Anda di halaman 1dari 6

Judul : Pinjal

Nama : Refli Anwar Siregar

Nim : 1502101010182

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pinjal termasuk ordo Siphonaptera yang mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera.
Terdapat sekitar 3000 spesies pinjal yang masuk ke dalam 200 genus. Sekarang ini baru
200spesies pinjal yang telah diidentifikasi (Zentko, 1997). Seringkali orang tidak dapat
membedakan antara kutu dan pinjal. Pinjal juga merupakan serangga ektoparasit yang hidup
pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya terutama hewan peliharaan seperti kucing, dan
anjing, juga hewan lainnya seperti tikus, unggas bahkan kelelawar dan hewan berkantung.
Secara morfologi perbedaan yang jelas anatara kutu dan pinjal yang sama-sama tidak
bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral., sedangkan kutu tubuhnya pipih
dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjal secara utuh dapat dilihat dari pandangan samping.
Bentuk tubuhnya yang unik ini ternyata amat sesuai dengan habitatnya diantara bulu atau rambut
inangnya. Pengenalan pinjal secara mudah adalah apabila kita mengelus kucing, dan tiba-tiba
secara sekelebat kita menemukan makhluk kecil yang melintas diantara bulu-bulu kucing dan
kemudian menghilang.
Gigitan pinjal ini dapat menimbulkan rasa gatal yang hebat kemudian berlanjut hingga
menjadi radang kulit yang disebut flea bites dermatitis. Selain akibat gigitannya, kotoran dan
saliva pinjal pun dapat berbahaya karena dapat menyebabkan radang kulit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Pinjal :

Phylum : Artropoda

Class : Insecta

Ordo : Siphonaptera

Genus : Ctenocepholides

Spesies : - Ctenocephalides canis

: - Ctenocephalides felis
Pinjal masuk ke dalam ordo Siphonaptera yang pada mulanya dikenal sebagai ordo
Aphniptera. Ordo Siphonaptera terdiri atas tiga super famili yaitu Pulicoidea, Copysyllodea dan
Ceratophylloidea. Ketiga super famili ini terbagi menjadi Sembilan famili yaitu Pulicidae,
Rophalopsyllidae, Hystrichopsyllidae, Pyglopsyllidae, Stephanocircidae, Macropsyllidae,
Ischnopsyllidae dan Ceratophillidae. Dari semua famili dalam ordo Siphonaptera paling penting
dalam bidang kesehatan hewan adalah famili Pulicidae

Ciri ciri pinjal :

1. Tidak mempunyai sayap dan mempunyai tubuh pipih bilateral.


2. Kali belakang lebih panjang yang bernguna untuk melompat.
3. Pinjal mempunyai panjang 1,5-4,o mm
4. Jantan lebih kecil dari betina
5. Memiliki kitin yang tebaldan kepalanya terdapat lekuk tempat antenna yang bersegmen
disimpan.
6. Antenna yang jantan selalu lebih panjang dari betina.
7. Tubuh pinjal jantan mempunyai ujung posterior seperti tombak yang mengarah ke atas,
sedang tubuh betina berakhir bulat.
8. Abdomen beruas-ruas dan setiap rusa seperti thorax mempunyai skleril (dorsal yang
disebut tergum dan skleril ventral disebut sternum).
9. Tergum kesembilan pinjal jantan mengalami modifikasi membentuk alat penjepit yang
digunakan pada saat kopulasi dengan betina, dan alat penjepit ini merupakan hal pokok
untuk mengidentifikasi pinjal jantan.
10. Yang betina mempunyai spermateka dan yang jantan mempunyai aedegagus atau disebut
penis berkitin.

Morfologi Pinjal

Perbedaan Ctenochepalides canis dan Ctenochepalides felis :

C.canis

Terdapat lebih umum pada anjing


Mempunyai dahi yang tinggi dan berkening tinggi
Duri pertama dari ctedium genal lebih pendek dengan duri kedua atau duri berikutnya.
Ctenochepalides canis jantan dan betina

C.felis

Terdapat lebih umum pada kucing


C.felis dahinya rendah atau berkening rendah
Duri pertama dari ctenidium genal sama panjangnya dari pada duri-duri berikutnya.

pinjal yang masuk ke dalam sub spesies C. felis formatipica memiliki dahi yang
memanjang dan meruncing di ujung anterior. Pinjal betina tidak memiliki rambut pendek di
belakang lekuk antenna. Kaki belakang dari sub spesies ini terdiri dari enam ruas dorsal dan
manubriumnya tidak melebar di apical, sedangkan pinjal yang masuk ke dalam sun spesies C.
felis formatipica memiliki dahi yang pendek dan melebar serta membulat di anterior. Pinjal pada
sub spesies ini memiliki jajaran rambut satu sampai delapan yang pendek di belakang lekuk
anten. Kaki belakang dari pinjal ini terdiri atas tujuh ruas dorsal dan manubrium melebar di
apical. Pinjal merupakan insekta yang tidak memiliki sayap dengan tubuh berbentuk pipih
bilateral dengan panjang 1,5-4,0 mm, yang jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Kedua
jenis kelamin yang dewasa menghisap darah. Pinjal mempunyai kritin yang tebal. Tiga segmen
thoraks dikenal sebagai pronotum, mesonotum dan metanotum (metathoraks). Segmen yang
terakhir tersebut berkembang, baik untuk menunjang kaki belakang yang mendorong pinjal
tersebut saat meloncat. Di belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat sebaris duri yang
kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal. Sedangkan tepat diatas alat mulut pada beberapa
jenis terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir lainnya, yaitu ktenedium genal. Duri-duri tersebut
sangat berguna untuk membedakan jenis pinjal.

Pinjal (flea) dari anjing (Ctenocephalidescanis) dan kucing ( Ctenocehalides felis) atau
kutu / tuma anjing (Trichodectes canis) merupakan intermediate host ( hospes perantara ) dari
Dipylidium caninum ini. Apabila telur Dipylidium caninum tertelan oleh larva dari hospes
perantara, maka oncosphere akan keluar dari telur dan menembus dinding usus hospes perantara
dan selanjutnya akan berkembang menjadi larva infektif yang disebut larva cysticercoid. Apabila
hospes perantara yang mengandung larva cysticercoid tersebut tertelan oleh hospes definitive,
maka larva cysticercoid akan menembus keluar dan masuk ke dalam usus halus hospes definitive
serta tumbuh dan berkembang menjadi cacing dewasa setelah kurun waktu sekitar 20 hari.(
Palgunadi, Bagus Uda.2007 )
Flea dalam bahasa Indonesia berarti pinjal, yaitu inseidupnyakta kecil yang sering
berada pada anjing atau kucing. Pinjal berbeda dengan caplak (tick), baik bentuknya
(morfologinya) maupun cara hidupnya (biologinya). Orang awam sering menyebut pinjal
ataupun caplak sebagai kutu kucing atau anjing. Pinjal lebih sering terlihat pada kucing dari pada
anjing, sehingga orang menyebut kutu kucing , meskipun kutu tersebut ada pada anjing.
(soeharsono.2006)

Pinjal (flea) merupakan sekelompok serangga yang berukuran 1-4 mm, yang jantan lebih
kecil dari pada yang betina ; ada 1500 spesies dan subspecies. Ciri khas hewan ini adalah
tubuhnya yang memipih secara lasero lateral; mempunyai kaki yang kuat untuk meloncati tidak
bersayap. Pinjal merupakan ektoparasit yang temporer, warnanya kuning coklat dan mempunyai
siklus hidup dengan tipe metamorphose sempurna. Hewan jantan dan betinanya (imago) yang
menghisap darah, larva, dan pupa tidak. (natadisastra,djaenudin,dan ridad,agoes.2009)

Beberapa pinjal utama yang menimbulkan masalah di Indonesia adalah Pulex irritans
L.Ctenocephalides felis (Bouche), Ctenocephalides canis (Curtis), dan Xenopsylla cheopis
(Roths.). Pinjal selain menyebabkan gangguan pada kucing juga mengganggu manusia.
(Bashofi, Aulia Syifak, Susi Soviana,dan Yusuf Ridwan.2015)

Serangga ektoparasit ini bersifat semiobligat atau temporer, karena tidak seluruh siklus
hidupnya berada pada tubuh inangnya. Hanya tahap dewasa yang menghisap darah, oleh karena
itu sering dikatakan sebagai ektoparasit penghisap darah yang eksklusif. Tubuhnya berbentuk
pipih bilateral dan mempunyai kaki-kaki yang panjang terutama kaki belakang. Pinjal tidak
memiliki sayap, hal ini merupakan bentuk adaptasi untuk tinggal dan menghisap darah di antara
bulu-bulu inangnya. Sampai saat ini diketahui terdapat sekitar 2500 jenis pinjal dari 239 genera.
Dari jumlah ini 94% di antaranya menyerang mamalia sedangkan sisanya merupakan parasit
pada burung.(Hadi,Upik Kesumawati.2004)

Siklus Hidup Pinjal

Pinjal termasuk serangga Holometabolaus atau metamorphosis sempurna karena daur


hidupnya melalui 4 stadium yaitu : telur-larva-pupa-dewasa. Pinjal betina bertelur diantara
rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 3-18 butir. Pinjal
betina dapat bertelur 2-6 kali sebanyak 400-500 butir selama hidupnya.

Telur berukuran panjang 0,5 mm, oval dan berwarna keputih-putihan. Perkembangan
telur bervariasi tergantung suhu dan kelembaban. Telur menetas menjagi larva dalam waktu 2
hari atau lebih. Kerabang telur akan dipecahkan oleh semacam duri (spina) yang terdapat pada
kepala larva instar pertama. Larva yang muncul bentuknya memanjang, langsing seperti ulat,
terdiri atas 3 ruas toraks dan 10 ruas abdomen yang masing-masing dilengkapi dengan beberapa
bulu-bulu yang panjang. Ruas abdomen terakhir mempunyai dua tonjolan kait yang disebut anal
struts, berfungsi untuk memegang pada substrata tau untuk lokomosi. Larva berwarna kuning
krem dan sangat aktif, dan menghindari cahaya. Larva mempunyai mulut untuk menggigit dan
mengunyah makanan yang bisan berupa darah kering, feses dan bahan organic lain yang
jumlahnya cukup sedikit. Larva dapat ditemukan di celah dan retahkan lantai, dibawah karpet
dan tempat-tempat serupa lainnya. Larva ini mengalami tiga kali pergantian kulit sebelum
menjadi pupa. Periode larva berlangsung selama 7-10 hari atau lebih tergantung suhu dan
kelembaban. Larva dewasa panjangnya sekitar 6 mm. Larva ini akan menggulung hingga
berukuran sekitar 4x2 mm dan berubah menjadi pupa. Stadium pupa berlangsung dalam waktu
10-17 hari pada suhu yang sesuai, tetapi bisa berbulan-bulan pada suhu yang kurang optimal, dan
pada suhu yang rendah bisa menyebabkan pinjal tetap terbungkus di dalam kokon.

Stadium pupa mempunyai tahapan yang tidak aktif atau makan, dan berada dalam kokon
yang tertutupi debris dan debu sekeliling. Stadium ini sensitive terhadap adanya perubahan
konsentrasi CO2 di lingkungan sekitarnya juga terhadap getaran. Adanya perubahan yang
signifikan terhadap kedua factor ini, menyebabkan keluarnya pinjal dewasa dari kepompong.
Hudson dan Prince (1984) melaporkan pada suhu 26,6 C, pinjal betina akan muncul dari kokon
setelah 5-8 hari, sedangkan yang jantan setelah 7-10 hari.

Perilaku pinjal secara umum merupakan parasit temporal, berada dalam tubuh saat
membutuhkan makanan dan tidak permanen. Jangka hidup pinjal bervariasi pada spesies pinjal,
tergantung dari makan atau tidaknya pinjal dan tergantung pada derajat kelembaban lingkungan
sekitarnya. Pinjal tidak makan dan tidak dapat hidup lama di lingkungan kering tetapi di
lingkungan lembab, bila terdapat reruntuhan yang bisa menjadi tempat persembunyian maka
pinjal bisa hidup selama 1-4 bulan.
Pinjal tidak spesifik dalam memilih inangnya dan dapat makan pada inang lain. Pada saat
tidak menemukan kehadiran inang yang sesungguhnya dan pinjal mau makan inang lain serta
dapat bertahan hidup dalam periode lama

Daftar Pustaka

-Bashofi, Aulia Syifak, Susi Soviana, Yusuf Ridwan.2015. Infestasi pinjal dan infeksi
Dipylidium caninum (Linnaeus) pada kucing liar di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor,
Kecamatan Dramaga. Jurnal Entomologi Indonesia. Vol. 12 No. 2, 108114.

- Hadi,Upik Kesumawati.2004.Bioekologi berbagai jenis serangga pengganggu pada hewan


ternak di indonesisa dan pengendaliannya. Jurnal Veteriner Indonesia. Vol.7 No. 5, 46-49

-Natadisastra, djaenudin dan ridad agoes.2009.Parasitologi Kedokteran di tinjau dari organ tubuh
yang diserang. EGC : Jakarta

-Palgunadi, Bagus Uda.2007. DIPYLIDIASIS.Jurnal Kedokteran Indonesia. Vol. 13 No. 2, 12-17

-Soerharsono.2006.Penyakit Zoonotik Pada Anjing Dan Kucing.Grasindo : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai