Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH AVERTEBRATA AIR

DISUSUN OLEH :

IKWANUL HAQ DG LASIDE

19051105003

Fakultas perikanan dan ilmu kelautan


Universitas Sam Ratulangi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                 Para Aschelminthes filum juga dikenal sebagai Nematoda, dan anggotanya
adalah nematoda. Para anggota filum ini adalah cacing gelang, dan banyak yang
mikroskopis.
                 Cacing gelang memiliki banyak karakteristik yang sama dengan cacing pipih,
misalnya simetri bilateral dan cephalization. Mereka juga memiliki saluran pencernaan
terbuka baik di mulut dan anus. Saluran ini ditangguhkan dalam rongga tubuh yang
dikatakan palsu, sehingga disebut pseudocoela.
                 Banyak spesies cacing gelang adalah organisme yang hidup bebas dan
mengkonsumsi tumbuhan mati dan hewan. Beberapa parasit cacing gelang
menyebabkan penyakit manusia, termasuk cacingan, penyakit cacing tambang, dan kaki
gajah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan ciri-ciri umum Ashchelminthes !
2.      Jelaskan klasifikasi Ashchelminthes pada tingkat kelas beserta contoh tiap jenisnya !
3.      Jelaskan beberapa contoh Ashchelmintes parasit serta penyakitnya !

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui ciri-ciri umum Ashchelminthes.
2.      Untuk mengetahui klasifikasi Ashchelminthes pada tingkat kelas beserta contoh tiap
jenisnya.
3.      Untuk mengetahui beberapa contoh Ashchelmintes parasit serta penyakitnya.
   

D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan, yaitu dengan cara
mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dengan pembahasan makalah ini
yaitu penggalian bahan dengan cara membaca literature, baik berupa buku
maupun literatur dari internet.

BAB II
FILUM ASHCELMINTHES

A.    Ciri-Ciri Umum Ashchelminthes


            Aschelminthes dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan subfilum
Nemathelminthes. Pada Phylum Ashelminthes, bentuk umum agak panjang dan silindris
terutama kelompok Nematoda. Tidak mempunyai bentuk kepala yang nyata.
            Ciri khas Aschelminthes:
1.Tubuh dilindungi lapisan cuticula scleroprotein, pada beberapa hewan      berupa
cangkang
2.Saluran pencernaan lengkap
3.Susunan pernapasan dan peredaran darah tidak ada, karena merupakan    hewan air
yang sangat kecil
4.Protonefhridia kadang-kadang ada.
B.     Klasifikasi Ashchelminthes
            Aschelminthes dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan subfilum
Nemathelminthes. Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes
= cacing) disebut sebagai cacing giling/ benang  karena tubuhnya berbentuk bulat
panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki
rongga tubuh. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga
tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu. Nemathelminthes disebut
sebagai hewan Pseudoselomata.
Ciri-ciri Nemathelminthes:
1.      Berbentuk bulat panjang seperti benang
2. Hewan pseudoselomata (memiliki rongga tubuh semu)
3. Tubuh cacing betina lebih panjang dan besar dibandingkan tubuh cacing jantan
4. Memiliki kutikula (untuk melindungi cacing dari enzim pencernaan inangnya)
5. Memiliki sistem pencernaan lengkap (mulut, faring, usus, anus)
6. Tidak memiliki pembuluh darah
7. Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan yang terdapat pada
pseudoselom
8. Bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh
9. Bersifat parasit dan tidak parasit
10. Gonokoris (organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu berbeda)
11. Reproduksi secara seksual.
      Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.
1. Kelas Nematoda
      Ciri-ciri : tubuh simetris bilateral dan gilig, alat pencernaan sempurna, hidup bebas
atau parasit, sifat jenisnya terpisah, (jantan, betina) belum mempunyai peredaran darah
dan pernapasan. Contoh: Ascaris lumbricoides dan Wuchereria bancrofti.
2. Kelas Nematophora
      Ciri-ciri:  Bentuk silindris panjang dan langsing. System syaraf terdiri dari ganglion
cerebrale dan berkas syaraf medio-ventral. Larva bersifat parasite sedangkan bentuk
dewasa hidup bebas. Contoh: Gordius sp.
Ordo gordiodea :
Ciri-ciri :
1.      Hidup di air tawar
2.      Parasite pada arthropoda
3.      Kutikula tanpa bulu-bulu kaku
4.      Pseudosela mereduksi
5.      Contoh gordius sp

Ordo nectonematoidea:
Ciri-ciri
1.      Hidup dilaut
2.      Parasite pada crustacean
3.      Kutikula dengan dua deretan bulu-bulu kaku
4.      Serabut otot terdapat di ventral dan dorsal
5.      Pseudocela ada.
      Sub-filum Trochelminthes memiliki ukuran tubuh yang miksroskopis, reproduksi
secara partegonesis, dan habitatnya di air tawar, dan air laut. Tubuh tidak beruas-ruas,
triploblastis, bilateral simetris, tidak bersilia dan dioceues. Subfilum ini dibagi menjadi
3 kelas, yaitu: Gastroticha, Kinorincha, dan Rotifera.
C.    Ashchelmintes Parasit Serta Penyakitnya
        Loa loa (Cacing mata)
Klasifikasi Loa loa
Kingdom         : Animalia
Filum               : Nematoda
Kelas               : Secernentea
Ordo                : Spirurida
Famili              : Filariidae
Genus              : Loa
Spesies            : Loa loa
A.    Sejarah
1. Kasus pertama infeksi Loa loa tercatat di Karibia (Santo Domingo) pada tahun
1770. Seorang ahli bedah Prancis bernama Mongin mencoba tetapi gagal untuk
menghapus cacing yang lewat di mata seorang wanita. Beberapa tahun kemudian, pada
1778, ahli bedah Guyot Francois dapat melakukan pembedahan pada cacing di mata
seorang budak dari Afrika Barat pada kapal Prancis ke Amerika.
2. Identifikasi microfilaria dibuat pada tahun 1890 oleh Stephen dokter mata
McKenzie. Sebuah presentasi klinis umum loiasis, yang diamati pada tahun 1895 di
pesisir kota Nigeria maka terciptalah nama Calabar swelling.
3. Pengamatan ini dibuat oleh seorang dokter mata Skotlandia bernama Douglas
Argyll-Robertson, tetapi hubungan antara Loa loa dan Calabar swelling tidak disadari
sampai tahun 1910 (oleh Dr Patrick Manson). Penentuan vektor lalat Chrysops
diketahui pada tahun 1912 oleh British parasitologist Robert Thompson Leiper.
4. Nama Penyakit : Loa loa filariasis, loaiasis, Calabar swelling(Fugitiveswelling),
Tropical swelling dan Afrika eyeworm
5. Hospes: Lalat Crysops silaceae dan C dimidiata sementara di Afrika disebut
deerflies atau mangroveflies. Chrysops sp merupakan lalat yang berukuran kecil,
panjangnya 5-20 mm, dengan ukuran kepala besar dan betuk mulut yang condong ke
bawah. Sayapnya polos atau berbintik cokelat. Mereka merupakan penghisap darah dan
biasanya hidup di daerah hutan tropis dan habitat berlumpur seperti, rawa-rawa, sungai,
dan waduk. Gigitan lalat Chrysops sangat menyakitkan, dan dapat mengakibatkan bekas
gigitan yang lebih parah dari gigitan lalat biasa.
6.      Daya hidup: 4-17 tahun.
7. Distribusi: terbatas pada hutan dan tepi hutan di daerah katulistiwa afrika yang
sering hujan.
B.     Morfologi

1.      Cacing dewasa hidup dalam jaringan sub kutan,


2.      betina berukuran 50-70 mm x 0,5 mm,
3.      jantan 30-34 mm x 0,35-0,43 mm,
4.      cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada siang hari
(diurna),
5.      pada malam hari mikrofilaria berada dalam pembuluh darah paru-paru.

