Anda di halaman 1dari 26

Filum Nemathelminthes

A. Pengertian Nemathelminthes
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut
sebagai cacing gilig karana tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Berbeda
dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah
memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga
tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan seudoselomata.

B. Ciri Umum Nemathelminthes

 Tubuh tidak beruas-ruas, gilik, pada bagian depan terdapat mulut dilanjutkan dengan
pencernaan yaitu usus dan diakhiri dengan anus

 Tidak memiliki pencernaan gastrovaskuler karena sudah terdapat usus

 Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.

C. Ciri tubuh Nemathelminthes


Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
 Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang
nya sampai 1 meter.Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh
berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
 Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri.Kutikula
ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas.Kutikula
berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring,
usus, dan anus.Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung
posterior. Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya.
Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan keseluruh
tubuh melalui cairan pada pseudoselom.Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi,
pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan
betina terpisah dalam individu berbeda.

D. Cara hidup dan habitat Nemathelminthes


Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada tumbuhan.Nemathelminthes yang hidup
bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh
makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di
tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam
inangnya.

E. Reproduksi Nemathelminthes
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.Sistem reproduksi bersifat
gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang
berbeda.Fertilisasi terjadi secara internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan
kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.

F. Klasifikasi
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Acanthocephala. Pada
uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari nematoda yang merupakan parasit bagi
manusia.

a. Kelas Nematoda
(Nema: benang, oidos: bentuk) Pada classis Nematoda, cuticulanya polos atau
bercincin-cincin, kebanyakan mempunyai bulu-bulu kaku, tidak bercilia. Cuticula adalah
merupakan modifikasi epidermis kearah superficial. Dibawah epidermis terdapat lapisan otot
yang hanya terdiri atas serabut-serabut longitudinal saja.
1. Ciri-ciri umum
 Mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput
seluler sehingga disebut SPEUDOSEL atau PSEDOSELOMA.
 Tidak mempunyai silia sama sekali.
 Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang
disekresi oleh lapisan hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).
2. Sistem integument
Permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula yang merupakan ikatan paling
sedikit tersusun oleh 5 macam protein dan dapat dibedakan menjadi 3 lapis mulai dari
permukaan secara berturutan adalah sebagai berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah
integumen adalah hipodermis dan lapisan otot.

3. Sistem syaraf
Sistem saraf terdiri dari cincin anterior yang mengelilingi esofagus, batang saraf
dorsal dan fentral, dan saraf-saraf anterior (6 saraf anterior dan 6 saraf posterior)
4. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai
tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka
ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk
kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta
susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap yang
terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ALA
CAUDAL sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut BURSA (berfungsi
untuk memegang cacing betina saat kopulasi). Sedangkan Sistem reproduksi cacing betina
terdiri dari ovarium, oviduk dan uterus. berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian
uterus ada yang meluas membentuk “” Reseptakulum Seminalis ” yaitu kantung sperma) ,
vagina dan terakhir vulva.

5. Siklus hidup
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :
 Secara langsung
1. melalui larva infektif. Contoh Ancylostoma sp.
2. Melalui telur infektif. Contoh Ascaris sp., Trichuris sp.
Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali
ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif, karena
kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1 dan L2
walaupun sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang selain infektif
melalui mulut (termakan) bisa pula menembus kulit.
Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2) tetap
didalam telur . infeksi melalui mulut (termakan). contoh : Ascaris sp.
 Secara tidak langsung
Melalui hospes Intermidier (HI) contoh: Dirofilaria sp., Thelazia sp.
1. Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara. Setelah hidup
bebas sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes intermidier termakan oleh hospes
definitif.
2. Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp., acuaria sp.
Hospes antara dimakan oleh hospes definitif.
3. Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh hospes
intermidier penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada waktu hospes
antara menghisap darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis hospes antara
menembus masuk kedalam hospes definitif melalui kulit . misal : dirofilaria sp.
Didalam siklus hidupnya larva cacing dalam tubuh hospes dapat mengalami :
a. Migrasi
 Migrasi melalui pembuluh darah
 Migrasi melalui pembuluh limpa
b. Tidak mengalami migrasi.
Pada, kelas nematoda terdapat beberapa ordo, yaitu:
Ordo Ascaridida
Genus Ascaris
Ascaris adalah jenis cacing gilig yang besar. Bibirnya mempunyai peninggian bergigi,
tetapi tidak ada interlabia atau sayap servikal. Ekor cacing jantan berbentuk kerucut, tanpa
sayap kaudal tetapi terdapat sejumlah papila.
Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing
perut. Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin
berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara
seksual.Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul
dari anus disebut spikula.Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan
memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada
anak-anak.Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan tau minuman yang tercemar
telur ascaris.
Morfologi, cacing Ascaris umumnya berbentuk bulat panjang, memiliki kutikula yang
tebal serta memiliki tiga buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah bibirnya terletak pada
bagian dorsal. Masing-masing bibir dilengkapi dengan papillae dibagian lateral dan
subventral dan dilengkapi pula dengan sederetan gigi pada permukaan sebelah dalam. Ukuran
panjang tubuh cacing jantanberkisar antara 15-25 cm dengan diameter penampang lintang 3
mm. Sedangkan cacing betina dapat mencapai panjang 41 cm dengan diameter penampang
lintangnya 5 mm.
Siklus Hidup, Dalam perkembangannya, melalui dua fase perkembangan yakni fase
eksternal (diluar tubuh ternak) dan fase internal ( di dalam tubuh ternak).
Fase eksternal : dimulai sejak telur cacing Ascaris dikeluarkan bersama dengan feses
dari dalam tubuh ternak penderita saat defikasi. Di alam luar, pada kondisi lingkungan yang
menunjang, telur akan berkembang sehingga didalam telur terbentuk larva stadium I. Bila
kondisi tetap menunjang, larva stadium I akan menyilih menjadi larva stadium II yang
bersifat infeksius (telur infektif) dan siap menulari ternak babi apabila telur tertelan.
Fase internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh hospes definitif. Didalam
usus halus, telur infektif tersebut dicerna oleh enzim pencernaan dan terbebaslah larva
stadium II. Larva II akan menembus dinding usus halus menuju hati atau larva akan
mengikuti peredaran darah vena porta menuju ke hati. Selanjutnya larva II tersebut
menembus kapsul hati dan masuk melalui sel-sel parenkem hati untuk selanjutnya ikut
peredaran darah dari hati menuju ke jantung, paru-paru, dan bahkan dapat menyebar seluruh
organ tubuh. Jika babi bunting dapat terjadi infeksi prenatal. Juga larva dapat mencapai
kelenjar susu, didalam kelenjar susu, larva cacing akan bersifat dorman (tidak berkembang
lebih lanjut atau mengalami fase istirahat ) dan baru akan berkembang didalam tubuh
keturunannya (anak) bila mana sudah lahir dan penularannya melalui air susu.
Didalam paru-paru larva stadium II berkembang menjadi larva III, kemudian keluar
dari kapiler alveoli paru-paru menuju bronchioli, bronchi dan selanjutnyake trachea, pharing
(iritasi terjadi proses batuk) akhirnya larva III tertelan dan sampailah kembali ke dalam usus
halus. Di dalam usus halus larva III menyilih menjadi larva IV dan menyilih untuk menjadi
larva V (dewasa).
Cacing betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 200.000 butir per har, dan
diduga bahwa seekor cacing A. suum betina dewasa selama hidupnya dapat menghasilkan
telur sebanyak 27 milyard butir. Telur berukuran 50-80 X 40-60 mikron, berdinding tebal,
berwarna kuning kecoklatan serta pada bagian luarnya dilapisi oleh lapisan albumin yang
tidak rata sehingga membentuk tonjolan yang bergerigi (ciri khas dari genus Ascaris
).HOSPES DEFINITIF DAN PREDILEKSI, berparasit pada babi dan predeleksinya didalam
usus halus.
Genus Parascaris
Merupakan cacing nematoda dengan tubuh yang tebal dan bahkan lebih besar dari
Ascaris. Ketiga bibir tampak jelas dipisahkan oleh alur horizontal menjadi bagian anterior
dan posterior. Ujung posterior cacing jantan membulat atau berbentuk kerucut tumpul dengan
sayap kaudal kecil. Tidak ada gubernakulum. SPESIES, Parascaris equorum, berpredeleksi di
dalam usus halus kuda termasuk zebra dan equidae. Cacing jantan panjangnya 15 – 28 cm
dan diameternya 3-6 mm, spikulanya sama besar dengan panjang 2 – 2,5 mm. Cacing betina
panjangnya 18 – 50 cm dengan diameter mencapai 8 mm. Vulva terletak 1/ 4 anterior tubuh,
telurnya berbentuk agak bulat dengan diameter 9-10 mikron, kulit tebal berbintik-bintik
halus.

Genus Toxocara
Toxocara canis, berpredeleksi dalam usus halus anjing dan rubah, lebih besar dari
Toxascaris leonina. Cacing jantan panjangnya mencapai 10 cm dan yang betina 18 cm.
Telurnya berbentuk agak bulat berukuran 85-90X75 mikron dengan dinding tebal dan
berbintik-bintik halus.
Toxocara cati, berpredeleksi didalam usus halus kucing. Morfologinya hampir sama
dengan T. canis, cacing jantan panjangnya 3 – 7 cm, spikulumnya tidak sama besar dan
bersayap. Cacing betina panjangnya 4-12 cm. Telur berukuran 65 – 75 mikron.
Toxocara vitolurum, berpredeleksi didalam usus halus sapi, kerbau, domba dan
kambing. Bibirnya lebar pada pangkalnya dan semakin keujung menyempit. Cacing jantan
panjangnya mencapai 25 cm dengan diameter 5 mm. Ujung posteriornya meruncing dan
sering disebut berujung paku. Cacing betina panjangnya 30 cm dengan diameter 6 mm. Vulva
cacing terletak 1/8 ujung anterior tubuh. Telurnya berukuran 75-95 X 60 – 75 mikron.
siklus hidup Ascaris sp.

Genus Toxascaris
Cacing dari genus ini hampir sama dengan Toxocara sp., perbedaannya bibir lobulus
anterior terpisah oleh sebuah alur yang dalam dan lobulus tersebut melebar dan pada
ujungnya berlobus dua.
Spesies, Toxascaris leonina, berpredeleksi didalam usus halus anjing, kucing, rubah
dan berbagai filidae. Ujung anterior cacing dewasa membengkok ke dorsal, cacing jantang
panjangnya 2 – 7 cm dengan diameter1,5 – 2 mm. Sedangkan cacing betina panjangnya 2 –
10 cm, vulvanya berada 1/3 anterior tubuh. Telur mempunyai kulit yang tebal dan halus
dengan ukuran 5 – 85 X 60 –75 mikron.
Siklus Hidup, larva II infektif menetas didalam usus halus, kemudian masuk kedalam
mukosa usus untuk beberapa saat dan akhirnya kembali lagi kedalam usus dan mengalami
perkembangan lebih lanjut menjadi dewasa.

Genus Oxyuris
Species Enterobius vermicularis (cacing kremi). Cacing ini disebut cacing kremi
karena ukurannya yang sangat kecil. sekitar 10 -15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus
besar manusia.Cacing kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup
mengganggu. Infeksi cacing kremi tidak memerlukan perantara.Telur cacing dapat tertelan
bila kita memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing ini.
Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole
penderita sendiri.Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.Jika
penderita sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka
infeksi cacing kremi akan terjadi kembali.
Siklus Hidup, Cacing betina dan betina
muda hidup di caecum dan colon crasum. Setelah
pembuahan, betina yang dewasa kelamin
mengembara ke rectum dan merayap ke luar
melalui anus. Telur dilepaskan dalam gerombolan-
gerombolan di kulit daerah perianal.
Perkembangan telur cepat dan menjadi stadium
infektif dalam 3-5 hari. Telur infektif dapat
mencapai daerah perianal dan menetas disitu,
namun biasanya telur-telur terjatuh ditanah. Pada
keadaan lembab telur dapat hidup dalam beberapa
minggu, tetapi pada kondisi kurang menunjang telur akan mati. Infeksi terjadi karena
menelan telur infektif. Larva infektif terbebas di dalam usus halus dan larva stadium III akan
dijumpai didalam mukosa cryptus dari colon dan caecum. Larva stadium 4 akan dijumpai
sekitar 8 – 10 hari setelah menelan telur. Dewasa kelamin akan dicapai sekitar 4-5 bulan
setelah infeksi.

Genus Ancylostoma
Spesies Ancylostoma duodenale (Cacing tambang atau cacing cambuk) adalah cacing parasit
(nematoda) yang hidup pada usus kecil inangnya, yang dapat berupa mamalia seperti kucing,
anjing ataupun manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia,
Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus. Necator americanus banyak ditemukan di Amerika, Sub-Sahara Afrika, Asia
Tenggara, Tiongkok, and Indonesia, sementara A. duodenale lebih banyak di Timur Tengah,
Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi
oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab,
dengan tingkat kebersihan yang buruk.
Cacing tambang ini dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan
tubuh pada usus halus manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing
perut. Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul
mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk
menempel pada usus inangnnya.Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa
kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat
kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian
tengah tubuhnya.
Siklus Hidup, Cacing Ancylostoma sp. Mengeluarkan telur bersama feses saat
defikasi, pada lingkungan yang mendukung (suhu 23 – 30 0C tanah berpasir dan basah,
kelembaban tinggi).didalam telur akan terbentuk larva I. Setelah 12-36 jam, telur yang
mengandung larva I akan segera menetas dan terbebaslah larva I yang mempunyai bentuk
esofagus yang rhabditiform berukuran 275 mikron serta memanfaatkan sisa organik dan
bakteri sebagai bahan makanan.
Larva I akan segera memasuki fase lethargi (istirahat) dan selanjutnya menyilih
menjadi larva II yang esofagusnya sudah kelihatan lebih langsing, setelah 5-8 hari akan
mengalami penyilihan lagi dan menjadi larva III (infektif) dengan esofagus filariform. Baik
larva II dan larva III sumber makanan sama dengan Larva I.

Genus Ascaridia
Spesies : Ascaridia galli, Ascaridia columbae, Ascaridia dissimilis. predeleksinya di
dalam usus halus ternak unggas seperti ayam, mentog, kalkun, itik dan berbagai burung liar
di seluruh dunia.
Morfologi : Ascaridia galli merupakan cacing berbentuk silinder, berukuran paling
besar pada unggas. Cacingberwarna putih kekuning-kuningan, memiliki tiga buah bibir yang
berukuran sama, esofagus berbentuk alat pemukul dan tidak dijumpai adanya bulbus
posterior.
Cacing jantan panjangnya 5-6 cm dan ekornya mempunyai alae kecil yang dilengkapi
dengan sepuluh pasang papillae yang sebagian besar pendek dan tebal. Cacing ini
mempunyai sucker (batil isap ) precloaka dan berbentuk bundar dengan tepi cutikuler yang
tebal. Spikulum tidak sama besarnya, tetapi sama panjang berukuran 1-2,4 mm dan tidak ada
gubernakulum.
Cacing betina dewasa berukuran 7,2 – 11,6 cm, bagian ekornya memipih kebagian
ujung, sedangkan lubang kelamin terletak lebih kearah depan (pertengahan tubuh). Telur
cacing A. galli berbentuk oval dengan dinding yang halus, licin, tidak bersegmen dan belum
berkembang saat dikeluarkan. Telur cacing berukuran 73 – 92 X 45-57 mikron. Cacing betina
dewasa mengeluarkan telur sebanyak 250.000 butir setiap hari.
Siklus Hidup , Telur cacing keluar bersama tinja hospes definitif terinfeksi pada saat
defikasi. Di alam luar telur akan mengalami perkembangan yaitu di dalam telur akan
terbentuk larva, telur infeksius (telur dengan larva stadium II) akan dicapai setelah kira-kira
10 hari dan sangat tahan terhadap pengaruh luar, dan bahkan dapat bertahan selama tiga
bulan pada tempat yang teduh tetapi cepat terbunuh dalam kekeringan, kepanasan dan
terkena sinar matahari langsung.
Unggas terinfeksi bila makan/minum yang tercemar telur infektif atau termakannya
cacing tanah yang sebelumnya menelan telur cacing infektif, transmisi dapat terjadi secara
mekanik langsung ke dalam usus hospes definif. Setelah telur infeksius tertelan, didalam
saluran pencernaan hospes definitif , karena pengaruh enzem pencernaan telur akan menetas
dan terbebaslah larva stadium II. Setelah menetas, larva II akan menetapdidalam lumen usus
selama 8 hari dan mengalami ekdisis ( menyilih) menjadi larva III, setelah itu larva III akan
masuk kedalam mukosa usus halus sampai ± hari ke-17 menyilih menjadi larva IV dan
akhirnya masuk ke lumen usus dan menjadi dewasa ( 6-8 minggu ).

Genus Heterakis
Spesies yang penting adalah Heterakis gallinarum, dijumpai didalam caecum dari
ternak unggas, bebek, angsa dan bangsa burung.
Cacing jantan berukuran panjang 7-13 mm. Cacing betina 10-15 mm. Memiliki alae
lateralis yang besar, dengan esofagusbulbus yang kuat. Ekor cacing jantan diperlengkapi alae
yang besar, sebuah sucker precloaca yang menonjol dan membulat serta 12 pasang papillae.
Spikula tidak sama, yang kanan langsing 2 mm, yang kiri memiliki sayap lebar 0,65 –0,7
mm. Vulva ditengah-tengah tubuh cacing betina. Telur berdinding tebal, halus dengan ukuran
65-80 u X 35 – 46 mikron.

Ordo Strongylida
Genus strongylus
Terdapat capsulla buccalis bentuk globoid yang berkembang sempurna pada dinding
dorsal. Tetapi anterior capsulla buccalis biasanya memiliki alat kutikuler berbentuk daun
yang disebut corona radiata. Terdapat corona radiata external pada lubang mulut dan corona
radiata internal pada dinding sebelah dalam capsulla buccalis. Bursa pada cacing jantan
berkembang sempurna dan kuat yang memiliki cabang-cabang (alur) yang tipik didalamnya.
Strongylus equinus, dijumpai didalam sekum dan colon bangsa kuda , termasuk zebra.
Warna cacing abu-abu hitam. Kadang-kadang kemerahan karena darah dalam saluran
pencernaan yang tampak. Cacing jantan panjangnya 26-35 mm, yang betina 38-47 mm,
dengan penampang 2 mm. Capsulla buccalis oval dan memiliki corona radiata external dan
internal. Pada pangkal dari capsula buccalis terdapat gigi dorsal yang besar dan dua gigi
subventral yang lebih kecil. Cacing jantan memiliki dua spikula. Vulva dari cacing betina
terletak sekitar 12-14 mm dari bagian posterior tubuh.
Bentuk telur oval, dinding tipis dan telah mengalami awal segmentasi pada saat
dilepaskan dari tubuh, ukuran telur 70 – 85 u X 40-75 mikron.
Siklus Hidup, Telur –telur keluar bersama tinja dan telah mengalami awal segmentasi.
Dinding telur tipis, terdiri dari lapisan dinding sebelah luar yang terdiri dari bahan chitin dan
membrana vitellinus di dalamnya. Pada suhu 26 C terbentuk larva stadium I dalam waktu 20-
24 jam yang menetas dari telur dan menjadi larva stadium bebas. Setelah menetas, larva
berada pada stadium I, yaitu bentuk rhabditiform. Makanan larva adalah bakteri , kemudian
terus bertumbuh dan menyilih menjadi larva stadium II. Bentuk rhabditiform esofagus
berkurang, kemudian tumbuh menjadi larva yang kutikulanya masih tetap berasal dari
stadium sebelumnya dan bersifat infeksius. Larva stadium infeksius tidak makan bakteri dari
alam sekitarnya, tetapi memperoleh makanannya dari granula makanan yang tersimpan
didalam sel-sel intestinum.
Larva infeksius tidak aktif masuk kedalam tubuh hospes, tetapi tertelan bersama
makanan.
Larva stadium infeksius bersifat :

a. geotrofik negatif : selalu merayap keatas ke daun-daun rumput dan lain-lain.


b. Phototropic pada sinar lemah, tapi takut pada sinar kuat, sehingga larva merayap naik
pada pagi hari dan sore hari atau pada cuaca mendung.
c. Migrasi terjadi lebih aktif pada keadaan panas dibanding dingin.
Kemampuan hidup larva pada pasture tergantung pada kondisi lingkungan yaitu,
kelembaban, suhu dan sinar matahari. Karena persedian makanan terbatas, kondisi yang
mendukung pergerakan maka larva lebih cepat mati. Pada musim panas, larva tidak dapat
hidup lebih dari 3 bulan, tetapi pada musim dingin dapat hidup setahun atau lebih. Infeksi
terjadi karena memakan larva infeksius dan perkembangan larva stadium infektifselanjutnya
yaitu pelepasan dan pergantian kulit yang terjadi didalam usus halus hospes.
Pada Strongylus equinus, larva yang telah berganti kulit, menembus masuk mukosa
sekum dan kolon dan masuk ke sub serosa untuk membentuk nodule disitu. Sebelas hari
setelah infeksi, terbentuk larva didalam nodule. Larva stadium 4 migrasi ke rongga
peritonium, terus ke hati yang berlangsung selama 6-8 minggu. Antara 2-4 bulan setelah
infeksi, larva meninggalkan hati melalui ligamentum hepatika dan pergi ke rongga
peritonium melalui pankreas. Setelah 118 hari dari saat infeksi, terbentuk larva stadium 5 dan
menuju ke sekum dan kolon. Periode prepaten adalah 260 hari.

