Anda di halaman 1dari 77

PENDAHULUAN

A. KLASIFIKASI
Helminth terdiri atas tiga phyla, yaitu:
1. Nemathelminthes
a. Badan bulat, panjang dan langsing seperti benang (nema artinya benang)
b. Memiliki rongga badan
c. Tidak memiliki sirkulasi darah
d. Jenis kelamin terpisah
e. Kulit tidak bersegmen, kutikula licin kadang-kadang bergaris
f. Parasit bagi manusia termasuk klas Nematoda
2. Platyhelminthes, beberapa hal penting pada phylum ini, antara lain:
a. Badan pipih, kadang-kadang memperlihatkan segmentasi
b. Tidak memiliki rongga badan
c. Tidak memiliki sirkulasi darah
d. Biasanya hermafrodit
e. Parasit bagi manusia ada 2 klas yaitu:
Klas Trematoda
Klas Cestoidea
f. Annelida, tidak penting, tidak dibicarakan
B. SIKLUS HIDUP
- Dalam perkembangannya, parasit cacing ini menjalani suatu siklus hidup
-

tertentu
Pada tiap tingkatan siklus hidupnya akan terjadi perubahan bentuk tubuh
(stadium). Misalnya pada nematoda usus dan cestoidea, terjadi stadium telur,

larva, dan dewasa.


Umumnya parasit cacing dalam menjalani siklus hidupnya, terdapat stadium
di luar tubuh manusia, misalnya di alam bebas (tanah), pada binatang piaraan,

binatang liar ataupun pada artropoda dan sebagainya.


Apabila di dalam tubuh manusia terdapat stadium dewasa, maka manusia
bertindak sebagai tuan rumah definitif, sedangkan bila tidak terdapat stadium

dewasa maka manusia sebagai tuan rumah perantara


Habitat yaitu tempat hidup cacing dewasa, misalnya habitat Ascaris

lumbricoides dalam usus halus


Artropoda yang menularkan cacing dari seseorang ke orang lain disebut
vektor.

C. MORFOLOGI DAN ALAT-ALAT TUBUH

Dalam memperlajari morfologi cacing, terlebih dulu harus diketahui tanda-

tanda khas dari cacing tersebut


Untuk dapat menjalankan siklus hidupnya, cacing perlu melengkapi dirinya
dengan alat-alat tubuh yang sesuai dengan lingkungannya. Misalnya cacing
yang hidup di dalam saluran pencernaan makanan, harus memiliki kulit yang
tahan terhadap asam lambung maupun terhadap enzym pencernaan; cacing
yang hidup di aliran darah, mulutnya cukup suatu celah yang sederhana, tidak
perlu dilengkapi alat isap yang kuat karena makanan berada disekelilingnya
(darah); untuk melekatnya cacing serta merusak mukosa usus, maka cacing
tambang dilengkapi dengan lempeng gigi; pada trematoda dilengkapi dengan
mulut pengisap (acetabulum) yang berguna untuk melekatkan diri, menghisap
dan bergerak (alat lokomotor); untuk menembus kulit, cacing dilengkapi

dengan mulut yang mengeluarkan enzym perusak kulit dan sebagainya.


Alat gerak, alat pencernaan serta alat kelamin akan mengalami perubahan
sesuai dengan lingkungannya. Alat gerak akan mengalami kemunduran
karena parasit tersebut tidak membutuhkannya, misalnya karena parasit
berada dalam aliran darah, parasit bergerak karena terbawa aliran darah. Alat
pencernaan juga akan mengalami kemunduran karena makanan telah
sempurna dicerna oleh tuan rumah. Akan tetapi, pada alat kelamin akan
mengalami perkembangan yang makin sempurna dibandingkan dengan
cacing yang hidup bebas, hal ini mungkin disebabkan perkembangan
keturunan menjadi lebih sulit dan menjadi lebih mudah punah oleh cara
hidupnya yang selalu tergantung pada adanya tuan rumah.

D. DIAGNOSA
Untuk mendiagnosa penyakit oleh parasit, dikenal dua cara:
a. Diagnosa klinik, yaitu diagnosa yang didasarkan terhadap gejala klinik yang
spesifi. Umumnya gejala klinik penyakit yang disebabkan oleh parasit tidak
spesifik, sehingga sulit untuk dilakukan diagnosa klinik ini.
b. Diagnosa laboratorium, yaitu diagnosa dengan cara pemeriksaan di
laboratorium, dengan menemukan salah satu stadium dalam bahan
pemeriksaan yang kita periksa. Untuk memilih bahan pemeriksaan, harus

diketahui siklus hidup cacing tersebut. Misalnya untuk cacing yang sebagian
siklusnya di dalam usus, maka sebagai bahan pemeriksaannya tinja; bila
sebagian siklusnya di dalam aliran darah maka bahan pemeriksaannya darah
dan sebagainya.

KLAS NEMATODA
A. KLASIFIKASI
Klas Nematoda berdasarkan ada atau tidaknya phasmid (kemoreseptor kaudal),
dibagi dalam dua subklas yaitu:
1. Subklas Adenophorea (Aphasmidia)
2. Subklas Secernentea (Phasmidia)
B. MORFOLOGI UMUM
- Ukurannya berbeda-beda mulai dari 2 mm (Strongyloides stercoralis)
-

sampai lebih dari 1 meter (Dranculus medinensis)


Memiliki kepala, ekor, dinding, dan rongga badan disebut pseudocele karena
tidak dilapisi oleh mesotelium, saluran pencernaan makanan, sistem syaraf,

sistem ekskresi dan sistem reproduksi (terpisah sehingga ada cacing jantan
-

dan betina). Tidak memiliki sistem peredaran darah.


Ukuran cacing jantan lebih kecil daripada cacing betina, biasanya ujung
posterior melengkung kedepan, beberapa spesies memiliki spikulum kopulasi

serta bursa kopulasi, kadang-kadang dilengkapi papila.


Ujung anterior mungkin dilengkapi kaitan, lempeng gigi, setae dan papila
yang berguna untuk mengikis, menempel dan sebagai organ sensoris.
Lapisan kulit terdiri atas:
a. Lapisan luar (kutikula), merupakan lapisan hialin yang seluler, licin atau

bergelang-gelang
b. Subkutikula, merupakan kumpulan sel-sel yang tidak jelas batasnya
c. Lapisan otot longitudinal
Pada kedua sisi terdapat alat ekskresi berbentuk saluran yang bersatu pada

bagian ventral tubuh, kemudian bermuara pada sebuah porus ventralis.


Sistem syaraf terdiri atas cincin esophagus dimana keluar cabang syaraf ke

muka dan belakang tubuh


Sistem pencernaan makanan, merupakan suatu tabung sederhana, dimulai
dari mulut dan berakhir pada anus yang terletak ventral dekat ujung posterior
tubuh. Mulut biasanya dikelilingi bibir atau papila, pada beberapa spesies
dilengkapi gigi atau plate (lempeng) yang terletak di dalam rongga mulut
(bucal cavity), pada beberapa spesies rongga mulut melebar, berfungsi untuk
menghisap. Dari rongga mulut dilanjutkan ke esophagus yang panjang dan
besarnya dapat dipakai membedakan beberapa spesies. Kadang-kadang pada
bagian belakang esophagus menggelembung, disebut bulbus esophagus yang
banyak mengandung otot, berfungsi sebagai alat pengisap. Bulbus esophagus
terdapat pada Rhabdiasoidea dan Oxyuridea. Pada cacing betina intestinum
bermuara pada rectum yang pendek, sedangkan pada yang jantan, intestinum
bersatu dengan duktus genitalis dan bermuara pada kloaka yang ke luar

melalui anus.
Sistem reproduksi, biasanya terpisah:
a. Alat kelamin jantan, biasanya tidak berpasangan, dimulai pada sebuah
testis yang panjang melingkar-lingkar, kemudian pada vas defferens yang
halus, menggelembung menjadi vesicula seminalis yang akan berubah
menjadi duktus ejakulatorius yang banyak mengandung otot. Akhirnya

bermuara ke dalam kloaka. Spikulum dapat ditarik atau didorong keluar


dan berfungsi

pada waktu kopulasi (semacam penis). Mungkin ada

spikulum ketiga, disebut gubernakulum. Pada bagian belakang tubuh


cacing jantan terdapat dua buah umbai kutikula yang berbentuk sayap,
pada Strongyloides kedua sayap ini bersatu disebut bursa kopulatriks
yang berfungsi sebagai alat memegang cacing betina pada waktu
kopulasi.
b. Alat kelamin betina, biasanya berpasangan, masing-masing terdiri atas
ovarium, oviduct dan uterus (tempat telur mendapat kulit telur). Kedua
uterus bersatu membentuk vagina yang pendek dan banyak mengandung
otot dan akhirnya vagina bermuara ke dalam vulva. Letak vulva dapat
dipakai menentukan spesies cacing.
C. PEMBAGIAN NEMATODA MENURUT HABITAT
1. Nematoda Usus, terdiri atas:
a. Yang ditularkan melalui tanah (Soil transmitted helminths), kelompok
yang paling penting, terdiri atas :
Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Cacing tambang:
- Necator americanus
- Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis
b. Yang tidak ditularkan melalui tanah:
Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis-cacing kremi)
Trichinella spiralis
2. Nematoda darah dan jaringan, yang dibacarakan hanya spesies yang
terpenting dan ada di Indonesia:
a. Wuchereria bancrofti
b. Brugia malayi
c. Brugia timori

PRAKTIKUM HELMINTH 1 (KODE : PH-1)


A. MATERI PRAKTIKUM
1. Ascaris lumbricoides (cacing gelang):
a. A. lumbricoides gross
b. A. lumbricoides telur
2. Trichuris trichiura (cacing cambuk):
a. T. trichiura dewasa
b. T. trichiura telur
B. HABITAT DAN HOSPES
1. A. lumbricoides:
a. Habitat, usus halus
b. Hospes definitif, manusia, tidak membutuhkan hospes perantara
2. Habitat, terutama caecum, dapat pula pada colon dan appendiks
3. Hospes definitif, manusia, tidak membutuhkan hospes perantara
C. SIKLUS HIDUP
1. Ascaris lumbricoides
- Telur keluar bersama tinja belum matang. Diperlukan pematangan di
-

tanah selama 20-24 hari, suhu optimum 30C.


Telur infektif berembrio, tertelan, di lambung telur menetas, keluar
larva. Cairan lambung, mengaktifkan larva, bergerak ke usus halus,
menembus mukosa usus, masuk ke dalam kapiler darah, terbawa aliran
darah ke hati, jantung kanan, paru-paru, keluar dari kapiler darah masuk
ke alveolus, broncheolus, bronchus, trachea sampai ke larynx, tertelan
masuk ke esophagus, ke lambung, kembali ke usus halus untuk menjadi

dewasa.
Waktu yang diperlukan mulai larva menembus mukosa usus, ke paruparu dan berakhir di lumen usus, 10-15 hari. Sedangkan mulai berada di
dalam usus yang kedua sampai menjadi dewasa dapat menghasilkan

telur, 6-10 minggu.


2. Trichuris trichiura
- Telur keluar bersama tinja perlu pematangan di tanah dalam 3-5 minggu
-

sampai terbentuk telur infektif.


Manusia mendapat infeksi apabila telur yang infektif tertelan
Di bagian proksimal usus halus telur menetas, keluar larva, menetap 310 hari, setelah dewasa, cacing turun ke usus besar dan menetap.

Dari saat telur infektif tertelan sampai cacing betina bertelur, 30-90 hari.
Seperti A. lumbricoides, siklus T. trichiura merupakan siklus langsung
karena tidak membutuhkan tuan rumah perantara.

D. MORFOLOGI
Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)
1. CACING DEWASA
- Merupakan dasar morfologi nematoda pada umumnya
- Nematoda usus terbesar, putih, kekuning kemerahan, cacing mati putih
- Badan panjang silindris, kedua ujung lancip, kutikula bergaris melintang
- Mulut dengan tiga bibir (1 dorsal dan 2 latroventral), bibir dorsal
memiliki sepasang papil peraba, di bagian dalam memiliki gigi kitin
yang kecil.
a. Cacing Jantan
Ukuran 15-30 cm x 3-5 mm, bagian posterior melengkung ke depan,
terdapat kloaka dengan 2 spikula yang dapat ditarik.
b. Cacing Betina
Ukuran 22-35 cm x 3-6 mm, vulva membuka ke depan pada 2/3 bagian
posterior tubuh terdapat penyempitan lubang vulva disebut cincin
kopulasi. Menghasilkan telur 200.000 butir sehari selama hidupnya (612 bulan).
2. TELUR
- Ukuran telur tergantung kesuburan (makanan) dalam usus hospes.
- Telur keluar bersama tinja dalam keadaan belum membelah
- Ada 3 bentuk telur yang mungkin ditemukan, yaitu:
a. Telur yang dibuahi
Berukuran 60 x 45 m, bulat atau oval, dinding telur kuat, terdiri dari 3
lapis, yaitu:
- Lapisan luar : Lapisan albuminoid dengan permukaan tidak rata,
-

bergerigi, berwarna kecoklat-coklatan karena pigmen empedu


Lapisan tengah: Lapisan Chitin terdiri atas polisakarida
Lapisan dalam: Membran vitellin yang terdiri atas sterol yang liat

sehingga telur dapat tahan sampai satu tahun


b. Telur yang dekortikasi
- Adalah telur yang dibuahi tetapi kehilangan lapisan albuminoidnya
- Yang kortikasi maupun yang dekortikasi, terapung dalam larutan
garam jenuh.
c. Telur yang tidak dibuahi
- Dihasilkan betina yang tidak subur atau terlalu cepat dikeluarkan
oleh betina yang subur

Berukuran 90 x 40 m, dinding tipis, tenggelam dalam larutan


garam jenuh.

Trichuris trichiura (Cacing Cambuk)


1. CACING DEWASA

Cacing dewasa menyerupai cambuk, 3/5 anterior tubuh, halus seperti benang,
pada ujungnya terdapat kepala. Bagian ini akan menancapkan dirinya pada
mukosa usus, 2/5 bagian posterior lebih tebal, berisi usus dan perangkat alat

kelamin.
Esophagus sempit, dinding tipis terdiri dari satu lapis sel, panjangnya hampir

sama dengan bagian tubuh yang halus, tidak memiliki bulbus esophagus.
- Anus terletak di belakang sekali.
a. Cacing Jantan
- Panjangnya 30-45 mm
- Bagian posterior melengkung kedepan sehingga membentuk satu
-

lingkaran penuh
Terdapat satu spikulum berbentuk lanset/pedang menonjol keluar melalui

selaput retraksi
b. Cacing Betina
- Panjangnya 30-50 mm
- Ujung posterior membulat tumpul, organ kelamin tidak berpasangan
(simpleks), terdiri dari ovarium yang berbelit, sebuah uterus dan sebuah
vagina yang pedek dan berakhir di vulva yang terletak pada tempat tubuh
-

mulai menebal
Sehari tiap ekor cacing betina menghasilkan 3.000-4.000 telur hingga

10.000 telur
2. TELUR
- Berukuran 50 x 25 m
- Berbentuk seperti tempayan, pada kedua kutubnya terdapat operkulum yang
-

jernih dan menonjol


Dindingnya terdiri atas dua lapis, bagian dalam jernih, bagian luar berwarna

kecoklat-coklatan.
Telur ini terapung dalam larutan garam jernih

E. TUGAS

Ascaris lumbricoides
1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. CACING JANTAN
B. CACING BETINA
C. TELUR

KETERANGAN GAMBAR
.

Trichuris trichiura
1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. CACING JANTAN
B. CACING BETINA
C. TELUR

KETERANGAN GAMBAR
.

PRAKTIKUM HELMINTH - 2 (KODE : PH-2)


A. MATERI PRAKTIKUM
1. Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale):
a. Dewasa
b. Telur cacing tambang (morfologi sama).
2. Strongyloides stercoralis larva.
B. HABITAT DAN HOSPES
1. Cacing tambang
a. Habitat: jejunum dan ileum, pada infeksi berat dapat sampai colon dan
duodenum.
b. Hospes definitive manusia, tidak membutuhkan hospes perantara.
2. Strongyloides stercoralis
a. Habitat cacing betina di dalam mukosa duodenum dan proksimal
jejunum. Jarang ditemukan pada bagian distal pylorus, ductus biliaris
communis, kandung empedu dan paru-paru.
b. Manusia merupakan tuan rumah definitif, begitu juga anjing dan
kucing.
C. SIKLUS HIDUP
1. Cacing tambang
- Telur keluar bersama tinja, suhu optimal 23-33C, dalam 24-48 jam
menetas, keluar larva rhabditiform, pada hari ke lima, berubah menjadi
-

larva filariform yang infektif.


Apabila larva menyentuh kulit manusia, biasanya pada sela antara 2 jari
kaki atau dorsum pedis, melalui folikel rambut, pori-pori kulit atau kulit
rusak larva secara aktif menembus kulit masuk ke dalam kapiler darah,

terbawa aliran darah, kemudian terjadi seperti pada A. lumbricoides.


Waktu yang diperlukan sampai kembali ke usus halus 10 hari.
Cacing dewasa dapat hidup selama 10 tahun.
Larva dapat masuk ke dalam badan melalui air minum atau makanan

yang terkontaminasi
Siklus hidup, berlaku bagi kedua spesies cacing tambang.

2. Strongyloides stercoralis
- Pembuahan cacing betina oleh cacing jantan terjadi di dalam bronchus
atau trachea, ada juga yang mengatakan S. stercoralis berina bersifat

parthenogenesis yaitu reproduksi dengan cara perkembangan telur yang


-

tidak dibuahi.
Cacing betina yang telah dibuahi menembus mukosa usus, menempati
kelenjar Lieberkuhn. Di dalam kelenjar, bertelur, menetas, keluar larva
rhabditiform, mengadakan penetrasi dan masuk ke dalam lumen usus,

keluar bersama tinja.


Selanjutnya, ditemukan tiga macam siklus hidup, yaitu:
1. Siklus langsung. Sama seperti cacing tambang, sesudah 2-3 hari
larva berada di dalam tanah, berubah menjadi larva filariform.
Larva menyentuh kulit, masuk ke dalam kapiler darah dan terbawa
aliran darah.
2. Siklus tidak langsung/siklus bebas. Larva yang keluar bersama
tinja, di tanah berubah menjadi cacing dewasa jantan dan betina.
Setelah terjadi pembuahan cacing betina bertelur, telur menetas,
mengeluarkan larva rhabditiform, selanjutnya terjadi salah satu
perkembangan di bawah ini:
- Sebagian mengulang siklus bebas cacing jantan dan betina
-

seperti di atas
Sebagian lagi, larva rhabditiform berubah menjadi filariform,
menembus kulit, masuk ke dalam siklus seperti pada butir 1 di

atas.
3. Hiperinfeksi dan autoinfeksi. Larva rhabditiform yang berada di
dalam lumen usus, menuju anus, berubah menjadi larva filariform.
Hiperinfeksi atau autoinfeksi internal terjadi bila larva filariform
menembus mukosa colon sebelum sampai di anus. Autoinfeksi atau
autoinfeksi eksternal terjadi bila larva filariform melewati anus dan
menembus kulit perianal. Baik hiperinfeksi maupun autoinfeksi,
keduanya sampai kapiler darah, kemudian masuk siklus 1 di atas,
sehingga infeksi cacing ini dapat berlangsung terus menerus seumur
hidupnya hospes.

D. MORFOLOGI
Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

1. CACING DEWASA
- Cacing dewasa putih abu-abu sampai kemerah-merahan, kedua spesies
mirip satu sama lain, perbedaannya terutama pada cacing betina, yaitu
N. americanus menyerupai huruf S sedangkan A. duodenale menyerupai
-

huruf C.
Cacing jantannya memiliki bursa kopulasi yaitu pelebaran membranus
dari ujung posterior tubuh, berguna untuk memegang cacing betina pada
waktu kopulasi, berbentuk tubuler dengan rays di bagian dalamnya.

Bagian anterior terdapat buccal capsule (rongga mulut).


- Pada kloaka terdapat dua buah spikula.
a. Necator americanus
- Buccal capsule sempit, pada dinding ventral terdapat sepasang gigi
pemotong berbentuk bulan sabit (semilunar cutting plate),
sedangkan sepasang lagi kurang nyata terdapat pada dinding dorsal.
Cacing Jantan
- Berukuran 7-9 mm x 0,3 mm
- Bursa kopulasi relative lebar dan panjang, berbentuk agak
-

bulat, dorsal ray bercabang dua.


Didapat dua spikula yang letaknya berdempetan serta ujungnya

berkait.
Cacing Betina
- Cacing betina berukuran 9-11 mm x 0,4 mm
- Ujung posterior tidak didapatkan spina kaudal, vulva terletak
pada bagian anterior pertengahan tubuh.

b. Ancylostoma duodenale
- Buccal capsule dengan 2 pasang gigi ventral runcing berbentuk
triangular dan 1 pasang gigi dorsal rudimenter.
Cacing Jantan
- Berukuran 8-11 mm x 0,5 mm
- Bursa kopulasi melebar seperti payung, dorsal ray tunggal,
bercabang pada ujungnya saja. Di dalam bursa kopulasi
terdapat dua spikula (1 mm) yang letaknya berjauhan serta
ujungnya runcing, serta kloaka.

- Testis tunggal sepanjang lipatan intestine.


Cacing Betina
- Berukuran 10-13 mm x 0,6 mm, pada ujung posterior terdapat
-

spina kaudal
Vulva terletak pada bagian posterior pertengahan tubuh.

2. TELUR
- Bentuk telur N. americanus tidak dapat dibedakan dari A. duodenale.
- Oval, tidak berwarna, berukuran 40 x 60 m, dinding luar dibatasi
lapisan vitelline yang halus, diantara ovum dan dinding telur terdapat
-

ruangan yang jelas dan bening.


Telur yang baru keluar bersama tinja ovumnya bersegmentasi 2, 4 dan 8

sel
Jumlah telur per hari yang dihasilkan seekor cacing betina pada N.
americanus 9.000-10.000 dan A. duodenale 10.000-20.000.

Strongyloides stercoralis
1. CACING DEWASA
a. Bentuk hidup bebas
- Cacing betina, berukuran 1 mm x 50 m, esophagus lonjong,
bulbus esophagus di bagian posterior, ekor lurus meruncing, vulva
terletak dekat pertengahan tubuh yang merupakan muara dari uterus
-

bagian posterior.
Cacing jantan, berukuran 700 x 45 m, ekor melengkung ke depan
memiliki dua buah spikula kecil kecoklat-coklatan, esophagus

lonjong dilengkapi bulbus esophagus.


b. Sebagai parasit

Cacing betina, berukuran 2,2 mm x 50 m, esophagus silindris pada


1/3 panjang tubuh, vulva pada batas 1/3 posterior dan 1/3 bagian

tengah tubuh.
Cacing jantan tidak pernah ditemukan, karena setelah perkawinan,

tetap tertahan di trachea.


2. LARVA, ada dua bentuk:
- Larva Rhabditiform, ukuran (200-300) x (14-16) m, memiliki
-

esophagus dan bulbus esophagus mengisi 1/4 anterior tubuh


Larva Filariform, stadium infektif, lebih panjang dan lebih langsing
dari larva rhabditiform, berukuran (350-450) x (30-35) m, dengan
esophagus panjangnya mencapai bagian anterior tubuh tetapi tidak

memiliki bulbus esophagus.


3. TELUR
- Hanya didapatkakn di daam tinja dengan diare berat atau setelah
-

pemberian pencahar.
Mirip telur cacing tambang, bentuk lonjong, ukuran (50-60) x (30-35)
m, dinding tipis, di dalamnya mengandung embrio.

E. TUGAS
Necator americanus
1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. CACING JANTAN
B. CACING BETINA

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
Ancylostoma duodenale

.
.
.
.
.

1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. CACING JANTAN
B. CACING BETINA
C. TELUR CACING TAMBANG (SAMA UNTUK KEDUA SPECIES)

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
Strongyloides stercoralis

.
.
.
.
.

1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
LARVA

KETERANGAN GAMBAR
.

PRAKTIKUM HELMINTH 3 (KODE : PH-3)


A. MATERI PRAKTIKUM
1. Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis, Cacing Kremi)
a. Dewasa
b. Telur
2. Trichinella spiralis
a. Larva bebas, diisolasi dalam otot hewan percobaan (tikus putih).
b. Irisan melintang larva di dalam otot seran lintang (kista)
B. HABITAT DAN HOSPES
1. Enterobius vermicularis
a. Habitat caecum dan sekitarnya yaitu appendix, colon ascendens dan
ileum.
b. Hospes definitif manusia, tidak membutuhkan hospes perantara
2. Trichinella spiralis
a. Habitat di dalam mukosa usus, mulai dari duodenum sampai caecum.
Larva hidup di dalam otot seran lintang terutama otot yang bayak gerak
dan kaya oksigen. Misalnya otot diaphragm, masseter, intercostal, larynx,
lidah, otot pectoral, ekstraoculer, kuduk, deltoid, gluteus, biceps dan
gastrocnemius
b. Tuan rumah definitive manusia, babi, tikus, kucing, beruang, anjing serta
babi hutan, yang dapat bertindak sebagai tuan rumah perantara.

C. SIKLUS HIDUP
1. Enterobius vermicularis
- Cacing jantan mati setelah kopulasi, cacing betina hamil, malam hari
bermigrasi ke anus. Karena suhu di luar lebih rendah, uterus dan vagina
berkontraksi dan telur keluar berkelompok di daerah perianal dn
perineum. Cacing betina mati setelah bertelur. Telur-telur tersembunyi
-

dalam lipatan perianal sehingga jarang didapatkan di dalam tinja.


Beberapa jam kemudian telur telah matang dan infektif, selanjutnya
terjadi hal di bawah ini:
Autoinfeksi, daerah perianal gatal, digaruk, telur menempel pada
tangan atau di bawah kuku, kemudian telur ini termakan oleh hospes
yang sama.
Telur tersebar pada kain tempat tidur, pakaian bahkan pada debu
dalam kamar, mengkontaminasi makanan atau minuman sehingga
dapat menginfeksi orang lain. Seseorang dapat pula terinfeksi dengan
menghirup udara yang tercemar (infeksi aerogen/per inhalasi).
Retrograd infeksi atau retrofeksi, telah ada larva yang menetas setelah
cacing betina meletakkan telur di perianal, larva masuk kembali ke

usus melalui anus sehingga akan terjadi infeksi baru.


Telur yang tertelan menetas di duodenum, keluar larva untuk menjadi

dewasa di caecum dan sekitarnya.


Waktu yang dibutuhkan sejak menelan telur infektif sampai cacing betina
menghasilkan telur, 2-4 minggu. Cacing berumur pendek, maksimum 2,5
bulan.

2. Trichinella spiralis
- Cacing jantan setelah kopulasi, mati, cacing betina menjadi besar dan
panjang, masuk ke dalam mukosa villi intestinal sampai sinus limpatikus.
Hari ke lima (cacing bersifat vivipar) larva dikeluarkan dari induknya satu
persatu masuk ke dalam sinus limpatikus, terbawa aliran limfe melalui
duktus thoracicus masuk ke dalam aliran darah ke jantung kanan, paru-

paru, jantung kiri kemudian tersebar ke seluruh tubuh.


Pada otot seran lintang, larva meninggalkan pembuluh darah, secara aktif
bergerak di dalam serabut otot. Jaringan hospes membatasi gerak larva
dan dibentuk simpai hialin, larva melingkar, terbentuk kista yang
berukuran 0,40 x 0,25 mm, berbentuk elips. Mungkin diikuti perkapuran,

dimulai dari simpainya.


Apabila daging yang mengandung kista dimakan hospes lain, di dalam
usus halus proksimal, otot dan dinding kista hancur, keluarlah larva,

segera menembus mukosa usus untuk menjadi dewasa.


Manusia tertular cacing ini karena memakan daging babi yang

mengandung kista dimasak kurang sempurna.


Cacing betina menghasilkan larva 1.350-2.000, dapat hidup 7-8 minggu.
Cacing ini dapat melewati plasenta atau melalui air susu ibu walaupun
sangat jarang terjadi.

D. MORFOLOGI
Enterobius vermicularis
(Oxyuris vermicularis, Cacing Kremi)
1. CACING DEWASA
- Cacing dewasa, keputih-putihan. Ujung anterior terdapat pelebaran
disebut ala cephalic lateral. Mulut dikelilingi tiga bibir (1 bibir dorsal
-

dan 2 lateroventral). Bulbus esophagus terlihat jelas.


Cacing betina, berukuran (8-13) mm x (0,3-0,5) mm, bagian posterior
1/5 panjang tubuh, runcing seperti duri terdiri atas jaringan hialin. Vulva
terletak ventral pada 1/3 bagian anterior tubuh. Pada cacing hamil,
uterus penuh berisi telur hampir mengisi seluruh tubuh kecuali bagian
ekor, vagina panjang menuju ke belakang. Genitalia berpasangan

(duplex); anus pada 1/3 posterior tuuh


Cacing jantan, berukuran (2-5) mm x (0,1-0,3) mm, bagian ekor tumpul,

menggulung; memiliki sebuah spikulum yang jarang terlihat.


2. LARVA
- Larva rhabditiform berukuran (140-150) x 10 m, memiliki bulbus
esophagus
- Sebelum menjadi dewasa mengalami dua kali penyilihan kulit.
3. TELUR
- Ukuran (50-60) x (20-30) m, lonjong asimetris, satu sisi rata, sisi
-

lainnya cembung.
Dinding telur bening, lebih tebal dari telur cacing tambang, di dalamnya

berisi embrio yang terlipat.


Seekor cacing betina sehari dapat menghasilkan 11.000 telur.

Trichinella spiralis
1. CACING DEWASA

Merupakan cacing kecil, bagian kepala mempunyai stylet mulut untuk


menembus jaringan usus atau otot. Bagian anterior langsing, mulut kecil,
usus panjang dan sempit.
a. Cacing jantan, 1,5 x 0,04 mm, ujung posterior melengkung ke depan
dengan dua umbai berbentuk lobus. Tidak memiliki spikulum, diganti
vas deferens yang dapat dikeluarkan sebagai alat kopulasi.
b. Cacing betina, (3-4) x 0,06 mm, ujungnya posterior bulat tumpul, vulva
pada 1/5 anterior tubuh; hanya memiliki sebuah ovarium, oviduct dan
uterus. Bersifat ovovivivar; seekor cacing betina menghasilkan 1.3502.000 larva.
2. LARVA
- Pada waktu lahir (80-120) x 5,6 m, bagian anterior meruncing, ujung
-

tajam seperti tombak.


Larva di dalam serat otot berukuran (900-1.330) x (35-40) m, ususnya
seperti usus cacing dewasa, alat reproduksi belum tumbuh lengkap, jenis

kelaminnya sering sudah dapat dibedakan.


3. TELUR
- Ukuran 20-40 m, kulit telur berupa selaput tipis dimana setelah dibuahi
-

akan segera menetas di dalam uterus.


Larva keluar satu persatu melalui uterus dan vulva yang sempit.

Catatan untuk mendapatkan larva bebas dari otot:


-

Otot yang berlarva diiris halus, masukkan ke dalam larutan pepsin HCl.
Biarkan dalam lemari pengeram (37C) selama semalam.
Kocok sampai jaringan larut, saring.

E. TUGAS
Enterobius vermicularis
1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

2. TANDA KHAS

FAMILI
GENUS

:
:

3.
A.
B.
C.

GAMBAR
CACING JANTAN
CACING BETINA
TELUR

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Trichinella spiralis
1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. LARVA BEBAS
B. LARVA DALAM OTOT (KISTA)

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

A. KLASIFIKASI

.
.
.
.
.
KLAS TREMATODA

.
.
.
.
.

B. MORFOLOGI UMUM
- Badan pipih, dorsolateral bilateral simetris, seperti daun dengan ukuran
berbeda-beda, trematoda ukuran besar dari genus Fasciola dan Faciolopsis,
ukuran kecil genus Heterophyes dan Metagonimus.

Badannya diliputi integumen mesenkimatus, aseluler halus sering ditumbuhi

sisik atau duri yang tampak jelas pada bagian anterior tubuh.
Mempunyai 2 batil isap, merupakan alat melekat cacing pada tubuh hospes,
yaitu:
a. Oral sucker (batil isap kepala), mengelilingi mulut untuk melanjutkan diri
pada saluran pencernaan makanan
b. Ventral sucker (batil isap perut, asetabulum), biasanya lebih besar dari

oral sucker. Di dekat batil isap ini ditemukan porus genitalis


Bagian terdalam terdapat otot dengan 3 arah serabut yaitu longitudinal, oblik
dan sirkuler, berguna untuk bergeraknya parasit dengan merubah bentuk

badan cacing
Tidak memiliki rongga badan dan sistem sirkulasi darah.
Alat pencernaan dimulai dari mulut yang dikelilingi batil isap kepala,
selanjutnya rongga mulut, pharynx yang berotot, oesophagus kemudian
bercabang dua caeca (seperti huruf Y terbalik) yang berakhir buntu). Caecum
ada yang berupa tabung misalnya Chlonorchis sinensis, yang bercabang-

cabang ke lateral misalnya Fasciola hepatica.


Bersifat hermafrodit, kecuali Schistosoma spp. Alat kelamin jantan dimulai
dari testis yang biasanya berjumlah dua buah (Shicstosoma spp., lebih dari
dua), letaknya berdampingan atau berurutan, berbentuk bulat atau oval
dengan permukaan rata, berlobus atau bercabang. Sebuah ovarium, berbentuk
bulat/oval permukaan rata, berlobus atau bercabang. Umumnya ovarium
sebelah anterior testis kecuali Watsonius watsoni, Dicrocoelium dendriticum,
Gastrodisxoides hominis, testis berada di anterior dari ovarium. Kedua alat
kelamin bermuara pada antrum genitale, ke luar melalui suatu lobang disebut
porus genitalis yang letaknya berdekatan dengan batil isap perut. Fertilasasi
terjadi di dalam ootype.

C. SIKLUS HIDUP
- Pada umumnya membutuhkan dua tuan rumah perantara, kecuali
-

Schistosoma spp.
Telur menetas di air, keluar larva stadium I (miracidium), permukaan

tubuhnya bersilia, berenang mencari hospes perantara I (keong air tawar)


Pada tuan rumah perantara I, terjadi perubahan miracidium, sporokista, radia
dan akhirnya cercaria. Cercaria berenang mencari tuan rumah perantara II.

Banyak variasi perubahan yang terjadi pada tuan rumah perantara I ini.
Pada tuan rumah perantara II (jenis keong air tawar lain, ikan, udang,
kepiting atau tumbuhan air), cercaria berubah menjadi metacercaria, berupa

kista berdinding kuat.


Manusia terinfeksi apabila memakan hospes perantara II yang mengandung

metacercaria.
Schistosoma spp., cercaria tidak menjadi metacercaria, tetapi cercaria

menembus kulit jospes definitif.


D. PEMBAGIAN TREMATODA MENURUT HABITAT
Menurut habitatnya, trematoda dibagi dalam:
1. Trematoda hati:
a. Fasciola hepatica
b. Fasciola gigantica
c. Eurythrema pancreaticum
2. Trematoda usus:
a. Fasciolopsis buski
b. Echinostoma ilocanum
3. Trematoda paru-paru:
Paragonimus westermani
4. Trematoda darah:
a. Schistosoma japonicum
b. Schistosoma mansoni
c. Schistosoma haematobium
PRAKTIKUM HELMINTH 5 (KODE : PH-5)
A. MATERI PRAKTIKUM
1. Fasciolopsis buski
2. Echinostoma ilocanum
B. HABITAT DAN HOSPES

1. Fasciolopsis buski
a. Habitat, pada dinding duodenum dan jejunum, pada infeksi berat sampai
pylorus atau usus besar.
b. Hospes definitif
: manusia, babi dan anjing.
c. Hospes perantara I : keong air tawar genus Hippeutis, Gyraulus,
Segmentina
d. Hospes perantara II : tumbuhan air misal Eichornia (eceng gondok) dan
Zizania (bambu air)
2. Echinostoma ilocanum
a. Habitat, usus halus
b. Hospes definitif
c. Hospes perantara I

: manusia, tikus, burung, anjing.


: keong air tawar genus Hippeutis umbilicalis,

Gyraulus convexiusculus (Philipina dan P. Jawa), G. prashadi


d. Hospes perantara II
: keong air tawar Pila conica (Philipina)
Viviparus javanicus (Indonesia)
C. SIKLUS HIDUP
Perbedaan pada siklus hidup terutama terjadi pada tuan rumah perantara I.
1. Fasciolopsis buski
Pada tuan rumah perantara I terjadi perubahan sebagai berikut:
Miracidium (M), Sporokista (S), Redia 1 (R1), Redia 2 (R2), Cercaria (C)
2. Echinostoma ilocanum
Pada tuan rumah perantara I terjadi perubahan sebagai berikut:
Miracidium (M), Redia 1 (R1), Redia 2 (R2), Cercaria (C)
D. MORFOLOGI
Fasciolopsis buski
1. CACING DEWASA
- Ukuran (20-75) x (8-20) mm, tebal (0,5-3) mm, badan kecil ke arah
-

kepala.
Khas integument berduri kecil, tidak memiliki cephalic cone.
Oral dan ventral sucker berdekatan, oral sucker 0,5 mm, ventral sucker
2-3 mm ( 4 x oral sucker), porus genitalis terletak sebelah depan dari

acetabulum.
Usus bercabang dua, langsung di belakang pharynx
Caecum tidak bercabang, panjangnya hampir pada seluruh tubuh.

Testis dua buah, bercabang letaknya berurutan di bagian belakang tubuh.


Ovarium di bagian depan tubuh, uterus berkelok hampir mengisi seluruh

tubuh
- Kelenjar vitellin mengisi kedua sisi dari acetabulum ke belakang tubuh.
2. TELUR
Telur menyerupai telur F. hepatica, beroperkulum, ukuran (130-140) x (8085) m, belum matang (belum mengandung embryo di dalamnya).

Echinostoma ilocanum
1. CACING DEWASA
- Merah abu-abu, ukuran (2,5-6,5) x (1-1,35) mm, tebal (0,5-0,6) mm.
- Bagian anterior sebagian ditutup semacam sisik.
- Ujung anterior terdapat discus sirkumoral ditumbuhi 2 baris duri kecil,
oral sucker letaknya terminal, diameter 0,1-0,16 mm, ventral sucker,
diameter 0,4-0,46 mm ( 4x oral sucker), terletak sebelah anterior
-

pada 1/5 panjang tubuh.


Testis berlobus dalam, letaknya berurutan pada badan, di belakang

ovarium
- Uterus berkelok terletak antara ovarium dan acetabulum.
- Kelenjar vitellin di daerah lateral, memenuhi tubuh posterior
2. TELUR
Telur beroperkulum, ukuran (83-116) x (58-69) m, dinding tipis, belum
matang (belum mengandung embryo di dalamnya).

E. TUGAS
Fasciolopsis buski
1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
CACING DEWASA

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
Echinostoma ilocanum

.
.
.
.
.

1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

: .
: .

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
CACING DEWASA

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
KLAS CESTOIDEA
(SUBKLAS CESTODA)

A. KLASIFIKASI
Klas Cestoidea, yang terpenting ada dua ordo, yaitu:

.
.
.
.
.

1. Ordo Pseudophyllidea, untuk praktikum akan diberikan spesies:


Diphyllobothrium latum
2. Ordo Cyclophyllidea, untuk praktikum akan diberikan spesies:
a. Taenia saginata
b. Taenia solium
c. Hymenolepis nana
d. Hymenolepis diminuta
e. Echinococcus granulosus
B. MORFOLOGI UMUM
- Bentuk pipih memanjang seperti pipa, berwarna putih, ditutupi kutikula
halus; di bawah kutikula terdapat lapisan otot sirkuler, longitudinal dan
-

transversal.
Tidak memiliki rongga tubuh, sistem sirkulasi dan sistem pencernaan
makanan, sari makanan masuk ke dalam rongga tubuh parasit secara osmose.
Tubuh, terdiri atas 3 bagian yaitu:
a. Bagian kepala (scolex) berbentuk bulat atau lonjong, dilengkapi alat isap
(sucker) disertai dengantanpa rostellum dengan/tanpa kaitan, berfungsi
melekatkan diri pada hospes.
b. Bagian leher, merupakan bagian sempit yang terus tumbuh (zone
proliferasi) membentuk proglottid baru.
c. Bagian badan disebut strobilla dibentuk oleh segmen-segmen disebut
proglottid. Proglottid dari proksimal ke distal memiliki kematangan
berlainan, makin ke distal makin matang, ada tiga macam proglottid:
Immatur, belum matang, belum nampak alat kelamin
Mature, matang, sudah ditemukan alat kelamin jantan dan betina
lengkap.
Gravid (hamil), proglottid dipenuhi telur yaitu proglottid di bagian

distal
Kelamin, hermafrodit, alat kelamin akan jelas pada proglottid yang matang
Kelamin jantan dimulai dari testis dengan jumlah berbeda untuk tiap
spesies, ke vas defferens, vas defferens berkelok-kelok sampai ke cirrus yaitu
alat yang terdiri dari otot terbungkus dalam kantung cirrus, digunakan untuk
memasukkan ke dalam vagina, akhirnya bersama-sama vagina bermuara pada

atrium genitalia
Kelamin betina dimulai dari ovarium, biasanya terdiri atas lobi terletak
posterior dari oviduct, ke ootype (tempat telur dibuahi), ke uterus. Pada

beberapa spesies (ordo Pseudophyllidea) berakhir pada porus uterinus yang


merupakan tempat keluar telur, sedangkan pada ordo Cyclophyllidea tidak
memiliki lobang ini sehingga keluarnya telur dengan pecahnya proglottid.
Dari ootype ini pula terdapat cabang menuju vagina, berkahir pada atrium
genitalis bersama-sama dengan kelamin jantan. Terdapat kelenjar tambahan
-

berupa kelenjar Vitellina dan kelenjar Mehlis yang bermuara pada ootype.
Sistem ekskretorius, terdiri atas kanalis ekskretorius yang berjalan
memanjang pada bagian lateral segmen mulai dari scolex sampai dengan
proglottid terakhir. Juga terdapat kanalis ekskretorius yang berjalan melintang

pada bagian posterior dari tiap proglottid.


Sistem syaraf, terdiri dari ganglion pada scolex, syaraf longitudinal berjalan
dari scolex ke tiap-tiap proglottid pada sisi lateral (lateral nerve) dihubungkan
dengan syaraf transversal.

C. SIKLUS HIDUP
- Sebagian besar klas Cestoidea dalam siklus hidupnya membutuhkan tuan
-

rumah perantara, kecuali Hymenolepis nana.


Klas Cestoidea ini pada dasarnya memiliki tiga stadium yaitu telur, larva,
dan dewasa. Larva pada ordo Cyclophyllidea berbentuk kista yaitu
cysticercus, cysticercoid, coenurus dan kista hydatid; sedangkan pada
Pseudophyllidea berbentuk solid yaitu larva procercoid yang akan berubah
menjadi larva plerocercoiddd (sparganum).

D. PERBEDAAN ORDO PSEUDOPHYLLIDEA DAN CYCLOPHYLLIDEA


Tabel 1. Perbedaan ordo Pseudophyllidea dan Cyclophyllidea
Scolex

Uterus

Ordo Pseudophyllidea
Lonjong, 2 alat isap
memanjang berupa lekukan
disebut bothrium
Melingkar-lingkar

Ordo Cyclophyllidea
Bulat, dengan 4 alat isap
bulat seperti mangkok

Seperti kantong atau


Bercabang-cabang
Porus uterinus
Ada, di ventral proglottid
Tidak memiliki
Porus genitalis
Ada, dekat porus uterinus
Ada, di lateral proglottid
Kelenjar Vitellin Tersebar pada proglottid
Terkumpul
Telur

Memiliki operculum
Tidak memiliki
operculum

Banyak kuning telur,


perlu pematangan di luar
Sedikit kuning telur,
hospes
sudah berkembang dalam
uterus
Embryo
Berambut getar (untuk
Tidak berambut getar
berenang) disebut
coracidium
Larva
Solid, disebut larva
Kistik, berupa gelembung,
procercoid, berubah menjadi bagian dalam berisi cairan.
plerocercoid
Ada 4 macam larva:
1)
Cysticercus
2)
Cystocercoid
3)
Coenurus
4)
Kista hydatid

E. PEMBAGIAN CESTOIDEA
- Habitat Cestoidea umumnya pada saluran pencernaan makanan, sehingga
-

telur keluar bersama tinja hospes definitif.


Pembagian Cestoidea secara klinis, ada yang didasarkan atas terjadinya
kelainan akibat oleh cacing dewasa ataupun larva, sehingga dibagi atas:
1. Cestoda intestinal, gangguan atau kelainan akibat cacing dewasa
2. Cestoda ekstraintestinal, gangguan atau kelainan akibat larva cestoda

PRAKTIKUM HELMINTH -7 (KODE : PH-7)


A. MATERI PRAKTIKUM
1. Diphyllobothrium latum
a. Proglottid
b. Sparganum
2. Hymenolepis nana proglottid
3. Hymenolepis diminuta proglottid
4. Hymenolepis spp. Telur
B. HABITAT DAN HOSPES
1. Diphyllobothrium latum
a. Habitat, usus halus terutama ileum, kadang-kadang jejunum
b. Hospes definitif, manusia, anjing dan kucing
c. Hospes perantara I, Cyclops atau Diaptomus (terutama D. vulgaris)
d. Hospes perantara II, ikan air tawar.
2. Hymenolepis nana
a. Habitat pada 2/3 atas ilium dengan skoleks terbenam di dalam mukosa
usus
b. Hospes definitif selain manusia, juga pada tikus dan mencit, tidak
membutuhkan tuan rumah perantara.
3. Hymenolepis diminuta
a. Habitat : usus halus
b. Hospes definitif tikus dan mencit, banyak dilaporakan banyak kasus pada
manusia
c. Hospes perantara pinjal tikus (larva) dan kumbang tepung (dewasa),
antara lain Xenopsylla cheopis, Pulex irritans

C. SIKLUS HIDUP
1. Diphyllobothrium latum
- Perlu pematangan di air selama 9-12 hari, terbentuk heksakan embrio
(onchosper), keluar dari telur dalam bentuk embrio bersilia, disebut
-

corasidium, berenang di air.


Dalam 24 jam, corasidium harus sudah dimakan oleh hospes perantara I,
di lambung larva kehilangan cilianya dan terbentuk larva stadium II,
disebut larva procercoid. Perubahan yang terjadi membutuhkan waktu 2-3
minggu.

Hospes perantara dimakan ikan air tawar, larva masuk ke dalam rongga
badan, ke otot dalam waktu 7-30 hari, dibentuk larva stadium III disebut

larva plerocercoid atau sparganum


Manusia terinfeksi apabila ikan yang mengandung larva dimakan mentah
atau kurang matang, larva melekatkan kepalanya pada mukosa usus dan
akan tumbuh 30 proglottid perhari sampai menjadi dewasa, dibutuhkan
waktu 3-5 minggu. Dalam 5-6 minggu cacing muda dapat menghasilkan

telur, dapat hidup di dalam tubuh hospes 20 tahun.


2. Hymenolepis nana
- Manusia tertular apabila memakan telur cacing, onchosper keluar di usus
halus, menembus villi usus, kaitnya hilang dalam 4 hari menjadi larva
-

cysticercoid di tunica propria usus halus.


Kemudian kembali ke lumen usus, menjadi dewasa dalam waktu 2
minggu. Dalam 30 hari setelah infeksi, dapat ditemukan telur dalam tinja

hospes.
Kadang-kadang telur menetas di dalam lumen usus, onchosper menembus
villi dan lingkaran hidupnya akan berulang. Cara infeksi yang demikian

disebut autoinfeksi interna yang dapat memperberat infeksi.


3. Hymenolepis diminuta
- Di dalam tubuh hospes perantara, embrio keluar dari telurnya
-

berkembang menjadi cysticercoid.


Manusia terinfeksi apabila secara kebetulan menelan hospes perantara.
Larva keluar dan menempel pada mukosa usus untuk menjadi dewasa
dalam 18-20 hari.

D. MORFOLOGI
Diphyllobothrium latum
1. CACING DEWASA
- Berwarna kuning gading atau kuning abu-abu
- Panjang cacing dewasa 3-10 meter, terdiri 3.000-4.000 proglottid.
- Scolex lonjong seperti sendok, berukuran 2,5 x 1 mm dengan dua buah
-

bothria yang dalam pada bagian ventral dan dorsal.


Proglottid matang, ukuran lebar melebihi ukuran panjangnya, prakti
dipenuhi organ reproduksi, testis berjumlah banyak, kecil terletak dikedua

sisi lateral pada bagian dorsal proglottid; Ovarium pada 1/3 posterior
proglottid, terletak di ventral,khas berlobus dua simeteris, uterus terletak
di bagian tengah, seperti bunga (rosettelike), terbuka melalui porus
-

uterinus yang terletak pada garis midventral.


Proglottid gravid, uterus melingkar ditengah proglottid, dipenuhi telur,

terlihat seperti kembang


2. TELUR
- Berwarna kuning coklat, berbentuk oval, ukuran (58-76) x (40-51) m
atau sekitar 66 x 44 m, mempunyai selapis kulit telur tipis dengan
operkulum pada satu kutub yang kurang jelas, penebalan kulit telur pada
kutub lainnya berbentuk tonjolan, di dalamnya berisi sel telur, embrio
-

bersilia disebut corasidium


Setiap hari dikeluarkan oleh satu proglottid sebanyak 1.000.000 telur.

3. LARVA
- Dalam lambung tuan rumah perantara I, akan kehilangan silia, terbentuk
larva procercoid. Dalam 1 hospes perantara biasanya hanya tumbuh 1-2
larva
Larva procercoid, ukuran 55-550 m, terdapat lekukan pada bagian
kepala menyerupai mangkuk, sedangkan pada bagian belakang terdapat
-

benjolan (cercomer) dengan tiga pasang kaitan


Dalam otot tuan rumah perantara II, terbentuk larva plerocercoid
(sparganum), dalam tubuh ikan dapat tumbuh beberapa larva.
Larva plerocercoid (sparganum), berupa larva yang panjang berukuran
(10-20) x (2-3) mm, pada ujung anterior terjadi evaginasi sedangkan
badannya berkontraksi sehingga memberi gambaran pseudosegmentasi.
Larva ini terletak bebas dalam otot atau organ lain dari ikan.

Hymenolepis nana
1. CACING DEWASA
- Cacing pita pendek dengan ukuran (25-40) x (0,1-0,5) mm dengan 200
-

buah proglottid.
Skoleks bulat kecil dengan 4 batil isap seperti mangkok memiliki
rostelum pendek dan refraktil, berkait kecil dalam satu baris. Bagian

lehernya panjang, kurus.


Proglotid matang lebarnya kira-kira 4x panjangnya dengan porus genital

unilateral
- Proglottid gravid, uterusnya berbentuk kantong, berisi 80-180 butir telur.
2. TELUR
- Berbentuk oval atau bulat dengan ukuran 47 x 37 m, memiliki dua
-

membran yang melindungi embrio heksakan di dalamnya.


Pada membran sebelah dalam di kedua kutubnya terdapat dua buah
penebalan dimana keluar 4-8 filamen halus.
Hymenolepis diminuta

1. CACING DEWASA
- Lebih besar daripada H.nana, ukuran (10-60) x ( 3-5) mm, memiliki 800-

1000 proglotid
Scolex bulat dengan 4 batil isap kecil seperti cawan, memiliki rostelum
tanpa kait. Panjang proglotid 0,8 mm lebar 2,5 mm, memiliki 3 testis
berbentuk bulat. Proglottid gravid berbentuk kantong berisi telur yang

berkelompok.
2. TELUR
- Agak bulat, kuning atau kuning coklat, berukuran: 58 x 86 m,
mengandung onchosphere yang berukuran 28 x 35 m yang memiliki 3
-

pasang kaitan
Pada membran sebelah dalam di kedua kutub tidak ditemukan filament
Dalam air tahan 6 bulan, tahan kekeringan, kebusukan, bahan kimia, akan
tetapi mati diatas 60C.

E. TUGAS
Diphyllobothrium latum
1. KLASIFIKASI

KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. PROGLOTTID
B. SPARGANUM

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
Hymenolepis nana

.
.
.
.
.

1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

2. TANDA KHAS

FAMILI
GENUS

:
:

3. GAMBAR
A. PROGLOTTID
B. TELUR

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
Hymenolepis diminuta

.
.
.
.
.

1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. PROGLOTTID
B. TELUR

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

PRAKTIKUM HELMINTH 8 (KODE : PH-8)


A. MATERI PRAKTIKUM
1. Taenia saginata proglottid
2. Taenia solium proglottid
3. Taenia spp. Telur
4. Cysticercus
5. Echinococcus granulosus scolex
B. HABITAT DAN HOSPES
1. Taenia saginata
a. Habitat, jejunum bagian atas, dapat hidup sampai 25 tahun, biasanya
hanya ditemukan 1 ekor cacing dewasa.
b. Hospes definitif tunggal manusia

c. Hospes perantara sapi serta binatang herbivore lain, ditemukan larva


disebut cycitercus bovis pada otot masseter, paha belakang, kelosa serta
otot lainnya.
2. Taenia solium
a. Habitat : jejunum bagian atas, dapat hidup sampai 25 tahun, biasanya
ditemukan hanya satu ekor cacing dewasa, tidak pernah dilaporkan
jumlah lebih 25 ekor.
b. Hospes definitif tunggal manusia
c. Hospes perantara babi, babi hutan dan beruang, jarang ditemukan pada
kambing, rusa, anjing dan kucing, ditemukan larva disebut cysticercus
cellulosae yang jernih, berukuran 10 x 5 mm. Larva terdapat pada otot
lidah, masseter, diaphragm dan jantung. Dapat pula menyerang hati,
ginjal, paru-paru, otak dan mata.

3. Echinococcus granulosus
a. Habitat : usus halus
b. Hospes definitif anjing, anjing hutan, jarang pada kucing, dapat hidup 5
bulan sampai 1 tahun
c. Hospes perantara kambing, lembu serta binatang piaraan lainnya.
d. Manusia bertindak sebagai hospes paratenik, larvanya (kista hydatid)
ditemukan pada berbagai organ tubuh.
C. SIKLUS HIDUP
1. Taenia saginata
- Telur infektif bila termakan hospes perantara bersama rumput atau tanah
yang terkontamisai tinja manusia yang mengandung telur, karena
pengaruh cairan lambung serta cairan usus, dalam 10-40 menit telur
menetas, keluar heksakan embrio, menembus dinding usus masuk ke
kapiler darah atau saluran limph, sampai ke otot masseter, pterygoid,
otot pundak dan kaki belakang akan tumbuh larva cysticercus bovis
dalam 12-15 minggu.

Apabila otot tadi dimakan manusia, cysticercus bovis mengadakan


evaginasi, protoscoleks melekat pada mukosa usus, membutuhkan 8-10
minggu untuk menjadi cacing dewasa. Biasanya seseorang diinfeksi

oleh 1 cacing dewasa.


2. Taenia solium
- Telur infektif bila termakan hospes perantara, keluar onchosper,
menembus dinding usus karena 6 kaitan serta zat lisis yang dihasilkan
larva ini, menuju venul mesentrik, terbawa aliran darah ke seluruh
tubuh, sampai di otot, dalam 60-70 hari membentuk cysticercus
-

cellulosae.
Manusia terinfeksi bila memakan daging babi mengandung larva yang
dimasak kurang sempurna. Larva akan dilepaskan di dalam usus halus,
melekatkan bagian scolexnya pada mukosa usus kemudian menjadi

dewasa, membutuhkan waktu 5-12 minggu.


Taenia solium dan Taenia saginata biasa terdapat bersama-sama pada

seorang penderita.
3. Echinococcus granulosus
- Dapat hidup 5 bulan, kadang-kadang dapat sampai 1 tahun. Pada anjing,
tidak

menimbulkan

gangguan,

larvanya

(kista

hydatid)

dapat

menimbulkan gangguan bagi hospes perantara termasuk manusia, terjadi


karena

memakan

telur

yang

berada

di

dalam

tinja

anjing

mengkontaminasi makanan. Embrio keluar menembus usus, masuk


salura limfe dan aliran darah, sampai organ-organ tubuh seperti hati,
paru-paru, otot, ginjal, limpa, otak, tulang dan sebagainya, tumbuh
menjadi kista hydatid, berukuran 1 mm dalam 1 bulan, 10-50 mm dalam
5 bulan. Kista hydatid dalam tubuh manusia dapat mencapai diameter 20
cm biasanya berbentuk bulat dengan dinding 2 lapis, terdiri atas:
Kutikulum, lapisan luar yang tebalnya 1 mm
Membran germinativum, lapisan tipis yang terus tumbuh.
D. MORFOLOGI
Taenia saginata

1. CACING DEWASA
- Panjangnya 5 meter (4-10) meter, dapat sampai 25 meter atau lebih,
lebih panjang dari T. solium karena lebih banyak memiliki proglottid
dengan ukuran lebih panjang. Memiliki 1.000-2.000 proglottid pada satu
-

saat.
Scolex berdiameter 1,5-2 mm dengan 4 batil isap yang meyerupai

mangkuk (0,7-0,8 mm), tidak memiliki rostelum tanpa kait


Ukuran proglottid matang lebarnya 12 mm, sedangkan gravid (16-20) x

(5-7) mm, testis 2 kali lebih banyaj dari T. solium yaitu 300-400 buah
Uterus bercabang 15-30 pasang, tidak memiliki porus uterinus,

sedangkan porus genitalis di pinggir proglottid.


Tiap hari dilepaskan 9 progolttid, tiap proglottid berisi 80.000-100.000
telur matang (mengandung oncosphere).. Proglottid dilepaskan satu
persatu, bergerak sendiri keluar anus. Di luar, proglottid berkontraksi
memeras cairan, isi proglottid serta telur. Proglotid matang lebarnya

sedikit lebih pendek daripada panjangnya


2. TELUR
- Telur T. saginata tidak dapat dibedakan dengan telur T. solium.
- Embriopor bergaris radier, ukuran (30-40) x (20-30) m, mengelilingi
embrio heksakan.
3. LARVA (CYSTICERCUS BOVIS)
- Berukuran 5 x 9 mm, berbentuk oval, merah muda
- Memiliki scolex dengan 4 buah batil isap yang melipat ke dalam
-

(invaginasi).
Dalam 1 tahun dapat mengalami degenerasi dan kalsifikasi
Taenia solium

1. CACING DEWASA
- Panjangnya 2-4 meter, dapat mencapai 7 meter, memakan isi usus,
-

proglottid 800-1.000 buah.


Scolex berbentuk globuler berdiameter 1 mm, empat batil isap (diameter
0,5 mm) berbentuk cawan memiliki rostelum dengan dua deretan kait
berjumlah 25-30 buah.

Proglottid immatur lebar lebih panjang dari panjangnya, matur hampir


sama, sedangkan yang hamil panjangnya lebih panjang dari lebar,

panjang 2 x lebarnya.
Pada proglottid matang, porus genitalis di sebelah lateral proglottid
Pada proglottid gravid uterus bercabang 7-13 pada tiap sisi, ovarium
pada 1/3 posterior proglottid, berlobus 3 masing-masing 2 lobus simetris
kiri-kanan, 1 lobus yang menghubungkan keduanya. Testis mempunyai
150-200 folikel tersebar pada bagian posterior. Proglottid gravid
dilepaskan berkelompok 5-6 segemen, tidak aktif keluar dari anus.

Setiap proglottid dapat menghasilkan 30.000-50.000 telur.


2. TELUR
- Telur tidak dapat dibedakan dengan telur T. saginata, berbentuk sperik
-

atau subsperik, berdiameter (31-43) m, dinding tebal.


Menetasnya telur hanya terjadi pada saat telur tersebut kontak dengan

cairan lambung.
3. LARVA (CYSTICERCUS CELLULOSAE)
- Berukuran 5 x (8-10) mm, terdapat banyak sampai beribu-ribu di dalam
-

jaringan manusia
Yang paling sering diserang otak dan otot seran lintang antara lain otot
lidah, masseter, diafragma, otot jantung, kadang-kadang hati, ginjal,

paru-paru dan mata


Larva ini akan diliputi jaringan ikat hospes membentuk semacam kista,
dapat bertahan 5 tahun, untuk kemudian terjadi degenerasi diikuti

pengapuran
Bila lokasi kista pada mata atau otak, dapat menimbulkan gejala yang
serius
Echinococcus granulosus

1. CACING DEWASA
- Panjang 3-8 mm, merupakan cacing pita ukuran kecil
- Scolex bulat dengan empat buah batil isap, menonjol, dilengkapi
rostelum berkait dalam dua baris, berjumlah 30-36 buah.

Proglottid hanya 3 buah, yang proksimal merupakan proglottid immatur,


yang kedua proglottid matang, ujung distal proglottid gravid yang diisi
lebih kurang 500 butir telur di dalam uterus yang berada di tengah tubuh

dan memiliki 12-15 buah cabang.


2. TELUR
- Telur menyerupai telur Taenia lainnya dengan ukuran 30-37 m.
3. LARVA (KISTA HYDATID)
- Paling sering terjadi pada hati tetapi dapat pula pada paru-paru, otot,
ginjal, limpa, mata, otak, jantung, tulang.
- Ada dua type kista hydatid:
Kista unilokuler
Kista osseous
a. Kista unilokuler:
Tumbuh perlahan bertahun-tahun, bila tidak tertahan, tumbuh
sempurna berbentuk speris, diameter 1-10 cm, terdiri atas bagianbagian:
1. Kutikula, lapiran luar untuk melindungi bagian dalam, terdiri
dari

membran

hyalin

yang

berlapis-lapis

(laminated

membrane), tidak bernukleus, tebalnya 1 mm. Bersifat elastis,


berguna untuk masuknya bahan makanan.
2. Lapisan germinal, lapisan dalam, bernukleus, tebalnya 22-25
m, lapisan yang terus tumbuh. Bagian dalam membentuk
penonjolan berupa brood capsule, di dalamnya terjadi
penonjolan menjadi scolices.
3. Cairan hydatid, berwarna

coklat

kekuning-kuningan,

menyebabkan peregangan kedua lapisan di atas.


4. Brood capsule, bagian kista yang hanya memiliki lapisan
germinal, berisi scolices.
5. Anak kista (daughter cyst), bagian kista yang bagian-bagiannya

sama dengan kista induk.


Bila kapsul pecah scolices lepas, masuk ke dalam cairan hydatid

membentuk hydatid sand.


Kista hydatid yang tidak mengandung brood capsule dan scolices,
disebut kista steril atau acephalocyst.

Diperkirakan 1 kista fertile berisi 2.000.000 scolices, bila termakan


anjing, dalam 7 minggu menghasilkan cacing dewasa yang sangat

banyak.
b. Kista osseous :
Paling sering terjadi pada ujung atas tulang panjang, tulang ileum,

vertebrae dan tulang iga.


Kista hydatid tumbuh mengikuti kanal-kanal dalam tulang,
menimbulkan erosi jaringan tulang, erosi ke dalam cavum
medularis, jaringan tulang perlahan-lahan diganti oleh kista kecil
dengan sedikit atau tanpa cairan, tanpa scolices di dalamnya.

E. TUGAS
Taenia saginata
1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. CACING DEWASA (PROGLOTTID)
B. TELUR Taenia spp.

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

1. KLASIFIKASI

.
.
.
.
.
Taenia solium

.
.
.
.
.

KLAS
ORDO

:
:

FAMILI
GENUS

:
:

2. TANDA KHAS

3. GAMBAR
A. CACING DEWASA PROGLOTTID
B. LARVA (CYSTICERCUS CELLULOSAE)

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
Echinococcus granulosus

.
.
.
.
.

1. KLASIFIKASI
KLAS
ORDO

:
:

2. TANDA KHAS

FAMILI
GENUS

:
:

3. GAMBAR
SCOLEX

KETERANGAN GAMBAR
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Anda mungkin juga menyukai