Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Entomologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk serangga.
Perkembangan entomologi modern telah membuka banyak rahasia tentang
peran serta serangga dan angota-anggota artropoda lainnya dalam hubunganya
dengan manusia dan hewan, serangga merupakan hewan yang paling sukses
menempati berbagai kehidupan dan menjadi hewan yang terbesar dalam
jumlah dan jenis spesies serta mempunyai peran yang sangat penting dalam
kehidupan.
Salah satu serangga tersebut adalah nyamuk. Nyamuk termasuk dalam
jenis serangga dengan ordo diptera, serangga merupakankelompok utama dari
hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah
mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki
enam"), nyamuk anopheles vector utama penyakit malaria sehingga nyamuk
anopheles sering disebut dengan nyamuk malaria.
Selain itu juga terdapat pinjal. Pinjal adalah serangga yang termasuk
ordo Siphonaptera. Pinjal merupakan serangga parasit yang umumnya
ditemukan pada hewan, namun terkadang juga pada manusia. Pinjal
menghisap darah dari inang yang ditumpanginya. Beberapa spesies pinjal
yang telah ditemukan antara lain pinjal kucing (Ctenocephalides felis), pinjal
anjing (Ctenocephalides canis), pinjal manusia (Pulex irritans).
Dan juga terdapat kecoa. Kecoa merupakan hama permukiman yang
seringkali mengganggu kenyamanan hidup manusia dengan meninggalkan bau
yang tidak sedap, menyebarkan berbagai patogen penyakit, menimbulkan
alergi, serta mengotori dinding, buku, dan perkakas rumah tangga.
Maka dari itu kita perlu untuk mengetahui berbagai jenis nyamuk,
pinjal, dan kecoa yang ada di pemukiman warga dengan mengidentifikasinya
dan melihat ciri-ciri yang ada pada bagian tubuh serangga tersebut, penyakit

1
apa saja yang dapat di bawanya terhadap manusia, dan bagaimana siklus
hidupnya serta cara untuk mengendalikannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung kepadatan lalat?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi jenis jentik?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi jenis kecoa dan pinjal
4. Bagaimana cara mengawetkan kecoa?
5. Bagaimana cara mengidentifikasi jenis nyamuk?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Kami melakukan perhitungan kepadatan lalat
b. Kami dapat melakukan identifikasi jentik menggunakan mikroskop
c. Kami dapat melakukan identifikasi pada kecoa dan pinjal
menggunakan mikroskop
d. Kami dapat melakukan pengawetan pada kecoa
e. Kami dapat melakukan identifikasi pada jenis nyamuk

2
2. Tujuan khusus
a. Kami dapat mengetahui alat yang digunakan dalam menghitung
kepadatan lalat
b. Kami dapat melakukan pengamatan jentik dengan preparat melalui
mikroskop
c. Kami dapat mengetahui perbedaan morfologi jentik anopheles, aedes
aegypty, dan culex.
d. Kami dapat mengetahui cara pengambilan sampel kecoa dan pinjal
e. Kami dapat mengetahui morfologi pada kecoa
f. Kami dapat mengetahui perbedaan morfologi jenis pinjal anjing, pinjal
kucing, pinjal tikus, pinjal manusia, dan kutu busuk.
g. Kami dapat melakukan pengamatan morfologi jenis nyamuk
menggunakan kaca pembesar (lup).

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. LALAT
1. Definisi Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk
ordo Dipthera, yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk
membran.Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat
dijumpai merata hampir diseluruh permukaan bumi.Diperkirakan diseluruh
dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat
terdapat di Indonesia.Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia
adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica),
lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia canicularis).
Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan
masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan.
Fly Grill adalah alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan
lalat, membutuhkan waktu permenit atau perdetik. Buat warna putih
pembuangan sampah atau pembuangan air 3-5 pengamanan
pengembangan(< 50 Padat) (>20 sangat Padat.) pengendalian = (Lem,
Lilin,kipas Air). Pengendalian alat kimia : brinting atau penyemprotan.

2. Morfologi Lalat
Klasifikasi jenis lalat yang hidup berdekatan dengan manusia
adalah sebagai berikut
- Phylum : arthropoda
- Class : Hexapoda
- Ordo : Diptera
- Family : Muscidae, Sarcophagidae, Calliphoridae, dll
- Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarcophaga, Fannia dll
- Spesies : Musca domestika, Stomoxy calcitrans, Phenisia sp.

4
Lalat merupakan serangga yang termasuk ordo diptera. Famili yang
terpenting dalam ordo diptera antara lain Famili Muscidae,
Famili Calliphoridae, dan Famili Oestrida. Musca domestica adalah
spesies yang paling merugikan ditinjau dari sudut kesehatan manusia, hal
ini disebabkan karena jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara
jenis-jenis lalat rumah, karena fungsinya sebagai vektor transmisi mekanis
dari berbagai bibit penyakit dan berhubungan erat dengan lingkungan
hidup manusia.
Keterangan Gambar:

A. Tarsus
B. Antena
C. Torax
D. Mata
E. Sayap

Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna


hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian
punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan
lalat jantan (lihat Gambar 1). Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir
paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan
bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur
digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau
sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella
berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut
pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap.Sayapnya mempunyai
empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap
mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat
rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga
pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan
sepasang.Bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut.Pulvilus

5
tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada
permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor
lainnya.

3. Siklus Hidup Lalat


Dalam kehidupan lalat dikenal
ada 4 (empat) tahapan yaitu
mulai dari telur, larva, pupa dan
dewasa. Lalat berkembang biak
dengan bertelur, berwarna putih
dengan ukuran lebih kurang 1
mm panjangnya. Setiap kali
bertelur akan menghasilkan 120–
130 telur dan menetas dalam
waktu 8–16 jam .Pada suhu
rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang
menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13
mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan
ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah
menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan
larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari
pada temperatur 30–35 º C.
Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara
450–900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20
hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis
yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah
siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat
bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3
minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan
Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan
terbang jauh mencapai 1 kilometer.

6
B. JENTIK DAN NYAMUK
1. Anopheles sp.
a. Klasifikasi Nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:
- Kingdom : Animalia
- Filum : Arthropoda
- Kelas : Insecta
- Ordo : Diptera
- Famili : Culicidae
- Sub famili : Anophelini
- Genus : Anopheles
- Spesies : Anopheles sp.

b. Morfologi Nyamuk Anopheles sp.

Gambar 1. Larva Anopheles sp:


1.a Thorax, 1.b Palmate hairs, dan 1. c Ventral brush.

Di tempat perindukan, larva Anopheles mengapung sejajar


dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu spirakel
pada bagian posterior abdomen, batu palma pada bagian lateral
abdomen, dan “tergal 1.a 1. b 1. c 8 plate” pada bagian tengah setelah

7
dorsal abdomen (Gambar 1). Pada stadium pupa terdapat tabung
pernafasan yang disebut respiratory trumpet yang berbentuk lebar dan
pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara. Stadium
dewasa Anophelini jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama
dengan panjang probosisnya, hanya pada nyamuk jantan palpi pada
bagian apikal berbentuk gada yang disebut club form sedangkan pada
nyamuk betina ruas itu mengecil. Bagian posterior abdomen agak
sedikit lancip. Kosta dan vena 1 atau sayap pada bagian pinggir
ditumbuhi sisiksisik yang berkelompok sehingga membentuk belang-
belang hitam putih.

c. Siklus Hidup
Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium
telur, larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14
hari. Tahapan ini dibagi ke dalam 2 (dua) perbedaan habitatnya yaitu
lingkungan air (aquatik) dan di daratan (terrestrial). Nyamuk dewasa
muncul dari lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial setelah
menyelesaikan daur hidupnya.Oleh sebab itu, keberadaan air sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva
dan pupa.Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur
satu persatu di dalam air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur
Anopheles mempunyai alat pengapung dan untuk menjadi larva
dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3 hari, atau 2 sampai 3 minggu
pada iklim-iklim lebih dingin.
Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada
tidaknya binatang predator yang berlangsung sekitar 7 sampai 20 hari
bergantung pada suhu.Kepompong 9 (pupa) merupakan stadium
terakhir di lingkungan aquatik dan tidak memerlukan makanan. Pada
stadium ini terjadi proses pembentukan alatalat tubuh nyamuk seperti
alat kelamin, sayap dan kaki. Lama stadium pupa pada nyamuk jantan
antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari pupa nyamuk betina,

8
karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal
daripada nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur.
Stadium pupa ini memakan waktu lebih kurang 2 sampai dengan 4 hari

d. Ciri-Ciri Anopheles Sp

NO TAHAP GAMBAR CIRI-CIRI

1. Telur a. Telur anopheles diletakkan


satu persatu di atas
permukaan air
b. seperti membentuk perahu
yang bagian bawahnya
konveks, bagian atasnya
konkaf dan mempunyai
sepasang pelampung pada
lateral.
2. Larva (Jentik) a. Beristirahat secara paralel
dengan permukaan air
b. Tidak mempunyai siphone,
tetapi bernafas menggunakan
spirakel
c. Mempunyai bulu kipas pada
segmen abdomennya
3. Pupa a. Sifon pendek, tumpul,
dengan celah pada satu
sisinya
b. Terdiri dari cephalothorax
dan abdomen
c. Pada bagian cephalothorax
terdapat sifon atau corong
nafas

9
d. Abdomen terdiri dari 8
segmen yang berakhir
dengan sepasang paddle pada
ujungnya
e. Bagian tepi paddle pada pupa
Culex halus, sedangkan pada
Aedes aegypti berduri
pendek, namun pada Aedes
albopictus berbulu panjang
4. Nyamuk a. Bentuk tubuh kecil dan
pendek
b. Antara palpus dan probosis
sama panjang.
c. Menyebabkan penyakit
malaria.
d. Saat hinggap membentuk
sudut 900.
e. Warna tubuh coklat
kehitaman.
f. Bentuk sayap simetris.
Kebiasaan Anopheles sp
a. Berkembangbiak di air kotor atau tumpukan sampah.
b. Penularan penyakit dengan membelah diri.
c. Nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif menggigit karena
memerlukan darah untuk perkembangan telurnya.
d. nyamuk akan terbang berkeliling untuk mencari rangsangan dari
hospes yang cocok.
e. Berdasarkan waktu menggigit, secara umum nyamuk Anopheles
aktif mencari darah pada waktu malam hari, mulai dari senja
hingga tengah 11 malam tetapi ada pula yang mulai tengah malam
hingga menjelang pagi