Genus Haemonchus
Morfologi : Cacing haemonchus contortus merupakan cacing lambung yang besar,
sehingga disebut juga cacing ” Barberpole” , cacing lambung berpilin atau cacing kawat pada
ruminansia. Cacing H. contortus berpredeleksi didalam abomasum kambing, sapi, kambing
dan ruminansia lain.
Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter 400 mikron, berwarna merah terang
serta memiliki spikula dan bursa. Bursanya ditemukan di bagian posterior tubuh tersusun oleh
dua lobus lateral yang simetris dan satu lobus dorsal yang tidak simetris, sehingga
membentuk percabangan seperti huruf Y dan berwarna mengkilat.
Cacing betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu 18-30 mm
dengan diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang membentuk spiral
antara organ genital (Ovarium) yang berwarna putih dengan usus yang berwarna merah
karena penuh berisi darah, sehingga akan nampak berwarna merah puti secara berselang
seling. Mempunyai ” Flaf anterior” yang menutupi permukaan vulva yang umumnya besar
dan menonjol. Cacing betina dewasa mampu bertelur sebanyak 5.000 – 10.000 butir setiap
hari. Telur berbentuk lonjong dan berukuran 70-85 X 41 –48 mikron yang pada saat keluar
bersama tinja, perkembangan telur telah mengalami stadium morula (didalam telur telah
mengandung 16-32 sel).
Siklus hidup, Telur cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam
bebas, setelah 24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban) akan segera
menetas dan terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap mendukung larva I akan
ekdisis menjadi larva II, kemudian akan menjadi larva III yang infektif. Larva III akan
merayap keatas daun atau rumput-rumputan serta dapat bertahan hidup untuk beberapa
minggu – bulan jika kondisi tetap menunjang. Jika larva infektif dimakan hospes definitif
melalui rumput yang tercemar, maka selanjutnya menyilih menjadi larva IV dan menempel
pada mukosa abomasum untuk menghisap darah. Larva IV akan mengalami penyilihan yang
terakhir menjadi cacing muda yang berpredeleksi didalam abomasum serta menghisap darah.
Cacing betina sudah dapat bertelur dalam waktu 18 – 21 hari setelah infeksi.

Genus Oesophagustomum
Morfologi, Cacing ini memiliki capsula buccalis silindris dan sempit. Memiliki
corona radiata. Mempunyai bursa terdiri 3 lobi dan ada spikula. Merupakan parasit pada
caecum dan colon pada ternak sapi, kambing, domba, babi dan kera. Sering disebut cacing
nodular, sebab larva cacing membentuk nodular pada intestinum.
Oesophagustomum columbionum : dijumpai pada colon domba, kambing, unta.
Cacing jantan Panjang 12-16,5 mm. Dan betina sekitar 15-21,5 mm, dengan penampang
sekitar 0,45 mm. Ukuran telur berkisar 73-39 U X 34-45 mikron.
Oesophagustomum radiatum : dijumpai didalam colon sapi, kerbau dan zebu. Cacing
jantan panjang 14-17mm dan betina 16-22 mm.
Oesophagustomum dentatum : dijumpai di dalam usus besar babi.
Siklus hidup, Telur keluar bersama tinja hospes . di luar tubuh perkembangan stadium
bebas sama dengan Strongylus sp. Stadium infektif dicapai pada kondisi optimum dalam
waktu 6-7 hari. Setelah ditelan larva infektif mengalami pergantian kulit dalam usus halus
dan sehari setelah infeksi larva menembus dinding usus yakni pylorus sampai ke rectum.
Kondisi selanjutnya terjadi didalam muskularis mukosa yaitu 4-5 hari setelah infeksi dan
larva tumbuh sampai sekitar 1,5 –2,5 mm setelah 5-7 hari, larva kembali masuk kedalam
lumen intestinum dan migrasi kecolon. Disitu mengalami ekdisis ke empat dan berubah
menjadi cacing dewasa. Telur tampak pertama pada tinja penderita setelah 41 hari infeksi.
Sebagian larva dapat tinggal menetap dalam mukosa dalam waktu yang lebih lama pada anak
domba.

Genus Stephunurus
Morfologi Cacing ini memilki capsul bukalis berbentuk cawan, berisi gigi-gigi.
Spesies yang penting yaitu Stephurus dentatus yang merupakan cacing ginjal pada babi.
Dijumpai didalam jaringan lemak perirenal, Pars pelvina dari ginjal dan dinding ureter.
Kadang-kadang sebagai parasit eratika pada hati dan alat-alat abdomen lainnya serta alat-alat
di rongga thorak. Parasit ini tersebar di wilayah tropis dan sub tropis. Cacing jantan
panjangnya 20-30 mm, cacing betina 30-45 mm. Yang betina 2 mm lebarnya. Capsula
bukalis berbentuk cawan dengan dinding tebal dengan 6 gigi tebal pada dasarnya. Bursa pada
jantan kecil dengan alur yang pendek. Kedua buah spikula sama panjang. Vulva terletak
dekat dengan anus. Telur berbentuk elips berdinding tipis dengan ukuran 90-120 u X 43-70
mikron.
Siklus hidup, Cacing dewasa biasanya hidup berkumpul didalam atau dekat ginjal di
tempat perhubungan dengan ureter dan telur dikeluarkan bersama urine hospes. Pada stadium
ini embrio didalam telur terdiri sekitar 32-64 sel. Perkembangan larva stadium preinfektif
sama dengan Strongylus sp. Pada suhu optimal 26 C, telur menetas setelah 24-36 hari dan
larva mencapai stadium infektif 4 hari setelah mengalami dua kali ekdisis.
Infeksi terjadi per-os atau melalui kulit. Cacing tanah dapat bertindak sebagai
pembawa penyakit. Larva infektif dapat berkumpul dalam masa emoebocyte dari cacing
tanah dan dapat hidup disini selama beberapa minggu atau bulan. Kulit pembungkus larva
infektif segera akan lepas setelah infeksi dan ecdisis ketiga terjadi setelah 72 jam kemudian,
yaitu pada dinding lambung atau kulit atau otot-otot abdominal setelah infeksi perkutan.
Dari kedua jalan infeksi, larva menuju ke hati. Bila infeksi per oral melalui pembuluh
darah porta dan dicapai sekitar 3 hari, dan bila perkutan melalui paru-paru dan sistem
sirkulasi dalam 40 hari. Dari hati mengembara dibawah kapsul hati dan menembus kapsul
hati mencapai rongga peritonium. Kemudian mencapai jaringan perirenal dan menembus
dinding ureter, serta membentuk cyste yang melanjut menghubungkan diri dengan ureter.

Genus Bonustomum
Cacing ini merupakan cacing kait yang dijumpai didalam usus halus domba, kambing,
sapi dan kerbau diseluruh dunia. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal, sehingga
capsula bukalis membuka kearah antero dorsal dan memiliki sepasang papan chitine pada tepi
ventral. Di dekat dasarnya terdapat sepasang gigi sub ventral yang kecil. Tidak mempunyai
gigi dorsal didalam capsula bukalis. Bursa berkembang dengan baik dan memiliki lobus
dorsalis yang asimetris. Ujung telur tumpul membulat dan sel-sel embrional tampak sebagai
granula yang berwarna gelap.Spesies : B.trigonocephalum dijumpai didalam usus halus
domba dan kambing, B.phlebotomum dijumpai didalam usus halus sapi.
Siklus hidup, Perkembangan telur sama seperti Strongylus sp. Infeksi terjadi melalui
makanan atau minuman yang tercemar larva infektif (larva stadium 3) dan dapat juga melalui
kulit. Setelah infeksi melalui kulit, larva melanjut mengikuti peredaran darah menuju ke paru-
paru dan disini terjadi ekdisis yang ketiga. Larva stadium keempat, memiliki capsula bukalis
dan mencapai usus halus setelah 11 hari. Periode prepaten 30-56 hari. Larva infektif tidak
tahan terhadap kering. Infeksi umumnya dijumpai didalam pasture yang terus menerus
basah.

Genus Syngamus
Spesies yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam,
bebek, angsa dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu berada
dalam keadaan kopulasi. Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20 mm. Lubang mulut
lebar, tanpa corona radiata. Capsula bucalis bentuk cawan berisi 6-10 gigi-gigi kecil pada
dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur pendek dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U X
43-48 mikron, memiliki operculum tebal pada kedua ujung.
Siklus hidup, Telur cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat
pencernaan, kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk didalam telur
setelah keluar dari dalam tubuh. Pada kondisi optimal yaitu kelembaban tinggi dan suhu
optimal dibutuhkan waktu 3 hari, pada kondisi lapangan dibutuhkan waktu 1 sampai 2
minggu. Didalam telur larva ekdisis dua kali dan larva infektif dapat menetas dari telur,
namun pada umumnya infeksi terjadi dengan menelan telur yang mengandung larva infektif.
Larva yang menetas dapat tertelan oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu dan arthropoda
lainnya dan mengkista disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai inang paratenik.
Larva yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus, ikut aliran
darah sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut terjadi 3 hari setelah infeksi
. ecdisis terakhir terjadi hari keempat atau kelima dan cacing muda migrasi dari alveoli ke
bronchioli yang lebih besar dan copulasi disini. Trachea dicapai setelah 7 hari dan periode
prepaten 17 – 20 hari setelah infeksi.

Genus Metastrongylus
Morfologi, Cacing ini merupakan cacing paru-paru pada babi. Terdapat dua bibir
lateral berlobus tiga dan tersebar adalah lobus yang ditengah. Kapsul bukal sangat kecil,
dengan spikula pada yang jantan panjang dan lembut, dengan sayap garis melintang. Ekor
berbentuk kerucut. Vulva dekat dengan anus. Uterus paralel. Cacing ini oviparosa. Cacing
jantan panjang 11-26mm dan cacing betina 28-60 mm. Telur berukuran 45-57 X 38-41
mikron dan telur berembrio ketika dikeluarkan. Spesies yang penting : M. apri, M. salmi yang
predeleksi pada trakea, bonki dan bronkiola pada babi.
Siklus hidup, Siklus hidup cacing ini secara tidak langsung yaitu melalui induk
semang antara. Telur dikeluarkan pada bronkhus dan bronkhiolus, dibatukkan kemudian
ditelan dan dikelurkan bersama tinja. Telur ini harus dimakan cacing tanah untuk
perkembangan lebih lanjut. Cacing tanah yang dapat berperan sebagai hospes intermidier
antara lain : Allobophora chloritica, Denroboena rubida, Eisenia austriaca, E. foitida dan
Lumbricus terrestris. Babi terinfeksi dengan jalan memakan cacing tanah yang mengandung
larva stadium 3, kemudian larva dibebaskan didalam usus halus babi, menembus usus halus
menuju limfaglandula mesenterika melalui sistem limfe. Di tempat tersebut larva menyilih
menyilih menjadi larva stadium 4, kemudian melalui sistem limfa dan peredaran darah
menuju jantung dan paru-paru, menyilih menjadi stadium dewasa.


Genus Capillaria
Spesies Wuchereria bancrofti (cacing rambut). Cacing rambut dinamakan pula cacing
filaria. Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki
gajah ( elefantiasis ), yaitu pembengkakan tubuh. Pembengkakan terjadi karena akumulasi
cairan dalam pembuluh limfa yang tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah banyak.Cacing
filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex yang banyak terdapat di daerah
tropis.
Morfologi, Mirip dengan Trichuris, tetapi ramping keseluruhan. Tubuhnya kapiler dan
mempunyai mulut sederhana. Vulva cacing betina dekat dengan ujung esofagus. Kadang
cacing ini mempunyai sebuah spikulum yang selalau ada selubungnya. Panjang cacing jantan
11 – 15 mm, betina 10-25 mm. Telur ini mempunyai dua sumbat pada kedua ujungnya dan
ukuran telur 43-70 X 21-30 mikron.
Siklus hidup : secara langsung melalui telur infektif dan tidak langsung melalui
hospes intermidier

Ordo Enoplida
 Genus Trichinella
Spesies Trichinella spiralis. Cacing ini hidup pada otot manusia dan menyebabkan
penyakit trikhinosis atau kerusakan otot.Manusia yang terinfeksi cacing ini karena memakan
daging yang tidak dimasak dengan baik. cacing ini terdapat di antara serabut-serabut obat
bergaris dari hewan pemakan daging dan monivara. Jika inang memakan daging tersebut,
maka di dalam usus kista tumbuh menjadi cacing dewasa. Setelah kawin, yang jantan mati
dan cacing betina melahirkan larva. Larva itu lalu memasuki sel-sel mukosa dingin
usus(sebagai parasit intraseluler) kemudian mengikuti peredaran darah besar dan larva datang
dalam jaringan obat bergaris dan mengkista.
Cacing ini juga terdapat pada babi , tikus, dan mamalia lain (peka), sapi, domba dan
kambing (kurang peka). Larva cacing akan mengkista pada urat daging bergaris melintang.
Habitat Cacing dewasa pada usus halus sedangkan larvanya pada urat daging.
Morfologi, Cacing dewasa kecil , tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva
cacing menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina
panjangnya 1,4 –1,6 mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur akan menetas
dalam uterus cacing betina (viviparosa). Larva ditemukan dalam kista mikroskopis pada urat
daging bergaris melintang . yang jantan mempunyai anus yang ditonjolkan dan sembulan
berbentuk kerucut disetiap sisi. Tidak mempunyai spikulum dan selubung. Vulva terletak
pertengahan esofagus.
Siklus hidup, Apabila kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging
yang mengandung kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva cacing akan
terbebas. Larva akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa kelamin.. kemudian
cacing jantan dan betina kawin , setelah kawin dacacing jantan segera mati. Cacing betina
akan menembus kedalam mukosa usus melalui glandula liberkhun kedalam ruang limfe,
disini cacing betina bertelur dan menetas didalam saluran uterus dari cacing. Larva yang
dihasilkan masuk saluran limpe, menembus ductus thoracicus, vena cava superior kiri dan
kanan jantung, kemudian keperedaran darah yang disebarkan keseluruh tubuh. Penyebaran
larva terutama pada urat daging bergaris melintang dan selanjutnya berkembang pada otot
maseter, diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Kadang-kadang ditemukan pada hati,
pankreas dan ginjal. Larva tumbuh sampai berukuran panjang 0,8 – 1 mm dan diameter 30
mikron (16 hari). Dinding kiste terbentuk setelah 3 bulan dan mulai melingkar dalam kista
yang dibentuk oleh jaringan sekitarnya. Otot disekitar mengalami degenerasi dan pengapuran
setelah 6-9 bulan, tetapi larva dalam kista tetap hidup untuk beberapa tahun (sampai 11
tahun). Kista akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus induk semang berikutnya bila
termakan oleh induk semang tersebut. Daur hidup cacing ini tertutup.

 Genus Trichuris
Cacing ini terdapat pada sapi, kambing, domba dan anjing. Habitatnya di caecum.
Adapun beberapa spesies diantaranya adalah Trichuris ovis pada caecum kambing dan domba
Trichuris discolor pada caecum dari sapi, Trichuris vulvis pada anjing, Trichuris suis pada
babi, Trichuris trichiura pada manusia.
Morfologi, Cacing ini disebut dengan cacing cambuk dengan salah satu satu ujung
tebal dan ujung lainnya panjang dan tipis. Bagian anterior panjang dan tipis kira-kira dua kali
bagian posterior, ujung posterior cacing jantan bergulung kedorsal dalam bentuk spiral.
Vulva terletak antara batas anterior dan posterior. Cacing jantan panjangnya 30-80 mm dan
betina 35 – 75 mm, telur mempunyai kulit tebal kecoklatan dengan dua sumbat dikedua
ujungnya. Ukukran telur 50-80 x 21-42 u.
Siklus hidup, Penularan terjadi secara langsung melalui telur infektif (L2), telur
sangat resisten, perkembangan didalam induk semang berlangsung didalam lumen usus dan
massa prepaten 2-3 bulan. Cacing ini melekat pada caecum.

Ordo Dictophymoidea
 Genus Dyctyocaulus
Morfologi, Dyctiocaulus viviparus merupakan cacing paru pada sapi. Predeleksinya
pada trakea, bronki dan bronkiola pada sapi, zebu, unta dan berbagai ruminansia. Terdapat 4
bibir, yang dorsal dan ventral agak sedikit lebih besar dibanding yang lateral. Kapsul bukal
sangat kecil dan terdapat cincin tebal, keras disekeliling bagian posterior. Spikula sama
besar, pendek dan kuat. Vulva cacing betina dekat dengan pertengahan tubuh dan uterus
arahnya berlawanan. Cacing jantan panjang 17-50 mm, dengan telur berukuran 82-88 X 33-
38 mikron.
Siklus hidup, Cacing dewasa berada didalam paru-paru kemudian mereka
mengeluarkan telurnya. Beberapa telur menetas, kemudian telur/larva dibatukkan sehingga
dapat tertelan dan keluar melalui tinja atau lendir dari hidung atau mulut. Larva menyilih
menjadi larva stadium 3 infektif yang berselubung. Larva termakan oleh sapi bersama
makanan/rumput kemudian larva ini menuju limfoglandula mesenterika menyilih menjadi
stadium keempat dan kemudian melalui pembuluh darah menuju paru-paru dan menjadi
dewasa. Periode prepaten 3-8 minggu.

b. Kelas Acanthocephala
Acanthocephala (dari bahasa Yunani akanthos,
"duri" dan kephale, "kepala") adalah sebuah filum
cacing parasit. Anggota filum ini terkenal karena
memiliki "kait" yang digunakan untuk menempel di
inangnya. ditandai dengan kehadiran sebuah evertable
belalai, bersenjatakan duri, yang digunakan untuk
menembus terus usus inangnya dinding.
Acanthocephalans biasanya memiliki siklus hidup yang
kompleks, yang melibatkan beberapa host, termasuk invertebrata, ikan, amfibi, burung, dan
mamalia.
 Karakteristik Acanthocephala
 Bilateral simetris dan berbentuk ulat.
 Tubuh memiliki lebih dari dua lapisan sel, jaringan dan organ.
 Mempunyai Pseudosoelom dan sistem ekskresi.
 Badan tidak mempunyai sistem pencernaan.
 Tubuh ditutupi oleh syncitial epidermis dengan beberapa raksasa inti.
 Memiliki sistem saraf dengan saraf ganglion dan dipasangkan.
 Sering di sebut cacing berkepala duri
 Larva hidup di serangga dan Crustacea.

Sistem Pencernaan
Acanthocephalans tidak memiliki mulut atau saluran pencernaan. Ini adalah fitur mereka
berbagi dengan cestoda (cacing pita), meskipun kedua grup tidak berkaitan erat. Tahap
dewasa tinggal di usus tuan rumah mereka dan asupan nutrisi yang telah dicerna oleh tuan
rumah, secara langsung, melalui permukaan tubuh mereka.

Sistem Integumen

Tubuh permukaan Acanthocephala khas. Eksternal, kulit tipis kutikula yang menutupi
epidermis, yang terdiri dari syncytium tanpa dinding sel. Yang syncytium ini dilalui oleh
serangkaian percabangan tubulus yang mengandung cairan dan dikendalikan oleh beberapa
pengembara, amoeboid inti. Di dalam syncytium adalah lapisan yang tidak teratur melingkar
serat otot, dan dalam hal ini lagi agak serat longitudinal berserakan, tidak ada endotelium.
Except for the absence of the longitudinal fibres the Kecuali tidak adanya serat longitudinal
kulit menyerupai belalai tubuh, tetapi mengandung cairan tubulus dari belalai yang menutup
diri dari orang-orang dari tubuh. Kanal dari belalai terbuka ke dalam sebuah kapal yang
membentang melingkar bulat dasarnya.

Dari kanal melingkar dua kantung-seperti proyeksi disebut lemnisci lari ke dalam
rongga tubuh, di samping rongga hidung. Masing-masing terdiri dari sebuah perpanjangan
dari bahan syncytial kulit belalai, ditembus oleh kanal dan diselubungi dengan mantel yang
berotot. Mereka sepertinya bertindak sebagai reservoir ke mana fluida yang digunakan untuk
menjaga belalai "ereksi" dapat menarik bila ditarik kembali, dan dari mana fluida dapat
digerakkan keluar bila ingin memperluas belalai.

 Sistem saraf
Ganglion pusat dari sistem saraf terletak di belakang hidung atau septum selubung. Itu
yang innervates belalai dan proyek dua batang kokoh posterior yang memasok tubuh.
Masing-masing batang ini dikelilingi oleh otot, dan saraf-otot ini kompleks disebut
retinakulum. Pada pria setidaknya juga ada kelamin ganglion. Beberapa tersebar papila
mungkin mungkin rasa-organ.

 Sistem Reproduksi

Ada sebuah struktur yang disebut ligamentum kelamin yang membentang dari ujung
posterior sarung belalai ke ujung posterior dari tubuh. Pada pria, dua testis terletak di kedua
sisi ini. Each opens in a vas deferens which bears three diverticula or vesiculae seminales .
Setiap akan terbuka dalam vas deferens yang beruang tiga divertikula atau vesiculae
seminales. Laki-laki juga memiliki tiga pasang kelenjar semen, ditemukan di belakang testis,
yang menuangkan sekresi mereka melalui saluran ke vasa deferentia. Ini bersatu dan berakhir
pada sebuah penis yang membuka posterior.

Pada wanita, di ovarium ditemukan, seperti testis, seperti tubuh bulat sepanjang
ligamentum. Dari massa ovum pecah ke rongga tubuh dan mengapung dalam cairan. Di sini
telur dibuahi dan segmen muda sehingga embrio yang terbentuk di dalam tubuh ibu mereka.
Embrio melarikan diri ke dalam rahim melalui rahim bel, seperti membuka saluran terus-
menerus dengan rahim. Di persimpangan bel dan rahim ada lubang kecil kedua terletak
dorsal. Bel "menelan" embrio yang matang dan melewati mereka di dalam rahim, dan dari
sana, keluar dari tubuh melalui saluran telur. Bel harus menelan salah satu ovum, atau bahkan
salah satu embrio yang lebih muda, ini berlalu kembali ke dalam rongga tubuh melalui kedua,
dorsal, membuka.

 



Siklus hidup

Acanthocephalans memiliki siklus hidup yang kompleks, yang melibatkan sejumlah


host, baik untuk perkembangan dan beristirahat tahap. Siklus hidup lengkap telah disusun
untuk hanya 25 spesies. Setelah dikeluarkan oleh betina, yang embrio acanthocephalan
dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari tuan rumah. Untuk pembangunan terjadi, embrio
harus ditelan oleh invertebrata, hampir selalu merupakan Crustacea (ada satu siklus hidup
dikenal yang menggunakan moluska sebagai tuan rumah menengah pertama).

Di dalam intermediate host, acanthocephalan menembus dinding usus, bergerak ke


dalam rongga tubuh, encysts, dan mulai transformasi ke tahap cystacanth infektif. Bentuk ini
memiliki semua organ-organ reproduksi dewasa yang menyelamatkan. Ini dapat oleh tuan
rumah terakhir yang sesuai, dalam hal ini cystacanth berkembang menjadi dewasa, atau oleh
paratenic tuan rumah, di mana lagi parasit bentuk kista. dengan belalai dan menembus
dinding usus. Cacing dewasa kemudian pasangan. Laki-laki menggunakan ekskresi dari
kelenjar semen untuk pasang vagina dari perempuan, mencegah dari perkawinan berikutnya
terjadi. Embrio berkembang di dalam wanita, dan siklus hidup berulang.

Posted by Andri Satolom on - Rating: 4.5


Title : Materi filum Nemathelminthes
Description : Filum Nemathelminthes A. Pengertian Nemathelminthes Nemathelminthes
(dalam bahasa yunani, nema =...
Nemathelminthes : Pengertian, Ciri, Struktur Tubuh, Dan Klasifikasi Beserta
Peranannya Lengkap : Tahukah anda apa itu Nemathelminthes ?? Jika anda belum
mengetahuinya anda tepat sekali mengunjungi gurupendidikan.com. Karena pada
kesempatan kali ini disini akan mengulas tentang pengertian Nemathelminthes, struktur
tubuh Nemathelminthes, ciri Nemathelminthes, klasifikasi Nemathelminthes, dan peranan
Nemathelminthes secara lengkap. Oleh karena itu marilah simak ulasan yang ada dibawah
berikut ini.
Pengertian Nemathelminthes
Nemathelminthes adalah kelompok hewan cacing yang mempunyai tubuh bulat panjang
dengan ujung yang runcing. Secara bahasa, Kata Nemathelminthes berasal dari bahasa
yunani, yakni “Nema” yang artinya benang, dan “helmintes” yang artinya cacing.
Nemathelminthes sudah memiliki rongga pada tubuhnya walaupun rongga tersebut bukan
rongga tubuh sejati.
Rongga tubuh pada Nemathelminthes disebut pseudoaselomata. Cacing ini
mempunyai tubuh meruncing pada kedua ujung sehingga disebut dengan cacing gilig.
Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya miksroskopis, tapi ada juga yang mencapai
ukuran 1 m. Cacing Nemathelminthes kebanyakan hidup parasit pada tubuh manusia,
hewan, atau tumbuhan, namun adapula yang hidup bebas. Ukuran dari cacing betina lebih
besar dari cacing jantan.

Ciri-Ciri Nemathelminthes
Sesudah penjelasan diatas, maka kita dapatkan ciri-ciri nemathelminthes yaitu:

 Merupakan cacing dengan tubuh bulat panjang seperti benang dengan kedua ujung tubuh
yang runcing
 Memiliki tiga lapisan tubuh (Triploblastik) yaitu lapisan tubuh luar (ektoderm), tengan
(mesoderm), dan lapisan tubuh dalam (Endoderm).
 Tubuhnya memiliki rongga, namun bukan rongga tubuh sejati sehingga rongga ini disebut
Pseudoaselomata.
 Kulitnya halus, licin, tidak berwarna dan dilapisi oleh kutikula yang berfungsi
melindunginya dari enzim pencernaan inang.
 Sistem pencernaannya sudah lengkap
 Belum memiliki sistem sirkulasi dan sistem respirasi (pernapasan). Sistem saraf merupakan
saraf cincin.
Struktur Tubuh Nemathelminthes
Tubuh dari cacing ini tidak memiliki segmen dan lapisan luar tubuhnya licin serta dilindungi
oleh kutikula agar tidak terpengaruh oleh enzim inangnya. Tubuhnya dilapisi oleh tiga
lapisan (tripoblastik), yakni lapisan luar (Ektodermis), lapisan tengah (Mesoderm), dan
lapisan dalam (Endoderm). Kulit hewan ini tidak berwarna dan licin.

Nemathelminthes sudah memiliki suatu organ saluran pencernaan yang lengkap,


yakni mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung depan dan anus terdapat
pada ujung belakang. Sesudah makanan dicerna, sari makanan tersebut akan diedarkan
ke seluruh tubuh melalui cairan pada rongga tubuhnya. Tubuhnya belum memiliki sebuah
sistem pembuluh darah, sehingga tidak memiliki sebuah sistem respirasi, pertukaran
oksigen dan karbondioksida terjadi melalui proses difusi, yakni perpindahan zat dari tempat
konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah.

Sistem Organ Nemathelminthes


 Sistem Pencernaan, seperti penjelasan diatas, suatu sistem pencernaan dari
nemathelminthes terdiri atas mulut, faring, usus, dan anus. Makanan masuk ke dalam tubuh
melalui muluth pada bagian depan tubuh, kemudian masuk ke faring, dan dicerna di usus,
setelah dicerna, sari makanan tersebut akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh cairan pada
rongga tubuh pseudoaselomata, kemudian sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus.
 Sistem Eksresi, Sebuah Sistem eksresi terdiri atas 2 saluran utama yang akan bermuara
pada sebuah lubang ditubuh bagian ventral.
 Sistem Reproduksi, Nemathelminthes umumnya melakukan sebuah reproduksi secara
seksual, sistem reproduksi bersifat gonokoris, yakni organ kelamin jantan dan betina
terpisah pada individu yang berbeda, artinya setiap individu hanya mempunyai satu organ
kelamin. Fertilisasi (pertemuan sperma dan ovum) terjadi di dalam tubuh, kemudian akan
menghasilkan telur yang sangat banyak (ribuan). Kumpulan telur ini akan membentuk k ista
yang bisa bertahan hidup pada keadaan lingkungan yang buruk.
 Sistem sirkulasi (peredaran darah) dan sistem pernapasannya tidak ada, sehingga
pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi secara difusi, yakni dengan mekanisme
pertukaran zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.
 Sistem Persarafan, adalah sebuah sistem saraf cicin yang mengelilingi esofagus dan
mempunyai 6 cabang saraf utama.

Klasifikasi Nemathelminthes
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yakni sebagai berikut :

