelmintes), cacing berbuku-buku (annelida), hewan lunak (molusca),


hewan berkulit duri (echinodermata) dan hewan dengan kaki beruas-ruas
(arthropoda).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Baaimana struktur tubuh dari Nemathelminthes (spesies)
2. Bagaimana zoogeografi (penyebarannya dan fungsi ekologis) dari
nemathelminthes (spesies)?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui struktur tubuh dari Nemathelminthes (spesies)
2. Untuk mengetahui zoogeografi (penyebarannya dan fungsi ekologis) dari
nemathelminthes (spesies)
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Nemathelminthes
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes =
cacing) disebut sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang
atau seperti benang.Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki
rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun
bukan rongga tubuh sejati (Elmer.1989). Oleh karena memiliki rongga tubuh
semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata. Ciri tubuh
Nemathelminthes adalah sebagai berikut:
a. Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada
yang panjang nya sampai 1 meter.Individu betina berukuran lebih besar
daripada individu jantan.Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti
benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
b. Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk
melindungi diri.Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di
inang daripada yang hidup bebas.Kutikula berfungsi untuk melindungi
dari dari enzim pencernaan inang. Nemathelminthes memiliki sistem
percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus.Mulut
terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung
posterior. Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya.
Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan
keseluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom. Nemathelminthes tidak
memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui
permukaan tubuh.Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam
individu berbeda.
c. Cara hidup dan habitat
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan
tumbuhan.Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai
4

sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari


makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah
becek dan di dasar perairan tawar atau laut.Nemathelminthes parasit hidup
dalam inangnya.
d. Reproduksi
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara
seksual.Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan
dan betina terpisah pada individu yang berbeda.Fertilisasi terjadi secara
internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat
bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
e. Klasifikasi
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan
Nematophora.Pada uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari
nematoda yang merupakan parasit bagi manusia.

Adapun dalam pembahasan dalam makalah ini ada lima spesies dari
Nemathelminthes yaitu:
1. Trichinella spiralis (Cacing Berotot)
Trichinella spiralis merupakan salah satu jenis nematoda/cacing
gilig. Cacing ini tersebar diseluruh dunia (kosmopolit), terutama daerah
beriklim sedang. Cacing berotot menyebabkan penyakit yang disebut
trichronis, trikinolosis, dan trikinesis. Hamper diseluruh dunia dilaporkan
adanya penyakit yan disebabkan oleh cacing ini. Parasit ini pertama kali
ditemukan dalam jarinan manusia sewaktu otopsi pada permulaan tahun
1800-an. Pada tahun 1860 Friedrich Von Zenker menyimpulkan bahwa
infeksi disebabkan karenan makan sosis mentah. Beberapa tahun
kemudian, dibuktikan secara ekperimental bahwa trichinosis secara pasti
diketahui merupakan masalah kesehatan masyarakat. Selain menginfeksi
manusia, cacing ini juga menginfeksi mamalia lain, seperti tikus, kucing,
anjing dan lain-lain.
5

a. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Trichinella spiralis adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Dorylaimea
Ordo : Trichocephalida
Family : Trichinelloidea
Genus : Trichinella
Species : Trichinella spiralis

b. Struktur Anatomi-Morfologi tubuh

Cacing Trichinella Spiralis dewasa mempunyai bentuk tubuh


halus seperti rambut. Pada Trichinella Spiralis betina mempunyai
panjang badan 3-4 mm dan Trichinella Spiralis jantan kira-kira
mempunyai panjang badan kurang lebih 1,5 mm. Ujung bagian depan
atau anterior langsing dengan mulut bulat tanpa papel. Pada ujung
bagian belakang atau posterior pada cacing betina membulat dan
tumpul, pada cacing jantan melengkung ke ventral dengan dua buah
papel.
6

. Gambar 1. Bentuk tubuh (Jantan/bentina) Trichinella spiralis


(Anonim.2014)
Cacing betina bersifat vivipar [berkembang biak dengn
melahirkan] dan biasanya masuk ke mukosa vilus usus, mulai dari
duodenum sampai ke sekum. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan
kira- kira 1500 larva. Larva tersebut dilepaskan di jaringan mukosa,
masuk ke dalam kelenjar limfe dan peredaran darah, dan kemudian
dengan adanya bereadanya di pembuluh darah kemudian menyebar ke
seluruh tubuh, terutama otot (dafragma, iga, lidah, laring, mata, perut
biseps dan lain-lain, Kira-kira pada awal minggu ke-4 larva Trichinella
Spiralis yang telah tumbuh hanya menjadi kista dalam jenis otot yang
bergaris lintang (tri a & widya d, 2009).
Kista Trichinella Spiralis dapat hidup di otot selama kira-kira 18
bulan, kemudian lerjadi perkapuran dalam waktu 6 bulan sampai 2
tahun. Infeksi pada manusia terjadi apabila daging babi yang
mengandung larva infektif [bisa menyebabkan infeksi] yang terdapat
di dalam kista dimakan oleh manusia (Anonim.2014).
Ketika berada di usus halus bagian proksimal dinding kista
dicernakan dan dalam waktu beberapa jam larva dari Trichinella
Spiralis dilepaskan, dan segera masuk mukosa, kemudian menjadi
cacing Trichinella Spiralis dewasa dalam waktu 1,5 - 2 hari
(Anonim.2014).
7

Gambar 2. Struktur anatomi-morfologi Trichinella spiralis


(Mastomi.2012)
Ketika berada di usus halus bagian proksimal dinding kista
dicernakan dan dalam waktu beberapa jam larva dari Trichinella
Spiralis dilepaskan, dan segera masuk mukosa, kemudian menjadi
cacing Trichinella Spiralis dewasa dalam waktu 1,5 - 2 hari
(Anonim.2014)

c. Penyebaran
Cacing ini tersebar di seluruh dunia (kosmopolit), kecuali di
kepulauan pasifik dan australia. Frekuensi trichinosis pada manusia
ditentukan oleh temuan larva dalam kista di mayat atau melalui tes
intrakutan. Frekuensi ini banyak ditemukan di negara yang
penduduknya gemar makan daging babi. Di daerah tropis dan subtropis
frekuensi trikinosis sedikit (tri a & widya d, 2009).
Infeksi pada manusia tergantung pada hilang atau tidak
hilangnya penyakit ini dari babi. Larva dapat dimatikan pada suhu 60-
70 derajat celcius, larva tidak mati pada daging yang diasap dan
diasin(tri a & widya d, 2009).
8

Penyebarannya yaitu pada tubuh manusia. Infeksi pada manusia


dimulai dengan memakan daging babi, beruang, singa laut (walrus)
atau daging mamalia lainnya baik yang mentah atau dimasak secara
sempurna. Daging tersebut mengandung kista berisib larva invektif
yang masih hidup, setelah kista masuk kedalam lambung, terjadi
eksistasi dan larva yang keluar kemuadia masuk kedalam mukosa, usus
menjadi dewasa. Pada hari keenam setelah inveksi, cacing betina
mengeluarkan larva motil. Peneluaran larva ini berlangsung terus
hingga sekitar 4 minggu. Larva-larva ini kemudia bergerak
kepembuluh darah, mengikuti aliran darah dan limfe menuju jantung
dan paru-paru, akhirnya menembus otot. Otot-otot yang sangat aktif
dan terinvasi, termasuk diafragma, otot laring, rahang, leher dan tulang
rusuk, dan lain-lain (Novia).
d. Fungsi
Tidak adanya fungsi yang positif yang ditemukan. Gejala
trichinosis tergantung pada beratnya infeksi disebabkan oleh cacing
stadium dewasa dan stadium larva. Pada saat cacing dewasa
mengadakan invasi ke mukosa usus, timbul gejal usus sepertiskit perut
diare, mual dan muntah. Masa tunas gejala usus ini kira-kira 1-2 hari
sesudah infeksi (Tri A & Widya D, 2009).
Larva tersebar di otot kira-kira 7-28 hari sesudah infeksi. Pada
saat ini timbul gejala nyeri otot (mialgia) dan randang otot (miositis)
yang disertai demem, eusinofilia dan hipereosinofilia (Tri A & Widya
D, 2009).
Gejala yang disebakan oleh stadium larva tergantung juga pada alat
yang dihinggapi misalnya, dapat menyebabkan sembab sekitar mata,
sakit persendian, gejala pernafasan dan kelemahan umum. Dapat juga
menyebabkan gejala akibat kelainan jantung dan susunan saraf pusat
bila larva t.spiralis tersebar di alat-alat tersebut. Bila masa akut telah
lalu, biasanya penderita sembuh secara perlahan-lahan bersamaan
dengan dibentuknya kista dalam otot (Tri A & Widya D, 2009).
9

Pada infeksi berat (kira-kira 5.000 ekor larva/kg berat badan) penderita
mungkin meninggal dalam waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya
kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan
paru, kelainan otak, atau kelainan jantung (Tri A & Widya D, 2009).

2. Ancylostoma duodenale (Cacing Tambang)


Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di
pertambangan daerah tropis. Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit
dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia. Cacing
ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut. Cacing
tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk
kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.
Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya. Pada ujung
posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi. Alat ini digunakan
untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin. Cacing betina
memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah
tubuhnya.
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Chromadorea
Ordo : Strongylida
Family : Ancylostomidae
Genus : Ancylostoma
Specie : Ancylostoma duodenale

b. Anatomi dan Morfologi


Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, cacing melekat
pada mukosa usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan
baik. Cacing ini berbentuk silindris dan berwarna putih keabuan. Cacing
10

dewasa jantan berukuran 8 sampai 11 mm sedangkan betina berukuran


10 sampai 13 mm. Cacing N.americanus betina dapat bertelur ±9000
butir/hari sedangkan cacing A.duodenale betina dapat bertelur ±10.000
butir/hari. Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S
sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis
cacing ini besar. N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada
A.duodenale terdapat dua pasang gigi (Safar, 2010).

Gambar 3. Struktur anatomi-morfologi Ancylostoma duodenale


(Anonim.2012)
c. Penyebaran
Kejadian penyakit ini di Indonesiasering ditemukan terutama di
daerah pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing
ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang
berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat
menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di
tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat berperan dalam
penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 1998). Tanah yang baik
11

untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan


suhu optimum 32oC – 38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah
dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah .
d. Fungsi
Tidak adanya fungsi positif dari Ancylostoma duodenale karena ia
dianggap sebagai parasit didalam tubuh.
e. Daur Hidup

Seekor cacing tambang dapat menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 0,2 ml setiap harinya. Cacing dewasa dapat hidup di usus

selama satu hingga lima tahun di mana cacing betina memproduksi telur.

Pada infeksi ringan hanya sedikit sekali kehilangan darahnya tetapi pada

infeksi berat dapat menimbulkan pendarahan hebat, kekurangan zat besi

dan berat badan turun drastis.

Seekor cacing tambang dewasa dapat bertelur antara 10.000-

30.000 telur per 24 jam. Telur ini akan bertahan lama di tanah yang

lembab, sejuk dan di sekitar pohon yang rindang yang biasanya terdapat

di daerah perkebunan. Untuk telur cacing tambang akan dikeluarkan

bersama feses. Ketika berada di dalam tanah akan menetas dalam waktu

1-2 hari dan kemudian akan menjadi larva “Rabditiiti Form”. Pada hari

ke-3 “Rabeniti Forem” akan menjadi “Filari Form”. Dalam bentuk ini

dapat hidup di tanah selama 8 minggu. Dalam waktu kisaran tersebut

akan terinjak kaki dan akan menembus kulit dan menuju ke kapiler

darah.

Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 – 2 hari telur akan

berubah menjadi larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan

temperatur yang optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23 – 300 C.

Larva rabditiform makan zat organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8


12

hari membesar sampai dua kali lipat menjadi larva filariform, dapat

tahan diluar sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak segera

menemukan host, maka larva akan mati. larva filariform masuk kedalam

tubuh host melalui pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa,

maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju

ke paru – paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila

manusia tersedak maka larva akan masuk ke oesophagus lalu ke usus

halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu) ().

3. Pratylenchus goodeyi
Nematoda ini merupakan hama yang merusak banyak tanaman
pertanian, mereka bergerak bebas di antara akar dan tanah. Ejala
karakteristik ialah timbulnya luka yang sempit dan memanjang pada
permukaan akar (Victor, 1998).
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Adenophorea
Ordo : Tylenchida
Family : Pratylenchidae
Genus : Pratylenchus
Specie : Pratylenchus goodeyi

b. Struktur Anatomi Tubuh


Bentuk dari tubuh Pratylenchus goodeyi pada umumnya
memanjang panjangnya antara 340-800µm, dan perbandingan panjang
tubuh dan lebarnya 15-35. Pratylenchus goodeyi, sangat mudah dikenali,
karena bagian ujung anterior kepalanya mendatar, dengan kerangka
kepalanya yang kuat, mempunyai stilet pendek dan kekar, panjangnya
13

antara 14-20 µm, dengan basal knop yang jelas. Kelenjar esophagus dan
usus pada bagian ventral. Muara lubang ekskresi berada didekat daerah
pertemuan antara dan usus. Vulvanya terdapat didaerah posterior yaitu
70-80% dari panjang tubuhnya.
Pada tubuh betina mempunyai gonad tunggal dan mempunyai
kantung pascavulva yang pendek. Anulasinya halus dan mempunyai
empat garis lateral, tetapi terdapat juga jenis yang mempunyai garis
lateral sampai berjumlah delapan. Ekornya lebar dan ujungnya
membulat dan runcing, panjangnya antara 3,5-9% dari panjang tubuh.
Pada Pratylenchus goodeyi jantan biasanya lebih kecil dari pada betina
yang dengan bursa yang dapat menyelubungi ekor (Victor, 1998).

c. Penyebaran
Pratylenchus goodeyi tersebar luas didaerah tropic dan subrtopik
Pratylenchus goodeyi terdapat pada tanaman pisang dipulau Krekera dan
Kanari serta didaerah dingin Etiopia, Kenya, Tanzania, Uganda dan
Burundi (Luc,dkk,1995).
Pratylenchus goodeyi adalah nematode endoparasitik yang
berpindah, mempunyai kisaran inang yang luas. Telur yang apabila
menetas akan muncul larva stadia kedua, diletakkan secara berkelompok
tetapi terpencar didalam akar dan tanah. Semua stadia bergerak diantara
akar dan tanah. Populasi Pratylenchus goodeyi didalam tanah akan
berkurang apabila mereka menerobos masuk kedalam akar pada akhir
musim semi dan permulaan musim panas dinegara-negara yang beriklim
sedang.
Pratylenchus goodeyi akan kembali kedalam tanah pada akhir
musim panas dan permulaan musim gugur yaitu apabila akar sudah
mulai berkurang fungsinya. Jenis nematode ini sangat menyukai tanah
yang rendah, beberapa jenis tetap dapat hidup baik sampai lebih dari
satu tahun walaupun tanpa kehadiran tanaman inangnya.
Pratylenchus goodeyi berkembang lebih baik didalam akar
tanaman yang pertumbuhannya tidak baik didalam akar tanaman yang
14

pertumbuhannya tidak baik. Sebagai contoh, populasi Pratylenchus


goodeyi ini mencapai tingkatan tertinggi pada tanaman alfalfa yang
dipangkas daripada yang tidak dipangkas. Tanaman inang yang
menyediakan zat makanan minimal akan mendorong perkembangan
Pratylenchus goodeyi dibandingkan dengan tanaman inang yang
menyediakan zat makanan optimal (Victor, 1998).
Pratylenchus goodeyi mengadakan invasi kedalam korteks akar dan
mematikan sel-sel pada waktu mereka makan. Luka yang berbentuk
memanjang dan berwarna cokelat hitam merupakan akibat serangan dan
dapat dilihat dengan mudah pada permukaan akar, tetapi tidak pada
semua inang, apabila keadaan tidak sesuai untuk Pratylenchus goodeyi
mereka meninggalkan akar. Beberapa kerusakan didalam silinder dapat
juga terjadi dan seluruh akar akan mati. Baian tanaman diatas
permukaan tanah yang akan terinfeksi menunjukkan gejala seperti layu,
daun menguning, cabang mati muda dan kerdil. Contonya pada kacang
tanah yang dapat menderita kerusakan pada bagian kulit polong yang
dapat menyebabkan kehilangan hasil.
d. Fungsi
Luka yang terjadi pada korteks merupakan tempat yang sangat baik
untuk pathogen lain. Kelayuan pada tanaman peppermint dan kentang
masing-masing meningkatkan efek satu terhadap yang lain. Penelitian
menunjukkan bahwa jamur memperoleh keuntungan dengan kehadiran
Pratylenchus goodeyi dimaana saja pada akar. Dalam banyak hal
Pratylenchus goodeyi mampu meningkatkan pertumbuhan jamur dan
mengakibatkan kerusakan tanaman. Walaupun demikiaan dijumpai ja
hubungan antagonistic yaitu masing-masing pathogen satu terhadap
yang lain saling menghambat. Dapat juga ditambahkan selain adanya
interaksi dengan jamur, infeksi oleh beberapa bakhteri dapat
ditingkatkan oleh Pratylenchus goodeyi termasuk kelayuan oleh bakteri
pada kentang dan akar berambut pada mawar (Victor, 1998)
e. Pengendalian
15

Nemastisida telah diperunakan secara luas dalam mengendalikan


populasi Pratylenchus goodeyi, terutama pada tanaman yang secara
ekonomi menguntungkan. Perlakuan dengan air hangat pada tanaman
buah-buahan yang akan dipindahkan dan pencelupan umbi kedalam
larutan pestisida juga telah dilakukan. Pergiliran tanaman juga efektif,
tetapi juga perlu diperhatikan apakah Pratylenchus goodeyi yang
terdapat pada lahan tersebut dapat berkembang biak pada tanaman
tersebut (Victor, 1998).
4. Helicotylenchus pseudorobustus
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Tylenchoidea
Family : Hoplolaimidae
Genus : Helicotylenchus
Specie : Helicotylenchus
pseudorobustus

b. Struktur Anatomi Tubuh


Pada beberapa jenis, jenis kelamin terpisah dan pada beberapa jenis
yang lain tidak terdapat yang jantan. Panjang yang betina antara 0.5-1
mm, dengan perbandingan antara panjang dan lebar tubuh 25-35. Yang
jantan sama besar dengan yang betina kecuali sifat kelamin yang
sekunder, daerah bibirnya berbentuk setengah bola tidak berlekuk
terhadap tubuhnya dan anulasi bibirnya tidak terbai oleh striasi
membujur. Stiletnya berkembang baik, panjangnya berkisar antara 23-35
µm dan untuk tiap jenis yang berbeda. Kelenjar esophagus sebagian
membungkus bagian ujung dan yang menjorok paling panjang pada
bagian ventral (Victor, 1998).
Bagian kepalanya berentuk kerucut tumpul, jarang yang seperti
kerucut terpancung dan mengalami sklerotinisasi sedang. Muara saluran
16

kelenjar esophagus dorsal berada dibelakang knobnya pada jarak 25-50%


panjang stilet. Lobus kelenjer esophagus menjorok ke usus pada bagian
ventral (Luc,dkk,1995).
Vulvanya terletak pada 60% panjang tubuh, dengan gonad
berkembang kearah anterior dan posterior. Fasmidnya kecil, terletak
didekat anus. Anulasi kutikulanya jelas dan meluas hamper pada ujung
ekor. Ekor Helicotylenchus pseudorobustus betinya lebih melengkung
kearah ventral. Pada Helicotylenchus pseudorobustus jantan bursanya
menyelubungi sampai keujung ekor.
c. Penyebarannya
Helicotylenchus pseudorobustus tersebar diseluruh daerah
subtropik dan tropic . Helicotylenchus pseudorobustus ini masuk sebaian
kedalam akar. Kadang-kadang memasuki akar untuk makan didalamnya.
Helicotylenchus pseudorobustus ini merusak beberapa sel pada tempat
spesies ini makan dan dengan demikian disebut patoen yang lemah . akan
tetapi apabila populasinya mencapai tingkatan yang tinggi, maka
spesiesnya ektoporasitik tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang
parah pada akar (Victor, 1998).
d. Fungsi
Fungsi Helicotylenchus pseudorobustus memakan sel-sel yang
telah mati karena dirusak oleh dirinya sendiri. Spesies ini secara
individual merusak beberapa sel pada tempat spesies ini makan dan
dengan demikian disebut pathogen yang lemah. Akan tetapi apabila
populasinya mencapai tingkatan yang tinggi, maka spesies ini dapat
menyebabkan kerusakan yang parah pada akar (Victor, 1998).

5. Meloidogyne exigua
a. Klasifikasi
17

Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Chromadorea
Ordo : Tylenchida
Family : Heteroderidae
Genus : Meloidogyne
Specie : Meloidogyne
exigua

b. Struktur anatomi tubuh


Meloidogyne exigua bersifat dimorfik. Yang betina:
menambatkan diri pada jaringan akar inangnya dan tubuhnya
menggelembung dengan diameter 0,5-0,7 mm dan lehernya silindri,
vulvanya terletak subterminal dekat anus, kultikulanya berwarna
keputihan tipis dan beranulasi. Stiletnya pendek, mengalami
skerotinasi sedang. Kerangka kepalanya lembek. Lubang ekskresinya
terletak agak anterior sampai pada lempeng kelep median bulbus dan
sering terdapat pada dekat basal stilet. Mempunyai dua saluran enital
yang menggulung didalam tubuhnya. Telur-telurnya diletakkan diluar
tubuhnya didalam masa gelatinus. Cacing ini hidup bebas didalam
tanah dan panjang 1-2 mm, apabila diperlakukan dengan panas, maka
tubuh Meloidogyne exigua yang mati berbentuk lingkaran 1800. Stilet
dan kerangka kepalanya kuat. Ekor pendek setengah melingkar,
spikulanya kuat, tidak mempunyai bursa. Panjangnya 450 µm. stilet
dan kerangka kepalanya mengalami skerotinisasi yang lembek.
Ekornya berbentuk kerucut terdapat baian yang berwarna hialin
dimulai dari dekat ujung ekor (Luc,dkk,1995).
Meloidogyne exigua betina deawasa berbentuk seperti botol
bersifat endoparasit yang tidak terpisah mempunyai leher pendekdan
tanpa ekor. Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara 0,3-0,4
mm. daerah bibir kecil dan mempunyai tiga annulus. Stiletnya lemah
dan panjangnya 12-15 µm, melengkung kearah dorsal, serta
18

mempunyai pangkal knop yang jelas. Yang betina mempunyai


esophagus dengan metakorpus, tumbang tindih dengan usus. Saluran
kelenjar esophagus dorsal membesar kedalamampula sedikit
dibelakang sambungan lumen esophagus. Saluran ekskresi bermuara
pada bagian eksterior jauh kedepan dan kadang-kadang sedikit
dibelakang pangkal stilet. Pada Meloidogyne exigua betina ususnya
tidak jelas bentunya dan tidak dihubungkan dengan rectum. Uterus
kedua gonadnya bertemu pada suatu tempat sedikit didepan vulva.
Telur-telunya diletakkan didalam kantung telur yang terdapat diluar
tubuh betina dan diekskresika oleh sel-sel kelenjar rectum. Pada
beberapa jenis kutikula yang betina tebalnya dapatb mencapai 30µm.
adanya pola yang jelas pada striasi yang terdapat disekitar vulvadan
anus disebut pola perineal yang dapat digunakan untuk identifikasi
jenis.
Meloidogyne exigua jantan dewasa berbentuk memanjang
bergerak lambat didalam tanah. Panjangnya bervariasi, maksimum 2
mm sedang perbandingan panjang dan lebarnya mendekati 45.
Kepalanya tidak berlekuk, panjang stiletnya hamper dua kali panjang
stilet betina. Ekornya pendek dan membulat, bagian posterior
badannya terputar 1800. Mempunyai satu atau dua testis. Pada
beberapa jenis adanya jantan yang interseks merupakan kejadian yang
biasa (Victor, 1998).
c. Penyebaran
Spesies ini tersebar luas didaerah tropic dan subtropik
(Luc,dkk,1995). Meloidogyne exigua bersifat obligat tersebar luas
didaerah iklim tropic maupun iklim sedang. Pembiakan tanpa jantan
merupakan kebiasaan pada banyak jenis, tetapi pada jenis lain kedua
jenis kelamin masih diperlukan dalam reproduksi. Peran jantan yang
interseks belum diketahui. (Luc,dkk,1995).
d. Fungsi
Meloidogyne exigua dipergunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan hasilnya. Yang diunakan adalah
19