10
2. Aedes sp.
a. Klasifikasi Aedes sp.
Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Soegijanto
(2006), kedudukan nyamuk Aedes dalam klasifikasi hewan adalah
sebgai berikut:
- Kingdom : Animalia
- Filum : Arthropoda
- Kelas : Insecta
- Bangsa : Diptera
- Suku : Culicidae
- Marga : Aedes
- Jenis : Aedes aegypti, Aedes albopictus, dll

b. Morfologi

11
c. Ciri-Ciri Aedes Sp

NO TAHAP GAMBAR CIRI-CIRI

1. Telur Telur Aedes diletakkan pada bagian yang


berdekatan dengan permukaan air atau
menempel pada permukaan benda yang
terapung.
2. Larva a. Jentik nyamuk Aedes memiliki
(Jentik) rambut abdomen dan pada stadium
ini jentik membentuk sudut dan
terdapat alat untuk menghisap
oksigen.
b. Bentuk siphon besar dan pendek yang
terdapat pada abdomen terakhir
c. Bentuk comb seperti sisir
d. Pada bagian thoraks terdapat stroot
spine
3. Pupa a. Pupa Aedes tidak akan makan apapun
dan akan keluar dari larva menjadi
nyamuk
b. Stadium pupa pada
nyamuk Aedes berada dibawah
permukaan air dengan melingkarkan
badannya.
c. Ekor pupa agak lurus dengan kepala
melingkar dan menempel dibadannya
namun tidak bertemu dengan ekor.
d. Memiliki tabung atau terompet
pernafasan yang berbentuk
segitiga.Setelah berumur 1 – 2 hari,
pupa menjadi nyamuk dewasa (jantan

12
atau betina).
e. Terdapat kantong udara yang terletak
diantara bakal sayap nyamuk dewasa
dan terpasang sayap pengayuh yang
saling menutupi sehingga
memungkinkan pupa untuk bernafas.
f. Ekor pupa agak lurus dengan kepala
melingkar dan menempel dibadannya
namun tidak bertemu dengan ekor.
4. Nyamuk a. Bentuk tubuh kecil dan dibagian
abdomen terdapat bintik-bintik serta
berwarna hitam.
b. Tidak membentuk sudut 90º
c. Penyebaran penyakitnya yaitu pagi
atau sore
d. Hidup di air bersih serta ditempat-
tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas
yang bisa menampung air hujan
e. Penularan penyakit dengan cara
membagi diri.
f. Menyebabkan penyakit DBD.
Kebiasaan nyamuk Anopheles sp
a. Nyamuk Anopheles betina bersifat hematofagik,
zoofilik/antropofilik, eksofagik, eksofilik, aktivitas nokturnal,
b. Memilih tempat perkembangbiakan air relatif jernih, tawar(sawah,
rawa, tepian sungai, dll) atau payau (laguna);
c. Terdiri dari sekitar 430 spesies
d. Tempat perkembangbiakan Anopheles mulai dari daerah pantai
berair payau sampai ke daerah pegunungan setinggi 2,800 meter
diatas permukaan laut. Ada Anopheles yang hidup 400 meter di
bawah permukaan tanah (di Laut Mati).

13
e. Sebarannya juga mulai dari Equator sampai mendekati kutub
(Utara).

3. Culex sp.
a. Klasifikasi Culex sp.
Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis Culex
quinquefasciatus. Cullex sp. Di klasifikasikan kedalam:
- Kingdom : Animalia
- Phylum : Arthropoda
- Class : Insecta
- Ordo : Diptera
- Family : Culicidae
- Genus : Culex
- Spesies : Culex sp

b. Morfologi Culex sp.

14
c. Siklus Hidup
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur.
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari.
Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor
temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator.
stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua
hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi
nyamuk. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu
sekitar 10 sampai 12 hari.

15
d. Ciri-Ciri Culex sp

NO TAHAP GAMBAR CIRI-CIRI

1. Telur Telur tersusun seperti rakit di


atas permukaan air keruh

2. Larva a. Saat istirahat posisinya


(Jentik) bergantung membentuk
sudut lancip
b. Larva mempunyai sifon
(terompet) pada segmen
abdomen VIII
c. Sewaktu istirahat sifon
membentuk sudut di
permukaan air keruh
d. Sifon dengan lebih dari
satu berkas rambut di
seberang distal pekten
3. Pupa a. Sifon panjang dan
ramping
b. Tepi paddle halus

4. Nyamuk a. Skutelum trilobi; palpus


pada yang betina lebih
pendek daripada
probosis, sewaktu
istirahat probosis dan
badan dalam dua sumbu
b. ujung nyamuk betina
biasanya tumpul, cerci

16
pendek (retraksi),
c. tubuh (thorax) tanpa
noda-noda putih
d. Sisik sayap sempit
panjang dengan ujung
runcing

4. Mansonia sp.
a. Klasifikasi Mansonia sp.
Klasifikasi Mansonia sp. adalah sebagai berikut :
- Kingdom :Animalia
- Phylum : Arthropoda
- Class : Insecta
- Ordo : Diptera
- Genus : Mansonia

b. Morfologi

17
c. Ciri-ciri Mansonia

NO TAHAP GAMBAR CIRI-CIRI

1. Telur a. Telur mansonia saling berlekatan,


berbentuk telur lancip seperti duri.
b. Biasanya terletak dibalik dibalik
permukaan tumbuhan air

2. Larva a. Siphon berujung lancip dan


(Jentik) berpigmen gelap
b. Jentik nyamuk mansonia menempel
pada akar tumbuhan air.
c. Pada bagian toraks terdapat stoot
spine.

3. Pupa Sifon dengan katup penembus, dan


melekat pada tumbuhan air

4. Nyamuk a. Pada saat hinggap tidak membentuk


sudut 90º
b. Bentuk tubuh besar dan panjang
c. Bentuk sayap asimetris.
d. Menyebabkan penyakit filariasis
e. Penularan penyakit dengan cara
membesarkan tubuhnya.

