BAB 1
Platyhelminthes
Pendahuluan
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu “platys” yang berarti pipih,
dan “helmins” yang berarti cacing. Sesuai dengan namanya, platyhelminthes
mempunyai bentuk yang pipih di bagian dorsal dan ventral, dan kadang-
kadang memperlihatkan adanya gambaran pseudosegmentasi. Dari filum ini
yang hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan terdapat dalam kelas
Cestoda berbentuk pita dengan gambaran pseudosegmentasi pada tubuhnya.
Sedang cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dinamakan cacing daun
dan dimasukkan dalam kelas Trematoda. Filum ini terdiri atas 9.000 spesies.
Jika di daerah Anda banyak ternak terutama sapi dan ada perairan yang
sering dikunjungi ternak tersebut, carilah siput Lymnea. Pecahkan cangkoknya
dan mungkin akan ke luar larva Fasciola Hepatica dalam beberapa fase.
Amati dengan mikroskop pembesaran rendah.
Cacing pipih yang hidup bebas yang dapat ditemukan diperairan bersih
pada batu atau bagian di bawah daun-daunan ialah sejenis Planaria. Amati
bentuk tubuhnya. Cacing ini dapat pula dipakai untuk percobaan regenerasi.
Di pantai laut yang jernih banyak ditemukan jenis-jenis cacing pipih yang
berwarna indah.
1
MEWASPADAI CACING !
2
MEWASPADAI CACING !
BAB 2
Trematoda
Morfologi
Berbeda dari Turbellaria, permukaan tubuh Trematoda tidak bersilia, tetapi
tertutup dengan kutikula. Biasanya terdapat batil isap, yaitu batil isap mulut
dan batil isap perut.
Tubuhnya berbentuk pipih, memanjang seperti daun, tetapi ada juga yang
ovoid (bulat telur), konikal (berbentuk kerucut) atau silindris. Bentuk ini
disebabkan adanya kontraksi otot. Cacing ini tidak mempunyai rongga badan,
mempunyai susunan saraf yang primitif meliputi ganglia lateral di bawah far-
ing yang dihubungkan oleh komisura dorsal. Ukuran bervariasi, dan kurang
dari 1 mm sampai beberapa sentimeter.
Cacing dilapisi oleh kutikula homogen non-seluler, yang sebagian atau
seluruhnya diliputi oleh bintik-bintik atau tojolan-tonjolan. Cacing melekat ke
hospes dengan menggunakan alat isap yang berotot berbentuk mangkok.
Kadang-kadang dilengkapi dengan duri-duri atau kaitan-kaitan.
Suatu alat isap mulut (oral sucker) terdapat di ujung depan badan cacing.
Sedangkan pada kebanyakan jenis terdapat alat isap perut yang lebih besar
atau dinamakan asetabulum atau ventral sucker yang terletak pada
permukaan ventral di belakang alat isap mulut.
Cacing ini tidak mempunyai rongga badan. Ruangan antara, di antara
berbagai organ berisi cairan dan jaringan sel-sel jaringan ikat dan serabut-
3
MEWASPADAI CACING !
4
MEWASPADAI CACING !
Siklus Hidup
Dalam hospes definitif, biasanya vertebrata, multiplikasi terjadi secara kawin
dengan menghasilkan telur dan dalam hospes intermedier Moluska, terjadi
generasi secara pembiakan aseksual.
Telur keluar dari hospes definitif melalui saluran anus, saluran
genitourinari atau saluran paru-paru. Telur ini menetas dalam air menjadi
larva, mirasidium yang bersilia dan berenang aktif dalam air. Mirasidium ini
mempunyai kelenjar sekresi anterior yang menghasilkan enzim untuk
menembus jaringan keong. Mereka ini tertarik oleh suatu jenis keong tertentu
karena rangsangan kemotaktik, mungkin dari lendir atau cairan jaringan keong.
Jalan masuknya melalui insang, kepala, antena dan kaki. Mirasidium yang
sudah masuk keong kehilangan silianya mungkin juga terjadi telur yang belum
menetas, termakan oleh keong dan menetas di usus. Dalam jaringan keong
mirasidium mengalami metamorfosis menjadi sporokista yang berbentuk
seperti kantong yang tak teratur dan berfungsi sebagai suatu kantong
pengeram untuk pertumbuhan dan produksi dari generasi sporokista anak
atau redia. Redia ini keluar melalui dinding sporokista induk yang rusak. Re-
dia sudah mempunyai faring dan usus primitif, sistem ekskresi dengan sel
bunga api dan saluran pengumpul, dan sel-sel germinal. Di dalam redia dan
sporokista anak, serkaria bertumbuh dan bebas ke dalam jaringan keong
dan akhirnya keluar melalui integumen keong sampai ke air. Pada spesies
tertentu, redia dapat menghasilkan generasi tambahan redia anak.
5
MEWASPADAI CACING !
Ciri khas serkaria : mempunyai tubuh yang berbentuk elips, ekor yang
panjang untuk berenang, alat isap mulut dan alat isap perut, spina atau stilet,
saluran pencernaan, susunan reproduksi yang rudimen sistem ekskresi dan
kelenjar sefalik uniseluler.
Serkaria yang bebas berenang dengan ekornya. Kehidupan serkaria
dalam air akan berakhir, kecuali bila ia menemukan tanaman yang cocok
atau hospes hewan. Pada tanaman ini, serkaria akan mengkista dan pada
hospes hewan memasuki atau menembus kulit hospes definitif. Serkaria yang
mengkista dinamakan metaserkaria, ekor, dan kelenjar lisis serkaria lenyap.
Keong yang umumnya terdiri dari jenis-jenis yang hidup di air tawar
bertindak sebagai hospes intermedier utama bagi Trematoda yang berparasit
pada manusia. Hanya jenis-jenis tertentu yang berfungsi sebagai hospes
dan dengan demikian identifikasi dan pengawasannya adalah suatu peranan
penting dalam preventif infeksi manusia.
Ada 70 dari 100.000 spesies keong yang dapat menjadi hospes
intermedier (dari) cacing. Trematoda yang menginfeksi manusia juga
menginfeksi mamalia rendah dan burung. Dalam beberapa hal, manusia dapat
merupakan sumber infeksi utama, kadang kali parasit tidak berarti penting
6
MEWASPADAI CACING !
Patologi
Luka yang dihasilkan oleh cacing tergantung pada lokasinya dalam hospes
dan tergantung pada iritasi dan aksi toksinnya. Efek sistemik disebabkan
oleh absorpsi substansi toksin yang menghasilkan reaksi alergi dan
menimbulkan kerusakan organ vital. Beratnya infeksi tidak hanya tergantung
pada jumlah cacing yang ada tapi juga tergantung pada invasi jaringan oleh
telur, larva dan cacing dewasa. Cacing yang berada dalam saluran usus,
biasanya kurang berbahaya daripada serangan di jaringan yang menyebabkan
kerusakan, pelukaan lebih-lebih pada infeksi berat.
Imunitas
Trematoda yang menyerang jaringan atau darah menimbulkan respon
imunologis yang besar. Infeksi sebelumnya menimbulkan tingkat imunitas
tertentu yang hampir absolut, seperti terbukti atau terlihat pada epidemi dan
pada hewan atau manusia percobaan terhadap Schistosomiasis. Telah
dilaporkan hasil Complement Fixation Test, presipitin dan kepekaan antibodi
pada hewan dan manusia.
Fasciolopsis Buski
Lintah usus besar, Fasciolopsis Buski, suatu parasit khas Asia Timur tergolong
jenis Trematoda yang paling besar pada manusia. Jenis ini banyak di temukan
7
MEWASPADAI CACING !
Bagan morfologi Fasciolopsis buski. A. Alat kelamin betina, dilihat dari ventral. B. Alat kelamin betina dan
pencernaan, dilihat dari ventral. b. Kandung kencing; c. Sekum; ga. Atrium genital; mg. Kelenjar Mehlis; ic.
Saluran Laurer; oot. Ootipe; os. Batil isap mulut; ov. Ovarium; p. Faring; sv. Vesikula seminalis; t. Testis; u.
Uterus; vd. Vas deferens; ve. Vas efferens; vs. Batil isap perut; vt. Vitellaria; vd. Duktus vitelinus.
8
MEWASPADAI CACING !
9
MEWASPADAI CACING !
Pada manusia cacing ini sering ditemukan. Gejala klinis terlihat 1–2 bulan
setelah invasi yang terdiri dari sakit perut yang keras dan rasa lesu. Tergantung
pada beratnya infeksi dan reaksi hospes dapat menimbulkan oedem dengan
asites; ikterus, tinja berdarah, anemia, demam dan gejala–gejala berikutnya
dalam keadaan ekstrim dapat menyebabkan kematian. Pada anak–anak
mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Gejala–gejala penyakit
diartikan sebagai suatu tanda intoksiikasi umum karena hasil pertukaran zat
dari cacing.