Meloidogyne exigua yang sudah mati untuk kesuburan tanah yang ada
disekitar tanaman tersebut (Victor, 1998).
20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes =
cacing) disebut sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang
atau seperti benang.Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki
rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun
bukan rongga tubuh sejati.Oleh karena memiliki rongga tubuh semu,
Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata. Spesiesnya adalah:
1. Trichinella spiralis
Trichinella spiralis merupakan salah satu jenis nematoda/cacing gilig.
Cacing ini tersebar diseluruh dunia (kosmopolit), terutama daerah beriklim
sedang. Cacing berotot menyebabkan penyakit yang disebut trichronis.
Cacing ini tersebar di seluruh dunia (kosmopolit), kecuali di kepulauan
pasifik dan Australia
2. Ancylostoma duodenale (Cacing Tambang)
Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan
daerah tropis. Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan
menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia.
3. Pratylenchus goodeyi
Nematoda ini merupakan hama yang merusak banyak tanaman pertanian,
mereka bergerak bebas di antara akar dan tanah. Ejala karakteristik ialah
timbulnya luka yang sempit dan memanjang pada permukaan akar
4. Helicotylenchus pseudorobustus
Pada beberapa jenis, jenis kelamin terpisah dan pada beberapa jenis yang
lain tidak terdapat yang jantan. Panjang yang betina antara 0.5-1 mm,
dengan perbandingan antara panjang dan lebar tubuh 25-35. Yang jantan
sama besar dengan yang betina kecuali sifat kelamin yang sekunder.
5. Meloidogyne exigua
Meloidogyne exigua bersifat dimorfik. Yang betina: menambatkan diri
pada jaringan akar inangnya dan tubuhnya menggelembung dengan
21

diameter 0,5-0,7 mm dan lehernya silindri, vulvanya terletak subterminal


dekat anus, kultikulanya berwarna keputihan tipis dan beranulasi. Stiletnya
pendek, mengalami skerotinasi sedang

B. Saran
Dari makalah ini masih banyak kekurangannya, mungkin hal itu akan
diteruskan lagi oleh pembaca sebagai tambahan dalam Nematelminthes.
Untuk lebih berkembangnya kemampuan penulis dalam penulisan makalah,
penulis berharap kritik dan saran dari pembaca baik dari segi struktur
penulisan makalah, isi makalah dan aturan-aturan lainnya dalam penulisan
makalah.
22

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2014. Cacing Trichinella Spiralis. [online]. http://e-


medis.blogspot.co.id/2014/03/cacing-trichinella-spiralis.html. (diakses pada
tanggal 23 oktober 2016)

__________. 2014. Makalah Ancylostoma duodenale (Cacing tambang). [online].


http://goldendust-ika.blogspot.co.id/2014/11/makalah-ancylostoma-
duodenale-cacing.html. (diakses pada tanggal 23 oktober 2016)

Dropkin, Victor. 1998. Pengantar Nemtologi Tumbuhan. Yogyakarta:Gadjah


Mada University Press

Luc, dkk. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan. Yogyakarta:Gadjah Mada


University Press

Mastomi. 2012. Gambar Struktur anatomi-morfologi Trichinella spiralis


.https://www.google.co.id/search?q=anatomi

Noble, Elmer.1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan. Yogyakarta:Gadjah


Mada University Press

Nur, Septi, Hayati, dkk. 2011. Profil asam amino ekstrak cacing tanah (lumbricus
rubellus) terenkapsulasi Dengan metode spray drying.

Tri a & Widya d, 2009. Trichinella Spiralis Cacing Yang Menginfeksi Otot. Staf
Loka Litbang P2b2 Banjarnegara, Balaba, Vol 5, No 01, Jun 2009 : 24-25.

Anda mungkin juga menyukai