18
C. KECOA
1. Definisi Kecoa
Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-
ventral. Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum, dilengkapi dengan
sepasang mata majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua
pasang, dan tiga pasang kaki. Pronotum dan sayap licin, tidak berambut
dan tidak bersisik, berwarna coklat sampai coklat tua.

2. Morfologi Kecoa
a. Tubuh bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng).
b. Kepala agak tersembunyi dilengkapi :sepasang antena panjang yang
berbentuk filiform yang bersegmen,dan mulut tipe pengunyah
(chewing).
c. Bagian dada terdapat 3 kaki,2 pasang sayap,bagian luar tebal,bagian
dalam berbentuk membran.
d. Caput melengkung ke ventro caudal di bawah sehingga mulut menjol
diantara dasar kaki pertama.
e. Biasanya bersayap 2 pasang jenis Blatta Orientialis betina memiliki
sayap yang lebih pendek daripada jantan (tidak menutup abdomen).
f. Kaki disesuaikan untuk berlari.
g. Metamorfosis tidak sempurna (telur-nimpha-dewasa),telur terbungkus
ooteca 6-30 butir telur dan menetas 26-69 hari sedangkan nimpha
menjadi dewasa mengalami molting sebanyak 13 kali,siklus hidup
secara keseluruhan 2-21 bulan dan kecoa dewasa dapat hidup selama 3
tahun.
h. Kebiasaan hidupnya, kecoa termasuk binatang malam (nocturnal) yang
dapat bergerak cepat dan selalu menghindari cahaya. Bersifat
omnivora memakan buku, kotoran, tinja dan dahak atau makanan dari
kanji.

19
3. Siklus Hidup Kecoa

4. Jenis-jenis Kecoa
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4 (empat)
spesies diantaranya umumnya terdapat di dalam rumah yaitu Periplaneta
americana (American Cockroach), Blattela Germanica (German
Cockroach), Blatta orientalis (Oriental Cockroach),
dan Supellalangipalpa (Brown Banded Cockroach) ke empat species
kecoa tersebut dari kapsul telur, nymfa dan dewasanya.
a. Periplaneta americana :
 Ukuran tubuhnya antara 30-40 mm.
 Warnanya merah atau kuning kecoklatan.
 Punya 2 sayap yang depan mirip kulit,lentur dengan venasi yang
jelas,sayap belakang seperti selaput menutupi abdomen.antero
lateral sayap atas nampak jelas.
b. Blatta orientialis :
 Ukuran tubuhnya 22-27 mm.
 Warna coklat tua dan hitam.
 Sayap betina tidak menutup abdomen/pendek.

20
c. Blatta germanica :
 Ukuran 12-16 mm.
 Warna coklat muda ada dua pita gelap longitudinal coklat gelap
pada thorax.
d. Supella supellectillum
Ukuran tubuhnya 13 mm warna coklat muda mirip Blatta
germanica tetapi tidak ada garis pada thorax,ada pita kuning atau
coklat pada sayap.

D. PINJAL
1. Pengertian Pinjal
Pinjal termasuk ke dalam ordo Siphonaptera yang pada mulanya
dikenal sebagai ordo Aphniptera. Ordo Siphonaptera terdiri atas tiga super
famili yaitu Pulicoidea, Copysyllodea dan Ceratophylloidea. Ketiga super
famili ini terbagi menjadi sembilan famili yaitu Pulicidae,
Rophalopsyllidae, Hystrichopsyllidae, Pyglopsyllidae, Stephanocircidae,
Macropsyllidae, Ischnopsyllidae dan Ceratophillidae. Dari semua famili
dalam ordo Siphonaptera paling penting dalam bidang kesehatan hewan
adalah famili Pulicidae (Susanti,2001). Pinjal yang biasa dikenal kutu
loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan kucing,
namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga
dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.
- Pinjal diklasifikasikan ke dalam:
- Kingdom : Animalia
- Filum : Arthropoda
- Klasis : Insecta
- Ordo : Siphonoptera

21
2. Morfologi Pinjal
Menurut Sen & Fetcher (1962) pinjal yang masuk ke dalam sub
spesies C. felis formatipica memiliki dahi yang memanjang dan meruncing
di ujung anterior. Pinjal betina tidak
memiliki rambut pendek di belakang
lekuk antenna. Kaki belakang dari sub
spesies ini terdiri dari enam ruas dorsal
dan manubriumnya tidak melebar di
apical, sedangkan pinjal yang masuk
ke dalam sun spesies C. felis
formatipica memiliki dahi yang
pendek dan melebar serta membulat di anterior. Pinjal pada sub spesies ini
memiliki jajaran rambut satu sampai delapan yang pendek di belakang
lekuk anten. Kaki belakang dari pinjal ini terdiri atas tujuh ruas dorsal dan
manubrium melebar di apical. Pinjal merupakan insekta yang tidak
memiliki sayap dengan tubuh berbentuk pipih bilateral dengan panjang
1,5-4,0 mm, yang jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Kedua jenis
kelamin yang dewasa menghisap darah.Pinjal mempunyai kritin yang
tebal.Tiga segmen thoraks dikenal sebagai pronotum, mesonotum dan
metanotum (metathoraks).Segmen yang terakhir tersebut berkembang,
baik untuk menunjang kaki belakang yang mendorong pinjal tersebut saat
meloncat.
Di belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat sebaris duri
yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal.Sedangkan tepat diatas
alat mulut pada beberapa jenis terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir
lainnya, yaitu ktenedium genal.Duri-duri tersebut sangat berguna untuk
membedakan jenis pinjal. Pinjal betina mempunyai sebuah spermateka
seperti kantung dekat ujung posterior abdomen sebagai tempat untuk
menyimpan sperma, dan yang jantan mempunyai alat seperti per
melengkung, yaitu aedagus atau penis berkitin di lokasi yang sama. Kedua
jenis kelamin memiliki struktur seperti jarum kasur yang terletak di

22
sebelah dorsal, yaitu pigidium pada tergit yang kesembilan.Fungsinya
tidak diketahui, tetapi barangkali sebagai alat sensorik. Mulut pinjal
bertipe penghisap dengan tiga silet penusuk (epifaring dan stilet
maksila). Pinjal memiliki antenna yang pendek, terdiri atas tiga ruas yang
tersembunyi ke dalam lekuk kepala

3. Siklus hidup Pinjal


Pinjal termasuk serangga Holometabolaus atau metamorphosis
sempurna karena daur hidupnya melalui 4 stadium yaitu : telur-larva-pupa-
dewasa. Pinjal betina bertelur diantara rambut inang.Jumlah telur yang
dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 3-
18 butir. Pinjal betina dapat bertelur 2-6 kali
sebanyak 400-500 butir selama hidupnya.
Telur berukuran panjang 0,5 mm,
oval dan berwarna keputih-putihan.
Perkembangan telur bervariasi tergantung
suhu dan kelembaban.Telur menetas
menjagi larva dalam waktu 2 hari atau lebih. Kerabang telur akan
dipecahkan oleh semacam duri (spina) yang terdapat pada kepala larva
instar pertama. Larva yang muncul bentuknya memanjang, langsing
seperti ulat, terdiri atas 3 ruas toraks dan 10 ruas abdomen yang masing-
masing dilengkapi dengan beberapa bulu-bulu yang panjang. Ruas
abdomen terakhir mempunyai dua tonjolan kait yang disebut anal struts,
berfungsi untuk memegang pada substrata tau untuk lokomosi.
Larva berwarna kuning krem dan sangat aktif, dan menghindari
cahaya.Larva mempunyai mulut untuk menggigit dan mengunyah
makanan yang bisan berupa darah kering, feses dan bahan organic lain
yang jumlahnya cukup sedikit.Larva dapat ditemukan di celah dan
retahkan lantai, dibawah karpet dan tempat-tempat serupa lainnya.Larva
ini mengalami tiga kali pergantian kulit sebelum menjadi pupa.Periode
larva berlangsung selama 7-10 hari atau lebih tergantung suhu dan

23
kelembaban. Larva dewasa panjangnya sekitar 6 mm. Larva ini akan
menggulung hingga berukuran sekitar 4x2 mm dan berubah menjadi pupa.
Stadium pupa berlangsung dalam waktu 10-17 hari pada suhu yang sesuai,
tetapi bisa berbulan-bulan pada suhu yang kurang optimal, dan pada suhu
yang rendah bisa menyebabkan pinjal tetap terbungkus di dalam kokon.
Stadium pupa mempunyai tahapan yang tidak aktif atau makan,
dan berada dalam kokon yang tertutupi debris dan debu sekeliling.Stadium
ini sensitive terhadap adanya perubahan konsentrasi CO2 di lingkungan
sekitarnya juga terhadap getaran.Adanya perubahan yang signifikan
terhadap kedua factor ini, menyebabkan keluarnya pinjal dewasa dari
kepompong. Hudson dan Prince (1984) melaporkan pada suhu 26,6 °C,
pinjal betina akan muncul dari kokon setelah 5-8 hari, sedangkan yang
jantan setelah 7-10 hari. Perilaku pinjal secara umum merupakan parasit
temporal, berada dalam tubuh saat membutuhkan makanan dan tidak
permanen.Jangka hidup pinjal bervariasi pada spesies pinjal, tergantung
dari makan atau tidaknya pinjal dan tergantung pada derajat kelembaban
lingkungan sekitarnya.Pinjal tidak makan dan tidak dapat hidup lama di
lingkungan kering tetapi di lingkungan lembab, bila terdapat reruntuhan
yang bisa menjadi tempat persembunyian maka pinjal bisa hidup selama 1-
4 bulan.
Pinjal tidak spesifik dalam memilih inangnya dan dapat makan
pada inang lain. Pada saat tidak menemukan kehadiran inang yang
sesungguhnya dan pinjal mau makan inang lain serta dapat bertahan hidup
dalam periode lama.

4. Jenis-jenis Pinjal
a. Ctenocephalides felis (pinjal kucing)
Klasifikasi
- Domain : Eukaryota
- Kingdom : Animalia
- Phylum : Arthropoda

24
- Class : Insecta
- Ordo : Siphonaptera
- Family : Pulicidae
- Genus :
Ctenocephalides
- Species : C. felis

Ciri-ciri pinjal kucing:


a. Tidak bersayap, memiliki
tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar.
b. Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang
mengarah ke belakang dan rambut keras.
c. Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala.
d. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk.
e. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago).
f. Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas.
g. Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan.
h. Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun pronatal.
i. Perbedaan jantan dan betina, jantan : tubuh punya ujung posterior
seperti tombak yang mengarah ke atas, antena lebih panjang dari
betina. Betina : tubuh berakhir bulat, antena lebih pendek dari
jantan.

b. Ctenocephalides canis (pinjal anjing)


Klasifikasi:
- Domain : Eukaryota
- Kingdom : Animalia
- Phylum : Arthropoda
- Class : Insecta

25
- Ordo :
Siphonaptera
- Family :
Pulicidae
- Genus :
Ctenocephalides
- Species : C.
canis

Pinjal pada anjing bersifat mengganggu karena dapat


menyebarkan Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di
Eropa. Meskipun mereka memakan darah anjing dan kucing, mereka
kadang-kadang menggigit manusia. Mereka dapat hidup tanpa
makanan selama beberapa bulan, tetapi spesies betina harus memakan
darah terlebih dahulu sebelum menghasilkan telur.

c. Xenopsylla cheopis (pinjal tikus)


Klasifikasi
Kingsdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Xenopsylla
Species : X. cheopis

Xenopsylla cheopis adalah parasit dari hewan pengerat,


terutama dari genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk
penyakit pes dan murine tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit

26
hewan pengerat yang terinfeksi, dan kemudian menggigit manusia.
Pinjal tikus oriental terkenal memberikan kontribusi bagi Black Death.

d. Cimex Hemipterus (kutu busuk / tinggi)


Klasifikasi
- Kingdom : Animalia
- Filum : Arthropoda
- Classis : Insecta
- Ordo : Hemiptera
- Sub Ordo : Heteroptera
- Family : Cimicidae
- Genus : Cimex
- Spesies : Cimex hemipterus

Cimex hemipterus atau kutu busuk (bedbug) tergolong ke


dalam serangga penghisap darah yang amat mengganggu manusia
yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama tinggi (bahasa Jawa),
kepinding, tumbila (bahasa Sunda), atau bangsat. Kutu busuk ini
umumnya berada di tempat tidur, kursi atau sofa.

e. Kutu Manusia (Pediculus humanus capitis)


Pediculum humanus capitis adalah sejenis parasit penghisap
darah yang biasanya hidup dibagian
kepala. Kutu betina mampu bertelur enam
buah sehari. Telur ini melekat dengan kuat
pada rambut. Telur-telur ini akan menetas
setelah kurang lebih 8 hari. Klasifikasi
Pediculum humanus capitis adalah:
- Phylum : Artropoda
- Kelas : Insekta
- Ordo : Phthiraptera

27
- Sub Ordo : Anoplura
- Famili : Pediculidae
- Genus : Pediculus
- Spesies : Pediculus humanus capitis

28
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. MENGHITUNG KEPADATAN LALAT


1. Jenis Praktikum
Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah Pengukuran Kepadatan
Lalat dengan menggunakan Fly Grill.

2. Waktu dan Lokasi


Hari / Tanggal : Senin, 23 Mei 2016
Waktu : 10.00 – Selesai
Tempat : TPA belakang SMPN 4 Magetan

3. Alat
a. Fly Grill
b. Hand Counter
c. Stopwatch
d. ATK

4. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat yang akan digunakan
b. Letakkan Fly Grill secara mendatar pada tempat yang sudah ditentukan
c. Kemudian hitung berapa jumlah lalat yang hinggap pada fly grill
tersebut
d. Untuk ruangan (1 sampel) dengan ukuran 9 x 8 m lakukan di 5 titik. Di
1 titik lakukan 10x perhitungan. 1 kali perhitungan dilakukan selama
30 detik
e. Untuk ruangan (1 sampel) dengan ukuran 2 x 1 m lakukan di 5 titik. 1
titik cukup 2x perhitungan. 1x perhitungan dilakukan selama 30 detik.

29
f. Setelah selesai di 1 titik, pindah ke titik yang lain dengan jarak ± 10
meter.
g. Catatlah perhitungan setiap 30 detik, pada kolom yang telah dibuat
sebelumnya.
Contoh kolom untuk ukuran ruangan 9 x 8 m
Perhitungan
Titik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A
B
C
D
E

Contoh tabel untuk ukuran ruangan 2 x 1 m


Perhitungan
Titik
1 2
A
B
C
D
E
h. Hitung dengan rumus :

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝟓 𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓


𝒙=
𝟓

i. Jika ada 2 atau lebih angka terbesar yang sama, maka harus ditulis
semua.
j. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per
block grill

30
B. PENGAMATAN DAN IDENTIFIKASI JENTIK NYAMUK
1. Jenis Praktikum
Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah identifikasi jentik nyamuk

2. Waktu dan Lokasi


Hari / Tanggal : Selasa, 24 Mei 2016
Waktu : 08.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Entomologi

3. Alat
a. Pipet tetes
b. Bunsen
c. Korek api
d. Tabung reaksi + rak
e. Object glass dan deck glass
f. Mikroskop
g. Jentik nyamuk

4. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Nyalakan api bunsen
c. Pindahkan jentik ke tabung reaksi dengan pipet tetes
d. Matikan jentik dengan cara memanaskan tabung reaksi berisi jentik
sambil digoyang-goyang, setelah mati ambil jentik dengan pipet,
letakkan pada obyek glass, tutup dengan deck glass.
e. Amati jentik dibawah mikroskop

31
C. PENGAMBILAN SAMPEL DAN IDENTIFIKASI PINJAL
1. Jenis Praktikum
Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah pengambilan sampel dan
identifikasi jenis pinjal
2. Waktu dan Lokasi
Hari / Tanggal : Rabu, 25 Mei 2016
Waktu : 08.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Entomologi

3. Alat dan Bahan


a. Alat
1) Sisir halus
2) Bottle killing
3) Object glass dan deck glass
4) Lem untuk preparat
5) Mikroskop
6) Alat tulis
7) Pinset

b. Bahan
1) Preparat Pinjal
2) Larutan Chloroform
3) Tikus

4. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan tikus kedalam bottle killing dan diberi kapas yang telah
dibasahi dengan chloroform. Tunggu sampai tikus mati
c. Setelah tikus mati, sisir bulu tikus diatas baskom

32
d. Ambil pinjal yang jatuh menggunakan pinset, letakkan keatas object
glass, kemudian beri lem untuk preparat kemudian tutup dengan deck
glass
e. Amati menggunakan mikroskop
f. Catat hasil identifikasi

D. PENGAMBILAN SAMPEL DAN IDENTIFIKASI KECOA


1. Jenis Praktikum
Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah pengambilan sampel dan
mengawetkan kecoa

2. Waktu dan Lokasi


Hari / Tanggal : Rabu, 25 Mei 2016
Waktu : 08.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Entomologi

3. Alat dan Bahan


a. Alat
1) Beaker Glass
2) Alkohol 70%
3) Entelen
4) Preparat
5) Kapas
6) Toples
7) Pinset
8) Cawan Petri

b. Bahan
1) Kecoa

33
4. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Masukkan kecoa kedalam toples dan tutup toples agar tidak keluar dari
toples.
3. Tuang chloroform kedalam gelas beaker secukupnya
4. Masukkan kapas kedalam gelas beaker.
5. Setelah kapas menyerap chloroform, ambil kapas dari gelas beaker
dengan menggunakan pinset.
6. Letakkan kapas pada toples yang berisi kecoa dengan tujuan untuk
mematikan kecoa.
7. Tutup kembali toples agar chloroform dapat bekerja dengan baik.
8. Tunggu hingga kecoa benar-benar mati.
9. Buka tutup toples, ambil kecoa dengan pinset.
10. Tuang alkohol 70% secukupnya kedalam gelas beaker.
11. Masukkan kecoa kedalam gelas beaker.
12. Pastikan seluruh tubuh kecoa tenggelam pada alkohol.
13. Tunggu hingga 1 jam.
14. Setelah 1 jam, angkat kecoa dengan pinset dan pindahkan kedalam
cawan petri tanpa di tutup.
15. Keringkan kecoa pada udara terbuka.
16. Kecoakeringsiap di identifikasi.

E. PENGAMATAN DAN IDENTIFIKASI NYAMUK


1. Jenis Praktikum
Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah pengamatan dan
identifikasi nyamuk

34
2. Waktu dan Lokasi
Hari / Tanggal : Kamis, 26 Mei 2016
Waktu : 08.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Entomologi
3. Alat dan bahan
a. Jarum pentul
b. Kertas putih
c. Lup
d. Buku kunci identifikasi nyamuk
e. Larutan chloroform
f. Nyamuk

4. ProsedurKerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Matikan nyamuk menggunakan chloroform, setelah mati, tusuk dengan
jarum pentul tepat di bagian ventral
c. Amati dengan lup
d. Cocokan dengan kunci identifikasi

35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN KEPADATAN LALAT


Titik Hasil penghitungan selama 30 detik
pengukuran ke- Σ rata-rata kepadatan lalat
kepadatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
20 + 18 + 11 + 10 + 10
TPS
5
belakang
11 10 3 4 1 2 20 18 9 10 = 13,8
SMPN 4
Dibulatkan menjadi 14
Magetan
ekor

Dari pengamatan dan perhitungan lalat di tps depan sman 2 dapat


disimpulkan bahwa Tps tersebut termasuk dalam kategori banyak.

B. IDENTIFIKASI JENTIK
HASIL
NO NAMA GAMBAR
PENGAMATAN
1 VIRANIA DESTY a. bagian kepala Jentik Culex
PUTRI

b. bagian ekor

36
2 ISTI SUPIANI a. Bagian kepala Jentik Culex

b. bagian ekor

3 DIAS PUSPITA a. Bagian Kepala Jentik Culex


CAHYANINGRU
M

b. Bagian Ekor

37
4 ELVIRA WIRDA a. Bagian kepala Jentik Culex
SEPTIANINGRU
M

b. Bagian ekor

5 ALIFIA LAILY a. Bagian kepala Jentik Culex


MAULIDHA
SIDHIQ

b. Bagian ekor

38
6 VAUNDRIA a. bagian kepala Jentik Culex
PUSPA SERUNI

b. bagian ekor

7 FENIDIONA a. bagian kepala Jentik Culex


CHOIRULY
DESTRIANA

b. bagian ekor

39
8 ADE RIZKY a. bagian kepala Jentik Culex
PRATAMA
PUTRA

b. bagian ekor

9 NIKMATUL a. Bagian Kepala Jentik culex


JAZILAH

b. BagianEkor

40
10 LARISSA a. bagian kepala Jentik Culex
ARDINDA
PURNOMO

b. bagian ekor

Kesemua jentik yang diamati adalah jentik jenis Culex sp. Karena
kesemuanya memiliki ciri yang sama yaitu, sifonnya ramping dan terdapat
bulu menggerumbul yang lebih dari satu. Asal dari jentik sendiri juga dari
air yang mempunyai kandungan organik yang tinggi.

C. PENGAMATAN DAN IDENTIFIKASI NYAMUK


Setelah dilakukan identifikasi dengan mecocokan dengan kunci identifikasi,
nyamuk yang diamati termasuk kedalam Genus Culex dan masuk kedalam sub
genus Culex pipiens fatigans.