Penyebaran tergantung erat dengan kebiasan makanan penduduk asia
Timur yang suka makan buah kacang air atau mengulitinya dengan gigi. Pada
E. Tuberose yang dimakan adalah umbinya. Selain babi, binatang yang
merupakan hospes cadangan utama dapat juga anjing dan kelinci terinfeksi,
tapi dalam epidemi mereka tidak dapat memegang peranan penting.
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan pemeriksaan tinja secara
langsung. Metode konsentrasi memudahkan penemuan telur.
Pemeriksaan Imunobiologis
Pada infeksi cacing ini praktis tidak dapat ditunjukkan adanya Antibodi.
Kemoterapi
Cacing ini dapat dimusnahkan dengan obat–obat cacing tambang yang biasa.
Selain itu dapat juga digunakan Yomesan.
Fasciola Hepatica
Fasciola Hepatica, lintah hati yang besar, suatu jenis Trematoda yang berfamili
dekat dengan Fasciolopsis Buski terdapat pada berbagai daerah di dunia.
10
MEWASPADAI CACING !
Struktur Fasciola Hepatica yang hidup dalam hati kambing (A) Sistem Reproduksi, (B) Sistem Pencernaan
11
MEWASPADAI CACING !
Epidemiologi
Manusia terinfeksi, umumnya karena memakan tanaman air ini. Terinfeksinya
penduduk tergantung pada kebiasaan makanan penduduk. Berdasarkan hal
ini, seperti di Perancis, terdapat infeksi yang relatif sering, sedangkandi Jerman
jarang sekali. Karena itu, sebagai propilak dapat diambil tindakan menghindari
makanan mentah tumbuh-tumbuhan air secara konsekuen.
Coumbaras memberitakan, bahwa pribumi di Aljazair dan Maroko
tumbuh-tumbuhan air hanya dimakan setelah dimasak, tetapi orang-orang
Perancis memakannya sebagai salad (sayur mentah), seperti kebiasaannya
orang-orang kulit putih. Penyakit ini tidak terdapat pada pribumi di sana.
12
MEWASPADAI CACING !
Bentuk-bentuk larva Fasciola Hepatica. A. Telur yang belum matang, B. Mirasidium di dalam kulit telur, C.
Mirasidium yang sudah siap untuk masuk ke dalam keong, D. Sporokista yang masih muda, sesaat sesudah
selesai metamorfosis, E. Sporokista muda sedang membelah secara transversal, F. Sporokista dewasa yang
berisi redia, G. Redia yang masih muda, H. Redia dengan serkaria yang sedang dibentuk dan satu redia
generasi II, I, serkaria, J. Badan serkaria, K. Metaserkaria yang membentuk kista, L.
Metaserkaria yang keluar dari kista.
Keterangan: a. Tonjolan, b. Kandung kencing, bp. Lubang lahir, c. Sekum, cc. Sel-sel sistogen, cl. Silia, col.
Kerah, e. Esofagus, es. Titik mata, fc. Sel api, ga. Daerah germinatif, g.c. Sel germinal, i. Usus, mc. Kap
mukoid, o. Operkulum, 0s. Batil isap mulut, p. Faring, pa. Papila, t. Ekor, vs. Batik isap perut, y.
Kuning telur
13
MEWASPADAI CACING !
Pemeriksaan Mikroskopis
Telur cacing hati ini akan ditemukan pada pemeriksaan tinja dan cairan usus.
Pada stadium permulaan, penyakit ini tidak ditemukan telur.
Pemeriksaan Imunologis
Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan metode serologis (CFT)
dan tes kulit (antigen didapat dari cacing dewasa). Dianjurkan pemakaian
Test Immunofluorescent tidak langsung dengan mempergunakan mirasidium
Fasciola sebagai antigen.
Kemoterapi
Untuk kemoterapi, baik dipergunakan Emetinhydrochlorid untuk manusia dengan
pemberian intravena. Pengobatan dilakukan dalam jangka waktu yang lama
(berbulan–bulan atau bertahun– tahun atau berulang–ulang) sampai yakin,
bahwa semua parasit benar–benar sudah mati. Selain itu, dianjurkan pemakaian
ResochinR. Terhadap hewan obat HetolR dapat bekerja baik, tapi pada manusia
tidak dapat digunakan karena toksisitasnya yang relatif tinggi. Selain itu, sekarang
dianjurkan pemberian obat Bithionol yang menghancurkan stadium invasi muda
dan sudah membunuhnya dalam jaringan hati.
14
MEWASPADAI CACING !
Dicrocoelium Dendriticum
Cacing hati kecil, Dicrocoelium Dendriticum, parasit utama pada hewan
memamah biak, tapi secara kebetulan ditemukan juga pada manusia. Siklus
hidupnya dapat dijelaskan sepuluh tahun terakhir. Seperti pada kebanyakan
jenis cacing Trematoda yang menjadi hospes perantara pertamanya ialah
keong; hospes perantara kedua dalam hal ini ialah semut. Adanya cacing ini
berhubangan erat dengan tanah kapur, karena keong yang bertindak sebagai
hospes perantara ini memerlukan lingkungan hidup yang demikian. Cacing
ini sering ditemukan di Afrika Utara (Mesir, Aljazair), Siberia, Turkestan dan
Amerika Selatan; jarang ditemukan di Amerika Utara.
15
MEWASPADAI CACING !
16
MEWASPADAI CACING !
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis tentu saja akan menemukan telur yang sangat
kecil dalam jumlah yang banyak dalam pemeriksaan tinja. Dianjurkan pada
tersangka yang mendesak untuk menggunakan metode konsentrasi menurut
Telemann. Bila kita berhasil mendapatkan cairan empedu kita akan melihat
telur pada stadium permulaan. Pada penemuan positif lemah, haruslah
dipikirkan, bahwa telur mungkin berasal dari hati yang dimakan. Karena itu,
dalam hal ini pemeriksaan perlu diulangi setelah orang beberapa hari tidak
makan hati lagi.
Kemoterapi
Dianjurkan pemberian Emetinhydroclorida dan ResochinR (1,4-bistrichlor-
methylbenzol). Obat ini juga dapat dipakai pada manusia. Karena efek
sampingnya yang keras, maka tidak lagi dipergunakan dalam kedokteran
manusia.
Clonorchis Sinensis
Cacing hati Cina, Clonorchis Sinensis adalah parasit yang tersebar luas di
Asia Timur. Cacing ini sering ditemukan pada beberapa daerah di Tiongkok
dan selain dari itu di Jepang, Korea, Taiwan dan Indochina. Orang yang
terinfeksi cacing ini berjumlah 20 juta jiwa. Daerah penyebarannya
berhubungan erat dengan aliran sungai, karena serkaria yang bebas dari
keong (hopses perantara pertama) mencari ikan air tawar (hospes perantara
kedua). Dalam ikan ini, serkaria bertumbuh menjadi metaserkaria. Memakan
ikan mentah akan menyebabkan infeksi pada hospes definitif.
17
MEWASPADAI CACING !
18
MEWASPADAI CACING !
19
MEWASPADAI CACING !
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan penelitian tinja atau cairan usus.
Telur-telur ini cukup banyak dan sering ditemukan, karena ukurannya relatif
kecil. Dianjurkan dilakukan metode konsentrasi menurut Teleman.
Kemoterapi
Kemoterapi dipakai Emetinhydrochlorid Intra Venous (IV), ResochinR per
oral dan preparat Antimon (seperti Neoantimosan (FuadinR) intramuskuler).
Opisthorchis Felineus
Cacaing hati kucing Opisthorchis Felineus berfamili dekat dengan Clonorchis
Sinensis (cacing hati Cina). Juga mengenai siklus hidupnya pada keong air
sebagai hospes perantara pertama dan ikan air tawar sebagai hospes
perantara kedua (hospes pembantu), yakni kebanyakannya keong jenis
Bitthynia Leachi dan ikan mas (Cyprinus Carpio famili Cyprinidae). Daerah
penyebarannya hampir bersamaan dengan Clonorchis Sinensis terbatas pada
sungai dan danau tertentu. Daerah yang terkenal sebagai sumbernya ialah
daerah teluk Laut Timur, sepanjang Weichsel, provinsi Baltik, di daerah Donau,
di Rusia terutama di Siberia utara, India, dan Jepang. Cacing ini sesuai dengan
namanya sering berparasit pada kucing, tapi berkembang juga pada manusia,
anjing dan beberapa hewan pemakan ikan (seperti anjing laut).
Jenis Opistorchis Viverrini adalah parasit yang sering ditemukan dibagian
utara Thailand dan Bangladesh. Menurut Sadun, disana terdapat sekitar 25-
45 persen penduduk yang terinfeksi. Keseluruhannya berjumlah sekitar 3
20
MEWASPADAI CACING !
juta jiwa. Secara anatomis, cacing ini dapat dibedakan dengan Opistorchis
Felineus (seperti besarnya ova hampir sama dengan testis, pembentukan
yang luar biasa kelenjar putih telur dan telurnya lebih kecil (27 x 15 mikron).
Epidemiologi
Infeksi cacing hati kucing ini pada manusia berhubungan erat dengan
kebiasaan makanan, seperti makan ikan yang tidak dimasak. Nelayan yang
suka makan demikian, sering terinfeksi. Kucing dan anjing terinfeksi karena
memakan ikan segar atau sisa-sisa buangan ikan. Hewan rumah dapat
sebagai pembawa parasit ini.
Diagnosis mikroskopis dan kemoterapi sama seperti pada Clonorchis.
Paragonimus Westermani
Cacing paru-paru, Paragonimus Westermani pada manusia, sekurang-
kurangnya mempunyai tiga macam jenis yang morfologis dan biologis hampir
21
MEWASPADAI CACING !
22
MEWASPADAI CACING !
perut yang sedikit lebih besar terletak tepat ditengah sisi perut yang agak
rata. Permukaan badan diliputi duri-duri kecil.
Telur berwarna cokelat emas (ukuran sekitar 90 x 60 mikron), sebagian
besar ditemukan bebas dalam sputum, mempunyai operkulum. Telur ini mula-
mula hanya mempunyai sel telur dengan 5-10 sel kuning telur. Dalam telur
yang telah dikeluarkan, tumbulah mirasidium pada suhu 25-300C dalam waktu
3 minggu. Mirasidium yang keluar dari telur menembus aktif kedalam tubuh
keong tertentu seperti genus Hua, Thiara, Brolia dan Melinia; Paragonimus
Kellicotti masuk kedalam keong jenis Pomatiopsis Lapidaria. Disini ia tumbuh
menjadi sporokista, seperti pipa dan di dalam sporokista ini, terbentuklah
redia muda dari generasi pertama.
Redia muda yang bertumbuh menjadi redia induk ini membentuk redia
anak yang mengandung 20-30 serkaria. Serkaria yang berbentuk elipsoida
mempunyai bentuk khas ialah mempunyai ekor yang kecil. Permukaan
badannya diliputi oleh duri-duri halus. Pergerakannya dalam air tak ubahnya
seperti lintah. Serkaria ini dengan lincah dan berbelit-belit mencari kepiting
atau udang jenis tertentu sebagai hospes perantara kedua yang dengan
bantuan duri penusuknya menembus otot hospes perantara (hospes perantara
Paragonimus Westermani seperti Eriocheir Japonicum dan lain-lain, Para-
gonimus Kellicotti umumnya genus Carberus). Dalam udang, mereka
mengkista dan tumbuh menjadi metaserkaria. Mereka ini berada di otot kaki
atau otot ekor. Tapi pada udang-udang di Amerika Utara, sering ditemukan di
daerah jantung. Di jantung ini, mereka terbatas di daerah yang berbentuk
pita. Kepiting dapat terinfeksi karena memakan keong yang terinfeksi.
Bila metaserkaria termakan oleh hospes definitif, maka metaserkaria
akan keluar dari selubungnya dalam usus hospes menjadi cacing muda.
Cacing muda ini menembus, mengembara melewati diafragma sampai ke
rongga dada kemudian menembus paru-paru, dan menjadi dewasa. Pada
manusia sering terdapat satu per satu, sebaliknya pada hewan terdapat kista
23
MEWASPADAI CACING !
dalam jaringan ikat bergerombol 2-3 kista. Dua setengah sampai tiga bulan
kemudian, ditemukan telur pertama dalam sputum.
Cacing muda dapat juga mencapai diseluruh organ badan (heteropis)
seperti di hati, limpa, buah pinggang, otak. Gejala klinis tergantung pada
pertumbuhan dan jumlah cacing yang menembus paru-paru.
Kerusakan atau keluhan dari orang-orang yang terinfeksi tergantung dari
letak cacing yang sering terinfeksi ialah paru-paru, kemudian gejalanya
terutama ialah batuk kronis yang keras dan rasa sakit yang mencekam di
daerah dada. Sputum biasanya berwarna cokelat merah dan hemoragik
(hemotipis). Dalam sputum ini, ditemukan telur yang karakteristik yang
mempunyai operkulum yang terdapat bersama-sama butir-butir darah merah.
Jumlah cacing pada manusia jarang ada yang lebih dari 10 diperkirakan
mungkin sebagai hasil imunitas. Cacing ini tahan hidup lebih dari 20 tahun.
Pelukaan paru-paru disebelah luar dapat terjadi karena jalannya migrasi,
bila ada cacing terserat dan menjadi dewasa disana. Telur yang dibentuk
dan bebas disitu membentuk proses inflammatory seperti di daerah perito-
neal dan ruangan pleura. Cacing-cacing yang mati di bawah kondisi tertentu,
menyebabkan reaksi jaringan melebar jauh dan paru-paru (seperti otak,
sumsum tulang belakang), tapi genesis dari reaksi ini umumnya belum dikenal.
Hasil semua ini memberikan gambaran klinis bervariasi luar biasa yang dalam
kondisi tertentu tidak menimbulkan infeksi cacing paru-paru. Dengan bantuan
tomografi dan bronkhografi infeksi paru-paru dapat juga dikenal secara
Rontgenologis.
Transmisi kepada manusia berhubungan erat dengan kebiasaan
makanan penduduk setempat. Daging kepiting dan udang mentah sering
dihidangkan sebagai lauk-pauk. Pada beberapa daerah seperti Korea dan
Jepang, kepiting di gerus di mortar (lumping) untuk mendapatkan sarinya
dan dimakan tanpa dimasak. Cairan ini sebagian dicampur dengan makanan
lain, kandang digunakan untuk obat kuat melawan demam dan diare. Cairan
ini kebanyakan mengandung metaserkaria dan tentu saja akan menimbulkan
24
MEWASPADAI CACING !
Pemeriksaan Imunologis
Pada penderita yang disangka secara klinis, diagnosis dapat dilakukan dengan
CFT, Flaoeculation test dan Intradermal test bila pemeriksaan mikroskopis
untuk menemukan telur negatif. Untuk itu, dipakai antigen dari cacing dewasa.
Tapi, bila terdapat reaksi silang yang positif dengan infeksi Schistosoma, CFT
akan jadi negatif 3-9 bulan setelah pengobatan.
25
MEWASPADAI CACING !
Kemoterapi
Kemoterapi dianjurkan untuk menggunakan ResochinR per oral dan aerosol.
Selain itu digunakan Emitinhydrochlorid dikombinasikan dengan Prontosil dan
Sulfonamid lain. Preparat yang kerjanya dapat dipercaya menurut Yokogawa
(1961) ialah Bithinol R (2,2-thiobis-4,6-dichlorphenol) (5-10 kali: 20-40 mg
per kg tiap 2 hari) yang dapat digunakan sebagai pengobatan, seperti di
daerah-daerah endemis.
26
MEWASPADAI CACING !
BAB 3
Trematoda
Darah
Schistosoma (Bilharzia)
Bilharziosis atau Schistomiasis pada manusia disebabkan oleh tiga macam
spesies Trematoda yang tergolong dalam genus Schistosoma, yaitu :
1. Schistosoma Haematobium Bilharz (1852), penyebab bilharziosis vesikal.
2. Schistosoma Mansoni Sambon (1907), penyebab bilharzioziz usus.
3. Schistosoma Japonicum Katsurada (1904), penyebab bilharziosis Asia.
27
27
MEWASPADAI CACING !
juga diimpor ke Amerika Selatan dan Tengah dan telah diidentifikasi oleh
Piraja Dasilva dalam tahun 1908. Daerah infeksi utama adalah Venezuela
dan Brazil Timur Laut.
Schistosoma Japonicum terbatas di asia Timur. Parasit ini terutama
ditemukan di daerah lembah Yangtse, di provinsi Cina Hunan, Hupeh, Anhwei,
Kiangsu dan Kiangsi dan di daerah kecil di Jepang dan Filipina Selatan (Leyte,
Mindanao).
28
MEWASPADAI CACING !
A B
29
MEWASPADAI CACING !
bc. Bifurkasi sekum; c. Sekum; e. Esofagus; e.g. Kelenjar esophagus; g.c. Kanalis ginekoporus; g.o Lubang
genital; o. Telur; od. Oviduk; oot. Ootipe; os. Batil isap kepala; ov. Ovarium; t. Testis; u. Uterus; uc. Tempat
pertemuan kedua sekum; v. Vulva; vs. Batil isap perut; vt. Vitelaria; vtd. Duktus vitelinus.
30
MEWASPADAI CACING !
31
MEWASPADAI CACING !
matory dalam dinding usus. Akhirnya mereka lewat ke dalam lumen usus
dan dapat ditemukan dalam tinja.
Gejala bilharziasis usus sangat variabel atau dapat berubah-ubah dan
dikelirukan, seperti adanya diare tinja yang mengandung darah dan lender,
sehingga dapat dikelirukan dengan infeksi disentri Amoeba. Dalam beberapa
hal, kerusakan timbul dalam daerah portal hepar dalam bentuk pembengkakan
hati dan limpa, bahkan dapat terjadi sirosis hati.
Bilharziasis vesikal (infeksi dengan Schistosoma Haematobium) simptom
dapat ditunjukkan di daerah kandung kencing adalah pada bagian dasar
depan, haematuria, sensasi luka panas dalam uretra. Pada sedimen urin,
ditemukan telur yang mempunyai duri terminal, eritrosit dan lekosit. Pada
infeksi berat, dapat tumbuh tumor jahat pada kantong urin.
As. Batil isap kep[ala; e. Sekum; cec. Saluran ekskresi kaudal; cg, cg 1. cg 2. Kelenjar kepala; d.s. Duri-duri
duktus; e.p. Lubang ekskresi; et. Saluran ekskresi; ev. Kandung kencing; f.c. Sel api; g. Usus; gc. Sel
germinal; gd. Saluran kelenjar; hg. Kelenjar kepala; i. Pulau kord; ld. Duktus lateralis; lg. Duktus lateralis; lt.
Lobus ekor; m. Mulut; n. Sistem saraf; nt. Batang saraf; rg. Bola refraktil; st. Batang ekor; vs. Batil isap
perut; vtm. Membran vitelin.
32
MEWASPADAI CACING !
34
MEWASPADAI CACING !
Aswan di Mesir, dan Volta di Ghana dan lain-lain proyek. Dengan adanya
bendungan ini, air yang tergenang merupakan suatu tempat yang ideal bagi
pertumbuhan keong yang menjadi hospes perantara. Melalui dam ini, di satu
pihak menguntungkan penduduk, dengan adanya sumber tenaga listrik dan
irigasi pertanian, tapi dilain pihak memperbesar bahaya bagi penduduk.
Untuk memusnahkan keong dapat dilakukan dengan pemberian Molusida
seperti Bayluscid, Pentachlorphenol dan Tembaga sulfat. Juga diusahakan
pembasmian secara biologis.
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dari telur Schistosoma dalam tinja dan urin relatif
mudah. Pada bilharziosis, vesikal telur dapat dikonsentrasikan dengan
mesentrifusi urin. Telur yang berbentuk khas (dengan duri terminal) mudah
ditemukan pada sediment urin. Pada bilharziosis usus telur (dengan duri lat-
eral) sering berada dalam lender yang berdarah yang terdapat dalam tinja.
Hasil dapat juga dengan penelitian mikroskopis dari butir-butir lendir secara
rektoskopis.
Pada infeksi ringan, dianjurkan untuk melakukan metode penetasan
mirasidium. Untuk metode diambil tinja sekitar 5 gram, diaduk dengan 250
ml NaCl fisiologis, disaring lalu dimasukkan kedalam gelas kerucut; setelah
terbentuk sedimen proses penjernihan ini diulangi sampai larutan menjadi
bening. Gelas kerucut disimpan dalam lemari es dan dibiarkan semalam.
Besok paginya diberi air hangat sampai suhu mencapai antara 30-400C.
Karena pengaruh sinar matahari atau cahaya lampu listrik yang kuat,
mirasidium akan menetas dalam beberapa menit atau beberapa jam.
Pemeriksaan dilakukan dengan latar belakang yang gelap untuk dapat melihat
gerakannya yang lincah.
35
MEWASPADAI CACING !
Pemeriksaan Imunobiologis
Untuk membuktikan penyebab Schistosomiasis berkembang serangkaian
metode yang tidak langsung, tapi sebagai menggunakan material parasit
hidup. Metode-metode yang memungkinkan ialah CFT, IHAT (Indireckte
Haemaglutination Test dan IFAT, Lutex Flockulations Test (LFT) dan Skin
Test (tes kulit). Stadium pertumbuhan dipergunakan untuk reaksi presipitasi,
Tes Immobilisasi Miracidium (CHR + Cercarien Hullen Reaction) dan reaksi
selubung serkaria. Umumnya, sekarang dipakai CHR, IFAT dan IHAT. Untuk
IFAT dipergunakan serkaria yang diliopilisir dan difiksasi dengan formalin.
Kemoterapi
Untuk membunuh parasit dewasa hidup dalam manusia dapat dilakukan:
1. Parenteral dengan preparat Antimon, untuk itu dapat dipergunakan in-
travenous :
Antimon (III)-Gluconat, Brechweinstein; intravenous dan intramuskuler
ialah kombinasi Antimon kompleks seperti Stibophen (FuadinR).
2. Oral dengan pemberian Lucanton (MiracilDR), Hycanthon, Niridazol
(AmbilharR).
Untuk menghindarkan toksin digunakan suatu pengawasan antara lain
gejala neuropsikiatri. Metrifonat (BilarcilR) mujarab terhadap Schistosoma
Haematobium. AmbilharR juga bekerja baik terhadap disentri Amoeba
dan abses-Amoeba (25 mg per kg tiap hari selama 10 hari).
36
MEWASPADAI CACING !
BAB 4
Cestoda
(Cacing Pita)
Pendahuluan
Cestoda adalah cacing yang langsing memanjang dengan bahan yang pipih
seperti pita atau ikat pinggang, karena itu dinamakan cacing pita. Semua
Cestoda adalah endoparasit, cacing dewasa berada di dalam usus vertebrata
dan larva dalam jaringan hospes perantara.
Cacing pita yang panjangnya dapat mencapai 10 meter. Tampak ruas tubuh yang terlepas. Setiap ruas tubuh
berisikan ribuan telur cacing.
37
MEWASPADAI CACING !
Kelas Cestoda merupakan terdiri dari dua subklas, yaitu Cestodaria dan
Eucestoda. Subklas Cestodaria terdiri dari 2 (dua) ordo, yaitu Amphilidae
dan Gyrocotylidae. Subklas Eucestoda terdiri dari 5 (lima) ordo, yaitu
Tetraphalidae, Proteocephalidae, Tryphanorhyncha, Pseudophyllidae, dan
Cyclophyllidae (Hickman 1967).
38
MEWASPADAI CACING !
Zoogeografi
Penyakit Diphyllobothriasis didapatkan dari menginfekasi manusia, mulai dari
Eropa, NIS Soviet Union, Amerika utara, Asia, Uganda dan Chile.
39
MEWASPADAI CACING !
40
MEWASPADAI CACING !
41
MEWASPADAI CACING !
Pengaruh Ekonomi
Kerugian yang diakibatkan oleh Cestoda pada parasit ikan utamanya, pada
industri perikanan. Di teluk Meksiko banyak dijumpai parasit Poecilancistrium
Robustum (Tetrarhynchoidea) yang menginfeksi ikan ekonomis penting seperti
“ikan drum” (Pogonius Cromis), ”Sea trout” (Cyanoscion Nebulosus). Setiap
ekor ikan yang terinfeksi terdapat ratusan cacing pada ototnya sehingga
cestoda ini biasa disebut “spaghetti worms” (Sindermann 1990). Contoh yang
lain adalah Gymnorhynchus Gigas dan di Australia, Gymnorhynchus Thyrsitae
di Afrika Selatan (Sinderman 1990). Pada budidaya ikan-ikan salmon yang
diinfeksi oleh Eubothrium spp. sering mendatangkan masalah pada hatchery
dan keramba jaring apung (net culture). Pada budidaya ikan “Brown trout”
dan “Sea trout” yang diinfeksi oleh cestoda Diphyllobothrium Dendriticum di
Muonio Fish Farm diperkirakan kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai
5-10 persen dari total populasi (Rahkonen 1998).
Infeksi yang terjadi pada manusia seperti pada Cestoda dari ikan air
tawar, Diphylobothrium Latum dapat menyebabkan terjadi anemia dan
kekurangan vitamin B12, bahkan dapat menghambat saluran pencernaan.
42
MEWASPADAI CACING !
Obat yang digunakan jika terinfeksi penyakit cacing ini adalah Praziquantel,
dan pemberian vitamin B12 mungkin dibutuhkan untuk menutupi
kekurangannya. Untuk menghindari parasit ini, ikan sebaiknya dimasak
sempurna sehingga mematikan cacing yang terikut (Schistosome Research
Group Cam.University 1998).
Di Brasil, pada daerah ini juga ditemukan dua spesies yang hidup diotot
ikan, yaitu Pterobothrium Kingstoni dan Callitetrarhynchus Gracilis yang
menginfestasi jenis ikan masing-masing Citharichthys Spilopterus dan
Hyporhamphus Aurolineatum (Palm 1997). Organ lain yang mungkin diserang
adalah sel-sel reproduksi yang dapat menyebabkan ikan menjadi steril,
misalnya Proteocephalus Amploplitis pada ikan “Bass”.
Morfologi
Tubuh cacing pita dibagi atas tiga bagian atas tiga bagian, yaitu bagian kepala,
bagian leher, dan bagian rangkaian segmen. Bagian kepala yang dinamakan
skoleks merupakan suatu alat
pelekat atau pemegang dan
merupakan bagian yang kecil dan
tipis di ujung badan cacing.
Kepala umumnya berfungsi untuk
pegangan parasit pada usus
hospes. Karena itu, kepala ini
dilengkapi dengan alat-alat pe-
megang seperti susunan kaitan, Cacing pita hidup hidup sebagai parasit, mengaitkan
kepalanya di dinding usus. Cacing ini panjangnya dapat
saluran isap atau mangkuk isap. mencapai 10 meter
43
MEWASPADAI CACING !
Cacing pita ada yang menyerang manusia hanya pada stadium dewasa
yang menginfeksi saluran pencernaan (Taenia Saginata), hanya pada sta-
dium larva yang menginfeksi berbagai jaringan seperti Echinococcus
Granulosus atau kedua stadia, larva dan dewasa, seperti Hymenolepis Nana,
Taenia solium, Diphyllobothrium Latum.
44
MEWASPADAI CACING !
Hymenolepis Nana
Morfologi
Hymenolepis Nana adalah cacing pita terkecil pada manusia, karena itu
dinamakan juga cacing pita kerdil. Cacing ini mempunyai 4 alat isap dan
45
MEWASPADAI CACING !
rostelum yang dilengkapi dengan 24-30 kaitan. Proglotid terdiri dari 100-200
buah. Lubang kelamin terletak pada sisi yang sama. Tiap segmen
mengandung 3 testis. Telur mempunyai bentuk khas seperti elips. Dari kedua
kutub lapisan dalam kulit terbentuk beberapa lembar benang. Telur berukuran
50 x 40 mikron.
Hymenolepis nana. A. Cacing dewasa, B. Skleks, C. Telur, D. Proglotid dewasa yang memperlihatkan alat-
alat reproduksi.
Daur Hidup
Cacing dewasa hidup dalam usus kecil manusia proglotid gravid pecah dalam
usus, telur-telur yang matang terbesar. Tiap proglotid mengandung sekitar
150 telur. Telur keluar bersama tinja yang dapat menginfeksi orang lain. Bila
tertelan telur ini akan menetas dalam usus kecil. Larva heksakan menembus
jonjot usus (vilus) dan menjadi larva sistiserkoid. Setelah 4 hari, larva
sistiserkoid keluar dari vilus, menempel pada mukosa usus dan menjadi
dewasa dalam 12 hari.
Manusia mengandung stadium dewasa dan stadium larva, tidak
memerlukan hospes perantara. Autoinfeksi dapat terjadi, bila telur dilepaskan
dalam usus halus yang kemudian menetas dan larva menembus vilus dan
akhirnya menjadi dewasa tanpa mencapai alam luar. Mencit dan tikus dapat
juga sebagai hospes dari Hymenolepis Nana var. fraternal.
46
MEWASPADAI CACING !
Epidemiologi
Hymenolepis Nana sering ditemukan pada anak-anak. Ini disebabkan karena
ketidakbersihan anak-anak yang dapat menginfeksi dirinya sendiri dan infeksi
satu sama lain, bila mereka pernah diserang cacing ini. Selain itu, Onchos-
phere (larva heksakan) dapat bebas dan menjadi dewasa dalam usus.
Penularan tergantung pada kontak langsung, karena telurnya mempunyai
resistensi yang lemah, tidak tahan terhadap panas dan pengeringan, tidak
dapat hidup lama di luar hospes. Infeksi ini ditularkan langsung dari tengan
ke mulut, jarang sekali melalui kontaminasi makanan atau air. Kebiasaan
hidup yang kurang bersih menguntungkan penyebaran parasit ini.
47
MEWASPADAI CACING !
Manifestasi Klinik
Hymenolepis nana menyebabkan himenolepiasis atau infeksi cacing pita
kerdil. Pada umumnya, infeksi tidakmenunjukkan tanda-tanda klinik, kecuali
bila pada infeksi berat. Ini dapat menyebabkan iritasi usus yang menimbulkan
diare dank ram atau kejang. Anak-anak pada infeksi berat ini dapat
menunjukkan asthenia (kelemahan), berkurangnya berat badan, kurang nafsu
makan, insomnia (sukar tidur), sakit perut dengan atau tanpa diare, muntah,
pusing, sakit kepala dan gangguan saraf.
Hal-hal tersebut di atas disebabkan karena absorpsi dari metabolisme
cacing dalam sirkulasi. Jumlah eosinofil meningkat 8-10 persen.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya telur yang berbentuk khas,
proglotid atau skoleks.
Terapi
Obat yang terbaik (drug of choice) adalah quinacrine hydrochloride (Atabrin).
Penyelidikan baru dengan 4-aminokuinolin (Camoquin), diklorofen dan
niklosamid (Yomesan) menunjukkan, bahwa obat-obat ini cukup berkhasiat
untuk infeksi Cestoda.
Pencegahan
Karena penularan Hymenolepis Nana terjadi secara langsung dan hanya satu
hospes yang terlibat dalam daur hidupnya, pencegahannya sukar dilakukan.
Pencegahannya terutama tergantung pada perbaikan kebiasaan kebersihan.
Perbaikan sanitasi lingkungan, menghindarkan makanan dari segala
kemungkinan kontaminasi, mengobati orang-orang yang terinfeksi, dan
memberantas tikus dapat dilakukan guna pencegahannya ini.
48
MEWASPADAI CACING !
Hymenolepis Diminuta
Hymenolepis Diminuta mempunyai persamaan dan perbedaan dengan Hy-
menolepis Nana. Ukuran Hymenolepis Diminuta (10-60) cm x (3-5) mm
dengan proglotid 800-1000 buah, lebih besar dari Hymenolepis Nana. Skoleks
Hymenolepis Diminuta berbentuk gada, mempunyai rostelum apikal yang
rudimenter dengan 4 batil isap tanpa kait.
Telur Hymenolepis Diminuta tidak mempunyai filamen pada kedua kutub
membran sebelah dalam, berukuran 58 x 86 mikron. Hospes perantara yang
utama adalah larva pinjal tikus dan kumbang tepung dewasa. Dalam serangga
ini, embrio yang keluar dari telurnya, berkembang menjadi sistiserkoid. Bila
serangga ini dimakan oleh tuan rumah makan dalam waktu 18-20 hari maka
sistiserkoid akan menjadi dewasa. Manusia terinfeksi karena memakan
makanan yang terkontaminasi atau melalui tangan yang terkontaminasi.
Manifestasi klinis pada manusia adalah ringan dan cacing ini hidup pada
manusia tidak lama. Menurut percobaan pada seorang pria dewasa ia hanya
sanggup hidup selama 5-7 minggu.
Diagnosis dibuat dengan menemukan telurnya dalam tinja. Pengobatan
sama dengan Hymenolepis Nana.
49
MEWASPADAI CACING !
Morfologi
Cacing dewasa berukuran panjang 3-5 meter, tapi pernah ditemukan beberapa
ekor yang panjangnya lebih dari 25 meter. Skoleks berbentuk bulat yang
dilengkapi dengan 4 batil isap yang menonjol, tapi tidak mempunyai rotelum
atau kaitan. Proglotin yang gravid mempunyai uterus yang bercabang-cabang
15-30 buah (kira-kira 13 cabang) pada salah satu sisinya. Lubang kelamin
lateral letaknya bergantian kanan dan kiri secara tidak teratur.
Telurnya berukuran diameter 35 mikron, dindingnya relatif tebal dan
berwarna kecokelatan. Embriofor bergaris radier mengelilingi embrio
heksakans. Di dalam uterus, telurnya di kelilingi oleh lapisan membran di
sebelah luar dengan dua filament halus pada kutubnya yang segera lenyap
setelah meninggalkan proglotid. Larva Taenia Saginata dinamakan sistiserkus
bovis, ditemukan pada daging sapi.
50
MEWASPADAI CACING !
Apabila proglotid gravid atau telur yang berada di rumah dimakan oleh
sapi makan embrio heksakans menetas dalam usus, menembus dinding usus,
mengikuti peredaran darah dan terbawa ke otot-otot sapi. Disana ia
berkembang menjadi sistiserkus dalam waktu 8 minggu.
Sistiserkus bovis yang berukuran 10 x 5 mm dapat ditemukan di lidah,
diafragma, jantung, kaki, ponok dan organ lain di sapi. Larva ini tahan tinggal
dalam sapi sekitar satu tahun, kemudian mereka mengapur. Apabila daging
sapi tidak dimasak baik yang mengandung sistiserkus dimakan oleh manusia,
sistiserki akan bebas, menyerang mukosa usu halus dan tumbuh menjadi
dewasa dalam waktu 8-10 minggu. Hanya manusia sebagai hospes defini-
tive sedangkan hanya sapi sebagai hospes perantara. Lamanya hidup dewasa
lebih dari 25 tahun.
Epidemiologi
Penyebaran terjadi melalui padang rumput yang tercemar kotoran manusia
yang mengandung telur atau proglotid gravid yang terlepas dari rangkaiannya.
Rumput ini terkontaminasi melalui pupuk dari tinja manusia atau melalui air
limpahan yang telah terkontaminasi. Pada padang rumput ini, telur cacing
51
MEWASPADAI CACING !
tersebut dapat bertahan hidup selama 8 minggu atau lebih. Ternak sapi akan
terinfeksi, bila sapi memakan rumput tersebut dan manusia terinfeksi karena
makan daging sapi yang kurang matang. Parasit ini bersifat kosmopolitan di
negara-negara dengan penduduk yang senang makan daging sapi yang
dimasak kurang baik.
Manifestasi Klinis
Kebanyakan infeksi Taenia Sagitana tidak menyebabkan gejala yang nyata.
Penderita akan merasa terganggu dan kebingungan apabila proglotid gravid
yang berotot dan bergerak aktif migrasi keluar dari anus.
Apabila pasien menemukan proglotid di pakaian dalam, di tempat telur
atau di tinja yang baru di keluarkan. Penderita merasa tidak enak yang tidak
nyata di perut, gelisah, vertigo, nausea, diare, pruritus ani, nafsu makan
bertambah atau berkurang. Hasil metabolisme cacing yang terabsorpsi dapat
menyebabkan lekositosis dan kadang-kadang menimbulkan penambahan
eosinofil 6-15 persen.
Diagnosis
Pemeriksaan makroskopis tinja dapat dilakukan untuk menegakkan diagno-
sis. Dalam hal ini perlu diingat, bahwa telur Taenia Saginata tidak dapat
dibedakan dengan telur Taenia Solium. Diagnosis dapat dipastikan bila kita
menemukan proglotid yang gravid dengan mengidentifikasi jumlah
percabangan uterus. Taenia saginata mempunyai percabangan uterus lebih
dari 13 pada satu sisi. Setelah pengobatan, proglotid dan skoleks dapat
ditemukan.
52
MEWASPADAI CACING !
Terapi
Quinacrin, Hexylresorcinol, Yemesan. Terapi sama dengan terapi infeksi
cacing pita lain.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan daging sapi akan adanya
sistiserkus. Di Jerman, sejak berlakunya “Fleishbeschsu” peraturan
pemeriksaan daging, infeksi sudah sangat langkah. Di Amerika diadakan
sistem pendinginan. Daging yang akan dijual di dinginkan terlebih dahulu (-
50C). Sistiserkus dapat dirusak dengan pendinginan sampai -100C selama 5
hari.
53
MEWASPADAI CACING !
Morfologi
Strobila panjangnya 2-5 meter dengan jumlah 800-1000 segmen. Skoleks
berbentuk bulat, berdiameter 1 mm. Rostelum yang pendek dipersenjatai
dengan dua baris kaitan yang berjumlah 25-10 buah. Leher yang tipis
berukuran 5 mm panjang. Proglotid gravid mempunyai percabangan uterus
5-10 cabang yang bercabang-cabang lagi pada salah satu sisinya (cabang-
cabang ini kurang dari 13). Proglotid matang (gravid) bentuknya persegi tidak
sempurna dengan lubang kelamin yang bilateral atau alternatif tidak teratur
pada segmen-segmen berikutnya. Ovarium berlobus tiga yang terdiri dari 2
lobus lateral dan satu lobus kecil. Telur yang berwarna kecokelatan berukuran
35 mikron, mempunyai garis-garis radial. Dalam telur terdapat embrio
heksakan. Telur Taenia solium tidak dapat dibedakan dengan telur Taenia
saginata.
54
MEWASPADAI CACING !
55
MEWASPADAI CACING !
56
MEWASPADAI CACING !
Apabila orang memakan daging babi tersebut tidak dimasak baik, maka
sistiserkus akan bebas dalam usus dan menjadi dewasa dalam waktu 8-10
minggu. Telur Taenia Solium tidak hanya menginfeksi babi, tapi juga dapat
menginfeksi manusia. Apabila telur ini sampai di usus, maka menetaslah
embrio heksakan yang kemudian menembus dinding usus dan mengikuti
aliran darah mereka terbawa ke berbagai jaringan dan disana tumbuh menjadi
sistiserkus. Sistiserkus ini biasanya berdiam di jaringan subkutan, otak, mata,
otot, jantung, hati, paru, dan rongga perut. Setelah satu tahun, sistisersi akan
mengapur.
Epidemiologi
Penyebaran Taenia Solium berhubungan erat dengan kebiasaan
menghidangkan makanan, adapt dan keagamaan yang berhubungan dengan
daging babi. Penduduk yang menganut agama Islam yang mengharamkan
daging babi dapat terhindar dari infeksi Taenia Solium ini. Frekuensi parasit
pada babi yang dibeberapa negeri mencapai 25 persen adalah paling tinggi,
ditempat-tempat mana sanitasi buruk, pembuangan tinja disembarang tempat.
Karena itu, frekuensi Taenia Solium berbeda-beda di dunia.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dapat dilihat dari dua hal berikut.
Infeksi usus
Kebanyakan infeksi Taenia Solium adalah subklinis, tidak menunjukkan gejala
yang berarti. Mungkin ada gangguan pencernaan yang ringan dan menahun
seperti nafsu makan tidak tetap, sakit kepala, sakit perut yang tidak nyata,
diare dan konstipasi bergantian. Penderita merasa cepat lapar. Peradangan
mukosa usus setempat yang ringan ringan terjadi karena iritasi mekanik oleh
strobila dan perlekatan skoleks. Pada anak dan orang lemah, gejala-gejala
57
MEWASPADAI CACING !
Sistiserkosis
Sistiserkosis yang jumlahnya sampai beribu-ribu dapat tumbuh di dalam tiap
jaringan atau alat tubuh manusia. Organ yang disenangi adalah otot bergaris
dan otak selain di jaringan subkutis, mata, jantung, paru-paru dan perito-
neum. Manifestasi berat terjadi pada sistiserkosis otak yang biasanya disertai
dengan sistiserkosis umum yang tidak diketahui. Manifestasi lambat yang
paling menonjol adalah serangan epilepsi tipe Jackson yang berulang-ulang
secara tidak teratur yang dihubungkan dengan larva yang mengalami fibro-
sis dan telah mati atau mengalami perkapuran. Mungkin ada gejala tumor
otak, meningitis, ensefalitis, hidrosefalus dan sklerosis diseminata. Paresis
yang kadang-kadang timbul, penglihatan yang menghilang, sakit kepala yang
tiba-tiba, muntah dan mental yang terganggu mungkin merupakan gejala
utama. Di dalam mata sistiserkosis terletak di bawah retina atau di dalam
humor vitreum.
Diagnosis
Pemeriksaan tinja dapat dilakukan untuk mengetahui adanya telur Taenia,
tapi tidak dapat dibedakan jenis karena morfologis bentuk telur Taenia Saginata
dan Taenia Solium sama. Proglotid yang gravid dapat dibedakan : Taenia
Solium mempunyai percabangan uterus kurang dari 13 pada tiap sisi proglotid
sedangkan pada taenia saginata lebih dari 13. skoleks dapat ditemukan
setelah pengobatan.
Terapi
Terapi sama dengan terapi cacing pita lain.
58
MEWASPADAI CACING !
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan sistiserkus pada daging babi
dan dengan sistem pendinginan (-50C dalam 21 hari) atau dengan memasak
daging yang akan dimakan (660C telah mematikan sistiserkus).
Pemberantasan infeksi Taenia Solium dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a. pemeriksaan daging babi terhadap sistiserkus,
b. memasak daging baik sampai matang,
c. sanitasi yang higienis,
d. mengobati orang-orang yang mengandung parasit,
e. belilah daging yang dijual resmi di pejagalan, dan
e. tidak buang air besar sembarangan.
59
MEWASPADAI CACING !
60
MEWASPADAI CACING !
BAB 5
61
MEWASPADAI CACING !
Proglotid matang berukuran sekitar 10-15 mm, lebar dan 3-5 mm panjang.
Telur berukuran 70x50 mikron diletakkan satu per satu (berlawanan dengan
cacing pita sapi dan babi), karena telur ini ditemukan juga dalam tinja. Telur
ini ditandai dengan adanya satu tutup (operkulum) yang rata dan bertentangan
dengan operkulum ini terdapat suatu knop atau penebalan di sisi yang lain
dan terdapat sel-sel kuning telur di samping sel-sel telur. Dari telur yang
matang, keluarlah larva yang bersilia yang dinamakan korasidium yang sudah
mempunyai embrio dengan 6 kaitan dinamakan onkosfer.
Mereka melakukan pembiakannya yang pertama dalam hospes perantara
pertama dalam Cyclops dan Diaptomus bila Onkosfer ini termakan oleh Cy-
clops tersebut. Larva ini menembus dinding usus Cyclops dan sampai di
ruang badan dan bertumbuh menjadi proserkoid. Mereka tinggal di sana
sampai udang ini dimakan oleh ikan (ikan ganas, sebagai hospes perantara
kedua). Sekarang larva ini berkelana kedalam otot ikan, dan proserkoid
bertumbuh menjadi pleroserkoid (sparganum). Bila hospes intermedia kedua
ini dimakan oleh ikan pemakan ikan lain, mengembaralah pleroserkoid dalam
hospes perantara yang baru, dimana banyak larva dapat terkumpul
(dinamakan hospes penimbunan).
Pleroserkoid menjadi cacing pita dewasa dalam hospes definitif (di
samping manusia juga anjing dan kucing atau rubah). Hospes definitif utama
dari Diphyllobothrium Pacificum adalah anjing laut. Kerusakan oleh cacing
dewasa terhadap hospes karena hasil pertukaran zatnya adalah lebih kurang
bila dibandingkan dengan pengambilannya terhadap vitamin B12 yang bekerja
sebagai anti anemia. Kekurangan vitamin ini menyebabkan anemia tipe
pernisiosis. Ini terjadi bila cacing berada dekat pilorus (pintu keluar lambung).
Pada orang-orang Eskimo yang relatif sering mendapat infeksi Diphyllo-
bothrium, tipe anemia ini tidak terdapat . Bila secara keseluruhannya, hal ini
berhubungan dengan anemia hipokrum mikrositer sering terjadi pada wanita
dan anak-anak dan diperkirakan terjadi karena kekurangan zat besi.
62
MEWASPADAI CACING !
Perpindahan
Manusia terkena infeksi cacing pita ikan melalui makan daging ikan yang
tidak dimasak yang mengandung Diphyllobothrium Latum. Kotoran hewan
63
MEWASPADAI CACING !
rumah dan hewan liar pembawa cacing pita ikan dapat mengotori air dan
menginfeksi ikan dan udang di situ. Untuk menghindari infeksinya ialah dengan
memakan ikan yang telah dimasak baik. Untuk melihat bahayanya pada
kelompok penduduk, marilah kita perhatikan jumlah orang yang terserang,
seperti yang beritakan Yaldygina et al (1964), bahwa di daerah Anglo Sakson
dari 28 persen orang yang terkena yang telah diobati 3 persen tiap tahun
kembali lagi terinfeksi.
Pemeriksaan Mikroskopis
Melalui penelitian mikroskopis diagnosis dapat ditegakkan dengan ditemukan
telur yang khas. Karena telurnya besar maka relatif mudah dikenal.
Kemoterapi
Untuk menghilangkan cacing pita ikan dewasa berhasil baik dengan
penggunaan obat cacing pita yang terkenal. Dalam hal ini, dapat juga
ditambahkan obat untuk anemia pernisiosis dalam hal yang istimewa. Pada
Sparganosis tak ada obat yang mempan. Perlu diingat, bahwa setelah
pengobatan Yomesan (N-Chloro-4-nitrophenyl)-5-Chloro-salicylamid) masih
terdapat sekitar 20-28 persen sampai 7,6 persen.
64
MEWASPADAI CACING !
65
MEWASPADAI CACING !
Echinococcus Granulosus. Cacing dewasa: ec. Saluran ekskresi; h. kait-kait; r. rostelum; s. btail isap
66
MEWASPADAI CACING !
67
MEWASPADAI CACING !
68
MEWASPADAI CACING !
Epidemiologi
Babi, biri-biri dan sapi menjadi tanda tanya sebagai hospes perantara, untuk
jenis Echinococcus Multilocularis ialah tikus sawah dan tikus mutar.
69
MEWASPADAI CACING !
Kesanggupan hidup di alam luar dari hidatid dari hewan potongan tergantung
dari susu luar.
Pada 40C selama 80 hari masih mempunyai daya infeksi, pada suhu titik
beku masih 10 hari, pada 20-220C hanya selama 2 hari. Data ini hanyalah
sebagai suatu tolok ukur (pegangan). Pada penelitian infeksi dengan Echi-
nococcus Multilaculosis menunjukkan, bahwa mudahnya terinfeksi tikus
berbeda-beda terhadap berbagai strain Echinococcus.
Lain halnya dengan Echinococcus Granulosus, Echinococcus
Multilocularis menjadi parasit penuh selain anjing juga pada rubah dan kucing
rumah. Cacing pita menjadi lebih besar dan mempunyai lebih banyak telur
pada anjing daripada pada rubah dan kucing.
Hati-hatilah dalam pergaulan dengan anjing dan kucing yang terinfeksi!
Tinja yang mengandung telur dan isi usus adalah satu-satunya sumber, tapi
yang paling berbahaya bagi manusia adalah sumber infeksi. Untuk membunuh
telur-telur Echinococcus pada alat-alat yang tidak bersih dan lantai dapat
dilakukan dengan air mendidih. Tindakan pencegahan yang paling baik ialah
pengawasan anjing dan memusnahkan cacing pita anjing yang ada.
Pemeriksaan Imunologis
Untuk menegakkan diagnosis klinis Echinococcosis pada manusia
(hidatidosis) salah satu cara kerja yang praktis ialah dengan metode serologis.
Dari berbagai macam metode imunologis dipergunakan Reaksi Ikatan
Komplement (CFT). Tes Haemoaglutinasi tidak langsung demikian juga Tes
Kulit (dinamakan Test Casoni). Sebagai antigen dipakai cairan hidatid steril.
Pada tes imunodiagnosis digunakan irisan kista Echinococcus.
Dalam segala hal haruslah dipikirkan, bahwa hanya terdapat reaksi
spesifik kelompok, tapi juga diperhatikan hasil-hasil yang negatif pada peristiwa
operasi terutama pada Echinococcosis paru-paru.
Pemeriksaan mikroskopis telur dalam tinja anjing atau kucing sering
dilakukan terlebih dulu metode konsentrasi (seperti menurut Teleman), tapi
70
MEWASPADAI CACING !
ini tidak berhasil setiap saat, untuk lebih meyakinkan harus diadakan
pemeriksaan tinja ulangan.
Kemoterapi
Kemoterapi tidak mempan terhadap stadium pertumbuhan. Dianjurkan
pemakaian Jodthymol dan Palmitin Saurethymolester (Thymoloverm R)
beberapa kali. Panaitesko (1968) memberitakan mengenai pengalaman yang
baik dengan Paludrin dan ResochinR, pada saat sekunder setelah operasi.
Pasien ini telah mendapat selama 4 minggu, cepat hari tiap minggu 250 mg
Resochin dengan pause 4 minggu dan kemudian di lanjutkan pengobatan,
irama ini dilakukan selama 2 tahun. Menurut Lamy (1965) dapat juga diberikan
YomesanR (N-(2-chloro-4-nithophenyl)-5-chloro-salicylamid) (percobaan in
vitro).
Untuk menguji alat-alat (“Screening Test”) sekarang dipergunakan hewan
percobaan yang diinfeksi dengan Echinococcus Multiloculosis (seperti tikus
putih).
Infeksi larva ini, kecuali Hymenolepis Nana, menimbulkan simptom yang
serius. Kista hidatid alveolar Echinococcus Multilocularis. Kista alveolar adalah
stadium larva Echinococcus Multilocularis, siklus hidup yang normal pada
hospes definitive, yaitu serigala, kucing dan anjing dan tikus lapangan dan
voles sebagai hospes intermedier. Stadium larva dan dewasanya ini berbeda
dengan Echinococcus Granulosus.
Kista ini ditemukan pada ternak di daerah Bavarian-Tyrolean, Jura, Rusia,
Siberia dan Alaska. Kista ini mempunyai lapisan luar yang tak teratur, karena
mempunyai membran lakuna yang sangat tipis. Batasnya dengan jaringan
sekitarnya tidak jelas. Kista ini merupakan suatu massa spons yang berpori
dari ruangan kecil yang tak teratur, terisi dengan matriks seperti jeli, yang
dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat. Dalam tubuh manusia kista ini
biasanya steril. Dapat menderita serosis sentral dan kalsifikasi merata, karena
pertumbuhan selanjutnya pada perifer. Kista ini kebanyakan dalam hati.
71
MEWASPADAI CACING !
Cysticercus Cellulose
Manusia dapat sebagai hospes definitif dan hospes intermedier dari Taenia
Solium dan baik sebagai hospes dari cacing dewasa atau kista. Stadium larva
Taenia Solium dinamakan Cysticercus Cellulose dan infeksi pada manusia
dikenal sebagai Cysticercosis Cellulosae.
Morfologi
Sistiserkus matang adalah suatu kista bening yang berbentuk oval dilengkapi
dengan skoleks cekung yang gelap yang mempunyai empat alat isap dan
suatu lingkaran kaitan. Ini biasanya diliputi oleh suatu kapsul yang keras, tapi
dalam (vitreous humor) mata dan dalam piamater atau ventrikel otak tidak
berkapsul. Ini bertahan dalam kira-kira 10 minggu dalam posisinya. Kista
berbentuk oval dan berdiameter sekitar 5 mm.
Epidemiologi
Manusia mendapat kista dari telur dengan tiga jalan, yaitu :
1. Melalui makanan atau minuman yang berkontaminasi dengan tinja.
2. Per oral melalui tangan kotor dari penderita yang mengandung cacing
dewasa.
72
MEWASPADAI CACING !
73
MEWASPADAI CACING !
Prognosis
Baik bila infeksi terbatas pada jaringan subkutan dan otot,. Tidak baik bila
sistisersi berada dalam otak, jantung atau alat dalam yang penting.
Diagnosis
Diagnosis klinis dari sistiserkosis serebral ditegakkan dengan adanya
kekejangan bentuk epileptis atau manifestasi saraf yang lain pada orang-
orang yang berdiam di area endemis, apalagi mereka telah menderita bintik-
bintik di kulit.
Biopsi kista kulit yang dapat dirasa memberikan diagnosis yang pasti.
Pemeriksaan Rontgen pada otot yang infeksi dapat menegakkan diagnosis,
bila cacing telah mengapur, tapi metode ini kurang berarti bagi sistiserkosis
serebral. Ventrikulogram pada waktunya dapat menolong. Larva yang berada
dalam mata dapat ditentukan dengan optalmoskop. Complement Fixation
Test dan tes intrakutan mempunyai nilai terbatas.
74
MEWASPADAI CACING !
Terapi
Pembedahan. Artinya, parasit yang berada dalam mata haruslah segera
mungkin dikeluarkan. Pengeluaran sistiserkus yang soliter dan otak telah
bersih baik tepi pembedahan tidak mungkin dilakukan pada kista yang
berkecambah (banyak).
Preventif
Sanitasi lingkungan dan higiene pribadi (individu).
Peranan Platyhelminthes hidup sebagai parasit, berarti filum ini merugikan
manusia. Selain manusia, ada pula cacing pita yang mempunyai inang domba
dan anjing. Dahulu, banyak orang-orang Cina, Jepang, dan Korea yang
menderita penyakit kerena parasit Clonorchis Sinemis.
Usaha untuk menanggulangi terhadap Platyhelminthes ini adalah
memutuskan daur hidupnya dengan jalan pangawasan pembuangan feses
yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga tidak memungkinkan heksakans
yang keluar bersama-sama feses itu sampai tertelan oleh babi, sapi, atau
menusia. Semua daging babi, sapi, dan ikan yang mungkin mengandung
sistiserkus harus dimasak dengan sebaik-baiknya, sebelum dimakan manusia.
75
MEWASPADAI CACING !
76
MEWASPADAI CACING !
BAB 6
Annelida
Pendahuluan
Annelida berasal dari kata Yunani, annulus yang artinya cincin dan oidos
yang artinya bentuk. Sesuai dengan namanya, maka cacing ini tubuhnya
berbentuk gelang. Oleh karena Annelida disebut juga cacing gelang. Annelida
dikenal sebagai ektoparasit penghisap darah dan hidup diair atau di darat.
Jenis yang hidup di air ialah jenis Limnatis, bangsa lintah yang mengisap
darah manusia. Jenis yang besar mengisap darah orang yang mandi atau
berada di air, sedangkan yang kecil terbawa bersama air minum dan melekat
pada salurean pernafasan bagian atas atau pada saluran makanan. Kadang-
kadang, mereka menyerang vagina, uretra dan mata orang yang sedang
mandi.
Jenis yang hidup di darat ialah bangsa lintah darat atau pacet dari jenis
Haemadipsa yang hidup di hutan belantara di timur jauh, di hutan yang
bercurah hujan yang tinggi di daerah tropis. Mereka ini merayap masuk ke
dalam pakaian dan sepatu orang-orang yang lewat untuk mengisap darah.
Kedua jenis ini mempunyai sekresi antikoagulan, hirudin dan luka yang
disebabkannya dapat sembuh perlahan-lahan. Untuk mencegah serangannya
ini, dapat dilakukan dengen menyemprot pakaian dengan dimetil phthalate.
77
MEWASPADAI CACING !
Hirudinae
Habitat Hirudinae di air tawar, darat, dan air laut. Tubuhnya tidak memiliki
rambut dan parapodia. Bentuk tubuhnya pipih. Di kedua ujung tubuhnya
terdapat alat hisap. Alat hisap pada bagian posterior besar, sedangkan pada
bagian anterior kecil. Alat ini dipergunakan untuk menempel pada korban
78
MEWASPADAI CACING !
dan menghisap darahnya. Makanan cacing ini ada yang berupa larva
serangga, cacing, atau organisme lain yang mati.
Hirudinae bersifat parasit pada manusia atau hewan lain, karena
menghisap darah. Darah yang dihisap tak dapat membeku, karena Hirudinae
ini mengeluarkan zat hirudin yang bersifat anti pembekuan darah. Darah yang
dihisap, dapat lebih banyak dari berat tubuhnya sendiri.
Contoh Hirudinae yang paling umum adalah Hirudo Medicinalis (lintah).
Hidup di air tawar. Di Eropa, pernah dipakai untuk pengobatan masa lampau
dengan cara penyedotan darah penderita. Pengobatan ini didasarkan pada
kepercayaan, bahwa darah yang mengandung penyakit dapat dikeluarkan.
Haemodipsa Zeylanica (pacat) hidup di darat menempel pada daun-daun,
hidup di daerah tropik terutama di Asia Tenggara; Haemopis Marmoratis (lintah
kuda) hidup di lumpur; Limnatis Nilotica (lintah), hidup di daerah Timut Tengah;
Acanthobdella sp (lintah), lintah penghisap darah ikan salem; dan Branchellion
sp (lintah), tidak memiliki rahang, darah tidak berwarna, mempunyai insang,
dan hidup di laut.
Lintah adalah ektoparasit yang penting untuk ilmu kedokteran hidup di
air dan di darat. Lintah-lintah ini mempunyai ukuran bermacam-macam,
berotot, sering berpigmen dan berbentuk bujur; memiliki kutikulum kuat, batil
isap pada kedua ujungnya, rahang keras dan faring berotot.
Lintah yang hidup di air, biasanya suatu spesies Limnatis, dapat
menyebabkan luka pada manusia. Jenis yang besar mengisap darah orang-
orang yang sedang mandi, sedangkan yang lebih kecil dapat masuk ke dalam
traktus respiratorius bagian atas atau traktus digestivus bila terminum oleh
seseorang. Kadang-kadang, dapat masuk ke dalam vagina, uretra dan mata
dari orang-orang yang sedang mandi.
Lintah darat terutama spesies Hamaedipsa, yang ditemukan di Timur
Jauh, hidup di hutan-hutan tropis yang lembap, melekatkan diri pada musafir-
musafir, bahkan masuk ke dalam pakaian dan sepatu mereka. Luka yang
disebabkan oleh gigitannya tidak nyeri dan sering tidak diketahui. Luka ini
79
MEWASPADAI CACING !
Lintah darat
80
MEWASPADAI CACING !
81
MEWASPADAI CACING !
82
MEWASPADAI CACING !
Daftar Pustaka
Anonymous.1977. Program Pemberantasan Cacing-cacing yang Ditularkan
Dengan Perantaraan Tanah di Indonesia. Bogor : Seminar Nasional
Parasitologi Pertama.
Belding, DL. 1958. Basic Clinical Parasitology, Second edition. New York :
Appleton Century Crofts Inc.
Brown, WH. And Belding, DL. 1964. Basic Clinical Parasitology. 2nd ed. New
York : Meredith Publishing Co.
Cheng, TC, 1964. The Biology of Animal Parasites. WB. London : Saunders
Co.
Hegner and Stiles. 1959. College Zoology. Seventt edition. New York : The
MacMillan Company.
83
MEWASPADAI CACING !
84