1. Kelas Nematoda
Nematoda mempunyai kutikula tubuh yang transparan. memiliki mulut dan lubang ekskresi,
alat reproduks pada jantan dengan testis dan betina dengan ovarium. Umur cacing pada
umumnya mencapai 10 bulan. Contoh anggota Nematoda, antara lain yaitu Ascaris
lumbricoides (cacing pern pada manusia), Anguila aceti (cacing cuka), Enterobim
vermicularis atau Oxyuris vermicularis (cacing kreim pada manusia), Oxyuris equi (cacing
kremi pada kuda. Necator americanus atau Ancylostoma duodenale (cacing tambang pada
manusia), Wuchereria bancrofti (cacing yang menyebabkan penyakit elefantiasis pada
manusia, Trichinella spiralis (cacing otot pada manusia), Loa lee (cacing mata pada
manusia), dan Heterodera radicicote (cacing yang menyebabkan puru/bengkak pada akar
tanaman).
 Ascaris lumbricoides (cacing perut pada manusia)
Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia dengan panjang 20-40 cm, dan diameter 0,5
cm. Telur cacing yang keluar bersama feses akan masuk ke saluran pencernaan. manusia
melalui makanan yang tidak higienis. Selanjutnya, telur berkembang menjadi larva yang
menembus dindme usus dan mengikuti peredaran darah manusia sampai e paru -paru, trakea
(tenggorokan), faring (kerongkongaat, dan kembali ke usus hingga dewasa, kemudian
menetaskan telur 200.000/hari
Cacing betina berukuran lebih besar dibandingkan cacing jantan. Dalam keadaan hidup,
tubuhnya berwarna putih seperti susu dengan kutikula transparan bergaris -garis. Pada
hewan jantan, dekat lubang anal terdapat tonjolan yang disebut penial setae untuk
melakukan perkawinan. Pada cacing betina lubang kelamin terletak di 1/3 panjang tubuh
dari ujung anteriornya. Cacing betina lebih lurus, sedangkan cacing jantan melengkung.
 Necator americanus = Ancylostoma duodenale (cacing tambang pada manusia)
Cacing tambang parasit dalam usus manusia. Panjang tubuhnya 1-1,5 cm. Mulut di bagian
anterior dengan gigi kait dari kitin. Saat menggigit dinding usus penderita, cacing ini
mengeluarkan zat antipembekuan darah (zat antikoagulasi) dan darah terus-menerus
diisapnya sehingga penderita dapat mengalami anemia. Telur yang keluar bersama feses
akan menetas di tempat becek membentuk larva rabditiform (filariform). Larva dapat
menembus kulit telapak kaki manusia dan mengikuti peredaran darah sampai ke paru-paru,
trakea (tenggorokan), faring (kerongkongan), dan kembali ke usus sampai dewasa. Cacing
ini menghasilkan telur 9.000/hari.
Antara cacing jantan dan cacing betina dapat dibe- dakan dengan mengamati morfologinya.
Cacing jantan mempunyai testis, vesika seminalis, kelenjar semen, spikula (atau disebut
gubernakulum yang merupakan alat kopulasi), kloaka, dan bursa. Adapun cacing betina
memiliki ovarium, uterus, vagina, dan anus. Cacing betina juga memiliki duri ekor yang
berguna untuk membantu saat proses perkawinan berlangsung.
 Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis adalah cacing kremi pada manu -sia.
Cacing kremi hidup dalam usus besar manusia. Panjang cacing betina 9 -12 mm, cacing
jantan 3-5 mm. Cacing betina akan bertelur pada malam hari di anus sehingga menyebabkan
rasa geli (gatal). Apabila digaruk, telur akan menempel pada kuku.
Telur yang tertelan melalui makanan dapat menyebabkan autoinfeksi (infeksi yang
disebabkan oleh penderita sendiri). Telur menetas di usus halus sampai raenjadi cacing
dewasa. Apabila akan kavyin, cacing raenuju ke usus besar. kemudian yang betina akan
meletakkan telur di anus penderita sehingga penderita mengalami rasa gatal di anusnya.
 Filaria bancrofti (Wuchereria bancrofti)
Cacing Filaria bancrofti mengakibatkan penyakit elefantiasis/kaki gajah. Larva cacing pada
siang hari akan berada di pembuluh darah besar (aorta) dan pada malam hari akan keluar
menuju pembuluh darah tepi (di bawah kulit). Larva Filaria yang berada dalam kelenj ar
ludah nyamuk Culex sp. akan masuk ke tubuh orang sehat yang digigitnya. Larva masuk
dan mengikuti sebuah peredaran darah manusia menuju ke kelenjar getah bening sampai
dewasa. Cacing yang berkembang biak dengan cepat akan menyumbat saluran getah bening.
Bagian tubuh yang tidak mendapat aliran getah bening akan mengalami pembengkakan.
Jika pembengkakan terjadi pada kaki. disebut penyakit kaki gajah.
 Trichinella spiralis (cacing otot pada manusia)
Cacing ini mengakibatkan penyakit yang disebut : trikinosis. Manusia bisa terserang karena
makan daging babi yang mengandung larva cacing yang dimasak tidak matang. Larva
tinggal di dalam usus halus hingga dewasa dan bertelur. Telur menetas menjadi larva dan
masuk dalam otot lurik untuk membentuk sista.
2. Kelas Nematomorfa
Nematomorfa adalah cacing yang mempunyai dun di kepala. Hidup dalam usus Vertebrata
dan biasanvii melekat pada dinding usus dengan belalai bengkok berkan duri. Cacing ini
memiliki sebuah alat pencernaan makanan yang sempurna dan alat reproduksin ya
terpisah. Nematomorfa memiliki hospes intermedier, yakni bangsa Crustacea (udang dan
Insecta (serangga), misalnya Neoechi norhynchus emydis yang menyerang penyakit kura -
kura, dan bulus.
Peranan Nemathelminthes
Pada umumnya Nematoda merugikan karena hidup parasit dan mengakibatkan penyakit
pada manusia dan menjadi parasit pada tumbuhan, diantaranya sebagai berikut.

 Globodera rostochiensis, yang menjadi parasit pada tanaman kentang dan tomat, dan
sebagai vektor virus pada beberapa tanaman pertanian.
 Ascaris lumbricoides (cacing usus) dan Enterobius vermicularis (cacing kremi) , menjadi
parasit pada manusia dan menyebabkan penyakit.
Itulah ulasan tentang Nemathelminthes : Pengertian, Ciri, Struktur Tubuh, Dan
Klasifikasi Beserta Peranannya Lengkap Semoga apa yang diulas diatas bermanfaat
bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.
Baca Juga refrensi artikel terkait lainnya disini :

 Annelida : Pengertian, Reproduksi, Ciri, Dan Klasifikasi Beserta Peranannya Secara


Lengkap
 Mollusca : Pengertian, Struktur Tubuh, Ciri, Dan Klasifikasi Beserta Peranannya Secara
lengkap
 Echinodermata : Pengertian, Ciri, Dan Klasifikasi Beserta Peranannya Seca ra Lengkap
 Ciliata (Filum Ciliophora) : Pengertian, Ciri, Struktur Tubuh, Dan Klasifikasi Beserta
Peranannya Lengkap
 Pengertian Flagellata Beserta Ciri Dan Reproduksinya
 Penjelasan Klasifikasi Coelenterata ( Cnidaria ) Beserta Cirinya
#CIRI NEMATHELMINTHES#CONTOH NEMATHELMINTHES#JENIS
NEMATHELMINTHES#PENGERTIAN NEMATHELMINTHES#SISTEM ORGAN
NEMATHELMINTHES#SISTEM REPRODUKSI NEMATHELMINTHES#STRUKTUR TUBUH
NEMATHELMINTHESKLASIFIKASI NEMATHELMINTHESPERANAN NEMATHELMINTHES

Previous Post

Annelida : Pengertian, Reproduksi, Ciri, Dan Klasifikasi Beserta Peranannya Secara


Lengkap

Next Post

Pasar Modal : Pengertian, Tujuan, Fungsi, Dan Jenis Beserta Manfaatnya Secara
Lengkap

Most popular articles related to Nemathelminthes : Pengertian, Ciri, Struktur Tubuh,


Dan Klasifikasi Beserta Peranannya Lengkap
 “Dialog Interaktif” Pengertian & ( Cara Menyusun – Syarat – Contoh )
 “Latar Belakang” Pengertian & ( Cara Membuat – Contoh )
 Neraca Pembayaran : Pengertian, Komponen, Dan Macam Beserta Fungsinya Secara Lengkap
 Gelombang Mekanik : Pengertian, Jenis, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
 Arus Listrik : Pengertian, Hambatan, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
 Hukum Ohm : Pengertian, bunyi, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
 Gerak Melingkar Beraturan : Pengertian, Ciri, Besaran dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara
Lengkap
 Getaran Harmonik : Pengertian, Syarat, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
Recent Posts
 “Dialog Interaktif” Pengertian & ( Cara Menyusun – Syarat – Contoh )
 “Latar Belakang” Pengertian & ( Cara Membuat – Contoh )
 Neraca Pembayaran : Pengertian, Komponen, Dan Macam Beserta Fungsinya Secara Lengkap
 Gelombang Mekanik : Pengertian, Jenis, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
 Arus Listrik : Pengertian, Hambatan, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
 Hukum Ohm : Pengertian, bunyi, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
 Gerak Melingkar Beraturan : Pengertian, Ciri, Besaran dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara
Lengkap
 Getaran Harmonik : Pengertian, Syarat, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
 Fluida Dinamis : Pengertian, Jenis Aliran, Ciri Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Lengkap
 Medan Magnet : Pengertian, Sifat, Dan Garis Gaya Secara Lengkap

Anda mungkin juga menyukai