41
D. HASIL PENGAMATAN PINJAL
NO. JENIS PINJAL GAMBAR CIRI-CIRI
1 Ctenocephalides A.tubuh pinjal
felis pipih
B.tidak memiliki
sayap
C.kulit tubuhnya
keras dan
ditumbuhi bulu
lebat.
2 Ctenocephalides A.bentuk tubuh
canis pipih atau gepeng
B.tidak besayap
C.kepalanya bulat
D.mempunyai
genal dan prenatal
ctenidia
E.Spina pertama
dari genal comb
lebih pendek dari
yang kedua
3 Xenopsylla A.bentuk badan
cheopis silindris
B.warna badan
dorsal coklat
hitam
C.memiliki 6 kaki
D.pedikel
panjang, bulu
ante pidigal

42
panjang dan kaku
4 Cimex a. Bagian Caput A.tubuh tertutup
lextularius oleh rambut-
rambut pendek
B.bentuk badan
berbentuk pipih
C.memiliki 3
pasag kaki

b. Bagian Abdomen

5 Pediculus A.memiliki 3
humanus capit pasang kaki yang
berkuku /cakar
B.pada caput
terdapat sepasang
antena sepasang
mata terletak
sebelah lateral
antena
C.pada thorax dan
abdomen terdapat

43
lubang-lubang
untuk pernafasan.

Pinjal yang diamati adalah Ctenocephalides felis, Ctenocephalides


canis, Xenopsylla cheopis, Cimex hemipterus, dan Pediculus humanus
capitis. Perbedaan yang paling mencolok adalah dari keberadaan comb
(oral comb maupun prenatal comb) dan letak dari ocular bristle nya.

E. PENGAMATAN KECOA
NO JENIS KECOA GAMBAR CIRI-CIRI
1. Periplaneta A.memiliki
americana sepasang
antena
B.berbadan
pipih
C.badan
mempunyai
tubuh warna
hitam atau
colat mengkilat

Kecoa yang dijadikan obyek identifikasi adalah kecoa jenis Periplaneta


Americana atau sering dikenal dengan nama American cockroach.

44
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Setelah melakukan praktikum entomologi, kami dapat melakukan
perhitungan kepadatan lalat menggunakan Fly Grill. Dengan mengetahui
tingkat kepadatan lalat di suatu tempat dapat diketahui indikator apakah
tempat tersebut termasuk tempat yang sehat dan bersih untuk penduduk
wilayah tersebut. Jika semakin tinggi kepadatan lalat, dapat dipastikan
wilayah tersebut tidak bersih dan tidak sehat.
2. Dengan melakukan pengamatan jentik melalui mikroskop, dapat
diindentifikasi jentik nyamuk anopheles, aedes, culex dan mansonia.
Namun dari identifikasi yang dilakukan, didapatkan hasil jentik culex
lebih dominan. Dari identifikasi, jentik culex hanya dapat berkembang di
air yang keruh atau kotor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tempat
pengambilan sampel jentik tersebut kotor atau tidak sehat.
3. Pengamatan pada nyamuk mendapatkan hasil dimana jenis nyamuk yang
diidentifikasi adalah jenis nyamuk culex pipiens fatigans. Nyamuk Culex
adalah vektor penyakit filariasis, dimanya penderitanya mengalami
pembengkakan pada bagian tubuh tertentu.
4. Pengamatan pinjal yang dilakukan dalam praktikum entomologi meliputi
pinjal anjing, pinjal kucing, pinjal tikus, kutu busuk, dan kutu manusia.
Dapat disimpulkan dari identifikasi yang paling menonjol dari keempat
obyek adalah terletak pada oral dan pronatal comb (sisir).
5. Pengawetan kecoa dilakukan untuk media pembelajaran.

45
B. SARAN
1. Dalam praktikum yang dilakukan di laboratorium entomologi terasa panas,
sehingga perlu ditambah prasarana tambahan.
2. Dihimbau pada masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan lingkungan
agar terhindar dari segala jenis nyamuk sehingga tidak terjangkit penyakit.

46
DAFTAR PUSTAKA

http://piatorayah.blogspot.co.id/
http://lingk-sehat.blogspot.co.id/2012/12/menghitung-kepadatan-lalat.html
http://aiyssmithdhavidhsond.blogspot.co.id/2013/09/laporan-praktkum-
parasitologi-tentang.html
http://pancarahmat.blogspot.co.id/2012/05/gambar-morfologi-lalat-rumah-
musca.html
http://apriliasakari.blogspot.co.id/2013/10/makalah-nyamuk-anopheles.html
http://rusdhyrsc17.blogspot.co.id/2012/07/antrhopoda-nyamuk-anopheles.html
http://fr.impactmalaria.com/web/formation_paludisme/morphologie_taxonomie/la
rves_nymphes_anopheles/morphologie_larves
http://dwiiwinarti.blogspot.co.id/2016/01/binomik-nyamuk-aedes-aegypty.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pinjal_anjing
https://fianykasisie.wordpress.com/2014/04/16/kutu-busuk-cimex-hemipterus-
kutu-kepala-pediculus-humanus-capitis-dan-kutu-kemaluan-phthirus-pubis-
beserta-pengendaliannya/
https://studiku.wordpress.com/2008/09/05/pediculus-humanus-capitis-kutu-
rambut/
http://budidarma.com/2011/05/makalah-pinjal-mata-kuliah-pengendalian-vektor-
epidemiologi.html
http://reffiana.blogspot.co.id/2011/04/ctenocephalides-felis-bouche-1835.html
http://simplenoumie.blogspot.co.id/2014/06/klasifikasi-nyamuk-mansonia.html

47

Anda mungkin juga menyukai