C.     Siklus Hidup Loa loa


      Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang beredar dalam darah
diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria
tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing
dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1  sampai 4 minggu mulai
berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya.
D.    Patologis
      Gejalanya khas dengan terbentuknya pembengkakan calabar swelling di sekitar
sendi, lengan atas yang dapat menjadi sebesar telur ayam. Pembengkakan sering kali
didahului oleh rasa gatal dan sakit yang terlokalisasi. Gejala ini disebabkan reaksi alergi
terhadap cacing dewasa yang bermigrasi ke jaringan subkutan; timbul setelah tiga
minggu. Pembengkakan akan berakhir dalam beberapa hari atau seminggu dan
berkurang secara perlahan-lahan sebagai manifestasi supersensitif hospes terhadap
parasit.
      Migrasinya ke jaringan subkonjungtiva menyebabkan gejala iritis, mata sembab,
sakit, pelupuk mata menjadi bengkak hingga mengganggu penglihatan, tetapi tidak
sampai menimbulkan kebutaan. Aktifitas cacing tampak/dapat dilihat di jaringan
subkonjungtiva, sedangkan mikrofilarianya tidak menimbulkan dampak yang serius,
hanya ditakutkan timbulnya ensefalitis bila cacing masuk ke otak. Ketika cacing dewasa
berpindah melintasi jaringan subkutan dan juga hidung, akan menyebabkan rasa sakit,
serta mengalamai Eosinofilia.
      Eosinofilia adalah gejala lain yang merupakan karakteristik dari Loa loa. Eosinofilia
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit.
Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat
terhadap sel-sel abnormal, parasit, atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).
Jika suatu bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan
neutrofil, yang akan melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini. Eosinofil
kemudian melepaskan bahan racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan
sel-sel yang abnormal. 50-70% eosinofilia sering kali ditemukan pada orang yang
terinfeksi Loa loa, terutama bila terjadi pembengkakan. Indikator lain adalah
peningkatan jumlah serum IgE, peningkatan antibodi antifilaria, tetapi orang yang
terinfeksi kadang-kadang asimtomatik. Mikrofilaremia tidak selalu muncul.

E.     Komplikasi
      Cacing dewasa yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh
penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon
inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang
mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe
akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu
timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe
total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti
pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
F.      Gejala klinis
1.      Menimbulkan gangguan di  konjungtiva mata dan pangkal hidung dengan
menimbulkan:
a.       iritasi pada mata,
b.      mata sendat, sakit,
c.       pelupuk mata menjadi bengkak.
2.   Pembengkakan jaringan yang  tidak sakit
3.   Ensefalitis
G.    Distribusi geografis
      `Distribusi geografis loaiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan rawa kawasan
hutan Afrika Barat, terutama di Kamerun dan di Sungai Ogowe. Manusia adalah satu-
satunya reservoir alami. Diperkirakan 12-13 juta manusia terinfeksi larva Loa loa.
H.    Diagnosis
      Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang diambil pada
waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva mata ataupun dalam
jaringan subkutan.
I.       Pengobatan dan Pencegahan
1. Penggunaan dietilkarbamasin (DEC) dosis 2 mg/kgBB/hari, 3 x sehari selama 14
hari
2.      Pembedahan pada mata
3.      Menghindari gigitan Lalat
4.      Pemberian obt-obatan 2 bln sekali
5.      Jangan sering-sering masuk hutan.
BAB III
Penutup
A.    Simpulan
         Ciri-ciri ascheminthes yaitu tubuh dilindungi lapisan cuticula scleroprotein, pada
beberapa hewan berupa cangkang, saluran pencernaan lengkap, susunan pernapasan dan
peredaran darah tidak ada karena merupakan hewan air yang sangat kecil,
protonefhridia kadang-kadang ada.
         Ascelminthes dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan
Nemathelminthes, nemathelminthes biasa disebut sebagai cacing giling/ benang  karena
tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang dan memiliki rongga pada
tubuhnya, walaupun bukan rongga sejati. Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas,
yaitu Nematoda dan Nematophora.
      Trochelminthes memiliki ukuran tubuh yang miksroskopis, reproduksi secara
partegonesis, dan habitatnya di air tawar, dan air laut. Tubuh tidak beruas-ruas,
triploblastis, bilateral simetris, tidak bersilia dan dioceues. Subfilum ini dibagi menjadi
3 kelas, yaitu: Gastroticha, Kinorincha, dan Rotifera.
         Aschelminthes parasit contonya Loa loa (Cacing mata), nama penyakit yang
ditimbulkan Loa loa filariasis.
B.     Saran
      Kita harus menjaga, memperhatikan kebersihan karena dapat berakibat fatal pada
tubuh kita. Beraktivitaslah dengan teratur dan pada tempat yang pas, hindari tempat-
tempat yang kurang bersih. Kurangi kegiatan yang bertempat di alam bebas atau di
hutan, apabila kita tidak mempunyai anti body yang kuat dan mempunyai persiapan
yang matang kita dengan sangat mudah kita terkena penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Jasin. Maskori. 1989. Sistematik Hewan Vertebrata dan Invertebrata. CV SINAR


WIJAYA. Surabaya.
Soemadji. 2001. ZOOLOGI. Universitas Terbuka. Jakarta
Rusyana. Adam. 2011. Zoologi Invertebrata. Alfabeta. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai